Anda di halaman 1dari 20

PRANATA PENDIDIKAN SEBAGAI

LANDASAN KAJIAN SOSIOLOGI


PENDIDIKAN

Sosiologi Pendidikan
(5023212227)
IAIN Sultan Amai Gorontalo
TARGET PEMBELAJARAN:
KOMPETENSI MAHASISWA
• Mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan ranah pendidikan dalam kehidupan
masyarakat
2. Membedakan pengertian, arti dan pendidikan dan
(per)sekolah(an)
3. menjelaskan peran/fungsi sekolah pada masa kini
 fungsi manifest & latent
4. Menjelaskan kajian sosiologi pendidikan dikaitkan
dengan paradigma/perspektif pemikiran dalam
sosiologi (makro, meso, mikro)
POKOK BAHASAN DALAM
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
• Kajian-kajian dalam sosiologi pendidikan
dapat ditelusuri di dalam ranah:
– pendidikan formal: sekolah (pra SD hingga
PT)
– pendidikan non-formal: (kursus, pelatihan, dll)
– pendidikan informal: (community based
education: pendidikan yang berlangsung di
lingkungan rumah, ketetanggaan, teman
sepermainan, media massa,dll)
Perbedaan antara Pendidikan (Education) dan
Persekolahan (Schooling)
• Pendidikan:
– pranata/institusi sosial di mana masyarakat
mengajarkan kepada para anggotanya tentang
berbagai pengetahuan penting, termasuk fakta-fakta
yang terjadi di masyarakat, keterampilan-
keterampilan kerja, norma-norma serta nilai-nilai
budaya.
• Persekolahan (schooling):
– Instruksi atau arahan formal di bawah kendali orang-
orang yang memiliki kompetensi (guru-guru)
– Berbagai aktivitas dan program pembelajaran yang
diselenggarakan di sekolah.
ARTI PENDIDIKAN
(secara umum)
• “PENDIDIKAN”:
– Bahasa Yunani: PEDAGOGI
• Paedea: anak; agogos: penuntun
– Bahasa Romawi: EDUCARE diserap dalam
bahasa Inggris: EDUCATION:
• Educare: upaya untuk menuntun atau membangun
• Upaya untuk merealisasikan potensi anak atau
membangun kekuatan potensial yang dimiliki
anak.
DEFINISI PENDIDIKAN
(pendapat beberapa ahli)
• Ki Hajar Dewantara:
– Upaya untuk menuntun kehidupan dan
tumbuh kembang anak;
– Upaya menuntun segala kekuatan kodrati
yang ada pada anak untuk menjadikan dirinya
sebagai manusia dewasa dan anggota
masyarakat yang berdaya guna  menjadi
manusia yang selamat dan bahagia;
– Upaya untuk mengembangkan budi pekerti,
pikiran dan jasmani anak.
Ki Hajar Dewantoro (lanjutan)
• Prinsip-prinsip mendidik adalah:
– ING NGARSO SUNG TULADA:
• Di depan memberi teladan
– ING MADYO MANGUN KARSO:
• Di tengah memberi inspirasi, membangkitkan
motivasi untuk berkarya;
– TUT WURI HANDAYANI:
• Mengikuti dari belakang dengan memberi
dorongan dan arahan
Arti pendidikan (lanjutan)
• Kamus Dictionary of Education :
– Proses sosial di mana orang-orang tunduk pada suatu
pengaruh dari suatu lingkungan yang terpilih dan terkontrol
dengan tujuan untuk memperoleh kemampuan
(kompetensi) dan perkembangan sosial.

• KESIMPULAN :
– Pendidikan mengandung unsur :upaya “membentuk”
manusia
– upaya itu berupa pemberian tuntunan, bimbingan, dan
membangun karakter;
– tujuannya adalah menjadikannya sebagai manusia
dewasa, manusia sosial yang bersusila, berperilaku sesuai
standar sosial serta mampu mengembangkan lingkungan
sosialnya.
Arti Pendidikan (lanjutan)
• M.J. Langeveld :
– Upaya memberi pertolongan secara sadar dan
sengaja pada seorang anak menuju ke arah
kedewasaannya (dapat berdiri sendiri dan
bertanggung jawab atas segala tindakan yang
dipilihnya)
• John Dewey :
– Upaya untuk membentuk dan mengkondisi
tumbuh kembang anak dan suatu aktivitas
membentuk karakter standar dari aktivitas sosial.
SCHOOLING
(PERSEKOLAHAN)
• Kata school: berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “leisure” (waktu luang).
• Pada masa Yunani kuno, guru-guru
terkenal seperti: Socrates, Plato, dan
Aristotle, mengajar orang-orang yang
berasal dari kelompok aristokrat & kelas
menengah-atas, yang memiliki banyak
waktu luang.
Persekolahaan pada Masa Kini
• Perluasan makna persekolahan di berbagai negara berkaitan erat
dengan tingkat pembangunan ekonomi di negara tersebut.
• Di negara yang penduduknya mayoritas berpenghasilan menengah
ke bawah (low and middle income countries) :
– sekolah bukan sarana untuk memperbesar kemakmuran/kekayaan,
karena yang lebih berperan dalam mendidik anak-anak adalah keluarga
dan komunitasmengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar
dapat bertahan hidup.
– Sekolah formal dianggap tidak secara langsung berkaitan dengan
upaya untuk bertahan hidup (survival) karena sekolah disediakan
utamanya bagi orang-orang kaya yang tidak lagi membutuhkan kerja
(mencari uang)
• Di beberapa negara yang berpenghasilan menengah-bawah,
sekolah juga mencerminkan budaya nasionalnya. Seperti di Iran,
kegiatan persekolahan secara dekat dihubungkan dengan Islam,
begitu juga persekolahan di Bangladesh, Zimbabwe dan Nikaragua,
sekolah dibentuk oleh tradisi budaya yang berbeda di masing-
masing negara.
FUNGSI
PENDIDIKAN/PERSEKOLAHAN
• Manifest (nampak, tertulis, diharapkan):
1. Sarana sosialisasi:
 pada masyarakat yang perkembangan teknologinya
masih sederhana, fungsi sekolah adalah
mengajarkan keterampilan dan pengetahuan serta
cara hidup (way of life) yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi yang lain.
Pada masyarakat bertaraf teknologi yang lebih
kompleks, sekolah tidak saja mengajarkan
keterampilan dasar untuk anak-anak, tetapi juga
melatih guru-guru untuk mampu mengembangkan
pengetahuan yang terspesialisasi yang dibutuhkan
oleh anggota masyarakat yang lebih dewasa untuk
masuk dalam dunia kerja.
• Di jenjang SD (elementary):
– mempelajari bahasa standar yang digunakan secara
nasional
– Penguasaan keterampilan dasar (calistung= membaca,
menulis, berhitung)
• Di jenjang Sekolah Menengah (secondary):
– Mempelajari pengembangan dari keterampilan-
keterampilan dasar keterampilan-keterampilan yang
lebih terspesialisasi, termasuk juga nilai-nilai dan norma
kultural.
2. Inovasi Budaya:
• Sistem pendidikan melestarikan dan
mentransmisikan nilai-nilai budaya (reproduksi)
– Fakultas atau sekolah-sekolah di perguruan
tinggi, mengajarkan ilmu pengetahuan dan
sekaligus mengembangkannya (melalui
penelitian-penelitian) untuk memperbaiki kualitas
hidup manusia.
– Misalnya kedokteran: melalui riset-risetnya
membantu meningkatkan harapan hidup
manusia;
– Penelitian-penelitian yang dilakukan sosiolog
maupun psikolog membantu memahami
bagaimana menjalani kehidupan dengan lebih
baik dan dapat berumur panjang
3. Integrasi Sosial
• Menyatukan perbedaan & melestarikan kehidupan
bersama
– Sekolah merangkul warga masyarakat yang berbeda
latar sosial, budaya, ekonomi, agama, dll. ke dalam
suatu komunitas yang memiliki norma-norma dan
nilai-nilai yang dapat dipahami bersama.
4. Penempatan Sosial
– Sekolah mengidentifikasi bakat dan memberikan
instruksi sesuai dengan kemampuan murid-muridnya.
– Sekolah juga mendukung meritokrasi, dengan cara
memberi penghargaan kepada para murid yang
memiliki bakat dan mau bekerja keras, tak peduli
mereka berasal dari latar belakang sosial apapun,
dan menyediakan suatu jalan untuk menaiki tangga
mobilitas sosial ke atas.
Fungsi Latent
• Fungsi latent (tidak tertulis, terkadang menjadi
akibat dari berjalannya fungsi manifest yang tidak
diharapkan):
– Lemahnya pengendalian orangtua kepada anak-
anaknya yang masuk ke lembaga pendidikan
(sekolah)
– Dengan masuk sekolahmasa remaja semakin
panjang dan masa dewasa tertunda
ketergantungan ekonomi pada orangtua semakin
panjang, terlambat masuk dunia kerja
– Sekolah menjadi arena menyemaikan bibit-bibit
pembangkangan atau pendobrakan nilai-nilai yang
telah mapan/konservatif/dogmatis
Fungsi latent (lanjutan)
• Sekolah mempertahankan sistem
stratifikasi/pembagian kelas
• Sarana untuk menerapkan hidden curriculum
(kurikulum tersembunyi)pola/cara
sosialisasi & pembelajaran yang tidak
terstruktur & tidak direncanakan tetapi terjadi
di sekolah, berfungsi untuk:
– Sosialisasi pengetahuan, sikap, keterampilan,
nilai-nilai atau norma tertentu, tujuan-tujuan
kelompok, dll.
LEVEL KAJIAN DALAM
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
• Makro: mempelajari hubungan antara
lembaga/institusi pendidikan dengan
lembaga/institusi sosial lainnya:
– Pendidikan dan keluarga/kelompok/komunitas:
pendidikan sebagai sarana pengalihan norma &nilai-
nilai kultural, pengajaran peran dan keterampilan dari
kelompok/keluarga kepada individu
– Pendidikan dan ekonomi: pendidikan adalah agen
pencetak tenaga kerjauntuk kepentingan pemilik
modal;
– Pendidikan dan politik: pendidikan melanggengkan
ideologi politik pendidikan yang tersentralisasi lebih
mudah dijadikan sebagai sarana untuk mengontrol
masyarakat.
• Meso: menggunakan prinsip atau konsep-
konsep sosiologi untuk memahami
persoalan yang terjadi di dalam
organisasi/sistem pendidikan atau
persekolahan:
• Sekolah sebagai agen birokrasi/kelompok
dominan (penguasa)
• strukturalstruktur yang terbentuk merupakan
relasi kekuasaan di antara para aktor di sekolah
dan di luar sekolah (suprastruktur)
• Partisipasi masyarakat di dalam pendidikan
desentralisasi
• Mikro: mempelajari interaksi sosial yang
berlangsung di dalam keseharian di sekolah:
– Interaksi di antara kepala sekolah-guru-murid
dalam memproduksi/mereproduksi dan
mengkonstruksikan iklim belajar/budaya sekolah
– Labeling (pemberian label): oleh guru kepada
siswa berdasarkan ekspektasi/harapan guru
terhadap siswa.
– Relasi dan pola pertemanan di antara murid-
murid: untuk meningkatkan prestasi belajar, atau
untuk melawan aturan/nilai-nilai yang menekan
‘kebebasan’ murid.

Anda mungkin juga menyukai