i
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Jepara, 21 November 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
2.1 Pentingnya Pendekatan dalam Memahami Agama ....................................... 2
2.2 Pendekatan Teologis Normatif dalam Memahami Agama ........................... 3
BAB III ................................................................................................................... 6
3.1 Simpulan ........................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Supiana, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Subdit Kelembagaaan Direktorat Pendidikan
Tingggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI 2012, hlm. 76
2
Ibid., hlm. 77
3
Ibid., hlm. 78
2
merasakan kehadiran agama secara fungsional. Sebaliknya tanpa
mengetahui pendekatan tersebut, maka tidak mustahil agama menjadi sulit
dipahami atau disalah pahami oleh masyarakat, tidak fungsional dan
akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama
dan hal ini tidak boleh terjadi.
4
Ibid., Hlm. 79
5
Andi Eka Putra, Al-Adyan : Sketsa Pemikiran Keagamaan dalam Perspektif Normatif,
Historis Dan Sosial-Ekonomi, UIN Raden Intan Lampung 2017, hlm. 210
6
Arif Shaifudin, El-Wasathiya : Memaknai Islam dengan Pendekatan Normatif, STAINU
Madiun 2017, hlm. 3
3
kelompok sendiri, komitmen dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan
bahasa yang subyektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai
pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran
teologis. Selain itu Mukti Ali juga mengemukakan bahwa memahami
agama dengan pendekatan normatif sebenarnya tidak menjadi masalah,
karena pendekatan dari suatu agama terhadap sesuatu masalah memang
bersifat normatif, dilihat dan dinilai dari segi doktrin agama. Akan tetapi
dalam hal perkembangan dalam pemahaman ajaran-ajaran agama di sini
akan terlihat gejala kemandekannya.7
Dalam Islam sendiri terdapat teologi tradisional seperti teologi
Mu‟tazilah, Teologi Asy‟ariyah dan Maturidiyah. Dan sebelumnya
terdapat juga teologi Khawarij dan Murji‟ah. Menurut Sayyed Husein Nasr
dalam era kontemporer ini terdapat 4 corak (prototype) pemikiran
keagamaan Islam, yaitu pemikiran keagamaan fundamentalis, modernis,
misianis dan tradisionalis.8
Dari pemikiran tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan
teologi dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang
menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan, yang
masing-masing bentuk forma atau simbolsimbol keagamaan tersebut
mengklaim dirinya sebagai yang paling benar, sedangkan pemahaman
yang lainnya dianggap sebagai salah. Aliran teologi yang satu, begitu
yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang benar, sedangkan paham
lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain itu keliru,
sesat, kafir, murtad dan seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh
keliru, sesat dan kafir itupun menyebut paham atau pendapat dirinyalah
yang benar dan menuduh kepada lawannya sebagai yang sesat, kafir,
bahkan paham itu berakhir dengan kesimpulan harus dimusnahkan.9
Jika dipaahami uraian tersebut di atas, maka terlihat bahwa
pendekatan teologi dalam memahami agama cenderung bersikap tertutup,
7
Ibid., hlm. 5
8
Supiana., Op. Cit., hlm. 80
9
Loc. Cit., 80
4
tidak ada dialog, parsial, saling menyalahkan, saling mengkafirkan, yang
pada akhirnya terjadi pengkotak-kotakan umat, tidak ada kerja sama dan
tidak terlihat adanya kepedulian sosial. Dengan pendekatan demikian,
maka agama cenderung hanya merupakan keyakinan dan pembentuk sikap
keras dan dampak sosial yang kurang baik. Melalui pendekatan teologi ini
agama menjadi buta terhadap masalah-masalah sosial dan cenderung
menjadi lambang identitas yang tidak memiliki makna.10
Pendekatan teologis ini erat kaitannya dengan pendekatan
normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi
ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya belum
terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologis ini
agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan, tidak ada
kekurangan sedikitpun dan nampak bersikap ideal.
Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan seperangkat
cirinya yang khas. Untuk agama Islam misalnya, secara normatif pasti
benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk bidang sosial agama tampil
menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan,
tolong-menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk
bidang ekonomi agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan,
kejujurandan saling menguntungkan. Untuk bidang ilmu pengetahuan,
agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai keterampilan, keahlian
dan sebagainya. Demi kian pula untuk bidang bidang lain, seperti
pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan
sebagainya agama tampil sangat ideal dan dibangun berdasarkan dalil-dalil
tekstual yang terdapat dalam ajaran agama.
10
Ibid., hlm. 83
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam memahami kajian Islam diperlukan pendekatan-pendekatan,
karena karena melalui pendekatan tersebut penganut agama dapat
merasakan kehadiran agama secara fungsional. Sebaliknya tanpa
mengetahui pendekatan tersebut, maka tidak mustahil agama menjadi sulit
dipahami atau disalah pahami oleh masyarakat, tidak fungsional dan
akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama
dan hal ini tidak boleh terjadi.
Dalam pendekatan teologis normatif, teologis merupakan hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan sedangkan normatif diartikan sebagai
hal yang mengikuti aturan atau norma tertentu. Pendekatan normatif
adalah sebuah upaya memahami dan mengenali wajah Islam dengan
memandang Islam dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan
yang di dalamnya belum terdapat penalaran manusia. Sedangkan teologis
adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-
simbol keagamaan, yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar,
sedangkan pemahaman yang lainnya dianggap sebagai salah. Kekurangan
pendekatan teologis antara lain bersifat eksklusif-dogmatis, tidak mau
mengakui agama lain dan sebagainya. Kekurangan ini dapat diatasi dengan
cara melengkapinya dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan
lainnya.
Kelebihan pendekatan teologis normatif adalah seseorang memiliki
sikap militansi dalam beragama, yakni berpegang teguh kepada yang
diyakininya sebagai yang benar tanpa memandang dan meremehkan
agama lainnya. Alangkah baiknya umat Islam tidak hanya memahami
Islam melalui pendekatan teologis saja, agar pemahaman tentang Islam
menjadi integral, universal, dan komprehensif.
6
DAFTAR PUSTAKA