Anda di halaman 1dari 18

Doa Nabi Ibrahim kepada Allah Atas Keturunannya

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Qur’an Hadist 2 pada
Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Semester 3

Kelompok 12 :
FATMA WELDAYANTI 02181099
RIZKA NAVISA 02181112

DOSEN PEMBIMBING : M. Zubaedy, S.Pd.I,. M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


BONE
2019
KATA PENGANTAR

‫بِس ِْم هّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena limpahan

rahmat hidayah-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah dengan judul

“Doa Nabi Ibrahim kepada Allah atas Keturunannya” ini. Shalawat serta salam

tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai

king of the king, king of the world yang telah menggulung tikar-tikar kejahilihan

dan mampu membentangkan tikar–tikar kebenaran. Berdasarkan pentujung dan

hidayah dari sang Pencipta yaitu Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.

Selanjutnya dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca

apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat kami revisi kembali.

Karena kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta yaitu

Allah SWT. Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap

pihak yang telah mendukung serta membatu kami selama proses menyelesaikan

makalah hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah

yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Wallahul Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.

Watampone, 30 Oktober 2019

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...…………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………….………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1

C. Tujuan Penulisan………………………………………………….……….1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..……..2

A. Tinjauan Umum Tentang Doa....……………………………….…………2

B. Doa Nabi Ibrahim kepada Allah atas Keturunannya……………...………5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..13

A. Simpulan…………………………………………………………………13

B. Saran ……………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam shalawat yang Kita lantunkan setiap Shalat dan di luar shalat, Kita

memohon kepada Allah agar Allah memberi rahmat, keselamatan dan

kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Allah

memberi keselamatan dan kesejahteraan pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ini

menunjukkan bahwa Ibrahim Alaihis Salaam memiliki kedudukan istimewa di

hadapan Allah Azza wa Jalla. Beliau diberi gelar Kholilullah (Kekasih Allah) dan

disebut sebagai “Abul Anbiya” (Bapaknya Para Nabi).

Pada kenyataan sejarah Para Rasul yang berjumlah tiga ratusan dan para Nabi

yang berjumlah seratus dua puluh empat ribu kebanyakan dari keturunan Nabi

Ibrahim, termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Untuk itu

penulis berusaha memaparkan beberapa hal keistimewaan nabi Ibrahim serta doa-

doa beliau terhadap para keturunannya.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan tinjauan umum tentang doa!

2. Bagaimana doa Nabi Ibrahim kepada Allah atas Keturunannya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tinjauan umum tentang doa.

2. Untuk mengetahui doan Nabi Ibrahim kepada Allah atas keturunannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum tentang Doa

1. Pengertian Doa

Secara bahasa, kata “doa” itu bermakna seruan, jadi berdoa itu artinya

menyeru, mengucap dan memanggil. Sedangkan secara istilah, menurut Ath-

Thibiy yang dikutip dari buku Do’a Ajaran Ilahi, do’a ialah menampakkan

kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tiada daya dan tiada

berkekuatan, kemudian menyatakan hajat, keperluan, dan ketundukan kepada

Allah SWT.1

Do’a adalah merasa butuh kepada Allah dan membuang perasaan bahwa

dirinya memiliki tenaga atau kekuatan. Do’a adalah tanda penghambaan dan

ketundukan sebagai manusia. Dalam do’a terdapat makna pujian kepada Allah

dan pengakuan akan kemurahan dan kemuliaan-Nya. Do’a menuntut hadirnya

hati ke hadirat Allah, dan do’a adalah puncak ibadah.2

2. Keutamaan dan Keistimewaan Doa

Banyak sekali ayat al-Quran dan dan Hadits Nabi SAW yang

menerangkan keutamaan do’a. Antara lain sebagai berikut:3

a. QS. Al-Baqarah 2: 186

ِ ‫َّاع إِ َذا َدع‬


ۖ ‫ان‬:::َ ِ ‫د‬:::‫وةَ ال‬:::ْ ُ ‫يب ۖ أُ ِج‬
َ ‫يب َدع‬ ٌ ‫ ِر‬:::َ‫إِنِّي ق‬:::َ‫ا ِدي َعنِّي ف‬:::َ‫أَلَكَ ِعب‬:::‫س‬
َ ‫َوإِ َذا‬
ْ َ‫فَ ْلي‬
ُ ‫ست َِجيبُوا لِي َو ْليُؤْ ِمنُوا بِي لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر‬
َ‫شدُون‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan

1
Masykhur dan Jejen Musfah, Do’a Ajaran Ilahi: Kumpulan Do’a Dalam Al-Qur’an Beserta
Tafsirnya, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2013), h. 2-3.
2
Ummu Muhammad Rasyid, Allah Mendengar Setiap Keluhan: Setiap Kesulitan Pasti Ada
Kemudahan, (Cet ke-1; Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), h. 24-25.
3
Abu Hamid Al-Ghazali, Rahasia Dzikir dan Do’a, (Cet ke-7; Bandung: Penerbit Karisma,
1998), h. 46.

2
3

hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada


dalam kebenaran.”4
b. QS. Al-A’raf 7: 55

َ‫ض ُّرعًا َو ُخ ْفيَةً ۚ إِنَّهُ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْعتَ ِدين‬


َ َ‫ا ْدعُوا َربَّ ُك ْم ت‬
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.”5
c. QS. Al-Isra’ 17: 110

ْ َ ‫هُ اأْل‬:َ‫ ْدعُوا فَل‬:َ‫ا ت‬:‫ا َم‬:ًّ‫ َّر ْح ٰ َمنَ ۖ أَي‬:‫وا ال‬:ُ‫قُ ِل ا ْدعُوا هَّللا َ أَ ِو ا ْدع‬
ْ ‫ َما ُء ا ْل ُح‬:‫س‬
‫نَ ٰى ۚ َواَل‬:‫س‬
ٰ
َ َ‫صاَل تِ َك َواَل ت َُخافِتْ بِ َها َوا ْبت َِغ بَيْنَ َذلِك‬
‫سبِياًل‬ َ ِ‫ت َْج َه ْر ب‬
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna
(nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannyadan
carilah jalan tengah di antara kedua itu".6

Do’a adalah memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa melalui perantara

nama-nama dan sifat-sifat-Nya untuk mendatangkan perkara yang dinginkan

dan dicintai, atau menolak perkara yang dibenci dan ditakuti. Do’a adalah

salah satu ibadah yang paling mulia. 7 Allah telah memerintahkan untuk

berdo’a, seperti disebutkan dalam firman-Nya:

َ‫يَد ُْخلُون‬:‫س‬
َ ‫ا َدتِي‬::َ‫تَ ْكبِرُونَ عَنْ ِعب‬:‫س‬ ْ َ‫ونِي أ‬::‫ا َل َربُّ ُك ُم ا ْد ُع‬::َ‫َوق‬
ْ َ‫ت َِج ْب لَ ُك ْم ۚ إِنَّ الَّ ِذينَ ي‬:‫س‬
َ‫َج َهنَّ َم دَا ِخ ِرين‬
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam Keadaan hina dina". (Q.S., Al-Mu’min 40: 60)8
Ini adalah bentuk kemurahan Allah dan karunia-Nya. Dia telah

memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, dan dia menjamin

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV PENERBIT J-ART,
2004), h. 29.
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 158.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 294.
7
Ummu Muhammad Rasyid, Allah Mendengar Setiap Keluhan: Setiap Kesulitan Pasti Ada
Kemudahan, h. 30-31.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 475.
4

akan mengabulkannya. Sebagaimana dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri,

“Wahai yang paling mencintai hamba yang paling banyak permintaannya!

Wahai Dia yang paling membenci hamba yang tidak mau meminta kepada-

Nya! Tidak ada seorang pun berbuat demikian selain Engkau, Wahai

Tuhanku!”. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫ال ُّدعَا ُء هُ َو ال ِعبَا َدة‬


”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi no. 2969. Dinilai shahih oleh
Syaikh Al-Albani)
Do’a juga sebagai peredam murka Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda:
َ ‫َم ْن لَ ْم يَسْأ َ ِل هَّللا َ يَ ْغ‬
‫ضبْ َعلَ ْي ِه‬
“Barangsiapa yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka
padanya.” (HR. Tirmidzi no. 3373. Syaikh Al Albani mengatakan 
bahwa hadits ini hasan).
Doa memiliki keistimewaan yang sangat banyak, jarang terdapat pada

ibadah-ibadah yang lain. Adapun keistimewaannya yaitu:9

a. Manfaat do’a terjadi pada waktu hidup dan sesudah mati, seperti do’a

anak, orang tua, kerabat atau teman.

b. Kemudahannya dan tidak terikat dengan waktu, tempat, dan kondisi.

Namun, dalam keistemawaan ini, do’a disayingi oleh dzikir yang juga

merupakan do’a.

c. Suatu keharusan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah yang lain.

Orang yang beribadah shalat, puasa, zakat, haji atau ibadah lainnya

sering dikuasai oleh sikap lupa. Sedangkan berdo’a, maka ia harus

menghadirkan hatinya.

d. Do’a adalah otak ibadah. Otak adalah pengatur anggota tubuh dan

penentu eksistensi manusia. Do’a dapat membuka pintu hati,


9
Ummu Muhammad Rasyid, Allah Mendengar Setiap Keluhan: Setiap Kesulitan Pasti Ada
Kemudahan, h. 35.
5

menumbuhkan rasa ketundukan yang sempurna, dan perasaan selalu

membutuhkan Tuhan dalam semua kondisi yang dihadapi.

e. Do’a menunjukkan kerendahan, kelemahan, rasa membutuhkan,

penghambaan dan pengagungan Tuhan.

Keistimewaan-keistimewaan diatas menunjukkan betapa agung dan

tingginya kedudukan do’a. Dialah yang telah menentukan kebaikan, tentu

telah menentukan sebab-sebab untuk mendatangkannya. Ada orang

beranggapan bahwa do’a itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang

lemah. Hanya orang yang butuh kepada Allah saja yang mau berdoa,

sementara yang kuat merasa tidak perlu berdoa. Namun, kalau dilihat

dalam Al-Quran, ternyata para Nabi dan Rasul senantiasa berdo’a, padahal

mereka adalah orang-orang yang cukup kuat, baik secara mental maupun

fisiknya. Bahkan, nasib mereka telah dijamin oleh Allah SWT. Oleh

karena itu, tidaklah pantas jika kita bersikap sombong, karena Allah lah

Yang Maha Kuasa yang berhak mentetapkan segala sesuatunya.

B. Doa Nabi Ibrahim kepada Allah atas Keturunannya

Nabi Ibrahim As adalah seorang nabi yang mendapat karunia yang sangat

besar dari Allah Swt. Semenjak kecil beliau terbebas dari kemusyrikan seperti

yang dilakukan bapak dan kaumnya. Nabi Ibrahim menjadi seorang yang hanif

(berpegang teguh dalam kebenaran dan tidak pernah meninggalkannya) dan imam

bagi manusia10, seperti yang di sebutkan dalam al-Qur’an yaitu:

ْ ‫ ِه‬:‫ا ِك ًرا أل ْن ُع ِم‬:‫ش‬


ُ‫اه‬::َ‫اجتَب‬ ْ ‫ ُك ِمنَ ا ْل ُم‬:َ‫ا َولَ ْم ي‬::ً‫ا هَّلِل ِ َحنِيف‬::ً‫انَ أُ َّمةً قَانِت‬::‫را ِهي َم َك‬:
َ َ‫ ِر ِكين‬:‫ش‬ َ :‫إِنَّ إِ ْب‬
ٍ ِ‫ستَق‬
‫يم‬ ْ ‫ص َرا ٍط ُم‬ ِ ‫َو َهدَاهُ إِلَى‬

10
M. Ahmad Jadul Mawla dan M. Abu al-Fadhl Ibrahim, Qashash al-Qur’an, di terjemahkan
dari bahasa arab oleh Abdurrahman Assegaf dengan judul “Kisah-kisah al-Qur’an”, (Jakarta:
Zaman, 2009), h. 69-70.
6

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan


teladan) lagi patuh kepada Allah dan hanif.dan dia bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah. dia mensyukuri nikmat-
nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang
lurus.” (QS. Al-Nahl 16: 120-121)11

Nabi Ibrahim As juga termasuk nabi yang mendapat gelar ululazmi, yakni

nabi yang diuji oleh Allah Swt dengan ujian dan tantangan yang berat. Setiap

ujian yang Allah berikan dapat dihadapi oleh nabi Ibrahim dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran. Ada beberapa ciri keistimewaan Nabi Ibrahim yang

membedakannya dengan nabi-nabi yang lain. Pertama, Nabi Ibrahim memperoleh

pengetahuan tentang Tuhan dengan cara pencarian yang cukup panjang;

pengamatan dan berpikir. Kedua, ia menyebarkan dan memperjuangkan

keyakinannya itu kepada berbagai bangsa. Ketiga, ia adalah orang yang teruji

dengan berbagai perintah dan larangan Allah. Oleh karena itu, ia dipilih sebagai

pemimpin umat manusia.12

Nabi Ibrahim As selalu menyerahkan segala ujian hidupnya kepada Allah Swt,

dengan disertai doa-doa yang ia panjatkan. Sebagai contoh, ketika nabi Ibrahim

meninggalkan isteri dan anaknya (Siti Hajar dan nabi Ismail) yang sangat

dicintainya di daerah yang tandus dan tiada pepohonan, tetapi karena hal tersebut

atas perintah Allah Swt, nabi Ibrahim melakukannya dengan penuh ikhlas

menyambut seruan Allah.13 Hal ini telah Allah abadikan dalam al-Qur’an surat

Ibrahim ayat 37:

َ :ِ‫ َك ْنتُ ِمنْ ُذ ِّريَّتِي ب‬: ‫س‬


ٍ ‫ ِر ِذي ز َْر‬: ‫وا ٍد َغ ْي‬:
‫وا‬::‫ا لِيُقِي ُم‬::َ‫ َّر ِم َربَّن‬:‫كَ ا ْل ُم َح‬::ِ‫ َد بَ ْيت‬: ‫ع ِع ْن‬ ْ َ‫ا إِنِّي أ‬::َ‫َربَّن‬
َ‫ش ُكرُون‬ ْ َ‫ت لَ َعلَّ ُه ْم ي‬ِ ‫ار ُز ْق ُه ْم ِمنَ الثَّ َم َرا‬
ْ ‫س تَ ْه ِوي إِلَ ْي ِه ْم َو‬ِ ‫اج َع ْل أَ ْفئِ َدةً ِمنَ النَّا‬
ْ َ‫صاَل ةَ ف‬َّ ‫ال‬
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 282.
12
Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur’an: Tafsir Al-Qur’an Berdasarkan Konsepkonsep
Kunci (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 78.
13
Muhammad Rusli Amin, Jangan Abaikan Doa Ayah (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi, 2010),
h. 35-36.
7

itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian


manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-
buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”14
Sebagaimana ayat di atas, salah satu bentuk keteladanan nabi Ibrahim As yang

telah Allah Swt abadikan di dalam al-Qur’an adalah doa-doanya. Nabi Ibrahim

selalu mengiringi segala usahanya dengan berdoa kepada Allah Swt. Oleh karena

itu, penulis ingin menjelaskan beberapa ayat Al-qur’an yang berisi doa nabi

Ibrahim untuk keturunannya, yaitu:

1. Q.S. Al-Baqarah 2: 128

      


       
   
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang
tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara
dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”15
Dalam do’anya Nabi Ibrahim memohon agar dirinya dan keturunannya

dijadikan sebagai orang yang benar-benar muslim. Ada yang mengatakan

bahwa keturunannya tersebut hanya bangsa arab dan Israel, melalui garis

Isma’il dan Ishaq. Dan ada juga yang mengatakan seluruh umat pengikut

ajaran Ibrahim. Yang terakhir inilah yang dikatakan Ibnu Jarir.16

2. Q.S. Al-Baqarah 2: 129

      


    
     
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-

14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 261.
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 21.
16
Masykhur dan Jejen Musfah, Do’a Ajaran Ilahi: Kumpulan Do’a Dalam Al-Qur’an Beserta
Tafsirnya, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2013), h. 181.
8

Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang


Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”17
Do’a ini adalah do’a Nabi Ibrahim a.s. agar Allah SWT mengangkat

seorang pemimpin dari kalangan anak keturunannya, bukan sekedar dari anak

cucunya untuk ahli haram (makkah). Hal ini dimaksudkan untuk

kesempurnaan dakwah Ibrahim dalam menyebarkan ajaran tauhid kepada-

Nya.18

Permohonan (do’a) Nabi Ibrahim a.s. ini dikabulkan, dengan terutusnya

Muhammad Ibn Abdullah menjadi seorang Rasul dan Khatam al-nabiyyin,

yang bukan diperuntukkan untuk bangsa arab saja, tetapi juga untuk seluruh

umat manusia.

3. Q.S. Ibrahim 14: 35-4019

a. Q.S. Ibrahim 14: 35

      


      
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri Ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah Aku beserta
anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
Do’a ini dibaca Ibrahim setelah ia meninggikan Baitullah untuk yang

kedua kalinya. Motivasi Nabi Ibrahim a.s. membaca do’a tersebut karena

beliau melihat kaumnya gemar menyembah berhala berhala. Kita tahu,

bapaknya sendiri hidup dari memproduksi berhala-berhala. Oleh karena

itu, ia menginginkan negerinya ini dibebaskan dari macam-macam

berhala.

b. Q.S. Ibrahim 14: 37

       


     
17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 21.
18
Masykhur dan Jejen Musfah, Do’a Ajaran Ilahi: Kumpulan Do’a Dalam Al-Qur’an Beserta
Tafsirnya,, h. 165.
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 261.
9

     


    
 
“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan
mereka bersyukur.”
Do’a ini dibaca Ibrahim ketika meninggalkan istri dan anaknya, siti

hajar dan isma’il, di tengah – tengah padang pasir yang tandus dan

gersang, yaitu tanah makkah tanpa bekal dan tanpa bahan makanan.20

Ia menyerahkan sepenuhnya kepada kekuasaan Allah SWT tentang

keselamatan nasibnya. Memang pada akhirnya, ketika bekal yang dibawa

Hajar habis, air susunya sudah kering, sementara Ismail menangis

kehausan, Hajar mulai mencari air. Ia pun mulai mencari kesana-kemari

(potang –panting) antara bukit shafa dan marwa yang kemudian

diabadikan dengan sa’i dalam haji, yang harus dilakukan oleh setiap

jamaah yang melaksanakan ibadah haji. Allah menolongnya dengan

melalui kaki ismail yang mendepak-depak bumi saat kehausan itu. Lalu

keluarlah dari bekas depakannya itu mata air. “sumur zam-zam”

sebagaimana yang kita kenal sampai saat ini.

Allah mengabulkan doa Ibrahim a.s. ini selain terpenuhi kebutuhan

materi untuk memebri makan kepada dirinya dan anaknya, ia dan

keluarganya juga diangkat menjadi orang yang dihormati di tengah-tengah

bangsa Arab, bahkan umat dunia. Terbukti dengan banyak orang yang

mengikutinya ketika melaksanakan sa’i dalam ibadah haji.

c. Q.S. Ibrahim 14: 40


20
Masykhur dan Jejen Musfah, Do’a Ajaran Ilahi: Kumpulan Do’a Dalam Al-Qur’an Beserta
Tafsirnya,, h. 163.
10

        


 
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang
tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
Do’a ini adalah do’a Nabi Ibrahim a.s yang dibaca setelah setelah

beliau berputra Ismail dan Ishaq. Beliau berharap agar kedua anaknya,

ismail dan ishaq sera keturunannya menjadi orang-orang yang taat

mendirikan sholat dan menjaganya.21

Do’a ini merupakan contoh bagi kita, bahwa ketika berdo’a, selain

berdo’a untuk diri kita sendiri, sebaiknya juga mendo’akan anak keturunan

kita sebgaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. Hal ini dimaksudkan

agar keturunan-keturunan kita seperti keturunan Nabi Ibrahim, shalih dan

berpegang teguh dalam menjalankan agama Allah.

4. Q.S. Ash-Shaffat 37: 10022

     


“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh.”
Do’a ini adalah permohonan Nabi Ibrahim a.s. agar diberikan seorang

anak yang shaleh dan sabar, ini telah dikabulkan oleh Allah SWT, yakni

dengan lahirnya Isma’il. Dan kesalehan anaknya itu juga langsung dibuktikan

oleh Allah melalui perintah-Nya, yakni untuk berkurban.

Tidak diragukan lagi bahwa posisi Nabi Ibrahim dalam panggung kehidupan

manusia di muka bumi dan sepanjang zaman sangatlah penting. Hal ini karena

Beliau memiliki keimanan yang terbaik sepanjang sejarah, dan ketauhidan yang

menjadi contoh bagi semua umat manusia. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam

ayat berikut ini.

21
Masykhur dan Jejen Musfah, Do’a Ajaran Ilahi: Kumpulan Do’a Dalam Al-Qur’an Beserta
Tafsirnya,, h. 113-114.
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 450.
11

       


       
       
     
…… ...  

“Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada
kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu
dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja......” (Q.S Al-
Mumtahanah 60: 4)23

Yang paling disukai Allah dalam pribadi Ibrahim Alaihis salaam adalah

keteguhannya dalam mendakwahkan nilai-nilai Tauhidullah. Beliau sangat berani

menyatakan kebenaran ajaran Tauhid meskipun orang-orang kafir semakin sengit

memusuhinya.

Nabi Ibrahim menolak segala bentuk penyembahan kepada selain Allah, baik

dalam bentuk benda-benda yang disembah seperti patung berhala maupun konsep

atau pandangan hidup yang salah dan dianut Kaum Jahiliyyah di masa Beliau.

Nabi Ibrahim dengan terus terang menyatakan permusuhan terhadap seluruh

kemusyrikan, kekufuran dan kedurhakaan. Beliau pernah melakukan tindakan

yang sangat menggemparkan yaitu dengan memotong kepala patung-patung dan

disisakannya satu patung paling besar, lantas kapak yang digunakan untuk

menghancurkan patung-patung itu digantungkan di leher patung terbesar itu.

Tentu saja hal ini membuat berang para pemuka kemusyrikan sehingga mereka

memutuskan Ibrahim AS harus dihukum dengan hukuman paling keji yaitu

dibakar hidup-hidup. Menghadapi hukuman ini Beliau tetap sabar dan tegar, tanpa

rasa takut. Akhirnya ketika hukuman terhadap Beliau dilaksanakan, Allah

23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 550.
12

menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari kobaran api. Untuk itu diharapkan kepada

seluruh umat muslim untuk mencontohi keteguhan iman para nabi terdahulu, baik

dalam menjalankan syari’at maupun dalam hal mendoakan apapun.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Do’a adalah merasa butuh kepada Allah dan membuang perasaan bahwa

dirinya memiliki tenaga atau kekuatan. Do’a adalah tanda penghambaan

dan ketundukan sebagai manusia. Dalam do’a terdapat makna pujian

kepada Allah dan pengakuan akan kemurahan dan kemuliaan-Nya.

2. Keistimewaan doa adalah:

a. Manfaat do’a terjadi pada waktu hidup dan sesudah mati, seperti do’a

anak, orang tua, kerabat atau teman.

b. Kemudahannya dan tidak terikat dengan waktu, tempat, dan

kondisi. Namun, dalam keistemawaan ini, do’a disayingi oleh dzikir yang

juga merupakan do’a.

c. Suatu keharusan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah yang lain.

Orang yang beribadah shalat, puasa, zakat, haji atau ibadah lainnya

sering dikuasai oleh sikap lupa. Sedangkan berdo’a, maka ia harus

menghadirkan hatinya.

d. Do’a adalah otak ibadah. Otak adalah pengatur anggota tubuh dan

penentu eksistensi manusia. Do’a dapat membuka pintu hati,

menumbuhkan rasa ketundukan yang sempurna, dan perasaan selalu

membutuhkan Tuhan dalam semua kondisi yang dihadapi.

e. Do’a menunjukkan kerendahan, kelemahan, rasa membutuhkan,

penghambaan dan pengagungan Tuhan.

3. Doa Nabi Ibrahim kepada Allah atas Keturunannya dalam Al-Qur’an

adalah:

a. Q.S. Al-Baqarah 2: 128.

13
14

b. Q.S. Al-Baqarah 2: 129.

c. Q.S. Ibrahim 14: 35.

d. Q.S. Ibrahim 14: 37.

e. Q.S. Ibrahim 14: 40.

f. Q.S. Ash-Shaffat 37: 100.

B. Saran

Dari makalah yang kami susun, kami sangat menyarangkan agar

kiranya dalam membacanya agar bisa fokus. Karena tidak menutup

kemungkinan, dalam makalah yang sudah kami buat ini terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka dari itu, Kami meminta kritik beserta saran

yang bersifat membangun. Agar pada penulisan berikutnya bisa lebih baik

lagi. Terimakasih atas perhatiannya.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Abu Hamid. Rahasia Dzikir dan Do’a. Bandung: Penerbit Karisma.

1998.

Amin, Muhammad Rusli. Jangan Abaikan Doa Ayah. Jakarta: Pustaka Al-

Mawardi. 2010.

Assegaf, Abdurrahman. Kisah-kisah al-Qur’an. Jakarta: Zaman. 2009.

Musfah, Masykhur dan Jejen. Do’a Ajaran Ilahi: Kumpulan Do’a Dalam Al-

Qur’an Beserta Tafsirnya. Bandung: Mizan Media Utama (MMU). 2013.

Raharjo, Dawam. Ensiklopedi al-Qur’an: Tafsir Al-Qur’an Berdasarkan

Konsepkonsep Kunci. Jakarta: Paramadina. 2002.

Rasyid, Ummu Muhammad. Allah Mendengar Setiap Keluhan: Setiap Kesulitan

Pasti Ada Kemudahan. Jakarta: Pustaka Azzam. 2005.

RI, Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV

PENERBIT J-ART. 2004.

15

Anda mungkin juga menyukai