Anda di halaman 1dari 21

Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan
Islam 2 pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Semester 3

Kelompok 3 :
ANDI MUSFIRA 02151046
SULTAN HASANUDDIN 02181110
RIZKA NAVISA 02181112

DOSEN PEMBIMBING : SULTAN HASANUDDIN, S.Pd.I., M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


BONE
2019
KATA PENGANTAR

‫بِس ِْم هّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena limpahan

rahmat hidayah-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah dengan judul

“Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah” ini. Shalawat serta

salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

sebagai king of the king, king of the world yang telah menggulung tikar-tikar

kejahilihan dan mampu membentangkan tikar–tikar kebenaran. Berdasarkan

pentujung dan hidayah dari sang Pencipta yaitu Allah SWT yang Maha Pemurah

lagi Maha Penyayang.

Selanjutnya dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca

apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat kami revisi kembali.

Karena kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta yaitu

Allah SWT. Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap

pihak yang telah mendukung serta membatu kami selama proses menyelesaikan

makalah hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah

yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Wallahul Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.

Watampone, 10 November 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...…………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………….………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2

C. Tujuan Penulisan………………………………………………….……….2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..……..3

A. Sejarah berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah ...………………….…………3

B. Pekembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah..……9

C. Masa kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah...……………………………15

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..17

A. Simpulan…………………………………………………………………17

B. Saran ……………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7. Islam mulai

berkembang di Mekah. Selanjutnya Islam mengalami perkembangan dengan

perluasan wilayah ke Madinah. Disanalah dibentuk semacam pemerintahan yang

berdasarkan konstitusi yang disebut piagam Madinah.

Islam bukanlah sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius. Tapi Islam

juga membawa sebuah peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah kemudian

dilanjutkan pada masa kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai

memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan perluasan

wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah

Bani Umayyah dan Abbasiyah.

Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani

Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia

saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi besar-besaran ke daerah

Asia, Afrika sampai Eropa. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah

melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah

karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman

Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn

Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah

pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal

132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-12 ( Ratu

Suntiah dan Maslani, 1997:44). Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan

diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari

1
2

segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas melawan

pasukan Marwan Ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah) yang akhirnya

dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria,

berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah

kekuasaan Abbasiyah (A. Syalabi. 2008: 175). Pada masa inilah masa kejayaan

Islam yang mengalami puncak keemasan pada masa itu berbagai kemajuan dalam

segala bidang mengalami peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik

dan sistem pemerintahannya. Untuk itu, dimakalah ini akan kami paparkan

mengenai berbagai kemajuan dalam segala bidang serta kemunduranya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah?

2. Bagaimana Pekembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Bani

Abbasiyah?

3. Apa Masa Kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Sejarah berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah.

2. Untuk mengetahui Pekembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Bani

Abbasiyah.

3. Untuk mengetahui Masa kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

1. Proses Lahirnya Bani Abbasiyah

Lahirnya Bani Abbasiyah tahun 750 M, adalah peran besar dari

keturunan Hasyim yang bernama Abu Abbas. Nama Abbasiyah yang

dipakai untuk nama bani ini adalah di ambil dari nama bapak pendiri

Abbasiyah yaitu Abbas bin Abdul Mutalib paman Nabi Muhammad Saw.

Proses lahirnya Abbasiyah di mulai dari kemenangan Abu Abbas Assafah

dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah

yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar

assafah karena dia pemberani dan dia mampu memainkan mata pedangnya

kepada lawan politiknya. Semua lawan politiknya di perangi dan di kejar-

kejar, diusir keluar dari wilayah kekuasaan Abbasiyah.

Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn

Abdullah Ibn al- Abbas.1 Sebagai pendiri Bani Abbasiyah, masa

kepemimpinannya sangat singkat, hanya 4 tahun beliau memerintah akan

tetapi mampu menciptkan suasana dan kondisi Abbasiyah yang seteril dari

keturunan Bani Umayyah sebagai lawan politik yang baru di kalahkan dan

dikuasainya. Sikap tegas dan berani yang ditunjukkan oleh Khalifah Abu

Abbas Assafah ketika membuat kebijakan pada saat berdirinya Bani

Abbasiyah dengan berani memberantas semua keturunan Umayyah dari

wilayah yang dikuasainya. Dampak dari kebijakan tersebut dapat dilihat dari

suasana pusat wilayah Abbasiyah yang baru menjadi kondusif dan

perkembangan peradaban dapat dikendalikan oleh Abu Abbas Assafah.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 49.

3
4

Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem

internal dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada

keruntuhan dinasti Umayah di Damaskus, maka upaya untuk

menggantikannya dalam memimpin umat Islam adalah dari kalangan bani

Abbasiyah.2

Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas

kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim yang

secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang

Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. Oleh

karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan

yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah.3 Di

antara yang mempengaruhi berdirinya khilafah bani Abbasiyah adalah adanya

beberapa kelompok umat yang sudah tidak mendukung lagi terhadap

kekuasaan imperium bani Umayah yang notabenenya korupsi, sekuler dan

memihak sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok Syiah dan

Khawarij4 serta kaum Mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang

mayoritas dari Persi).

Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah,

wilayah geografis dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi

Mesir, Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini

mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah

lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan peradaban

setiap daerah.

2
Dudung Abdurrahman dkk.Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: LESFI, 2003), h. 118
3
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009), h. 143.
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 49-50.
5

Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa

persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan

mengadopsi sistim Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil

beberapa pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu kota

kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama

yang berlainan seperti bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan

Majusi.

Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi

berdasarkan ras atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan, menurut jarzid

Zaidan, masyarakat Abbasiyah terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus

dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah (Bani

Hasyim) para pembesar negara (Menteri, gubernur dan panglima), Kaum

bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada umumnya. petugas khusus,

tentara dan pembantu Istana. Sedangkan kelas umum terdiri dari para seniman,

ulama, pujangga fukoha, saudagar dan penguasa buruh dan petani. Sebelum

daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan

kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan

tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan

keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya

Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan

Khurasan.

Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim

bermukim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga

Abbas. Humaimah terletak berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan

kota yang penduduknya menganut aliran Syi‘ah pendukung Ali bin Abi

Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengan golongan Bani


6

Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknya

mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen

pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah

terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang

menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan

dukungan.

Selama kekuasaan mereka tersebut, peradaban Islam sangat berkembang.

Jika pada masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka

pada masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah berkembangnya

peradaban Islam. Kalau dinasti Umayyah terdiri atas orang-orang ‘Arab

Oriented’, dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional, assimilasi corak

pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.

Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan menjadi

dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam. Diktum dari Tsalabi: ‘ al-Mansur

sang pembuka, al-Ma’mun sang penengah, dan al-Mu’tadhid sang Penutup’

mendekati kebenaran, Setelah al-Watsiq pemerintahan mulai menurun hingga

al-Mu’tashim khalifah ke 37, jatuh dan mengalami kehancuran di tangan

orang Mongol 1258.

2. Golongan Pemerintahan Bani Abbasiyah

Berdasarkan golongan yang memerintah, dinasti Abbasiyah dibagi dalam

lima periode, yaitu:

a. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode

pengaruh Persia pertama.

b. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/9445 M), disebut masa

pengaruh Turki pertama.


7

c. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan

dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini

disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

d. Periode Keempat(447 H/1055 M – 590 H/1194 M), Masa kekuasaan

dinasti bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Pengaruh

ini disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.

e. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas

dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar

kota Baghdad.5

3. Khalifah-Khalifah Bani Abbasiyah

No Khalifah No. Khalifah

1. Abu Abbas Assafah (132-136 H) 20. Al-Rodhi (322-329 H)

2. Abu Ja’far Almansur (136-158 H) 21. Al-Muttaqi (329-333 H)

3. Al-Mahdi Ibnalmansur(158-169H) 22. Al-Mustafi (333-334 H)

4. Abu Musa Al-Hadi (169-170 H) 23. Al-Muthi’ (334-362 H)

5. Harun Ar-Rasyid (170-193 H) 24. Al-Tha’i (362-381 H)

6. Muhammad Al-Amin (193-198 H) 25. Al-Qadir (381-422 H)

7. Abdullah Al-Makmun (198-218 H) 26. Al-Qo’im (422-467 H)

8. Al-Muktasim (218-227 H) 27. Al-Muqtadir (467-487 H)

9. Al-Wastiq (227-232 H) 28. Al-Mustadir (487-412 H)

10. Al-Mutawakkil (232-247 H) 29. Al-Mustarsyid (412-429 H)

11. Al-Muntasir (247-248 H) 30. Ar-Rasyidi (429-530 H)

12. Al- Mustain (248-252 H) 31. Al-Muktafi (530-555 H)

13. Al-Mu’taz (252-255 H) 32. Al-Mustanji (555-566 H)


5
Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni. Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007), h.
117.
8

14. Al-Muhtadi (255-256 H) 33. Al-Mustadhi (566-575 H)

15. Al-Mu’tamid (256-279 H) 34. An-Nasyir (575-622 H)

16. Al-Mu’tadhid (279-289 H) 35. Az-Zahir (622-623 H)

17. Al-Muktafi (289-295 H) 36. Al-Muntasir (623-640 H)

18. Al-Muktadir (295-320 H) 37. Al-Mustasim Billah (640-656 H)

19. Al-Qohir (320-322 H)

Dari semua khalifah pada masa dinasti Bani Abbasiyah, khalifah yang

terkenal adalah Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Al-Rasyid, Al-Makmum dan

Al-Muktasim.6

4. Kebijakan Khalifah Bani Abbasiyah7

Khalifah Abu Ja’far al-Mansur, khalifah kedua dari pemerintahan Bani

Abbasiyah menetapkan kebijakan pemerintahan Abbasiyah sebagai kontrol

pemerintahan. Dan kebijakan ini telah menjadi pedoman bagi 9 khalifah

Abbasiyah pada fase pertama dalam menjalankan pmerintahannya, meskipun

mereka tidak melaksanakannya secara utuh kebijakan tersebut. Kebijakan

tersebut adalah:

a. Memindahkan pusat kekuasaan Bani Abbasiyah dari Hasyimiyah

ke Bagdad.

b. Kota Bagdad sebagai pusat kekuasaan Abbasiyah di buka menjadi

kota terbuka untuk semua peradaban dari berbagai bangsa masuk.

c. Ilmu pngetahuan dipandang sabagai suatu yang sangat mulia dan

berharga.

d. Rakyat diberi beban berfikir serta memperoleh hak asasinya dalam

segala bidang, seperti; aqidah, ibadah, ilsafat, dan ilmu pengetahuan.

6
Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pedidikan Islam Kementerian Agama RI
2015, Sejarah Kebudayaan Islam, (Cet. 1; Jakarta: Ttp ,2015), h. 57-58.
7
Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pedidikan Islam Kementerian Agama RI
2015, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 60.
9

e. Para menteri keturunan Persia di beri hak penuh untuk menjalankan

pemerintahan sehingga mereka memegang peranan penting dalam

memajukan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

f. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan para khalifah banyak yang

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga banyak

buku-buku yang dikarang oleh ilmuan dalam lembaga-lembaga ilmu

pengetahuan yang dibangun untuk memfasilitasi

Kebijakan khalifah Abbasiyah tersebut oleh para pakar sejarah bahwa

kebijakan khalifah itu mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif,

memotivasi masyarakat Abbasiyah untuk belajar dengan sungguh-sungguh,

dan mampu membentuk budaya belajar dengan sesungguhnya bagi

masyarakat Abbasiyah pada umumnya.

B. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah

Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan

Harun ar-rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia islam Pada masa ini pula umat Islam

telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan pikiran untuk kemajuan

manusia saat itu. Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan

para ahli ilmu dari berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling

melengkapi dan menambah kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia islam.8

Di samping banyak bermunculan karya-karya ilmuwan muslim bermunculan

pula karya-karya berbahasa asing terutama bahasa Yunani yang diterjemahkan

kedalam bahasa Arab buku-buku dari berbagai bahasa dan berbagai judul itu

dipilih dan diserahkan kepada para ilmuwan muslim untuk diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab. Khalifah menyediakan dana yang sangat besar untuk kegiatan

penerjemahan ini.
8
Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yudhistira: Jakarta 2010), h. 12.
10

Yang menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani

Abbasiyah adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam

bidang ini tidak hanya berasal dari bangsa Arab muslim tetapi juga kaum mawali.

Kaum mawali adalah muslim yang berasal dari bangsa non-arab terutama orang-

orang yang berasal dari Persia.

Para ilmuwan muslim pada masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga benua

untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ketiga benua yang dipilih adalah benua Asia

Eropa dan Afrika. Dari 3 benua ini dianggap mengalami kemajuan yang sangat

pesat dari semua ilmu pengetahuan.

Setelah kembali dari tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca

dan menerjemahkan buku-buku tersebut. Dalam waktu yang lama mereka

berusaha menggali berbagai pengetahuan dan kemudian menulis berbagai buku

terutama buku-buku dalam bentuk Dairatul Ma'arif atau saat ini lebih dikenal

dengan sebutan ensiklopedia.

Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus

mengembangkan pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan

sebagai pusat kegiatan pendidikan. Dengan semakin giat nya kaum muslimin

mempelajari berbagai ilmu dari berbagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan

muslim dan buku-buku berbahasa asing yang diterjemahkan oleh mereka Maka

masyarakat Islam pada masa itu menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang

sangat luar biasa.

Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara

barat (EROPA). Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat

Islam berkembang tidak kalah pesatnya. Berbagai hasil penemuan dan penelitian

ilmiah dibukukan oleh para ilmuwan muslim.


11

Kegiatan penerjemahan dari berbagai buku karya ilmuwan besar Eropa terus

menerus berlangsung. Pembangunan tempat kegiatan kegiatan belajar sangat pesat

dan sangat diperhatikan oleh para penguasa muslim yang ada di sana. Kegiatan-

kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan. Kota-kota besar

dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan bukti

sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani

Abbasiyah.

a. Tempat-tempat Belajar

Ada yang menarik bahwa perpustakaan yang dibangun oleh umat Islam

juga dikunjungi oleh masyarakat Eropa dari berbagai agama mereka membaca

buku-buku tentang Islam dalam bahasa Arab masyarakat Eropa pada waktu itu

belajar banyak dari umat Islam itu pula yang menjadi sebab tertariknya

masyarakat Eropa untuk lebih jauh mempelajari Islam dan akhirnya tak sedikit

yang memeluk agama Islam.

Dari kegiatan kegiatan belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan inilah

kemudian muncul ilmuan-ilmuan Islam yang terkenal dalam berbagai bidang.

Ilmu-ilmu yang berkembang sangat pesat di saat itu antara lain adalah agama

sastra filsafat fiqih Tafsir dan Hadits.

Masjid-masjid Di samping sebagai tempat beribadah juga merupakan

sekolah utama bagi umat Islam pada masa Bani Abbasiyah pertama Selain itu

masjid juga dijadikan sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan

penelitian. Misalnya masjid Basrah yang ada di Irak. Di masjid ini kaum

muslimin mempelajari ilmu pengetahuan tentang Al Quran Hadits fiqih tafsir

akhlak dan lain-lain.

Hal itulah yang menjadikan ilmu pengetahuan di kota Basrah ini

mengalami kemajuan yang luar biasa. Adapun orang-orang yang berasal dari
12

bukan Arab, mereka harus terlebih dahulu mempelajari bahasa Arab. Mereka

mempelajari bahasa Arab dengan kaidah-kaidahnya dan juga harus mengikuti

etika Islam agar dapat mempelajari ilmu ilmu pengetahuan Islam khususnya

Alquran dan hadis.

Dari waktu ke waktu tempat tempat belajar pada masa Daulah Abbasiyah

berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan dengan semakin pesatnya

gerakan penerjemahan berbagai macam kitab atau buku dari berbagai bahasa

dan bangsa ke dalam bahasa Arab. Hal ini juga didukung dengan

berkembangnya industri kertas yang terus dikembangkan oleh para khalifah

untuk menunjang majunya penerbitan buku buku.9

Pada mulanya tempat-tempat belajar pada masa itu tidak berbentuk

madrasah atau sekolah atau Pesantren sebagaimana yang ada pada masa kini.

Tempat belajar ketika itu hanya merupakan tempat orang-orang yang

berkumpul untuk belajar ilmu pengetahuan tempat-tempat tersebut antara lain

sebagai berikut :

1) Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan

menengah.

2) Masjid, ya itu yang biasa dipakai belajar untuk tingkat pendidikan

yang lebih tinggi.

3) Majlis Muhadharah, yaitu majelis Tempat bertemunya para ulama,

sarjana, ahli fikir untuk membahas masalah masalah ilmiah.

4) Darul Hikmah, didirikan oleh Khalifah Al Makmun. Darul Hikmah

adalah perpustakaan terbesar pada masa Bani Abbasiyah. Di tempat ini

juga disediakan tempat tempat belajar bagi pengunjung perpustakaan.

Disamping itu dibangun pula sebuah perguruan tinggi yang diberi

nama Darul Hikmah.


9
Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 13.
13

5) Madrasah, pertama kali didirikan oleh Perdana Menteri Nidhamul

Muluk yang memerintah pada tahun 456-485 H. Madrasah tersebut

didirikan di kota Baghdad, Basrah, Muro, Thabaristan, naisabur, Hara,

Isfahan, dan kota kota lainnya. Madrasah madrasah yang didirikan

mulai dari tingkat dasar menengah dan perguruan tinggi seperti yang

ada pada saat ini.

b. Kegiatan Menerjemah

Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah

khususnya pada masa Khalifah Al Mansur, salah satunya disebabkan oleh

adanya gerakan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Buku-

buku Terjemahan ini sangat membantu umat Islam dalam mempelajari dan

memahami berbagai cabang ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa dan

bangsa. Di antaranya kitab atau buku bidang sejarah ilmu kalam filsafat, ilmu

kalam, ilmu pasti, musik, dan lain-lain.

Proses penerjemahan buku-buku asing tersebut tidak langsung

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tetapi terlebih dahulu diterjemahkan ke

dalam bahasa Syria. Bahasa syria adalah bahasa ilmu pengetahuan di

Mesopotamia pada waktu itu bahasa syria kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Arab pada masa-masa berikutnya penerjemahan dilakukan langsung ke

dalam bahasa Arab.

c. Pusat-Pusat Kegiatan Ilmu Pengetahuan

Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah

Abbasiyah terus bertambah. Hal ini disebabkan dengan semakin semangat dan

bertambahnya umat Islam yang hendak menuntut dan sekaligus memperdalam

ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu

pengetahuan oleh khalifah dilengkapi dengan berbagai fasilitas atau


14

perlengkapan Hal ini dilakukan untuk mempermudah kaum muslimin mencari

sumber dan informasi tentang ilmu pengetahuan yang diminatinya.

Adapun kota-kota besar yang menjadi pusat pengembangan ilmu

pengetahuan pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah antara lain Mekah,

Madinah, Kufah, Damaskus, Fusthat, dan Qairawan. Sedangkan beberapa

kota baru yang dibuka sebagai pusat pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah

antara lain Baghdad, Isfahan, Naisabur, Basrah dan lain-lain.

d. Bidang Sosial dan Budaya

Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses

akulturasi dan asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam

pembangunan istana dan kotakota, seperti pada istana qohsrul dzahabi, dan

qoshrul khuldi. Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni

musik. Pada masa ini lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti

Abu Nawas, Abu Atha Hiyah, Al-Mutanabby, Abdullah bin Muqafa dan lain-

lainnya.

e. Bidang Politik dan Militer

Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan

Keamanan yang disebut diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua

yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan

lembaga ini didasari atas kenyataan politik militer bahwa pemerintah dinasti

Abbasiyah banyak terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah

berusaha memisahkan diri dari pemerintah dinasti Abbasiyah.

C. Masa Kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah

Masa kemunduran dinasti bani abbasiyah dimulai saat munculnya

pemberontakan. Pemberontakan terjadi hampir disetiap pemerintahan termasuk


15

pada masa pemerintahan Abbasiyah. Gambaran terjadinya pemberontakan masa

Abbasiyah dapat disimpulkan dalam beberapa point, yaitu sebagai berikut: 10

a. Perebutan kekuasaan.

b. Sistem peralihan kekusaan monarchi.

c. Konflik keagamaan.

Perebutan kekuasaan dalam masa pemerintahan Abbasiyah terjadi

sejak dua putra Harun al-Rasyid ditetapkan sebagai khalifah pengganti

bapaknya. Apakah putra mahkota al-Amin atau adiknya al-Makmum

pada satu tahun berjalan. Dalam masyarakat Islam Abbasiyah terjadi

saling menjagokan masing-masing calon. Di satu pihak ada yang

menjagokan al-Amin, di pihak yang lain ada juga yang menjagokan al-

Makmum sebagai khalifah.

Kondisi ini terjadi sampai satu tahun berjalan baru pemerintah dapat

memutuskan al-Amin menjadi khalifah ke-6, selanjutnya al-Makmum

menjadi khalifah ke-7 setelah al-Amin. Dalam sejarah perkembangan

Bani Abbasiyah disebutkan sebagai awal perebutan kekuasaan di Bani

Abbasiyah.

Adapun masa kemunduran dimulai sejak Abbasiyah diperintah oleh

khalifah Ja’far Muhammad al-Muntashir sampai jatuhnya Baghdad saat

khalifah berada di tangan Abu Ahmad Abdullah al-Musta’shim. Beberapa

faktor yang menyebabkan Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran,

yaitu :

a. Adanya fisikal dalam tubuh Daulah Abbasiyah. Friksi ini membuat daulat

hanya sibuk mempertahankan wilayah yang sudah ada dan mengamankan

perbatasan wilayah. Upaya untuk mempertahankan wilayah yang sudah

Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pedidikan Islam Kementerian Agama RI


10

2015, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 78.


16

adapun tidak berhasil sepenuhnya, karena ada beberapa wilayah yang

berhasil melepaskan diri dari pemerintahan pusat.

b. Gaya hidup mewah dan foya-foya pada lingkungan pejabat dan

keluarganya. Kehidupan mewah cenderung menjadikan orang cinta dunia

dan lupa untuk mempersiapkan bekal akhirat.

c. Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mereka mudah

dipengaruhi pegawainya.

d. Serangan Mongol ke jantung kota Baghdad mengakhiri riwayat Daulah

Abbasiyah.11

11
Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni. Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), h.
119.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Lahirnya Bani Abbasiyah tahun 750 M, adalah peran besar dari

keturunan Hasyim yang bernama Abu Abbas. Nama Abbasiyah yang

dipakai untuk nama bani ini adalah di ambil dari nama bapak pendiri

Abbasiyah yaitu Abbas bin Abdul Mutalib paman Nabi Muhammad

Saw. Proses lahirnya Abbasiyah di mulai dari kemenangan Abu Abbas

Assafah dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani

Umayyah yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad.

2. Khalifah yang terkenal adalah Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Al-Rasyid,

Al-Makmum dan Al-Muktasim.

3. Gambaran terjadinya pemberontakan masa Abbasiyah dapat disimpulkan

dalam beberapa point, yaitu sebagai berikut:

a. Perebutan kekuasaan.

b. Sistem peralihan kekusaan monarchi.

c. Konflik keagamaan.

B. Saran

Dari makalah yang kami susun, kami sangat menyarangkan agar kiranya

dalam membacanya agar bisa fokus. Karena tidak menutup kemungkinan, dalam

makalah yang sudah kami buat ini terdapat kekurangan-kekurangan. Maka dari

itu, Kami meminta kritik beserta saran yang bersifat membangun. Agar pada

penulisan berikutnya bisa lebih baik lagi. Terimakasih atas perhatiannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dkk., Dudung Abdurrahman. Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga

Modern. Yogyakarta: LESFI. 2003.

Hefni, Wahyu Ilaihi dan Harjani. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana.

2007.

Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka

Book Publisher. 2009.

RI, Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pedidikan Islam

Kementerian Agama. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Ttp. 2015.

Suryantara, Bahroin. Sejarah Kebudayaan Islam. Yudhistira: Jakarta. 2010.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persad. 2002.

18

Anda mungkin juga menyukai