Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BAHASA INDONESIA

MENULIS KALIMAT EFEKTIF


DI

OLEH :

KELOMPOK 2

DILLA ASYIFA 21231280


EKA FITRIANI 21231281
HALIMATUSSAKDIAH 21231282
HAZIFAH HANUM 21231283

DOSEN PEMBIMBING : NURUL AIDA FITRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL HILAL SIGLI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


َّ ‫ال‬
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Atas

berkat rahmat yang sangat melimpah yang tidak ada henti-hentinya, kami

mengucapkan rasa syukur terhadap-Nya. Karena berkat rahmat-Nya yang penuh

dengan kenikmatan membuat kami untuk memiliki semangat dan ide dalam

menyelesaikan makalah kami.

Dan ucapan terima kasih terhadap ibu Nurul Aida Fitri, M.Pd yang telah

memberikan amanah terhadap kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul

“Menulis Kalimat Efektif”.

Serta dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca apabila

terdapat hal yang yang ganjil, agar ke depannya kami bisa lebih baik dalam membuat

karya tulis. Sebab kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Dan juga kami

mengucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusuan

makalah ini.

Demikian yang bisa kami ucapkan, kami berharap makalah yang kami buat
member manfaat kepada pembaca, dan bernilai ibadah disisi Allah Swt. Wallahul

Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.

Keuniree, 28 Oktober 2021

Kelompok 2
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..............................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Kalimat Efektif…………………………………………………. 3

B. Unsur-Unsur Kalimat Efektif……………………………………………. 8

C. Struktur Kalimat Efektif…………………………………………………16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………..17

B. Saran………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama

anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan,

atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan

itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,

diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat

yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya

secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau

gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran

tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis

atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,

ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang

diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan

gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan

eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.

Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.

Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan

komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi

syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-

kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya

1
2

kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena

kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk

membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?

2. Bagaimana unsur-unsur kalimat efektif?

3. Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur kalimat efektif.

3. Untuk mengetahui struktur kalimat efektif.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya

enam syarat, yaitu:

1. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran

(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan

oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

a. Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat

kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat

dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi

untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan

subjek. Contoh:

1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang

kuliah. (Salah)

2) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

(Benar)

b. Tidak terdapat subjek yang ganda.

1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

2) Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

3
4

1) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

2) Saat itu bagi saya kurang jelas.

c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti

acara pertama.

2) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli

sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah

ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antar

kalimat, sebagai berikut:

1) kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti

acara pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami

tidak dapat mengikuti acara pertama.

2) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli

sepeda motor Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda.

Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

2) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut:

1) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

2) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.


5

2. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang

digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan

nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga

menggunakan verba. Contoh:

a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan

tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan

pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang

mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.

Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat

tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan

pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,

sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,

pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata

ruang.

3. Ketegasan

Ketegasan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam

sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan

atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
6

penekanan dalam kalimat. Contoh: Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan

kalimat (di awal kalimat). Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat

membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Membuat urutan kata yang bertahap, Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau

seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah

disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Melakukan pengulangan kata (repetisi), Contoh: Saya suka kecantikan

mereka, saya suka akan kelembutan mereka. Melakukan pertentangan terhadap ide

yang ditonjolkan, Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), Contoh: Saudaralah yang

bertanggung jawab.

4. Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat

mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.

Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah

kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata

yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Perhatikan contoh: Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut. Karena tidak diundang, dia tidak

datang ke tempat itu. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden

datang.
7

5. Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan

tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut “Yang

diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para

menteri.” Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan,

yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6. Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan

dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara

berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang

panjang dan bertele-tele. Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang

kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang

secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia

dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara

tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara

agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk:

1) Surat itu sudah saya baca.


8

2) Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada

atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

1) Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

2) Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah

adat.

Seharusnya:

a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah

adat.

7. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima

oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

B. Unsur-Unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa

Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,

yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni

subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu

kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
9

1. Subjek (S)

Subjek adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),

sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek

biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a. Ayahku  sedang melukis.

b. Meja direktur besar.

c. Yang berbaju batik dosen saya.

d. Berjalan kaki menyehatkan badan.

e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang

diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang

diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa

verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu

merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis

kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun

hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada

kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang

(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat

(e), secaraimplisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah

benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina

yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c)

dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).


10

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan

memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa  (yang)… kepada P. Kalau ada

jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata

jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.

Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas

pelaku atau bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b. Di sini melayani obat generic.

c. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak

mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk  pada contoh

(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan

adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa

tidak logis.

2. Predikat (P)

Predikat adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa

atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu

kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula

menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P

dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.

predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau

adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan

contoh berikut:
11

1. Kuda meringkik.

2. Ibu sedang tidur siang.

3. Putrinya cantik jelita.

4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.

5. Kucingku belang tiga.

6. Robby mahasiswa baru.

7. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata

meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata

sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik

jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan

aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada

kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)

memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan

jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata

menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,

yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di

dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban

atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
12

(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di

Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh

(b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang

dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,

rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum

merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi

oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang

berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad

contoh di bawah ini.

1. Nurul menimang …

2. Arsitek merancang …

3. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh

tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi

P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba

intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan

tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam

contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

1. Nenek mandi.

2. Komputerku rusak.

3. Tamunya pulang.
13

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya

dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan

ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

a. 1)  Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)

2) Adik saya  (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.

letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu

juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu

dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O

terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a. Ketua MPR membacakan Pancasila.

        S                  P              O

b. Banyak orpospol  berlandaskan Pancasila.

             S                     P             Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh

nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)

yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat

pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

S                     P               O
14

Posisi Pancasila  sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan

menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak

gramatikal. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi

oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival

dan frasa preposisional. Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di

belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O

sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah

beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

b. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

c. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai

bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O,

dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.

Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli

membagi keterangan atas Sembilan macam,yaitu seperti yang tertera pada tabel

di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian

1. Tempat Di Di kamar, di kota


15

Ke Ke Surabaya, ke rumahnya

Dari Dari Manado, dari sawah

Pada Pada permukaan

2. Waktu - Sekarang, kemarin

Pada Pada pukul 5 hari ini

Dalam Dalam 2 hari ini

Se- Sepulang kantor

Sebelum Sebelum mandi

Sesudah Sesudah makan

Selama Selama bekerja

Sepanjang Sepanjang perjalanan

3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan

mobil

4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham

Untuk Untuk kemerdekaan

Bagi Bagi masa depan

Demi Demi orang tuamu

5. Cara Secara Secara hati-hati

Dengan cara Dengan cara damai

Dengan jalan Dengan jalan berunding

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti Seperti angin

Bagaikan Bagaikan seorang dewi

Laksana Laksana bintang di langit


16

8. Penyebab Karena Karena perempuan itu

Sebab Sebab kegagalannya

9. Penyerta Dengan Dengan adiknya

Bersama Bersama orang tuanya

Beserta Beserta saudaranya

C. Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki

kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya

kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk

dan sekaligus kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau

kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu

pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.

Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata)

harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata

itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak

boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya

akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat

pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek

yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan: 1. Buat Papa menulis

surat saya. 2. Surat saya menulis buat Papa. 3. Menulis saya surat buat Papa.
17

4. Papa saya buat menulis surat. 5. Saya Papa buat menulis surat. 6. Buat Papa

surat saya menulis.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau

pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran

tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh

penulis atau pembicaranya.

2. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur

kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat

yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-unsur dalam kalimat

efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan

keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi:

koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan,

kevariasian dan logis/nalar.

B. Saran

Dari makalah yang kami susun, kami sangat menyarankan agar kiranya dalam

membacanya agar bisa fokus. Karena tidak menutup kemungkinan, dalam makalah

yang sudah kami buat ini terdapat kekurangan-kekurangan. Maka dari itu,

kamimeminta kritik beserta saran yang bersifat membangun. Agar pada penulisan

berikutnya bisa lebih baik lagi. Terimakasih atas perhatiannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (di akses: 29 Oktober 2021)

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-efektif.html di akses: 29

Oktober 2021

https://www.academia.edu/9556556/Kalimat_Efektif_Pengertian_Ciri-ciri_Contoh di

akses: 29 Otober 2021

19

Anda mungkin juga menyukai