Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Bahasa Indonesia
DIKSI
Dosen Pengampuh : Sari Hidayati, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
MUHAMMAD AL-JAZARY(2220203861211083)
HUSNA (2220203861211081)
NURHALIZAH(2220203861211071)
BELLA SAPHIRA (2220203861211078)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PARE PARE
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul “Diksi”.
Makalah ini adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan
yang dimilki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapakan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,,Amiin.

Pare-Pare, 01 November 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi..................................................................................................3
B. Ketepatan Diksi...................................................................................................4
C. Kesesuaian Diksi.................................................................................................5
D. Perubahan Makna................................................................................................5
E. Makna Denotatif Dan Konotatif.........................................................................6
F. Kata Umum Dan Kata Khusus............................................................................7
G. Kata Konkret Dan Kata Abstrak.........................................................................7

BAB III PENUTUP10

A. Kesimpulan.........................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal,yaitu dari tataran rendah
sampai tataran tertinggi adalah kata,frase,klausa,dan kalimat. Ketika anda menulis
atau berbicara,kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide
dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata –kata yang digunakan
dalam Komunikasi harus dipahami dalam konteks alinia dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati,tetapi harus mengikuti
kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus dalam
bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran,maksud,gagasan dan
perasaan (ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan
dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah
penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam
membuat suatu tulisan atau karangan tidak dappat diabaikan demi menghasilkan
tulisan yang mudah dimengerti.
Ketika membuat sebuah karangan kita dituntut memilih kata yang tepat dan setara
dalam penggunaannya agar pembaca dan juga penulis mudah memahami maksud
yang diutarakan. Dalam hal ini pemahaman tentang diksi sangat berperan penting
untuk tujuan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di angkat sebelumnya, tentu dapat ditarik
sebuah rumusan masalah dengan sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengertian Diksi?
2. Bagaimana Ketepatan Diksi?
3. Bagaimana Kesesuaian Diksi?
4. Bagaimana Perubahan Makna?
5. Bagaimana Makna Denotatif dan Konotatif?
6. Bagaimana Kata Umum dan Khusus?
7. Bagaimana Kata Konkret dan Kata Abstrak?
C. Tujuan
Dari mempelajari apa yang akan dibahas dari rumusan masalah, tentu dapat
diketahui sub manfaat sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Diksi.
2. Untuk mengetahui Ketepatan Diksi.
3. Untuk mengetahui Kesesuaian Diksi.
4. Untuk mengetahui Perubahan Makna.
5. Untuk mengetahui Makna Denotatif dan Konotatif.
6. Untuk mengetahui Kata Umum dan Khusus.
7. Untuk mengetahui Kata Konkret dan Kata Abstrakl.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi
Penggunaan diksi (pemilihan kata) dalam penulisan ilmiah atau karya fiksi
menjadi aspek yang sangat penting dalam membangun kalimat yang efektif dan utuh.
Pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat akan memberi efek
tersendiri dalam menyampaikan informasi, baik melalui bahasa tulis maupun bahasa
lisan. Pentingya memerhatikan diksi juga memberi kemudahan bagi penulis dalam
menyampaikan pesan atau informasi kepada pembacanya. Penggunaan kata yang
tidak sesuai dengan konteks atau masih asing bagi pembaca atau pendengar akan
berdampak terhadap ketidakefektifan dan miskomunikasi antara penulis dan
pembaca atau antara pembicara dan pendengar.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan, baik melalui bahasa
tulis maupun bahasa lisan, adalah keterbatasan kosakata yang dimiliki penulis dan
pembaca atau pembicara dan pendengar. Untuk menghindari terjadinya kondisi
tersebut, pemahaman dan kesadaran akan pentingnya memiliki kemampuan
menguasai kosakata dan pemilihan kosakata menjadi suatu keharusan, baik itu bagi
penulis dan pembicara maupun pembaca dan pendengar.
Kemampuan memilih kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat
merupakan bagian penting untuk meraih kesuksesan atau keberhasilan bagi penulis
atau pembicara dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada pembaca dan
pendengarnya.
Pengertian diksi adalah kemampuan untuk secara tepat membedakan nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan. Diksi juga dapat berarti
memilih kata atau bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata
yang sesuai dengan konteks kalimat untuk menyampaikan pesan atau gagasan oleh
penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar yang sesuai dengan kondisi
dan rasa bahasa tertentu serta berterima.
B. Ketepatan Diksi
Ketepatan diksi adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan
yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara. Oleh karena itu, setiap penulis atau pembicara
harus berusaha memilih kata-kata yang akan digunakannya secermat mungkin untuk
mencapai tujuan tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Untuk
mencapai suatu komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki kemampuan
untuk memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.

Berikut dikemukakan syarat-syarat ketepatan diksi:


1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Denotasi ialah kata yang
bermakna lugas atau tidak bermakna ganda, sedangkan konotasi ialah kata yang
dapat menimbulkan bermacam-macam makna. Contoh:
a. Amplop putih itu milik Pak Alek. (Denotasi)
b. Nurul Ilmi adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
2. Membedakan kata-kata yang hampir bersinonim dengan cermat.
a. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
b. Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan
yang selama ini memberatkan pengusaha.
3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
a. Intensif - insentif
b. Karton – kartun
4. Membedakan kata kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing,
sepertibiologi –biologis
5. Membedakan kata depan secara idiomatik, seperti kata "ingat" (seharusnya
ingat akan bukan ingat terhadap)
6. Membedakan kata umum dan kata khusus, seperti binatang (umum) dan
kelinci(khusus).
7. Mengetahui perubahan makna yang terjadi pada kata-kata tertentu yang
telah dikenal, seperti hipotesa menjadi hipotesis.
8. Perhatikan kelangsungan pilihan kata.
C. Kesesuaian Diksi
Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan gagasan
atau ide dengan memerhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
Dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata-
kata baku. Sebaliknya, dalam pembicaraan tak resmi atau santai, kita tidak dituntut
berbicara atau menulis dengan menggunakan kata-kata baku untuk menjaga
keakraban.
Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar kata-
kata yang kita gunakan dapat dipahami oleh mereka. Pada saat kita berbicara dengan
masyarakat awam, sebaiknya kita gunakan kata kata umum (populer), jangan kita
gunakan kata-kata yang bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu
untuk dipahami orang lain. Jadi, kalau kita gunakan kata-kata ilmiah, sedangkan
yang kita ajak bicara tidak paham, tentu yang kita sampaikan tidak ada gunanya atau
percuma. Sebaliknya, jika kita berbicara dengan golongan intelektual, pejabat, atau
para ahli di bidang tertentu, sebaiknya kita menggunakan kata-kata yang lebih akrab
dengan mereka atau kata-kata ilmiah. Layak diingat bahwa yang termasuk kata-kata
ilmiah bukan hanya kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa
Indonesia pun banyak sekali kata-kata ilmiah.

D. Perubahan Makna
Sejarah perkembangan kehidupan manusia dapat memengaruhi sejarah
perkembangan makna kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain,
terdapat kata yang mengalami penyempitan makna, peluasan makna, dan perubahan
makna. Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami
penyempitan makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua
cendekiawan. Kini kata tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah
menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti
orang yang berilmu, kini hanya digunakan untuk menyebut guru atau pemimpin
agama Kristen.
Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putra-putri merupakan contoh kata yang
mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna
bergerak di laut menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu
bepergian di atas laut, baik memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi
lain.
Kata bapak, ibu, dan saudara semula hanya digunakan dalam hubungan
kekerabatan. Kini ketiga kata tersebut digunakan juga untuk menyebut atau menyapa
orang lain yang bukan keluarga, bukan kerabat. Begitu pula halnya kata putra-putri.
Semula kata ini hanya digunakan untuk menyebut anak raja. Kini anak siapa pun
berhak dan boleh disebut putra-putri.
Demi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhati-hati menggunakan kata-kata
yang memiliki tampilan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih;
sangsi dan sanksi. Kita pun harus berhati-hati menggunakan ungkapan tertentu
seperti bercerita tentang, bukan menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai;
bergantung pada atau tergantung pada, bukan tergantung atau tergantung dari
(bandingkan dengan dependon dan hang on dalam bahasa Inggris).

E. Makna Denotatif Dan Konotatif


Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep
dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya.
Makna ini bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna konotatif atau
asosiatif muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang
diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif dapat muncul di samping makna
denotatif suatu kata.
Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah
kata-kata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya
asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif,
pemahaman pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita
bandingkan kata perempuan dan pandai dalam kalimat berikut:
Contoh kata perempuan:
1. Perempuan itu ibu saya
2. Ah, dasar perempuan
Contoh kata pandai:
1. Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir
positif
2. Karena keyakinannya, barang yang itu ditanyakan kepada orang pandai yang
tinggal di sebuah kota.
F. Kata Umum Dan Kata Khusus
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar atau membaca kata yang
bermakna kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering
mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi
berlangsung dengan baik, kita harus dengan cermat menggunakan kata yang
bermakna umum dan bermakna khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi
terhambat dan kesalahpahaman mungkin muncul.
Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum
dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan
dalam mengumkapkan gagasan yang bersifat umum, sedangkan bermakna khusus
digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas. Mari kita
simak contohnya berikut ini:
1. Dia memiliki kendaraan
2. Dia memiliki mobil
3. Dia memiliki sedan

G. Kata Konkret Dan Kata Abstrak


Kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abastrak. Kata-kata
konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata-kata
demikian itu akan dapat merangsang pancaindera. Kata-kata konkret menunjuk pada
kata-katayang dapat diindera.
Kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abastrak. Kata-kata
konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata-kata
demikian itu akan dapat merangsang pancaindera. Kata-kata konkret menunjuk pada
kata-kata yang dapat diindera. Kata-kata abstrak biasa dugnakan untuk membuat
persuasi dan argumentasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diksi adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan sesuatu. Di dalam diksi
terdapat dua makna, yaitu makna kontatif dan makna denotatif. Makna konotatif itu
lebih bersifat khusus, sedangkan makna denotatife lebih bersifat khusus.
Diksi terbagi menjadi delapan jenis, yaitu antara lain, : sinonim, antonim,homnim
polisemi,homofon, homograf, hiponim dan hipernim. Diksi juga memilki fungsi
untuk menciptakan komunikasi yang baik dan benar. Selain itu diksi memilki
persyaratan,yaitu persyaratan ketepatan dan kesesuaian.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, kami menyadari bahwasanya dalam
pembuatan makalah ini kurang sempurna dan masih banyak kesalahan, maka dari itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan agar ke depannya dalam
pembuatan makalah menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad H.P. & Alek, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Erlangga, 2016, h
144-148

I Ketut Dibia& I Putu Mas Dewantara., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, 1,
PT RajaGrafindo Persada, 2017, h 61-62

Lamuddin, Finoza. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia

Pamungkas, Sri. (2012). Bahasa Indonesia Berbagai Pesrpektif. Yogyakarta; CV.


ANDI Offset

Rahardi, Kunjana. (2009). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta; Erlangga

Suwarno. (2012). Sejarah Politik Indonesia Modern. Yogyakarta; Ombak

Anda mungkin juga menyukai