Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Semester I
DOSEN PENGGAMPU: Dra. Salliyanti, M.Hum
KELOMPOK V
Mutiara Siregar
NIM: 200709097
Rasefi Lestarina
NIM: 200709023
Sonnaria Siahaan
NIM: 200709029
Mhd Agus Sazali
NIM: 200709055
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yaitu tentang Diksi dalam
Bahasa Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Saliyanti sebagai
dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia serta teman-teman yang turut
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dari makalah
ini, oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
Kelompok V
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Menulis ilmiah merupakan proses kreatif yang melibatkan ketrampilan yang sangat
kompleks. Penulis harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan isi tulisan dan
menggunakan Bahasa yang tepat dalam menyampaikan gagasan. Tulisan dinilai ilmiah
bukan dari isi tulisan saja, melainkan ditentukan pula oleh Bahasa yang digunakan.
Tulisan ilmiah menggunakan ragam Bahasa ilmiah yang mempunyai karakteristik
cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan,
formal dan objektif, ringkas dan padat serta konsisten.
Oleh karena itu, aspek kebahasaan seperti mengembangkan pikiran yang disajikan
dalam kalimat efektif merupakan hal yang wajib dikuasai oleh penulis. Penggunaan
kalimat tidak efektif sering ditemukan dalam tulisan ilmiah. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Murtono (200: 10) tentang analisis kesalahan berbahasa
laporan penelitian ilmiah, diperoleh data kurangnya kemampuan dan tidak sedikitnya
kesalahan dalam menulis ilmiah para mahasiswa, kesalahan aplikasi ini terutama pada
penggunaan kalimat yang tidak efektif.
Menurut Arifin (2004: 84), kalimat efektif merupakan kalimat yang jelas, sesuai
dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. Dengan kata lain, kalimat dikatakan efektif
apabila mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Agar dapat mencapai
keefektifan, kalimat harus paling tidak memenuhi enam syarat, yaitu adanya kesatuan,
kepaduan, keparalelan, ketepatan, kehematan, dan kelogisan (finoza,2010:131). Kalimat
efektif haruslah secara sadar disusun oleh penulis untuk mencpai informasi yang
maksimal.
iii
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
Menurut Achmadi (1990: 136)
Diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan.
Kalau kita lihat secara umum, diksi mempunyai berbagai macam fungsi diantaranya:
d.Menjadi lambang ekspresi yang ada pada suatu gagasan secara verbal
e.Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat sehingga menyenangkan pendengar atau
pembaca
2
2.3 Kaidah Dalam Penggunaan Diksi
Untuk membentuk suatu pilihan kata atau diksi yang baik, harus memenuhi kaidah
atau syaratnya. Kaidah tersebut terdiri dari empat masalah yaitu:
4. Kaidah karang-mengarang;
Keempat kaidah ini saling berkaitan, saling mendukung sehingga karangan atau
karya ilmiah tersebut memiliki tutur dan rentetan kata yang berbobot dan dapat sampai
kepada para pembaca apa maksud dan tujuan kita dan menghindari terjadinya salah tafsir.
Disini kita akan mengupas satu persatu keempat kaidah tersebut.
A. Tepat
Tepat yang dimaksud disini adalah pemilihan kata dengan menempatkan pada
kelompoknya dalam sintaksis. Unsur tepat ini kemungkinan pula adanya kemungkinan
pembentukan kelompok baru. Contohnya: Makna kata lihat dengan
kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat
digantikan dengan lihatan mata. Unsur ini tepat berhubungan dengan unsur lazim.
B. Seksama
Maksudnya adalah makna kata harus benar dan sesuai dengan apa yang hendak
disampaikan. Unsur seksama lebih ditekankan pada unsur sintaksisnya. Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita
biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari
agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
3
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata
tersebut tidak seksama. Unsur ini tepat berhubungan dengan unsur lazim.
C. Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan
rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin
tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakain-nya.
a. Makna Konotatif
b. Makna kolokatif
c. Makna reflektif
d. Makna stilistik
e. Makna afektif
f. Makna intepretatif
4
2.3.2.1 Makna Dasar Denotatif
Yang dimaksud dengan Denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata
atau kalimat. Pengertian lebih luasnya yaitu makna kata yang sesuai dengan hasil
observasi panca indra dan tidak tidak menimbulkan penafsiran lain. Nama lain makna
denotatif adalah makna konseptual, yaitu makna menurut konsep yang ada. Dalam diksi
yang pertama ditemui adalah makna denotatif ini. Namun kesalapahaman masih selalu
ditemui karena makna konseptual ini tidak sesuai lagi dengan lingkungan pemakainya,
makna denotatifnya meleset, tidak kena lawan bicara atau penempatannya secara
sintaksis salah.
A.Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna subjektif yang timbul karena tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi, sikap diri, dan kriteria tambahan yang dikenakan
pada sebuah makna konseptua. Makna konotatif berbed dengan pribadi ke pribadi, dari
daerah ke daerah, dari kelompok masyarakat, dari zaman ke zaman.
B. Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase
sebuah bahasa. Hubungan makna kolokatif dalam bahasa Indonesia lebih banyak
berdasarkan kelaziman dan kebiasaan. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok
farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam
kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.
C. Makna Reflektif
5
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan
konseptual yang lain. Pilihan kata dengan makna konseptual tertentu menimbulkan
refleksi kepada sesuatu hampir dengan bersamaan. Dan cenderung kepada sesuatu yang
bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh
berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
D. Makna Stilistik
Makna stilistik adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau
situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Makna ini berhubungan dengan
gaya pemilihan kata dalam tutur/karang-mengarang sesuai dengan lingkungan
masyarakat pemakai bahasa tersebut.
Makna stilistik dapat dibedakan berdasarkam:
(1) Profesi, seperti bahasa hukum, bahasa iklan;
(2) Status, seperti bahasa percakapan, jargon;
(3) Modalitas, seperti bahasa kuliah, bahasa memorandum, bahasa lelucon;
(4) Pribadi, seperti gaya Soekarno, gaya Idrus
Makna stilistik ada hubungannya dengan gaya bahasa dalam bidang retrorik (pidato)
E. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang
digunakan dalam berbahasa secara pribadi baik terhadap lawan bicara maupun terhadap
objek pembicaraannya. Makna ini akan lebih terasa pada bahasa lisan daripada bahasa
tulisan secara pilihan kata. Makna afektif mempergunakan pengantar makna koseptual
dan makna stilistik. Makna ini akan lebih dengan memakai kata kata seru seperti :
Keluar!”, “Tutup mulutmu!” “Diam kau!” “Rasakan itu!” “Mampus kau!”
F. Makna interpretatif
6
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan
tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau
mendengarkan (parera,1991:72). Misalnya si A menulis/berbicara dan si B
membaca/mendengar. Lalu si B akan memberikan tafsiran dan tanggapan tentang apa
yang di katakan/ditulis si A berdasarkan diksi si A tadi. Penafsiran dan tanggaan si B
haru sesuai dengan diksi si A.
7
2.4 Persyaratan dalam Ketepatan Diksi
Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalam ketepatan diksi, diantaranya:
a.Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
e.Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan agar ketepatan diksi
terjamin
f. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
ataupun.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Simpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah:
1. Pengertian Diksi merupakan pemilihan kata yang paling tepat untuk menyampaikan
sesuatu maksud.Pemilihan kata yang tepat bertujuan untuk memberikan kesan serta pesan
agar mudah diterima dengan lawan bicara atau pembaca dan didapatkan efek sesuai yang
diinginkan.
2. Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan
dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan. Diksi juga
berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita, dengan
diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan
tokoh tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.
3. Untuk membentuk suatu pilihan kata atau diksi yang baik, harus memenuhi kaidah atau
syaratnya. Kaidah tersebut terdiri dari empat masalah yaitu: Kaidah sintaksis bahasa,
Kaidah makna bahasa, Kaidah hubungan sosial budaya, Kaidah karang-mengarang;
4. Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalam ketepatan diksi, diantaranya:
Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat, Penggunaan kata sinonim atau
hampir sama maknanya secara cermat, Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan
yang mirip, Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis, Harus dapat
membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan agar ketepatan diksi terjamin,
Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
ataupun.
9
3.2 SARAN
Saran kami kepada mahasiswa prodi Ilmu Perpustakaan tahun 2020, lebih
memperhatikan dalam penulisan terutama dalam hal diksi (pemilihan kata) agar
penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud
yang disampaikan. Kami berharap terciptanya makalah ini, untuk membantu dan sebagai
pemandu bagi mahasiswa prodi Ilmu Perpustakaan tahun 2020 dalam membuat makalah
ataupun karya ilmiah lainnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-
macamnya/
https://www.gurupendidikan.co.id/diksi/
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-diksi.html
https://www.dosenpendidikan.co.id/diksi/
Salliyanti, dkk. 2019. Cermat Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Medan:USU PRESS.
11