Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Pilihan Kata (Diksi)”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
yang Diampu oleh :

Arief Ardiansyah, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Khafidho Ulumiah Suroya (22001011229)

Eiriza Azhari (22001011238)

Taufiq Rahman (22001011244)

Andi Qusyairi (22001011261)

Kelas G (Kelompok 4)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNISMA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, dzat yang menegakkan langit,


membentangkan bumi, aku bersaksi bahwa nabi Muhammad SAW hamba dan
utusannya yang tercinta, sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk.
Beliau dimuliakan dengan al-qur’an yang merupakan mukjizat serta sunnah yang
menjadi pembimbing bagi umat manusia. Rahmat dan keselamatan semoga Allah
SWT selalu dilimpahkan kepada seluruh umat manusia. Tanpa pertolongannya
tentu kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal fikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Bahasa Indonesia dengan judul “Pilihan Kata (Diksi)”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.maka dari itu
penulis berharap bagi pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pancasila.

Demikian semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih

TIM PENYUSUN

.Malang, 12 November 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................…

Bab I Pendahuluan.........................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................

C. Tujuan ...........................................................................................

D. Manfaat ........................................................................................

Bab II Pembahasan........................................................................................

A. Pengertian Dan Fungsi Diksi .......................................................

B. Kosa Kata......................................................................................

C. Nilai Kata......................................................................................

D. Pengeseran Dan Tambahan Makna Kata......................................

E. Gaya Bahasa..................................................................................

Bab III Penutup .............................................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................................

B. Kritik ............................................................................................

C. Saran..............................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Bahasa Indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami


pasang surut. Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering dikacaukan karena
mengikuti perkembangan zaman.Bahkan atas nama modernisasi,orang jadi
cenderung malu untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Sehingga orang semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa,
terutama dalam tata cara pemilihan kata. Terkadang kita pun tidak mengetahui
pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika
kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam
penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.

Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman


penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin
vital, terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat
dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Diksi atau pemilihan kata merupakan sarana pendukung dan penentu


keberhasilan dalam berkomunikasi. Diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata,
melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan
informasi yang ingin disampaikan
2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Pengertian dan fungsi diksi


2. Kosa kata
3. Nilai kata
4. Pengeseran dan tambahan makna kata
5. Gaya bahasa

3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan
kata dalam bahasa Indonesia. Dan mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam
berkomunikasi, sehingga menghasilkan makna yang tepat pada setiap gagasan
yang ingin disampaikan

4. MANFAAT

Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan diksi yang baik dan benar


dalam pengolahan kata.
2. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata
tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti
3. Ketepatan diksi dalam menyampaikan suatu gagasan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Fungsi Diksi

1. Pengertian Diksi

Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan


sehari-hari dapat membuat seseorang tersebut mengalami kesulitan
mengungkapkan maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang
terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa kata, dapat mempersulit diterima
dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena
itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus mengetahui dan
memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu yang
harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata. Menurut Enre (1988: 101) diksi
atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili
pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan
selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.Pendapat lain dikemukakan
oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai
diksi, antara lain sebagai berikut.
 Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan
kata-kata yang tepat.
 Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan
nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
 Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah
pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan mempertimbangkan
aspek makna kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab sebuah
kata dapat menimbulkan berbagai pengertian.

2. Fungsi Diksi
Fungsi diksi ialah sebagai sarana mengaktifkan kegiatan berbahasa
(komunikasi) yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan maksud serta
gagasannya kepada  orang lain dan membentuk gaya ekspresi gagasan yang
tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar
atau pembaca serta mencegah perbedaan penafsiran agar tercapai komunikasi
yang efektif.

B. Kosa Kata

Menurut kamus, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan
kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa

Masalah : Apakah kata-kata di bawah ini sudah tepat?


01. Mana yang artinya diam? A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien itu
bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
02. Mana yang baik? A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita perlu
mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup.
03. Mana yang benar? A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B. Perilaku
yang baik itu tidak senonoh.
Penjelasan:
1. geming; ge.ming
, ber.ge.ming v tidak bergerak sedikit juga; diam 
2. konsumerisme; kon.su.mer.is.me
(1) gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode
dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan;(2) paham atau gaya hidup
yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan,
kesenangan, dsb; gaya hidup yang tidak hemat: -- jangan sampai ditumbuhkan
dalam masyarakat.

3. senonoh; se-no-noh. a. tidak ..., kurang ... tidak patut, tidak sopan, tentang
perrkataan, perbuatan, tidak menentu, tidak manis dipandang.

Kesimpulan yang benar:

1. Yang artinya diam jawaban B.  A. Pasien itu tak bergeming. B. Pasien


itu bergeming.
Pasien itu diam. Pasien itu tak bergerak sedikit pun.
2. Kalimat yang baik B.  A. Kita perlu hidup konsumerisme. B. Kita
perlu mencegah konsumerisme.
Kita perlu hidup melindungi konsumen. Kita perlu gaya hidup
3. Jawaban yang benar B.  A. Perilakunya yang baik itu boleh senonoh. B.
Perilaku yang baik itu tidak boleh senonoh. 
Tidak baku Kata Baku

Apotik apotek

atlit atlet

bis bus  

cinderamata cenderamata

konkrit-kongkrit konkret

sistim sistem

tilpon-telpon telepon

pertanggung jawaban pertanggungjawaban

langganan pelanggan

hutang utang

hakekat hakikat

kaedah kaidah

dipersilahkan dipersilakan

anggauta anggota

fihak pihak

disyahkan disahkan

lesung pipit lesung pipi

merubah mengubah

mengenyampingkan mengesampingkan
kwalitas kualitas

university universitas

theatre teater

structure struktur

monarkhi monarki

defaluasi devaluasi

abstrac abstrak

akomodir akomodasi

legalisir  legalisiasi

diadnosa diagnosis

hipotesa  hipotesis

culture deputi

deputy kultur

Security sekuritas

aktifitas aktivitas

relative relatif

repertoire repertoar

konggres kongres
C. Nilai Kata

Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata.
Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan
akhirnya sebuah wacana.

Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata


pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti
pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-
ungkapan dan sebagainya.

1. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna
memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata
makan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti
untung atau pukul.

2. Makna Umum dan Khusus

Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes.
Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang,
nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan
demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis
ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata
umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata
khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

3. Kata abstrak dan kata konkret.

Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata


konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika
acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara
halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan
tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

4. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah
mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan
cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama
benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif
dan makna konotatif suatu kata.

5. Kata Ilmiah dan kata popular

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan
oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-
pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.

Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata
populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan
yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis
ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.

Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut
daftarnya:

Kata Ilmiah Kata popular


Analogi Kiasan
Final Akhir
Diskriminasi perbedaan perlakuan
Prediksi Ramalan
Kontradiksi Pertentangan
Format Ukuran
Anarki Kekacauan
Biodata biografi singkat
Bibliografi daftar pustaka

6. Kata Serapan

Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah
sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur
kosa kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata
bahasa Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa
Arab, bahasa Inggris dan ada juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali
kata serapan dalam bahasa Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa
Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:

- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki


bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.

- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali


apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.

7. Analogi

Analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan


dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan
atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan
sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya :

Indonesia Aslinya
aksi action(Inggris)
bait bait (Arab)
boling bowling (Inggris)
dansa dance (Inggris)
derajat darrajat (Arab)
ekologi ecology (Inggris)
fajar fajr (Arab)
insane insane (Arab)

Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat


dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap
ke dalam bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.

8. Anomali

Indonesia Aslinya

bank bank (Inggris)


Intern intern (Inggris)
jum’at jum’at (Arab)

Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan


unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang
kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’).

Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh


tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca
bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi. Contoh :

Indonesia Aslinya
Expose Expose
Export Export
exodus Exodus

Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga
yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya dilakukan
secara utuh. Misalnya :

Indonesia Aslinya
Federalisme federalism (Inggris)
Bilingual bilingual (Inggris)
Dedikasi dedication (Inggris)
Edukasi education (Inggris)

D. Penggeseran Dan Tambahan Makna Kata

Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya.


Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada
penyusunan kalimat, paragraph, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada
perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan

kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang sesuai


dengan kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan
perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pengaburan,
dan pergeseran makna.

Faktor penyebab perubahan makna:

1.        Kebahasaan

Perubahan makna yang ditimbulkan oleh factor kebahasaan meliputi perubahan


intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.

a.    Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh


perubahan nada, irama, dan rekanan. Kalimat berita Ia makan. Makna berubah
jika intonasi kalimat diubah, misalnya: Ia makan? Ia makan? Ia maakaaan.
Perbedaan kalimat berikut ini diakibatkan oleh perubahan intonasi.

Paman teman saya belum menikah.

Paman, teman saya belum menikah.

Paman, teman, saya belum menikah.

Paman, teman, saya, belum menikah.

b.    Perubahan struktur frasa: kaleng susu ( kaleng bekas tempat susu) susu
kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis
penyakit anak) anak dokter (anak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi
dokter)

c.    Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh
perubahan bentuk.

tua (tidak muda)jika ditambah awalan ke- menjadi ketua., makna berubah
menjadi pemimpin; sayang ( cinta) berbeda dengan penyayang (orang yang
mencintai) memukul (orang yang memukul) berbeda dengan dipukul (orang
yang dikenai pukulan).

d.    Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah. Perhatikan kalimat
berikut ini:

(1)     Ibu Rina menyerahkan laporan itu lantas dibacanya.


(2)     Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus
pencuri itu.

Kalimat pertama: salah bentuk kata sehingga menghasilkan makna Ibu ratna
dibaca setelah menyerahkan surat. (Aneh bukan?) kesalahan terjadi pada
kesejajaran bentuk kata menyerahkan dan diserahkan, seharusnya
menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan.

2.    Kesejarahan

Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut


perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita. Kini setelah
orang melupakan peristiwa tersebut menggunakannya kembali, dengan
pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita. Perhatikan
penggunaan kata yang bercetak miring pada masa lalu dan bandingkan dengan
pemakaian pada masa sekarang.

Prestasi orang itu berbobot. (sekarang berkualitas)

Prestasi kerjanya mengagumkan. (Sekarang kinerja)

3.    Kesosialan

Masalah social berpengaruh terhadap perubahan makna. Kata gerombolan


yang pada mulanya bermakna orang berkumpul atau kerumunan. Kemudian
kata itu tiak digunakan karena berkonotasi dengan pemberontak, perampok,
dan sebagainya. Perhatikan kata-kata berikut:

Petani kaya disebut petani berdasi

Militer disebut baju hijat

Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa

4.    Kejiwaan

Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan:

a.    Rasa takut


b.    Kehalusan ekspresi

c.    Kesopanan

Misalnya pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang
(komersial) merupakan kinerja buruk bagi pemerintah, kata tersebut diganti
dengan bantuan atau pinjaman . Padahal, utang (komersial) dan bantuan
berbeda makna. Demikian pula, kata korupsi diganti dengan menyalahgunakan
jabatan. Perhatikan contoh berikut:

a.    Tabu:

Pelacur disebut tunasusila atau penjaja seks komersial (PSK)

Germo disebut hidung belang

b.    Kehalusan (pleonasme)

Bodoh disebut kurang pandai

Malas disebut kurang rajin

c.    Kesopanan

Kekamar mandi disebut ke belakang

Sangat baik disebut tidakburuk

5.    Bahasa Asing

Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya: tempat orang


terhormat diganti dengan VIP. Perhatikan cotoh berikut ini:

Jalur kereta khusus disebut busway

Kereta api satu rel disebut monorel

6.    Kata Baru

Kreativitas pemakai bahsa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya.


Kebutuhan tersebut memerlukan bahasa sebagai alt ekspresidan komunikasi.
Kebutuhan tersebut mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi konsep
baru yang ditemukannya, misalnya: chip, server, download, website, dvd dan,
sebagainya

E. Gaya Bahasa

Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata.


Kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika dieksprikan dengan gaya
bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana,
kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Gaya resmi
misalnya dapat membawa pembaca/ pendengar ke dalam suasana serius dan
penuh perhatian. Suasana tidak resmi mengarahkan pembaca/ pendengar ke
dalam situasi rileks tapi efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam
situasi realistis.

Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang
tepat dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi
melalui rangkaian kata yang disertai penekanan mampu menghasilkan daya
persuasi yang tinggi. Gaya bahasa berdasarkan nada yang dihasilkan pilihan
kata ini ada tiga macam, yaitu:

1.    Gaya bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi


pesan yang mudah dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam
buku-buku pelajaran, penyajian fakta, dan pembuktian.

2.    Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan
kaidah sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan, misalnya:
dalamseminar, kekeluargaan, dan kesopanan.

3.    Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud degnan penuh


tenaga, menggunakan pilihan kata yang penug vitalitas, energi, dan kebenaran
universal. Gaya ini menggunakan kata-kata yang penuh keagungan dan
kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca dan pendengarnya.
Gaya ini sering digunakan untuk menggerakkan massa dalam jumlah yang
sangat banyak.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Diksi adalah pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan


mempertimbangkan aspek makna kata yaitu makna denotatif dan makna
konotatif sebab sebuah kata dapat menimbulkan berbagai pengertian.

Fungsi diksi yaitu untuk mencegah kesalapahaman / perbedaan


penafsiran dan membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi,
resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.


Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual

Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan


yang luas dari kata yang lain. Makna khusus adalah makna yang memiliki
ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.

Kata konkreat adalah kata yang acuannya semakin mudah diserap


pancaindra Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat
teknis dan khusus.

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Yang membedakan antara kata
ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam
komunikasi sehari-hari.

Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah
sesuai dengan EYD. Analogi adalah keteraturan bahasa

Faktor-faktor penyebab pengeseran dan makna kata yaitu kebahasaan,


kesejarahan,   kesosialan, kejiwaan,  bahasa asing, dan kata baru.

Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata.


Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan,
kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat
membawa pembaca/ pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian.

B. KRITIK

Di zaman modern sekarang masyarakat  sering terdikte oleh


aturan-aturan tata bahasa yang salah sehingga menggunakan kata dengan tidak
tepat atau bahkan salah. Dampaknya ialah komunikasi antara kedua belah
pihak terhambat di karenakan kesalahpahaman penafsiran.

C. SARAN

Dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf


hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Masyarakat juga harus
mahir dalam memilah mana kata yang tepat dan tidak tepat dengan
mempelajari diksi secara lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz. 2009. Diksi atau Pilihan Kata.


http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/.
http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/04/pengertian-fungsi-dan-elemen-
elemen

http://mettamustika.wordpress.com/2010/12/16/diksi/
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_IND
ONESIA/196711031993032-
NOVI_RESMINI/DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf
http://makulbi.blogspot.com/2012/08/diksi-kosa-kata-bahasa-Indonesia-
baku.html

http://evimazyulianti.blogspot.com/2013/01/makalah-diksi-dan-gaya-
bahasa.html

http://susandi.files.wordpress.com/2010/11/kata-dan-diksi.ppt
http://joystikrusakbgt.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-atau-pilihan-
kata-gaya.html http://pelitaku.sabda.org/menentukan_pemilihan_kata_diksi

http://eprints.uny.ac.id/8251/3/BAB%202-05210144010.pdf .

Anda mungkin juga menyukai