Anda di halaman 1dari 29

Bahasa Indonesia

Diksi atau pilihan kata dan kosa kata bahasa Indonesia yang baku

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Devi Alpiana
2. A. Ahriani Febrianti Asra
3. Aenul Muayyana
4. A. Kurniati Abbas

Prodi S1 Keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba
2019

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil `alamin, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan kemudahan dalam pengerjaan tugas Mata Kuliah

bahasa indonesia yang berjudul “Diksi atau pilihan kata dan kosa kata bahasa

Indonesia yang baku”. Shalawat dan sallam tak lupa selalu kami panjatkan

kepada junjungan kita Nabi besar Muhamad SAW.

Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi penugasan yang telah

diamanatkan kepada kelompok 5 di mata kuliah bahasa Indonesia

Semoga pembahasan dalam makalan ini berguna bagai pembaca. Kami

menyadari bahwa dalam penulisan makalan ini masih terdapat kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna

perbaikan penulisan atau penyusunan makalah kami yang selanjutnya. Akhir kata

kami hanya bisa berdo'a semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Aamin aamin ya Robbal alamin.

1i
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................

Kata pengantar..................................................................................i

Daftar isi.............................................................................................ii

Bab I Pendahuluan............................................................................3

A. Latar belakang...........................................................................3

B. Rumusan masalah.....................................................................4

C. Tujuan.......................................................................................4

Bab II Pembahasan...........................................................................5

A. Definisi diksi.............................................................................5

B. Elemen diksi..............................................................................5

C. Fungsi diksi...............................................................................6

D. Jenis diksi..................................................................................6

E. Kriteria pemilihan kata.............................................................8

Bab III Penutup.................................................................................27

A. Kesimpulan ..............................................................................27

Daftar Pustaka...................................................................................28

2
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan

pentingnya  penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata cara  pemilihan kata

atau diksi. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan

bahasa Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita berbahasa,

baik lisan maupun tulisan, sering  mengalami  kesalahan  dalam  penggunaan 

kata, frasa, paragraf,  dan wacana.  Agar tercipta suatu komunikasi yang

efektif dan efisien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau

pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin  vital, terutama 

untuk  menghindari   kesalapahaman  dalam berkomunikasi.

Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya

mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata

untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengarnya. Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa.

Hal itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki

banyak bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang

digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa

tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat

tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi

dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering

kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak

3
lawan bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang

kurang tepat ataupun dikarenakan salah paham. Pemilihan kata yang tepat

merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi.

Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih

mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang

ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam

berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam

bahasa tulis  pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak

dengan kata-kata yang kita pilih. Dalam makalah ini, penulis berusaha

menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam segi makna dan relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian, kata

popular, kata sapaan dan kata serapan

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari diksi?

2. Apakah fungsi dari diksi?

3. Apa sajakah yang menjadi kriteria di dalam pemilihan kata atau diksi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud diksi

2. Mengetahui fungsi dari diksi

3. Mengetahui apa apa saja yang menjadi kriteria di dalam pemilihan kata

atau diksi

4. Mengetahui beberapa pilihan kata yang tidak tepat

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi diksi

Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau

pembicara. Adapun menurut kamus, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan

selars (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan shingga

diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

Ada beberpa poin penting tentang diksi yang dikemukakan oleh tokoh

Gorys Keraf, adapun poin poin yang ia kemukan adalah sebagai berikut

1. Pilihan kataatau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang

harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana

membentuk pengelompokan kata yang tepat dan gaya mana yang

paling baik digunakan dalam suatu situasi.

2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat

nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan

kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi

dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh

penguasa sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata

bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau

kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu

bahasa.

5
B. Fungsi diksi

1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal

2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak

resmi)

3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar

4. Menciptakan suasana yang tepat

5. Mencegah perbedaan penafsiran

6. Mencegah salah pemahaman

7. Mengefektifkan pencapian target komunikasi

C. Jenis diksi.

1. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu

menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan

batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada

konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu

pada makna yang sebenarnya. Contoh makna denotasi:

Rumah itu luasnya 250 meter persegi. Ada seribu orang yang

menghadiri pertemuan itu.

2. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,

imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau

asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh

sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi

mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh makna

konotasi, Rumah itu luas sekali.

6
Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu. konotasi atau

makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna

yang sebenarnya.

3. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata

abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan

pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,

dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran

(kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai

untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.

4. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat

atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata

kata konkrit menunjuk kepada barang yang actual dan spesifik dalam

pengalaman. Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang

hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kata

konkrit: meja, kursi, rumah, mobil dsb.

5. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang

luas, kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan

kepada keseluruhan. Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan,

penjahat, kendaraan.

6. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahanpengarahan

yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang

khusus. Contoh kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, sedan.

7
7. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam

tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, formasi, konservatif,

fragmen, kontemporer.

8. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan

masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh

kata popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.

9. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu

tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau

kelompok-kelompok khusus lainnya. Contoh jargon: sikon (situasi dan

kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof

(professor).

10. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun

secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata

D. Kriteria pemilihan kata

Dalam pemilihan kata itu sendiri ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan sehingga dalam mengungkapkan gagasan, pendapat, pikiran atau

pengalaman dapat dilakukan secara cepat baik itu dalam berbahasa secara

lisan maupun tulis.

Adapun beberapa kriteria atau persyaratan yang dimaksud adalah

sebagai berikut.

1. Ketepatan

Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan

kemampuan seorang pembicara memilih kata yang dapat

8
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga gagasan tersebut

dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya.

Ketapatan pilihan kata tersebut akan dapat dicapai jika

pemakai bahasa mampu memahami perbedaan penggunaan kata-

kata yang bermakna

a. Denotasi dan konotasi

b. Sinonim

c. Eufemisme

d. Generik dan spesifik

e. Konkret dan abstrak

2. Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan

kemampuan mimilih kata yang tepat untuk mengungkapkan

gagasan tertentu yang dimaksudkan agar pemakai bahasa dapat

terhindar dari penggunaan kata kata yang dapat menyebabkan

kemubaziran.

Apabila ada kata atau ungkapan yang lebih singkat, kita tidak

perlu menggunakan kata atau ungkapan yang lebih panjang karena

hal itu tidak ekonomis.

Misalnya saja kata “disebabkan oleh” dapat diganti kata

“karena”, dan kata “meninggalkan kesan yang dalam” dapat diganti

dengan kata “mengesankan” serta kata “mengajukan saran” dapat

diganti dengan kata “menyarankan”

9
Adapun yang dimaksud kata yang mubazir adalah kata-kata

yang kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak

diperlukan. Dengan memahami kata-kata yang mubazir, pemakai

bahasa dapat menghindari penggunaan kata yang tidak perlu dalam

konteks tertentu.

Sehubungan dengan masalah tersebut, perlu pula dipahami

adanya beberapa penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata.

Penyebab kemubaziran kata itu, antara lain, adalah sebagai berikut.

a. Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda

Penggunaan kata yang bermakna jamak, terutama jika

dilakukaan secara ganda dapat menyebabkan kemubaziran.

Contohnya dapat kita perhatikan pada kalimat berikut.

1) Sejumlah desa-desa yang dilalui sungai citarum

dilanda banjir.

2) Para guru-guru sekolah dasar hadir dalam

pertemuan itu.

Kata sejumlah dan para dalam bahasa Indonesia

sebenarnya sudah mengandung makna jamak. Begitu juga

halnya dengan bentuk ulang desa-desa dan guru-guru.

Sehingga dalam pengungkapan atau penulisannya terdapat

kemubaziran kata di dalamnya.

Agar tidak mubazir, kata-kata yang sudah menyatakan

makna jamak itu hendaknya tidak diikuti bentuk ulang yang

10
juga menyatakan makna jamak. Dengan demikian contoh

diatas tersebut dapat dicermatkan menjadi seperti berikut.

1) Sejumlah desa yang dilalui sungai citarum dilanda

banjir.

2) Para guru sekolah dasar hadir dalam pertemuan itu.

Atau, jika bentuk ulang itu digunakan, kata-kata yang

sudah menyatakan makna jamak itu harus dihindari

pemakaiannya. Contohnya seperti berikut ini.

1) Desa-desa yang dilalui sungai citarum dilanda

banjir.

2) Guru-guru sekolah dasar hadir dalam pertemuan

itu

Selain kata sejumlah dan para, kata-kata lain yang

sudah menyatakan makna jamak dalam bahasa Indonesia

adalah semua, banyak, sebagian besar, berbagai, segenap,

seluruh, dan sebagainya. Apabila akan digunakan untuk

menyatakan makna jamak, kata-kata itu tidak perlu lagi

diikuti bentuk ulang yang juga menyatakan makna jamak.

b. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna

atau fungsi secara ganda

Penggunaan kata yang bersinonim atau kata yang

mempunyai kemiripan makna yang dilakukan secara ganda

11
juga dapat menyebabkan kemubaziran. Beberapa contohnya

dapat diperhatikan pada kalimat berikut.

1) Kita harus bekerja keras agar supaya dapat

mencapai cita-cita.

2) Generasi muda adalah merupakan penerus

perjuangan bangsa.

Yang dimana kata agar dan supaya serta adalah dan

merupakan masing masing mempunyai makna dan fungsi

yang mirip. Dimana kata agar dan supaya mempunyai

makna yang menyatakan tujuan atau harapan. Selain

makna, keduanya juga memiliki fungsi yang sama yaitu

sebagai ungkapan atau kata penghubung.

Sama halnya dengan kata adalah dan merupakan,

keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai

penanda predikat. Oleh karena itu, jika digunakan secara

berpasanagn, salah satu diantara pasangan kata tersebut

menjadi mubazir. Agar tidak menimbulkan kemubaziran,

kata-kata yang berpasangan itu sebenarnya cukup

digunakan salah satu saja, tidak perlu kedua-duanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kedua contoh

kalimat tersebut dapat dilihat perbaikannya sebagai berikut.

1) Kita harus bekerja keras agar dapat mencapai cita-

cita.

12
2) Kita harus bekerja keras supaya dapat mencapai

cita-cita.

3) Generasi muda adalah penerus perjuangan bangsa.

4) Generasi muda merupakan penerus perjuangan

bangsa.

Beberapa pasangan kata lain yang bersinonim dan

dapat menimbulkan kemubaziran dapat diperhatikan pada

contoh di bawah ini.

Mubazir Tidak mubazir (pilih salah satu)


Sangat sekali Sangat atau sekali
Hanya saja Hanya atau saja
Demi untuk Demi atau untuk
Seperti misalnya Seperti atau misalnya
Contohnya seperti Contohnya atau seperti
Lalu kemudian Lalu atau kemudian
Kalau seandainya Kalau atau seandainya
c. Penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda

Makna kesalingan yang dimaksud di sini adalah

makna yang menyatakan tindakan berbalasan. Jadi pelaku

tindakan itu setidak-tidaknya ada dua orang atau lebih

karena tindakan berbalasan tidak dapat dilakukan oleh satu

orang.

d. Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteksnya

Penyebab kemubaziran berikutnya lebih banyak

ditentukan oleh konteks pemakaiannya di dalam kalimat.

13
Beberapa contohnya dapat diperhatikan pada kalimat

berikut.

1) Pertemuan kemarin membahas tentang masalah

disiplin pegawai.

2) Maksud daripada kedatangan saya ke sini adalah

untuk bersilaturahmi.

3) Kursi ini terbuat daripada kayu.

Kata tentang pada kalimat 1) dan kata daripada pada

kalimat 2) sebenarnya mubazir karena berdasarkan

konteksnya kehadiran kata itu pada kalimat di atas tidak

diperlukan. Karena tidak diperlukan, kata tentang dan

daripada dapat dilepaskan dari kalimat yang bersangkutan.

Sementara itu, penggunaan kata daripada dalam

kalimat 3) tidak tepat karena kata tersebut mengandung

makna perbandingan, sedangkan konteks kalimat 3) tidak

memerlukan kata itu karena tidak menyatakan

perbandingan. Kata yang diperlukan dalam kalimat itu

adalah kata yang menyatakan makna asal. Makna ini

terkandung dalam kata dari, bukan daripada. Oleh karena

itu, pada kalimat 3) kata daripada harus digantikan dengan

kata dari.

Atas dasar keterangan tersebut, ketiga kalimat

tersebut hendaknya dicermatkan menjadi seperti berikut.

14
1) Pertemuan kemarin membahas masalah disiplin

pegawai.

2) Maksud kedatangan saya ke sini adalah untuk

bersilaturahmi.

3) Kursi ini terbuat dari kayu.

Selain itu penggunaan kata tanya di mana dan yang

mana sebagai perangkai atau penghubung dalam kalimat

juga merupakan penggunaan kata yang tidak cermat. Hal

itu seperti yang dapat diperhatikan pada kalimat berikut.

1) Kami akan terus mengembangkan industri ini di

mana pemerintah daerah juga sangat mendukung.

2) Mereka menginginkan jembatan itu segera

diperbaiki yang mana pemerintah juga telah

menyetujui.

3) Saya mengucapkan terima kasih kepada hadirin di

mana atau yang mana telah bersedia menghadiri

pertemuan ini.

Seperti yang tampak pada contoh tersebut, kata di

mana dan yang mana digunakan sebagai perangkai, bukan

sebagai penanda kalimat tanya. Oleh karena itu,

penggunaan kata tersebut tidak tepat. Karena

penggunaannya tidak tepat, kata itu harus digantikan

dengan kata lain yang dapat digunakan sebagai perangkai.

15
Kata di mana dan yang mana pada kalimat 1) dan 2)

masing-masing lebih tepat jika diganti dengan kata dan,

kemudian kata di mana atau yang mana pada kalimat 3)

diganti dengan kata yang.

Dengan demikian, kelima contoh kalimat tersebut

lebih tepat jika diubah menjadi seperti berikut.

1) Kami akan terus mengembangkan industri ini dan

pemerintah daerah juga sangat mendukung.

2) Mereka menginginkan jembatan itu segera

diperbaiki dan pemerintah juga telah menyetujui.

3) Saya mengucapkan terima kasih kepada hadirin

yang telah bersedia menghadiri pertemuan ini.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, kata tanya di

mana dan yang mana yang tepat digunakan pada kalimat

tanya, misalnya

1) Rapat itu akan diselenggarakan di mana?

2) Di mana letak Kepulauan Seribu?

3) Anda memilih yang mana di antara keduanya?

4) Antara ini dan itu lebih bagus yang mana?

16
3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan

kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks

pemakaiannya. Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini

erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

a. Faktor kebahasaan

1) Penggunaan kata yang sesuai dengan konteks

kalimat

Dalam sebuah kalimat kata yang satu dan kata yang

lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi. Yang

dimana penjelasan dan contoh kata yang sesuai dengan

konteks sudah di jelaskan di atas. Namun kita dapat liat

Contoh lainnya pada kalimat berikut.

‘‘Tujuan daripada penelitian ini adalah sebagai

berikut”.

Dimana kalimat diatas bukanlah kalimat yang

menyatakan pperbandingan. Oleh karena itu,

penggunaan kata daripada pada kalimat tersebut tidak

sesuai sehingga fungsinya pun tidak ada. Atas dasar itu,

kata daripada pada kalimat tersebut sebaiknya

dihilangkan sehingga kalimat diatas akan menjadi

“Tujuan daripada penelitian ini adalah sebagai berikut”.

17
2) Penggunaan bentuk gramatikal

Istilah gramatikal tidak hanya digunakan dalam

struktur kalimat, tetapi dapat juga digunakan dalam

struktur kata. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan

bentuk gramatikal suatu kata adalah kelengkapan suatu

bentuk kata berdasarkan imbuhannya. Adapun

contohnya dapat dilihat pada kalimat berikut ini.

a). Para peserta upacara sudah kumpul di lapangan.

b). Sampai jumpa lagi pada kesempatan yang lain

Yang dimana jika digunakan di dalam komunikasi

yang resmi, bentuk kata kumpul pada kalimat a) dan

jumpa pada kalimat b) dianggap tidak gramatikal

karena strukturnya tidak lengkap. Agar gramatikal,

bentuk kedua kata tersebut harus dilengkapi, yaitu

dengan menambahkan imbuhan ber- sehingga menjadi

berkumpul dan berjumpa, seperti yang tampak pada

perbaikannya berikut ini.

a). Para peserta upacara sudah berkumpul di

lapangan.

b). Sampai berjumpa lagi pada kesempatan yang

lain.

18
3) Penggunaan idiom

Idiom adalah dua buah kata atau lebih yang

maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur-

unsur pembentuknya. Contohnya dapat dilihat pada

kalimat berikut ini.

“Orang tua itu sampai membanting tulang untuk

membiayai kedua anaknya”.

Yang dimana makna gabungan kata membanting

tulang pada kalimat tersebut adalah bekerja keras.

Makna itu tidak dapat dijabarkan dari unsur-unsur

pembentuknya, baik dari unsur membanting maupun

unsur tulang. Oleh karena itu, ungkapan tersebut disebut

idiom. Beberapa idiom yang lain dapat dilihat di bawah

ini.

Kalimat Artinya
Kambing hitam Pihak yang dipersalahkan
Naik daun kariernya sedang menanjak
kembang desa Gadis tercantik
Mata keranjang Lelaki yang suka menggoda wanita
Biang keledai Orang yang menjadi sumber masalah
Di dalam pemilihan kata, idiom tersebut dapat

digunakan sesuai dengan konteks pemakaiannya. Terkait

dengan itu, tulisan akademis biasanya sangat jarang

menggunakan idiom-idiom semacam itu. Sebaliknya,

dalam seni sastra idiomidiom semacam itu cukup

banyak digunakan untuk memperindah ungkapan.

19
4) Penggunaan ungkapan idiomatis

Yang dimaksud dengan ungkapan idiomatis adalah

dua buah kata atau lebih yang sudah menjadi satu

kesatuan dalam mengungkapkan makna. Oleh karena

itu, ungkapan tersebut harus digunakan secara utuh,

dalam arti tidak boleh dihilangkan salah satunya.

Beberapa ungkapan idiomatis dalam bahasa

Indonesia yaitu sesuai dengan, sehubungan dengan,

berkaitan dengan, bergantung pada,tergantung pada,

terdiri atas.

Terkait dengan hal tersebut, kata kedua dari

ungkapan idiomatis tersebut, yaitu dengan, atas, dan

pada, sering dihilangkan oleh pemakai bahasa karena

dianggap tidak mendukung makna. Dalam arti, tanpa

kata kedua itu pun maknanya dianggap sudah jelas.

Meskipun tidak mendukung makna, kata kedua dari

ungkapan itu tidak seharusnya dihilangkan karena

keduanya sudah merupakan satu kesatuan.

20
5) Penggunaan majas

Majas adalah kiasan atau cara melukiskan sesuatu

dengan menyamakan atau membandingkan dengan

sesuatu yang lain. Jenis majas yang lazim digunakan

dalam pemakaian bahasa adalah sebagai berikut.

a). Perbandingan (personifikasi, metafora, asosiasi,

dsb.)

b). Pertentangan (litotes, hiperbola, dsb.)

c). Sindiran (ironi, sinisme, sarkasme, dsb.)

d). Penegasan (pleonasme, aliterasi, dsb.)

Beberapa majas tersebut dapat dipilih dan

digunakan sesuai dengan konteks pemakaiannya yang

tepat.

6) Penggunaan kata yang lazim

Yang dimaksud kata yang lazim adalah kata yang

sudah biasa digunakan dalam komunikasi, baik lisan

maupun tulis. Kata yang lazim juga berarti kata yang

sudah dikenal atau diketahui secara umum. Dengan

demikian, penggunaan kata yang lazim dapat

mempermudah pemahaman pembaca terhadap informasi

yang disampaikan.

Sebaliknya, penggunaan kata yang tidak atau

belum lazim dapat mengganggu kejelasan informasi

21
yang disampaikan karena pembaca atau pendengar

belum memahami benar maknanya. Oleh karena itu,

penggunaan kata yang tidak atau belum lazim

hendaknya dihindari. Atau, jika kata itu akan digunakan,

penggunaannya harus disertai keterangan penjelas. Jika

perlu, keterangan penjelas itu dapat dicantumkan pada

catatan kaki agar penjelasannya dapat lebih leluasa.

Sebagai contohnya, kata besar dalam bahasa

indonesia bersinonim dengan kata raya, agung, dan

akbar. Dimana dalam ungkapan jalan raya misalnya,

kata jalan selain lazim digunakan bersama kata raya,

lazim pula digunakan bersama kata besar. Namun, kata

agung dan akbar tidak lazim digunakan secara

bersama-sama dengan kata jalan.

Begitu pula dengan kata jaksa, lazim digunakan

bersama kata agung, tetapi tidak lazim digunakan

bersama kata besar, raya, atau akbar. Kata guru lazim

digunakan bersama kata besar, tetapi tidak lazim

digunakan bersama kata agung, akbar, dan raya.

b. Faktor nonkebahasaan

1) Situasi pembicaraan

Situasi komunikasi atau situasi pembicaraan dalam hal

ini menyangkut situasi resmi dan situasi yang tidak resmi.

22
Dalam situasi pembicaraan yang resmi bahasa yang

digunakan harus dapat mencerminkan sifat keresmian itu,

yakni bahasa yang baku. Kebakuan yang dimaksudkan itu

harus meliputi seluruh aspek kebahasaan yang digunakan,

baik bentuk kata, pilihan kata, ejaan, maupun susunan

kalimatnya.

Adapun pilihan kata yang baku dan tidak baku dapat di

lihat pada contoh berikut ini.

Kata-kata yang termasuk dalam daftar baku itulah yang

harus dipilih dalam pemakaian bahasa yang resmi. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa kata-kata yang tergolong

tidak baku hendaknya dihindari pemakaiannya hendaknya

penggunaan kata-kata kiasan, prokem, dan slang juga

dihindari. dalam situasi komunikasi yang resmi. Selain itu,

dalam situasi pemakaian bahasa yang resmi,

2) Mitra bicara

a). Siapa mitra bicara

Misalnya saja perbedaan usia lawan bicara, apabila

lawan bicara usianya lebih tua, maka kata-kata yang

dipilih untuk digunakan lazimnya adalah kata-kata yang

mencerminkan rasa hormat, santun, dan sebagainya

23
b). Bagaimana kedudukan atau status sosial

Kata-kata yang digunakan terhadap mitra bicara

yang status sosialnya lebih tinggi atau kedudukannya

lebih tinggi juga cenderung berbeda dengan kata-kata

yang digunakan terhadap mitra bicara yang status

sosialnya lebih rendah. Seorang atasan, misalnya, dapat

mengatakan, “Mengapa kau selalu datang terlambat?”

kepada bawahannya tetapi seorang staf atau bawahan

tidak mungkin menggunakan bentuk teguran semacam

itu kepada pimpinan atau atasannya.

c). Seberapa dekat hubungan pembicara dan mitra

bicara

Bahasa yang digunakan terhadap mitra bicara yang

mempunyai hubungan dekat (akrab) juga berbeda

dengan bahasa yang digunakan terhadap mitra bicara

yang hubungannya jauh (tidak/belum akrab).

Begitu juga halnya dengan bahasa yang digunakan

terhadap mitra bicara yang sudah dikenal atau yang

belum dikenal. Dengan demikian, hubungan yang akrab

dan kurang akrab juga menentukan bentuk bahasa atau

pilihan kata yang akan digunakan.

24
3) Sarana berbahasa

Faktor nonkebahasaan lain yang juga perlu

diperhatikan adalah sarananya berbahasa, yakni lisan atau

tulis. Bahasa yang digunakan secara lisan juga memiliki

perbedaan dengan bahasa yang digunakan secara tertulis.

Dalam bahasa lisan informasi yang disampaikan dapat

diperjelas dengan penggunaan intonasi, gerakan anggota

tubuh, atau jeda dalam pembicaraan. Hal-hal yang dapat

memperjelas informasi dalam bahasa lisan itu tidak terdapat

pada bahasa tulis.

Oleh karena itu, unsur-unsur kebahasaan yang

digunakan pada ragam tulis dituntut lebih lengkap agar

dapat mendukung kejelasan informasi. Selain itu,

penggunaan tanda bacanya pun harus lengkap. Jika unsur-

unsur kebahasaan itu tidak lengkap, ada kemungkinan

informasi yang disampaikan pun tidak dapat dipahami

secara tepat.

4) Kelayakan geografis

Dalam kaitannya dengan pemilihan kata, yang

dimaksud kelayakan geografis adalah kesesuaian antara

kata-kata yang dipilih untuk digunakan dan kelaziman

penggunaan kata-kata tertentu pada suatu daerah.

25
Dengan demikian, ketika akan menggunakan suatu

kata, pemakai bahasa harus mempertimbangkan apakah

kata-kata yang akan digunakan itu layak digunakan di

daerah itu atau tidak. Hal itu karena di suatu daerah

biasanya ada kata-kata tertentu yang dianggap tabu untuk

digunakan dalam komunikasi umum.

5) Kelayakan temporal

Kelayakan temporal yang dimaksud dalam hal ini

adalah kesesuaian antara kata-kata yang dipilih untuk

digunakan dan zaman penggunaan kata-kata tertentu pada

suatu masa. Dengan demikian, ketika akan menggunakan

suatu kata, pemakai bahasa harus mempertimbangkan

apakah kata-kata yang akan digunakan itu layak pada zaman

tertentu atau tidak. Hal itu karena pada masa tertentu ada

sejumlah kata atau istilah yang lazim digunakan, tetapi kata

atau istilah itu tidak lazim pada masa yang lain.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau

pembicara. Adapun menurut kamus, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan

selars (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan shingga

diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

Diksi berfungsi Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara

verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi,

tidak resmi), menciptakan komunikasi yang baik dan benar, menciptakan

suasana yang tepat, mencegah perbedaan penafsiran, mencegah salah

pemahaman, mengefektifkan pencapian target komunikasi

Adapun jenis diksi yaitu denotasi, konotasi, kata abstrak, kata konkrit ,

kata umum, kata khusus, kata ilmiah, kata populer, jargon, kata slang.

Dalam memilih kata ada syarat atau kriteria yang harus dipenuhi dan

diperhatiakn yaitu ketepatan, kecermatan, keserasian.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arafah. Mengenal sejarah perkembangan dan pemakaian Bahasa Indonesia.


Makassar: P3i Press Makassar, 2014.

Mustakim. Bentuk dan pilihan kata. Jakarta: Badan pengembangan dan


pembinaan bahasa, 2014.

Ofiza, Yopi.
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/55020419/KELOMPOK_4_-
_DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA.pdf (diakses September 30, 2019).

https://eprints.uny.ac.id/8251/3/BAB%202-05210144010.pdf. diakses 30

september 2019

https://eprints.uny.ac.id/8353/3/BAB%202-07205244065.pdf. diakses 30

september 2019

https://eprints.uny.ac.id/8251/3/BAB%202-05210144010.pdf. diakses 30

september 2019

https://eprints.uny.ac.id/8353/3/BAB%202-07205244065.pdf. diakses 30

september 2019

28

Anda mungkin juga menyukai