BAHASA INDONESIA
Tentang:
DIKSI
Dosen Pembimbing:
DR. ANIMAR, Mpd
Disusun oleh:
MOHAMAD ARIK W (221.05.012)
WENI JULITA (221.05.10)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan sebaik-
baiknya, meskipun dalam penulisan makalah masih banyak kesalahan dan
kekurangan.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memperjuangkan kehidupan umat manusia dari jaman
kebodohan yang tanpa berilmu pengetahuan menjadi zaman yang berlimpah ilmu
pengetahuan baik pun agama, maupun teknologi.
Terakhir penulis menyadari dalam perbuatan makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga banyak kesalahan namun penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang budiman untuk pembuatan makalah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari diksi
2. Mengetahui syarat-syarat diksi
3. Memahami syarat-syarat penggunaan diksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Ketepatan dan kesesuaian kita pada saat
memilih kata yang tepat dan selaras pada suatu paragraf atau wacana. Dengan
penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dengan pengekspresian paragraf atau
wacana maka gaya bahasa menjadi efektif. Sehingga gaya bahasa membentuk
suasana kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau gaya
percakapan. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam
dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur kata setiap hari. Ada
beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca atau
pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang
disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi
yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,
membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi
oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum
digambarkan dengan kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat
didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti
kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata
dan gaya.
Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi
adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
berbicara di dalam karang mengarang.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat
dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan
dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis,
serta tutur sapa.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah.
B. Fungsi Diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi
diksi antara lain :
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Mencegah perbedaan penafsiran.
5. Mencagah salah pemahaman.
6. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
C. Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu
dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping
itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran
pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi
persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan :
1. Kaidah kelompok kata/ frase
2. Kaidah makna kata
3. Kaidah lingkungan sosial
4. Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
1) Tepat
Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya
bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat
digantikan dengan lihatan mata.
2) Seksama
Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk
kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta
hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar
ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa
tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
3) Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata
yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan
sangatlah akan membingungkan pengertian saja.
Contohnya : Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi
tidak dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing
makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan
dengan makanan rohani.K edua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut
makna dan pemakain-nya.
B. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
1. Jenis Makna
a) Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam
yaitu:
1) Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di
dalam kamus. Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan,
tidur, ibu, adik, buku.
2) Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah
mengalami proses gramatikal, seperti proses afiksasi
(pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi
(pemajemukan). Contoh :
a. Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik
mengotori lantai itu.
b. Proses reduplikasi pada kata kacang; Kacang-kacangan
merupakan salah satu sumber protein nabati.
c. Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di
rumah sakit bersalin.
b) Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil
observasi panca indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain.
Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya. Contoh :
a) Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
b) Besi : logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil
observasi pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna
konotasi disebut juga sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
1) Ibu kota : pusat pemerintahan
2) Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
3) Jamban : kamar kecil
c) Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan
yang konkret. Contoh : (meja, baju, membaca, menulis)
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai
rujukan yang konkret. Contoh : (baik, indah, sedih, gembira).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang
dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata
juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat
dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan
tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan
tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat
penggunaan kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu.