Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara seribu bahasa, karena kita tahu bahwa


Indonesia memiliki beragam suku, budaya, juga bahasa. Bahasa persatuan di
Indonesia adalah bahasa Indonesia, yang artinya dari Sabang hingga
Merauke walaupun berbeda bahasa, dalam berkomunikasi kita
menggunakan bahasa Indonesia. Namun belakangan ini banyak masyarakat
Indonesia yang mengabaikan pentingnya pemahaman akan penggunaan
bahasa terutama dalam diksi atau tata cara pemilihan kata. Harus diakui,
terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik
lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan, bahkan fatal.

Pemilihan kata yang tepat dapat mencitpakan suatu komunikasi yang efektif
dan efisien. Diksi atau pilihan kata bukan hanya soal pilih-memilih kata,
melainkan bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang
ingin disampaikan. Diksi juga digunakan dalam jurnalistik (bahasa tulis).
Dalam jurnalistik, diksi akan membuat pembaca lebih mengerti dan
memahami dengan kata-kata yang kita pilih.

1.2 Rumusan Masalah

Penyusun menyusun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah


diatas, sebagai berikut :

1. Apa itu diksi?


2. Apa saja syarat-syarat diksi?
3. Bagaimana ciri-ciri dari diksi?
4. Apa fungsinya diksi?
2

5. Apa saja macam - macam diksi?


6. Ada berapakah jenis - jenis makna?
7. Bagaimana pergeseran makna terjadi?
8. Apa saja contoh perubahan yang terjadi pada makna?
9. Apa itu Idiom dan Idiomatik?
10. Apa yang dimaksud dengan Kata Asing dan Kata Serapan?
11. Bagaimana pememakaian Kata Ilmiah dan Kata Populer?
12. Apa itu kata Abstrak dan Kata Konkret?
13. Bagaimana Kesalahan dalam Pembentukan dan Pemilihan Kata?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian dari pilihan kata.


2. Membuka cakrawala akan syarat-syarat pilihan kata
3. Mengetahui ciri-ciri pilihan kata.
4. Mengetahui fungsi dari pilihan kata
5. Menambah ilmu akan macam - macam pilihan kata.
6. Menambah wawasan akan jenis-jenis makna.
7. Memahami akan pergeseran makna.
8. Mengerti akan perubahan yang terjadi pada makna.
9. Membuka cakrawala akan Idiom dan Idiomatik.
10. Menambah wawasan akan Kata Asing dan Kata Serapan.
11. Mengetahui Kata Ilmiah dan Kata Populer.
12. Memahami kata Abstrak dan Kata Konkret.
13. Dapat mengerti akan Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi

Diksi secara singkat adalah pilihan kata. Diksi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah
pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan).

Berikut merupakan pengertian diksi menurut para ahli :

A. Widjono Hs
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata
ini di pengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,dan menggunakan
sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara
tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada
pembaca atau pendengarnya.

B. E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai


Diksi adalah pilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan
kata merupakan satu unsur yang penting, baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.

C. Widyamartaya
Diksi adalah kemampuan seseorang dalam membedakan secara tepat
suatu nuansa-nuansa makna yang tepat dengan gagasan yang
disampaikannya, dan kemampuan tersebut yang sesuai dengan kehendak
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat dan
pendengar atau pembaca.
4

D. Enre
Diksi adalah penggunaan kata yang sesuai dalam mewakili pikiran dan
juga perasaan yang ingin dinyatakan dalam suatu pola untuk kalimat.

E. Susilo Mansurudin
Diksi adalah pilihan kata. Pemakaian diksi yang tepat, cermat, dan benar
dapat membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan kata yang sesuai
dalam kata lain adalah tepat untuk mencegah kesalahan penafsiran yang
berbeda.

F. Gorys Keraf
 Diksi adalah pilihan kata atau mengenai pengertian kata-kata mana
yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan,
penggungkapan yang tepat, dan gaya penyampaian kata yang lebih
baik sesuai situasi.
 Diksi merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi, serta nilai dari
suatu rasa yang dimiliki kelompok masyarakat, pendengar, dan
pembaca.

G. Harimurti
Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam mengarang.

Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari pengertian yang telah


dikemukakakan oleh para ahli di atas adalah, diksi adalah ketepatan pilihan
kata berbicara sehari-hari baik dalam khalayak umum, maupun tulisan agar
mudah dimengerti dalam menyampaikan suatu hal yang diinginkan.
5

2.2 Persyaratan Diksi


Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi dalam diksi, yaitu kesesuaian kata
dan ketetapan kata.

2.2.1 Kesesuaian Kata


Dalam penggunaan diksi harus memperhatikan kesesuain kata agar tidak
merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana
yang sedang berlangsung.

Syarat-syarat kesesuain kata :


1) Menghindari penggunaan bahasa lisan dalam bahasa tulis, misalnya :
dengar, lihat, masak (bahasa lisan), mendengar, mendengarkan,
melihat, memperlihatkan, diperlihatkan, memasak, dimasak (bahasa
tulis).
2) Menggunakan kata yang berhubungnan dengan nilai sosial, misal : bisu
(kurang sopan) tunawicara (sopan), mati (kasar) tutup usia (halus).
3) Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan dengan cermat,
misalnya : antara…dengan…(salah), antara … dan…(benar), tidak…
melainkan…(salah), tidak…tetapi…(benar).
4) Menggunakan kata ilmiah untuk karangan ilmiah; komunikasi
nonilmiah menggunakan kata populer, misalnya : Daftar (ilmiah),
Susunan (populer), Defisit (ilmiah), Pengeluaran (populer), Variasi
(ilmiah), Bermacam-macam (populer), Motivasi (ilmiah), Dorongan
(populer),
5) Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak
mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang
hanya digunakan dalam pergaulan. Misalnya: aktif (baku), aktip (tidak
baku), karena (baku), karna (tidak baku), asas(baku), azas (tidak baku).
6) Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya : berjalan lambat,
mengesot, merangkakk ; merah darah, merah hati.
6

2.2.2 Ketetapan Kata


Selain kesesuaian kata yang harus diperhatikan, dalam diksi juga harus
memperhatikan ketetapan kata. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu
dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di
samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca atau pendengar
dengan tepat, artinya tafsiran pembaca atau pendengar sama dengan apa
yang dimaksud dengan penulis atau pembicara.

Syarat-syarat ketetapan kata :


1) Harus mengetahui perbedaan kata konkret dan kata abstrak, kata
konkret (kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra,
misalnya : meja, rumah, mobil) dan kata abstrak (digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit, misalnya gagasan dan perdamaian).
2) Pemakaian kata yang hampir bersinonim, misalnya : agung, besar,
raya; mati, mangkat, wafat, meninggal; cahaya, sinar; ilmu,
pengetahuan; penelitian , penyelidikan.
3) Membedakan makna denotasi dan konotasi.
4) Jika menggunakan imbuhan asing harus mengetahui maknanya
dengan tepat, misalnya duniawi, antivirus, festival, biadab, fluktuatif,
normalisasi, komunikologi.
5) Menggunkan kata-kata idiomatik sesuai susunan yang benar, misalnya
: Sejalan dengan, bertepatan dengan, berhubungan dengan.
6) Membedakan secara cermat kata yang mirip ejaannya, misal: Intensif
– insentif ; Preposisi – proposisis.
7) Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Misal:
laptop (kata umum); macbook (kata khusus, laptop produksi Apple).
8) Mengetahui dengan cermat kata bersinonim (misalnya : imitasi dan
tiruan, nakal dan badung, serta ekor dan buntut); berhomfoni
(misalnya : sangsi dan sanksi, rok dan rock), serta berhomografi
(misalnya : Serang – 1) Gerakan tiba – tiba dengan tujuan menjatuhkan
7

lawan, 2) Nama daerah di Provinsi Banten ; Memerah – 1) Berubah


warna menjadi merah, 2) Memeras susu).
9) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat
sendiri, misalnya : modern sering diartikan secara subjektif canggih,
menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti
banyak cakap, suka mengggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual.
10) Dengan cermat menggunakan kata yang berubah makna, misalnya isu
(berasal dari bahasa Inggris issue berart publikasi, kesudahan,
perkara), isu (dalam bahasa Indonesia kabar yang tdak jelas asal-
usulnya, kabar angin, desas-desus).

2.3 Ciri-ciri Diksi


1) Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki
oleh masyarakat, serta mampu menggunakan kekayaan bahasa
tersebut menjadi kalimat yang jelas dan efektif.
2) Ketepatan dalam memilih kata untuk dapat mengungkapkan gagasan
atau hal yang disampaikan dengan jelas.
3) Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
pembacanya.

2.4 Fungsi Diksi


• Membuat pendengar atau pembaca mengerti secara benar dan tidak
salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau
penulis.
• Menciptakan komunikasi yang efektif, baik, dan benar.
• Mencegah perbedaan penafsiran dan salah pemahaman.
8

• Berfungsi memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu


cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaiaan cerita dapat
dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan
latar, waktu dan lain sebagainya.
• Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi,
tidak resmi).

2.5 Macam-Macam Diksi

1) Antonim adalah lawan kata.

 Abadi x Punah  Baik x Jahat  Bersih x Kotor

 Rajin x Malas  Wangi x Bau  Boros x Hemat

 Cepat x Lambat  Berani x Takut  Amatir x Ahli

 Bahagia x Sedih  Tinggi x Rendah  Banyak x Sedikit

2) Sinonim adalah persamaan kata.


 Abadi =  awet, baka, daim, infinit, kekal, langgeng.
 Hamil = bunting.
 Hasil = produksi, prestasi, keluaran.
 Kecil = mikro, minor, mungil.
 Strategi = teknik, taktik, siasat, kebijakan
 Terminal = halte, perhentian, stasiun, pangkalan, pos.

3) Hiponim (Kata Khusus) dan Hipernim (Kata Umum)

Hiponim atau kata khusus adalah kata-kata menunjukkan objek yang


lebih spesifik. Sedangkan hipernim (superordinate) atau kata umum
adalah kata yang cakupannya luas, seperti himpunan dan keseluruhan.

Berikut contoh hipernim dan hiponim,


9

• Aku punya banyak sportcar di garasi, ada Maybach Exelero,


Lamborghini Veneno, Lykan Hypersport, Ferrari LaFerrari, Bugatti
Veyron Super Sports, dan Aston Martin One-77.
Hipernim : sportcar.
Hiponim : Maybach Exelero, Lamborghini Veneno, Lykan
Hypersport, Ferrari LaFerrari, Bugatti Veyron Super
Sports, dan Aston Martin One-77.
• Tadi pagi Ibu beli buah-buahan di pasar, terlihat di kantong
belanjaan terdapat mangga, apel, kelengkeng, duku, salak, dan jeruk.
Hipernim : buah-buahan.
Hiponim : mangga, apel, kelengkeng, duku, salak, dan jeruk.
 Irfan Hakim mempunyai banyak hewan peliharaan, terdapat kura-
kura, ikan, kucing, kuda, ular, dan kalkun.
Hipernim : hewan peliharaan.
Hiponim : kura-kura, ikan, kucing, kuda, ular, dan kalkun.

4) Homofon, homo artinya sama dan fon (phone) artinya bunyi atau suara,
berarti kata yang memiliki bunyi sama, namun tulisan dan maknanya
berbeda. Contoh homofon :
• Jarum (logam kecil yang runcing dan tajam) – Djarum (merek rokok)
Selagi dia sedang memasukkan benang ke jarum, saat itulah Pak
Andy beli Djarum sebungkus.
• Masa ( Waktu ) – Massa ( Berat benda )
Pada masa kanak-kanak, Evi bermassa 18 kg, sekarang bertambah
menjadi 58 kg.
• Tujuh ( Angka ) – Tuju ( Arah tujuan )
Terdapat tujuh macam buah yang harus kita antarkan ketempat yang
kita akan tuju esok hari.
• Bang ( Kakak ) – Bank ( Lebaga Keuanga )
Teller bank BRI menanyai alamat Bang Iqbal saat proses pembukaan
rekening baru.
10

• Rok ( Pakaian Wanita ) – Rock ( Aliran Musik )


Selesai kuliah Sella langsung menonton konser musik rock tanpa
mengganti roknya terlebih dahulu.
• Bli ( Panggilan abang di Bali ) – Beli ( Membeli barang / jasa )
Kak Ikis bertemu bli Bilko ketika membeli  mi isntan di warung tadi
siang.

5) Polisemi, Poli berarti banyak, dan semi yang berarti makna. Jadi
polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti. Contohnya :
• Pembelian properti di TransPark Cibubur memberikan cicilan 18
kali dengan bunga 0%.
• Saat wisuda nanti, Maharani berharap banyak yang memberikan ia
bunga atas ucapan selamat.
• Annisa terkenal sampai ke desa sebelah karena kecantikannya, ia
adalah bunga desa di sini.
• Jambu biji, mangga, tumbuhan asam, dan pohon akasia termasuk
kedalam tumbuhan berakar tunggang.
• Kamu adalah Akar dari semua masalah ini karena kamu yang
menyebabkan semuanya terjadi.

6) Homograf, homo berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Jadi
Homograf adalah kata yang memiliki tulisan sama, namun bunyi dan
maknanya berbeda. Contoh homograf, :
 Belok (bengkok) – Belok (mata besar dan lebar).
Saya melihat bapak yang belok itu berbelok ke arah kiri.
 Per (pegas) – Per (tiap-tiap).
Saat dia mendengar harga kain wolvis turun menjadi per meternya Rp
28.000, dia bergegas ke pasar dengan sepedanya, namun di tengah
perjalanan per sepedanya putus.
 Tahu ( Mengerti ) – Tahu ( Makanan )
Semua orang tahu kalau tahu goreng buatan ibuku adalah yang terbaik.
11

 Apel ( Buah ) – Apel ( Kumpul )


Dalam jadwal kita akan mendapatkan apel setelah apel pagi ini.
 Teras ( Inti ) – Teras ( Beranda Rumah )
Para pengrus teras UKM Bahasa sedang berkumpul di teras sekret
bahasa membahas tentang kegiatan minggu depan.

7) Homonim berasal dari kata homo berarti sama dan nym berarti nama.
Homonim berarti kata yang memiliki bunyi dan ulisan namun makna
berbeda. Berikut contoh homonim:
• Bisa (mampu – racun binatang)
Siapapun yang terkena bisa ular King Cobra bisa meninggal.
• Beruang (Banyak uang – Hewan).
Para pengusaha yang beruang tidak segan-segan membeli hewan
langka seperti beruang untuk di pelihara.
• Bango (Burung & Merk kecap)
Rokayah berjualan kecap bango di ladang yang banyak burung bango
nya.
• Kali (Sungai & Berlipat)
Sudah hampir 5 kali kita menyebrangi kali ini, sekarang kita tersesat.
• Selang (Rentang waktu & Saluran air)
Selang beberapa menit selang tersebut lancar kembali mengeluarkan
air, sebelumnya selang tersebut tersendat
• Jarak (Antara & Jenis Tumbuhan)
Diantara rumah kamu dan aku dipisahkan oleh banyak pohon jarak,
namun jarak ini takkan menghalangi kita untuk bertemu.
• Hati (Organ tubuh & Perasaan)
Tiana berhati mulia, ia ikhlas mencangkokkan hatinya kepada
kakaknya sebelum akhirnya ia wafat.
12

2.6 Jenis - Jenis Makna

2.6.1 Jenis Makna Berdasarkan Bentuk Maknanya

1)    Makna Leksikal adalah makna sebenarnya dan terdapat dalam


kamus. Makna ini adalah kata dasar.
Contoh :
a) Jalan : (dalam KBBI) – tempat yang biasanya dilalui oleh orang atau
kendaraan
b) Buah : (dalam KBBI) – bagian tumbuhan yang berasal dari bunga
atau pitik (biasanya berbiji).
c) Tenggelam : (dalam KBBI) – masuk terbenam ke dalam air; arti
lainnya – karam (tentang perahu atau kapal).

2)    Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah


mengalami proses gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan),
reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Contoh :
-   Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar perhati  ; Dia selalu
memperhatikan saya
-   Proses reduplikasi pada kata sayur ; Sumber mineral yang baik berasal
dari sayur-sayuran.
- Proses komposisi pada kata rumah makan ; Kemarin malam kami
makan di rumah makan.

3) Makna Kontekstual (Pragmatis) adalah makna yang muncul


berdasarkan konteksnya. Contoh :
a) Sedang
• Bagus sedang belajar di kamar, kata “sedang” menunjukkan suatu
aktivitas yang dilakukan.
• Walaupun mendapat nilai sedang, Koko tetap merasa senang dan
puas, kata “sedang” menunjukkan suatu nilai yang biasa-biasa  saja
(tidak tinggi tetapi juga tidak rendah).
13

b) Mengarang
• Ani sedang mengarang cerpen untuk lomba, kata “mengarang” berarti
membuat tulisan berupa cerpen.
• Kayu-kayu yang terbakar itu kini semuanya sudah mengarang, kata
“mengarang” berarti telah menjadi arang.
• Kapal Titanic yang tenggelam di dasar laut kini sudah mengarang,
kata “mengarang” berarti telah menjadi seperti karang.

2.6.2 Jenis Makna Berdasarkan Sifatnya

1) Makna Konotasi adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya

  Tarigan (1985:61) mengemukakan bahwa ragam konotasi dibagi


menjadi 2 macam, yaitu :
a) Konotasi Baik, kata-kata yang bermakna baik atau positif. Contoh :
- Ayu merupakan tangan kanan dari pak direktur. (tangan kanan: orang
kepercayaan).
- Eddy terpaksa harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya sejak
ayahnya wafat.

b) Konotasi Tidak Baik, kata yang bermakna buruk atau negatif.


Contohnya :  
- Terkait masalah ini, pihak rumah sakit justru malah bersikap cuci
tangan.  (cuci tangan: tidak mau peduli dan bertanggung jawab atas
suatu permasalahan)
- Dikarena masalah inflasi, perusahaan Dea terpaksa harus rela gulung
tikar. (gulung tikar: bangkrut)

2) Makna Denotasi adalah makna sebenarnya. Contoh :   


- Saat bermain bulu tangkis, tangan kanan Fajrin terkilir.
14

- Setelah selesai makan siang di pinggir embung, kami pun menggulung


tikar yang kami bawa.
- Cuci tanganlah dahulu sebelum makanan kukis ini!.
- Sejak minggu kemarin tulang punggungku terasa begitu ngilu.

2.6.3 Jenis Makna Berdasarkan Wujudnya


1) Makna referensial atau makna kognitif adalah makna yang
berhubungan langsung dengan kenyataan atau memiliki referen
(acuan) Seperti meja dan kursi adalah yang bermakna referensial
karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga yang disebut ”meja” dan ”kursi”.

Contoh lain yaitu:


a) Polisi semakin meningkatkan razia untuk meningkatkan keamanan.
Kata “razia” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti
dari kata “razia” adalah pemeriksaan serentak.
b) Gubernur Pontianak telah membangun hunian sementara untuk tempat
tinggal para pengungsi yang datang dari Palangkaraya.
Arti dari kata “hunian” adalah tempat tinggal atau kediaman yang
dihuni.

2)   Makna Inferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen


(acuan). Seperti kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya.
Dalam hal ini kata preposisi dan konjungsi serta kata tugas lainnya
hanya memiliki fungsi atau tugas tapi tidak memiliki makna.

Contoh lain referen kata di sini dalam ketiga kalimat berikut :


(a) Tadi siang Messy menidurkan bayi Arisa di sini.
(b) “Selalu ada laporan helmet hilang hampir setiap minggu di sini, jadi
harus berhati-hati”, kata kepala desa Sukasari.
(c) Di sini, di Lampung, aku tumbuh dan berkembang.
15

Pada ketiga kalimat tersebut, setiap kalimat menggunakan kata “di


sini”. Pada kalimat (a), kata “di sini” dimaksudkan untuk menunjuk sebuah
tempat tidur. Pada kalimat (b), kata “di sini” menunjuk pada tempat yang
lebih luas yaitu wilayah desa Sukasari. Sedangkan pada kalimat (c)
menunjukkan wilayah yang lebih luas lagi yaitu wilayah Lampung. Referen
pada ketiga macam kalimat tersebut berbeda-beda walaupun menggunakan
kata yang sama.

2.7 Pergeseran Makna

1) Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya


persamaan sifat. Contoh :
- Kemarin malam ada pencuri di rumah kakek, ia telah menyikat habis
barang-barang di rumah kakek.
- Nakula menyikat giginya setiap pagi dan sore.
- Setiap pelajaran pak Budi, Evi selalu duduk di kursi paling depan.
-  Kursi di DPR kian memanas di perebutkan.

2)    Sinestesia adalah terjadi akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua


indra yang berbeda. Contoh :
- Samyang ini rasanya sangat pedas.
- Kalimatnya sangat pedas, sehingga membuat saya sakit hati.
- Berhati-hatilah pakai golok ini karena sangat tajam!
- Saya mengerti kalau dia sangat marah kepada kamu. Saya bisa lihat dari
pandangannya begitu tajam saat menatapmu.

2.8 Perubahan Makna

2.8.1 Perubahan Makna Berdasarkan Cakupan Maknanya

1) Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.


Kata Dulu Sekarang
16

Sebutan wanita yang lebih


Ibu Sebutan orang tua wanita tua/dihormati

Arah tujuan yang hendak spesialisasi bidang


Jurusan
ditempuh pendidikan

2) Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna


dahulu.
Kata Dulu Sekarang

Guru Mengajarkan sesuatu pengajar di sekolah


Madrasah Sekolah Sekolah yang
mempelajari ilmu agama
Islam

2.8.2 Perubahan Makna Berdasarkan Nilai Rasanya


1) Peyorasi adalah suatu kata berubah menjadi lebih buruk atau memiliki
kedudukan arti yang lebih rendah dibanding kata sebelumnya.
Contohnya:
-  Kata “Meninggal” menjadi “Mati”
- Kata buta huruf  sekarang dirasakan kasar, seharusnya “tunaaksara”.
- Pelayan restoran sekarang dirasakan lebih rendah artinya, seharusnya
pramusaji
- Kata “didepak” memiliki makna yang lebih rendah dibandingkan dengan
“dipecat”.

2) Ameliorasi adalah perubahan makna lebih sopan dari sebelumnya


Contohnya :
- Kata Tunanetra lebih sopan daripada buta.
17

- Kata Lembaga Pemasyarakatan lebih baik dari Bui.


- Kata kamar kecil dirasakan lebih sopan daripada toilet.
- Kata asisten rumah tangga dirasakan lebih sopan daripada pembantu.

2.9 Idiom dan Idiomatik


1) Idiom merupakan ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang
bermakna khusus. Makna dari idiom bukanlah berasal dari kata-kata
pembentuknya, akan tetapi terbentuk setelah kata-kata tersebut
digabungkan.
Contohnya :
• Ernita mengundurkan diri dari perusahaan karena dia tidak suka dengan
atasannya yang suka makan tulang. (makan tulang: selalu menyuruh-
nyuruh orang lain)
• Youtuber Ria Ricis sedang naik daun di kalangan anak muda saat ini.
• Yoga hanya bisa diam seribu bahasa melihat penampilanku yang
memukau malam itu. (diam seribu bahasa: tidak berkata-kata walau
sepatah kata pun).
• Tak disangka, Naufal yang dianggap kuda hitam ternyata mampu
menjadi juara turnamen catur antar kelas. (kuda hitam: pihak yang
diremehkan; pihak yang tidak diunggulkan)
• Minggu lalu, Kakak membawa buah tangan yang dibelinya dari
Lembang. (buah tangan: oleh oleh, negeri seberang: negara lain di luar
negara sendiri).

2) Idiomatik adalah kata yang berpasangan, misalnya : sesuai dengan,


disebabkan oleh, berharap akan, terdiri atas, berbicara tentang, bertemu
dengan, bergantung pada, dan lain-lain.
Contohnya :
1) Kita berharap akan penampilannya bisa meggetarkan hati juri tersebut.
Kata berharap akan tidak dapat diganti dengan berharap dengan atau
mengharapkan akan.
18

2) Mereka selalu bekerja tidak sesuai dengan aturan perusahaan.


Pasangan sesuai dengan tidak dapat digantikn oleh pasangan lain,
misalnya sesuai akan, sesuai pada.
2.10 Kata Asing dan Kata Serapan

1) Kata Asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang
masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa
aslinya. Contoh kata asing: Radio, Amal, Supermarket, halal, film.

2) Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan
dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia. Contoh :

Kata Serapan dari Bahasa Arab :


 Logat (lughah)  Naskah (nushkatun)  Sekarat
(zakarotil)
 Uzur (udhr)  Umat (ummah)  Resmi
(rasmiyyun)
 Rabu (arbi’aa)  Ufuk (ufuq)  Perlu
(fardhu)

Kata Serapan dari Bahasa Belanda :


 Halte (halte)  Antri (in de rij)  Balok (balk)
 Baut (bout)  Arloji (horloge)  Blokir (blokkeren)
 Diet (dieet)  Garansi (garantie)  Lem (lijm)

Kata Serapan dari Bahasa Inggris :


 Foto (photo)  Granat (grenade)  Geografi
(geography)
 Fokus (focus)  Fiksi (fiction)  Riset (research)
 Helm (helmet)  Gitar (guitar)  Idola (idol)

2.11 Kata Ilmiah dan Kata Populer


19

1) Kata Ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama
dalam tulisan-tulisan ilmiah.
Contohnya :
 Distorsi: Penyimpangan, pemutarbalikan suatu fakta.
 Degradasi: Kemunduran, penurunan.
 Paradigma: Kerangka berpikir, model dalam ilmu
 Dikotomi: pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan
(pemisahan).
 Diaspora: Tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar diberbagai
penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara/tempat.
 Stakeholder: Para pihak, pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu
atau suatu rencana.

2) Kata Populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.
Contohnya :
 Nilai  Jumlah  pengamatan
 Ringkasan
 Pesanan  Anggaran  Jumlah angka  keuntungan
 khayalan  kewajban  Harta  Mutu
 Pemasaran  orang sakit  Imbalan 
Tunai

2.12 Kata Abstrak dan Kata Konkret

1) Kata Abstrak adalah kata yang sukar digambarkan karena refensinya


tidak dapat diserap dengan panca indera manusia. Kata-kata abstrak
merujuk pada kualitas, pertalian, dan pemikiran. Contohnya :
• Para pahlawan berjuang mempertaruhkan jiwa.
20

• Kharisma seorang pemimpin terpancar di wajah Soekarno sejak usia


muda.
• Kerja keras ayah telah mengubah nasib keluarga kami menjadi lebih
baik
• Wajahnya masih menyimpan duka
• Pemandangan pantai selalu memberikan pesona bagi setiap wisatawan.
• Seorang guru harus memiliki wibawa.
• Kecintaannya pada musik mendorongnya untuk menjadi musisi.

2) Kata Konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat
dilihat atau dirasakan oleh satu atau lebih dari panca indra. Contohnya :
• Ia mempunyai berhektar-hektar kebun kopi.
• Rumahnya terendam banjir selama dua hari.
• Kami disuruh menulis 2500 kata dalam bahasa Inggris.
• Rendang adalah makanan yang tak pernah terlewatkan saat lebaran.
• Langit sudah gelap pertanda akan turun hujan.

2.13 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


1) Penanggalan awalan me-. Misalnya: Kajari Soe periksa Wakil
Gubernur Beny Litelnoni (memeriksa).
2) Penanggalan awalan ber-. Misalnya: Sampai jumpa lagi. (sampai
bertemu lagi).
3) Peluluhan bunyi /c/. Misalnya: Intan sedang menyuci baju
(mencuci).
4) Penyengauan kata dasar. Dipengaruhi oleh penggunaan ragam lisan
dan dialek. Misalnya: mandang, ngaku, nabrak, nanam, nulis,
nyubit, nyari, dsb.
5) Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ sering tidak luluh ketika mendapat imbuhan
meN-. Misalnya: Semua mahasiswa harus mentaati peraturan yang
berlaku di kampus.
21

6) Kekeliruan penggunaan awalan ke-. Kekeliruan ini dipengaruhi oleh


bahasa daerah. Misalnya: ketabrak, kebawa, ketawa. Seharusnya
tertabrak, terbawa, tertawa.
7) Pemakaian akhiran –ir. Dalam bahasa Indonesia padanan akhiran –ir
adalah –asi dan –isasi. Misalnya: mengkoordinir mengoordinasi;
Memproklamirkan memproklamasikan.
8) Padanan yang tidak serasi. Misalnya:
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan
dipimpin Saudara Daud. (salah).

Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin
Saudara Daud (benar).

9) Pemakaian kata depan di, ke, dari, daripada, bagi, pada, dan
terhadap. Misalnya :
• Nina lebih cerdas dari Vina (salah).
Nina lebih cerdas daripada Vina (benar).
• Putusan daripada pemerintah itu melegakan rakyat (salah).
Putusan pemerintah itu melegakan rakyat. (benar).
• Kunci kosnya dititipkan di saya selama ia pergi kuliah. (salah).
Kunci kosnya dititipkan pada saya selama ia pergi kuliah. (benar).
22

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan seputar diksi pada bab II di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa diksi adalah ketepatan pilihan kata berbicara sehari-hari baik dalam
khalayak umum, maupun tulisan agar mudah dimengerti dalam
menyampaikan suatu hal yang diinginkan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang. Bahkan ada satu kata yang memliki banyak makna.
Hal ini mengisyaratkan bahwa kita harus benar-benar memahami makna
kata yang sebenarnya sebelum digunakan dalam kalimat.

3.2 Saran

Penyusun memperoleh pengalaman yang tidak terlupakan dalam pembuatan


makalah ini. Penyusun menyarankan kepada semua pembaca untuk
mempelajari bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar dengan
menggunakan diksi yang tepat dan sesuai. Dengan demikian diharapkan
seluruh lapisan masyarakat Indonesia memiliki ketepatan dalam
23

menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang dapat mudah


dipahami dan tersampaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT Grasindo.

Arifin, E.Z. dan S.A. Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta :
Akademika Presendo.

Rahardi, Kunjana. 2009. Penyunting Bahasa Indonesia untuk Karang-


Mengarang. Jakarta : Erlagga.

Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Diksi dan Gaya Bahasa ~ AYO BERBAHASA INDONESIA, diakses pada tanggal 19
Oktober 2019, pukul 7.25.

Pertemuan 8 | BL103-Bahasa Indonesia, diakses pada tanggal 19 Oktober 2019,


pukul 8.00.

https://www.caraprofesor.com/pengertian-dan-arti-kata-abstrak/, diakses
pada tanggal 19 Oktober 2019, pukul 9.30.

https://jadipaham.com/100-contoh-kata-benda-abstrak-dalam-kalimat/,
diakses pada tanggal 19 Oktober 2019, pukul 9.30.
24

https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-ameliorasi-peyorasi-dan-sinestesia,
diakses pada tanggal 19 Oktober 2019, pukul 10.53.

29 Contoh Kata Benda Abstrak dalam Bahasa Indonesia - DosenBahasa.com,


diakses pada tanggal 19 Oktober 2019, pukul 11.00.

Idiom dalam Bahasa Indonesia - Pengertian dan Contohnya - DosenBahasa.com.


diakses pada tanggal 20 Oktober 2019, pukul 00.24.

http://contohmajasku.blogspot.com/2017/01/contoh-kalimat-polisemi-kata-
makna.html, diakses pada tanggal 20 Oktober 2019, pukul 00.32.

Anda mungkin juga menyukai