Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KONSEP DASAR KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

OLEH :

NISA RAHMA ILAHI (172210659)


BENING HAYATI (182210698)
MANDA TALTIHA M.Y (182210709)

DOSEN PEMBIMBING :

AYU GUSTIA NINGSIH, M.Pd

JURUSAN S1 TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT kami dapat membuat makalah ini,
sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul “Konsep
Dasar Kalimat Dalam Bahasa Indonesia”.
Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha dengan semaksimal
mungkin dalam menyelesaikannya dengan hasil yang baik. Namun dengan
demikian, jika ada kesalahan dalam makalah ini kami minta adanya saran dan
kritikan yang dapat membangun pada masa yang akan datang demi kebaikan
bersama.
Ucapan terima kasih tak pula kami sampaikan kepada yang terutama sekali
para Ibu Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Untuk ini kami serahkan segalanya
kepada Allah SWT agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi yang
membacanya.

Padang, 11 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Pengertian Kalimat ........................................................................................3
2.2 Unsur Kalimat ...............................................................................................3
2.3 Pola Kalimat Dasar .......................................................................................5
2.4 Jenis Kalimat .................................................................................................7
2.5 Kalimat Efektif ..............................................................................................13
BAB III PENUTUP .................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................19
3.2 Saran ..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berfikir baik untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Secara lisan
maupun tulisan kita tidak menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi
kita menggunakan kata-kata sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku
sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan,
pikiran, atau perasaan yang dinamakan kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran
yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan
intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Kalimat merupakan salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat berdiri
sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan faktor utama dalam kajian
bahasa. Hal ini disebabkan karena perantara kalimat. Karena peran kalimatlah
seseorang dapat menyampaikan maksud dari apa yang ingin disampaikannya.
Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu
struktur dasar kalimat.
Dalam sebuah karangan kita menjumpai banyak penulisan kalimat yang
tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, dan tidak logis. Akibatnya, pembaca sukar untuk mengerti atau dapat
memahami isi dari karangan tersebuit. Berdasarkan kenyataan inilah penulis
tertarik untuk membahas kalimat dengan segala permasalahannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kalimat ?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam unsur-unsur kalmat ?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam pola dasar kalimat ?
4. Apa saja yang termasuk ke dalam jenis-jenis kalimat ?
5. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?

1
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian kalimat
2. Mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kalimat
3. Mengetahui mengetahui berbagai macam pola dasar yang membentuk
sebuah kalimat
4. Mengetahui jenis-jenis kalimat
5. Memahami maksud dari kalimat efektif

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kalimat untuk
beromunikasi. Dengan kalimat kita dapat mengekspresikan diri kita, kita juga
dapat bertanya dengan menggunakan kalimat, dan masih banyak lagi yang
bisa kita lakukan dengan menggunakan kalimat. Berikut ini adalah beberapa
pengertian kalimat menurut para ahli :
 Menurut Arifin dan Tasai (2003:58), kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran
yang utuh.
 Menurut Widjono (2012:187), kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang merupakan kesatuan pikiran.
 Menurut Cook (1971:39-40); Elson dan Picket (1969:82), dalam
Tarigan (2009:6) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang
terdiri dari klausa.

2.2 Unsur-Unsur Kalimat


Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P),
Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur
pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan
tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus
memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).

2.2.1 Subjek (S)


(Widjono, 2012:188) subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama
kalimat. Subjek menentukan kejelasan kalimat. Pada umumnya subjek berupa
nomina, frasa nominal, atau klausa.
Contoh :
 Saya sedang makan
 Orang-Orang sedang demo kenaikan BBM.

3
2.2.2 Predikat (P)
(Alwi dkk, 2003:326)Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai
konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap,
dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat biasanya berupa frasa
verbal atau frasa adjektival.
Contoh :
 Ayahnya guru bahasa Inggris
 Adiknya dua

2.2.3 Objek (O)


(Alwi dkk, 2003:328) Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya
dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek
biasanya berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh :
 Adi mengunjungi Pak Rustam
 Ibu mencuci baju

2.2.4 Pelengkap (Pel)


(Alwi, dkk, 2003:329) Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa verbal,
frasa adjektival, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap
berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang
objek kalau unsur ini hadir.
Contoh :
 Ibunya sakit kepala
 Beliau senang bermain tenis

2.2.5 Keterangan (Ket)


(Alwi, dkk, 2003:330) Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling
beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di
akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Konstituen keterangan biasanya
berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial.
Contoh :

4
 Dia memotong rambutnya di kamar
 Dia mencuci piring di dapur

2.3 Pola Dasar Kalimat


Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang
mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur
pembangun kalimat. Berikut ini yang merupakan pola kalimat dasar :
1. Kalimat Berpola S P (P: Verba)
Kalimat berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek
dan Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa
sedangkan predikat berupa verba atau frasa verba.
Contoh :
 Dia sedang tidur
 Vony sedang berolahraga

2. Kalimat Berpola S P (P: Nomina)


Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari
Subjek dan Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau
klausa sedangkan predikat berupa nomina. Tetapi nomina predikat
mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa
nomina penggolong (identifikasi).
Contoh :
 Ayahnya guru bahasa Inggris
 Mereka itu mahasiswa

3. Kalimat Berpola S P (P: Adjektiva)


Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari
Subjek dan Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau
klausa sedangkan predikat berupa adjektiva (kata sifat).
Contoh :
 Gadis itu cantik
 Sepatu itu mahal sekali

5
4. Kalimat Berpola S P Pel
Kalimat yang berpolakan S P Pel merupakan kalimat yang terdiri dari
Subjek, Predikat, dan Pelengkap dimana subjek berupa nomina(kata
benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan
pelengkap berupa nomina (kata benda) atau adjektiva (kata sifat).
Contoh :
 Vony makan roti
 Paman membuat lukisan

5. Kalimat Berpola S P O
Kalimat yang berpolakan S P O merupakan kalimat yang terdiri dari
Subjek, Predikat, dan Objek dimana subjek berupa nomina (kata benda),
frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan objek
berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh :
 Mereka menonton film
 Pesawat itu menembus angkasa

6. Kalimat Berpola S P K
Kalimat yang berpolakan S P K merupakan kalimat yang terdiri dari
Subjek, Predikat, dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata
benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan
keteranganberupa frasa berpreposisi.
Contoh :
 Dosen itu selalu ramah setiap hari
 Mahasiswa IA sedang berdiskusi di kelas

7. Kalimat Berpola S P O K
Kalimat yang berpolakan S P O K merupakan kalimat yang terdiri dari
Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan dimana subjek berupa nomina
(kata benda), frasa nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata

6
sifat, objek berupa nomina atau frasa nominaldan keterangan berupa frasa
berpreposisi.
Contoh :
 Ayah berangkat ke kantor setiap pagi
 Vony memasak di dapur kemarin sore

8. Kalimat Berpola S P O Pel


Kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. Subjek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal,
predikat berupa verba, objek berupa nomina (kata benda) atau frasa
nominal, dan pelengkap berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh :
 Ibuku menggorengkan ayah ikan
 Chervon membukakan ibunya pintu

2.4 Jenis Kalimat


Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
2.4.1. Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas 2
macam yaitu :
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari atas satu klausa.
Karena terdiri dari satu klausa yang unsurnya subjek dan predikat yang
serba tunggal maka kalimat ini disebut kalimat tunggal. (Hasnah Faizah,
2009:74)
Berdasarkan jenis frasa pengisi predikatnya, kalimat tunggal dapat
dibagi empat macam :
a. Kalimat Nominal
(Ramlan, 2005:129) Kalimat nominalialah klausa yang predikatnya
terdiri dari kata atau frasa golongan nominal.
Contoh :
 Ia guru

7
 Dina dibelikan orang itu sepeda

b. Kalimat Adjektival
(Ramlan, 2005:132) Kalimat adjektival predikatnya terdiri dari
kata golongan verbal yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri
dari frasa golongan verbal yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh :
 Udaranya panas sekali
 Harga buku sangat mahal

c. Kalimat Verbal
(Ramlan, 2005:130) Kalimat verbal adalah kalimat yang
predikatnya terdiri dari kata frasa golongan verbal.
Contoh :
 Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
 Udaranya panas

d. Kalimat Numeral
(Ramlan, 2005:137) Kalimat numeral adalah kalimat yang
predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh :
 Kerbau petani itu terdiri dari dua ekor
 Anaknya dua orang.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua
atau lebih klausa tunggal (Sri Hapsari Wijayanti dkk, 2013:63). Kalimat
majemuk terbagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Kalimat Majemuk Setara
(Ida, 2006:37) Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa
kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar dan tiap-tiap
kalimat tunggal yang digabungkan tidak kehilangan unsur-unsurnya.

8
Biasanya dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan, atau, tetapi,
dan sedangkan.
Contoh :
 Vony ingin sekali menjadi guru matematika, tetapi dia
kurang menyukai matematika
 Raja kuliah di UR, sedangkanRisma kuliah di UIR

b. Kalimat Majemuk Bertingkat


(Ida, 2006:61) Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang
hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang
lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian
yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Konjungsi subordinatif dapat menyatakan berbagai hubungan
makna, yaitu hubungan waktu (sebelum, sejak, sewaktu, setelah),
syarat (asalkan, jika, kalau), pengandaian (jangan-jangan, seandainya),
tujuan (agar, biar, supaya), konsesif (walaupun, sekalipun,
sungguhpun), pembandingan (alih-alih, daripada, ibarat, sebagaimana),
sebab/alasan (karena, sebab), hasil/akibat (sampai-sampai, maka,
sehingga), cara (dengan, tanpa), komplementasi (bahwa), atribut
(yang), perbandingan (sama).
Contoh :
 Daripada menganggur, Tessa membantu ibunya di toko.
 Setelah memberikan pertunjukkan, Fitri juga menemui
fansnya.

c. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari
sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau
sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh :
1. Satu pola atasan dan dua polah bawahan

9
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian,
yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula
oleh para pembesar kota itu.

2. Satu pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan


Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami agar
kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang
sama, yang dapat merugikan nama baik dan kedudukannya.

2.4.2 Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya


Kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibagi menjadi dua yaitu :
1. Kalimat Lengkap (Mayor)
Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki subjek dan
predikat.
Contoh :
 Ibu pergi
 Adik sedang belajar

2. Kalimat Tidak Lengkap (Minor)


Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki salah
satu unsur subjek atau predikatnya. Kalimat ini sering dipakai pada
slogan, ucapan atau sapaan dan bahasa lisan.
Contoh :
 Sampai jumpa lagi
 Selamat hari ulang tahun

2.4.3 Jenis Kalimat Menurut Susunan Subjek Predikatnya


Kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang subjek mendahului predikat.
Contoh :

10
 Agung berangkat ke Jakarta
 Ibu menyiram bunga

2. Kalimat Invers
Kalimat invers adalah kalimat yang predikatnya mendahului
subjek. Urutan ini digunakan untuk penegasan makna.
Contoh :
 Bawa bibit itu kemari
 Disiramnya bunga itu

2.4.4 Jenis Kalimat Menurut Fungsi Isinya


1. Kalimat Berita (Deklaratif)
(Ramlan, 2005:27-28) Jika dilihat berdasarkan fungsinya, kalimat
berita pada umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu
informasi pada orang lain sehingga orang yang mendengar informasi
tersebut .pun memberi tnggapan seperti misalnya berupa perhatian
pada informasi tersebut. Umumnya kalimat berita disertai kontur
intonasi akhir kalimat yang menurun. Dalam kalimat berita tidak
terdapat kata-kata tanya seperti: apa, siapa, dimana, dan mengapa.
Tetapi terdapat kata-kata ajakan seperti: mari dan ayo. Kata
persilahkan seperti: silahkan dan dipersilahkan. Kata larangan seperti :
jangan.
Contoh :
 Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan-
penemuan baru
 Belajarlah mereka dengan tekun

2. Kalimat Tanya (Introgratif)


(Ramlan, 2005:28-39) Jika ditinjau berdasarkan fungsinya, kalimat
tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya ini pola
intonasinya berbeda dengan kalimat berita. Perbedaan utamanya

11
terletak pada nada akhirnya. Kalimat berita bernada akhir turun
sedangkan kalimat tanya berakhir nada naik. Kalimat tanya seringa
menggunakan kata tanya, seperti apa, siapa, mengapa, kenapa,
bagaimana, mana, bilamananya, kapan, bila, dan berapa.
Contoh :
 Apa yang dibawa petani itu ?
 Siapa yang menulis surat ini ?
 Mengapa anak-anak itu dipulangkan ?
 Kenapa Vony tidak pergi ke kampus ?
 Bagaimana Chervon itu dapat lulus di Universitas tersebut ?
 Pengusaha itu bertempat tinggal di mana ?
 Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ?
 Kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan ?
 Bila bapak guru akan pulang ?
 Berapa harga buku tersebut ?

3. Kalimat Perintah (Imperatif)


(Ramlan, 2005:39-43) Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi,
kalimat perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari
orang lain. Berdasarkan struktur kalimat perintah dapat digolongkan
menjadi :
a. Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh.
Hanya partikel lah yang dapat ditambahkan pada kata verbal itu
guna menghaluskan perintah. Contoh :
 Tertawalah engkau sepuas-puasnya !
 Berangkatlah sekarang juga !

b. Kalimat persilakan yang ditandai oleh pola intonasi suruh, dan


penambahan kata silahkan atau persilahkan yang diletakkan di
awal kalimat. Contoh :
 Silahkan tuan mengambil buku sendiri !

12
 Silahkan beristirahatlah !

c. Kalimat ajakan yang mengharapkan tanggapan yang berupa


tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu bukan hanya dilakukan
oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang
berbicara atau penuturnya. Contoh :
 Ayo kita bermain sepak bola !
 Marilah belajar ke perpustakaan pusat !

d. Kalimat larangan, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat


ini ditandai dengan kata jangan atau dilarang di awal kalimat.
Partikel lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk
memperhalus larangan. Contoh :
 Janganlah suka menyakiti hati orang
 Dilarang membawa buku itu !

4. Kalimat Seruan (Eksklamatif)


(Abdul Chaer, 2011:360) Kalimat seruan digunakan untuk
menyatakan emosi atau perasaan batin yang biasanya terjadi secara
tiba-tiba. Misalnya rasa terkejut, marah, kagum, gemas, kecewa, sedih,
cemas, takut, tidak suka, benci, iba, dan sebagainya. Contoh :
 Betapa kecewanya aku !
 Sungguh indahnya hari ini !

2.5 Kalimat Efektif


(Kunjana Rahardi,2009:129) Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau
pembaca.
(Nursalim A.R,2011:40) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis secara segar, dan sanggup menarik
perhatian pembaca atau pendengar terhadap pokok persoalan yang dibicarakan.

13
Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau
penulis

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur,


keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran,
kepaduan gagasan.
1. Kesepadan Struktur
(Arifin dan Tasai, 2010:97) Kesepadanan struktur adalah keseimbangan
antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan
kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti :
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
c. Kata penghubunga intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh :
 Kepada semua pegawai untuk memasuki ruang rapat. (Salah)
 Semua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Benar)

2. Keparalelan Bentuk
(Arifin dan Tasai, 2010:99) Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau
bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, kalau
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga
menggunakan nomina. Kalau bengtuk pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba. Contoh :
 Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan kenaikan secara
luwes

14
 Harga BBM minggu inisegera dibakukan dan dinaikkan secara
luwes
3. Ketegasan Makna
(Arifin dan Tasai, 2010:100) Ketegasan makna adalah penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
Kalimat itu memberika penekanan atau penegasan pada penonjolan tersebut.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu :
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
Contoh : Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh : Sekali, dua kali, tiga kali, ia selalu membuat kekacauan.
c. Melakukan pengulangan kata
Contoh : Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya
suka senyumnya.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh : Novi itu tidak cantik, tetapi berhati tulus.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh : Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Kehematan Kata
(Arifin dan Tasai, 2010:101) Yang dimaksud dengan kehematan dalam
kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi
kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Contoh :
 Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa
Presiden datang. (Salah)

15
 Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden
datang. (Benar)

b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan


pemakaian superordinat (sejumlah perincian).
Contoh :
 Di mana engkau menangkap burung merpati itu ? (Salah)
 Di mana engkau menangkap merpati itu ?(Benar)

c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan


kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh :
 Sejak dari pagi dia bermenung. (Salah)
 Sejak pagi dia bermenung. (Benar)

d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan


kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh :
 Para hadirin (Salah)
 Hadirin (Benar)

5. Kecermatan dan Kesantunan


(Arifin dan Tasai, 2010:103) Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilhan kata.
Contoh :
 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri. (Salah)
 Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri. (Benar)

6. Kepaduan Makna

16
(E.Zaenal Arifin, 2008:103) Yang dimaksud dengan kepaduan ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Contoh :
 Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat (Salah)
 Kita harus memperhatikan kehendak rakyat (Benar)

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap. Kalimat
yang jumlahnya banyak pada hakikatnya disusun dengan pola tertentu yang
jumlahnya sedikit. Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek
(S), Prediket (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang
merupakan unsur pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat.
Kalimat minimal harus memiliki unsur Subjek (S) dan Prediket (P).Kalimat
yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang mempunyai
makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur pembangin
kalimat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan pikiran dan
gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik perhatian
pembaca mengenai pokok pembicaraan.Kalimat efektif juga mempunyai ciri-
ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,
kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa. Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau
penulis

3.2 Saran

18
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.Oleh karena itu, kami mengharapkan Kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan dalam
pembuatan makalah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta
Faizah, Hasnah. 2008. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia.
Pekanbaru : Cendikia Insani
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo
Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis
Kompetensi. Pekanbaru : Zanafa Publishing
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung :
Refika Aditama
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-
Mengarang. Jakarta : Erlangga
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta : C.V.
KARYONO
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian
Karya Ilmiah. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA

20

Anda mungkin juga menyukai