Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa,
sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Konsep
kata yang umum kita jumpai dalam berbagai buku linguistik adalah bahwa kata
merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunana fonologi yang stabil dan
tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat.
Batasan atau konsep itu menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata
mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dann tidak dapat berubah, serta
tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lainnya. Jadi, misalnya kata sikat,
urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, dan /t/. Urutan itu tidak bisa diubah
misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, dan /t/. Juga, tidak dapat diselipi fonem lain
misallnya, menjadi /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, dan /t/. Kedua, setiap kata mempunyai
kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau
digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.

Ciri pertama mengenai konsep kata itu tidak menimbulkan masalah, tetapi ciri
kedua menimbulkan masalah karena ternyata kebebasan berpindah setiap kata
tidak sama. Ada yang dapat berpindah secara bebas, tetapi ada pula yang terikat
dengan satuannya yang lebih besar di dalam kalimat. Kata barangkali dan kata
mungkin memiliki makna yang lebih daripada kata tetapi dan kata kepada. Adanya
kebebasan dan ketidakbebasan ini menunjukkan bahwa kata-kata itu memiliki
karakter, ciri, atau sifat yang berbeda, sehingga dalam linguistik biasa dilakukan
klasifikasi, penggolongan, atau kategorisasi kata-kata. Dalam hal ini kata-kata
yang mempunyai karakter, ciri, atau kategori yang sama dimasukkan kedalam satu
kelas, perlu dikelompokkan lagi kedalam subkelas atau subkelompok lain karena
di samping adanya persamaan terdapat pula adanya perbedaan.

Secara tradisional kata-kata dikelompokkan atau diklasifikasikan bedasarkan


kriteria semantik dan kreteria fungsi. Kriteria semantik digunakan untuk
mengklasifikasikan kelas verba (V), kelas nomina (N), dan kelas adjektifa (A).
Kriteria fungsi digunakan untuk menentukan kelas preposisi kelas konjungsi, dan
lain-lainnya. Contonya semua kata yang dapat mengisi fomula TIDAK.....adalah
kata kerja. Semua kata yang dapat mengisi formula BUKAN......adalah kata
benda. Dan yang dapat mengisi fomula SANGAT......adalah kata keadaan atau
ajektifa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelas kata terbuka?
2. Bagaimana kriteria klasifikasi?
3. Apa saja klasifikasi kata kelas terbuka?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kelas kata terbuka.
2. Untuk mengetahui bagaimana kriteria klasifikasi.
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi kata kelas terbuka.

1.4 Manfaat Penulisan


Secara sederhana makalah ini dapat bermanafaat bagi beberapa pihak antara lain :
1. Mahasiswa
Dengan adanya penulisan makalah ini penulis harapkan mahasiswa
khususnya program studi pendidikan bahasa Indonesia dapat mengetahui
pengertian kata, bagaimana kriteria klasifikasi, serta bagaimana klasifikasi
kata.
2. Dosen
Dengan adanya makalah ini penulis harapkan para dosen bisa
mengetahui lebih jauh lagi tentang kata walaupun sebelumnya sudah
mengetahui apakah kata itu ? tetapi penulis harapkan makalah ini dapat
memperbanyak dan menambah ilmu pengetahuan tentang kata bagi para
dosen.
3. Penulis
Dengan adanya makalah yang penulis tulis. Maka makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui berbagai macam persoalan
tentang pembahasan kata. Dari pembahasan yang belum penulis ketahui
maupun sudah diketahui. Serta makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kelas kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelas atau
golongan (kategori) kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya. Menurut
Abdul Chaer (2008:69) kelas terbuka adalah kelas yang anggotanya dapat
bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial
budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka
selalu menjadi dasar dalam proses morfologis.

2.2 Kriteria Klasifikasi

Secara tradisional, (lihat alisyahbana 1954; Mees 1956; dan Hadidjajah 1958)
dikenal adanya kata-kata yang termasuk kelas verba, nomina, ajektifa, adverbia,
numeralia, preposisi, konjungsi, pronomina, artikula, dan interjeksi. Kalau
disimak baik-baik dapat dilihat bahwa kelas nomina, verba, dan ajektifa berisi
konsep-konsep budaya, yang merupakan makna leksikal dari kata-kata pada kelas
itu. Adverbia membawa makna atau konsep yang mendampingi kelas-kelas
nomina, verba, dan ajektifa. Kata-kata yang termasuk kelas numeralia membawa
konsep-konsep hitungan, terutama untuk kelas nomina dan juga adverbia. Kelas-
kelas preposisi membawa konsep perangkai antara verba dan nomina. Sementara
kelas konjungsi membawa konsep makna penghubung anatara satuan kelas kelas
nomina, antara satuan verba, dan antara kelas ajektifa. Lalu kelas pronomina
membawa konsep pengganti untuk anggota kelas nomina. kemudian kelas yang
anggotanya tidak banyak, yaitu artikula, membawa konsep penentu dan
pembentuk nomina. Sedangkan yang terakhir interjeksi membawa konsep
“emosi” manusia.

Setidaknya kalau kita akan membicarakan kelas kata itu, pertama-tama kita
harus membedakan dulu antara kelas-kelas terbuka dan kelas tertutup . kelas

3
terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa.

Yang termasuk kelas kata terbuka adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas
verba, nomina, dan ajektifa. Pada kelas verba bahasa Indonesia dulu belum ada
kata-kata seperti menggalakkan, memonitor, dan tereliminasi; tetapi sekarang
kata-kata itu sudah ada. Pada kelas nomina bahasa Indonesia dulu belum ada
komputer, sinetron dan pembenaran; tetapi sekarang kata-kata seperti itu sudah
banyak. Demikian juga kata-kata dari kelas ajektifa.

Hal ini berbeda dengan kata-kata dari kelas tertutup, yaitu yeng termasuk
pronomina, adverbia, preposisi, konjungsi, dan artikula, yang jumlahnya sejak
dulu tidak pernah bertambah. Yang dari kelas tertutup ini pun boleh dikatakan
tidak pernah menjadi dasar dalam suatu proses morfologis. Sebaliknya yang
termasuk kelas terbuka dapat menjadi dasar dalam proses morfologis.

Anggota dari ketiga kelas terbuka ini, yaitu nomina, verba, dan ajektifa dapat
dilihat karakternya, serta dapat diperbandingkan satu sama lain dari anggota
kelasa adverbia itu menyatakan makna atau konsep negasi, frekuensi (kekerapan),
jumlah, komparasi, kala (tenses), perfeksi (keselesaian), (keharusan, dan
kepastian. Anggota adverbia mana yang dapat dan tidak dapat mendampingi
ketiga kelas nomina itu dapat dilihat.

Pertama, kata-kata dari kelas nomina tidak dapat didampingi oleh adverbia
frekuensi, adverbia derajat, adverbia kala, dan adverba keselesaian. Namun, dapat
didampingi  oleh adverbia  jumlah (kuantitas). Juga dapat didampingi oleh
adverbia negasi bukan dan tanpa. Sementara itu dapat juga didampingi oleh
adverbia keharusan boleh dan harus, serta adverbia kepastian dengan persyaratan
sebagai kalimat jawaban.

4
Kedua, kata-kata dan kelas verba dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak
dan tanpa: oleh adverbia frekuensi sering dan jarang. Oleh adverbia jumlah
banyak, sedikit, kurang, dan cukup; oleh adverbia kala (tenses), adverbia
keselesaian, adverbia keharusan, dan adverbia kepastian. Dapat didampingi oleh
adverbia negasi bukan tetapi dengan persyaratan yaitu di gunakan dalam kontruksi
berkontras, contoh:            

 Dia bukan menyanyi, melainkan berteriak-teriak.


 Saya bukan memukul, tetapi dipukul.

Selain itu, dapat kita lihat pula bahwa kata-kata berkelas verba dapat
didampingi oleh adverbia derajat dan kata bilangan (satu, dua, tiga dan
seterusnya) yang disertai dengan kata-kata peggolongannya.

Ketiga,  kata-kata dari kelas ajektifa dapat didampingi oleh semua adverbia


kepastian; tetapi tidak dapat didampingi oleh adverbia keharusan, adverbia
frekuensi, dan adverbia jumlah. Sementara itu kata-kata dari kelas ajektifa dapat
juga didampingi oleh negasi bukan, tetapi dengan persyaratan, yaitu dalam
konstruksi berkontras. Contoh:

 Warnanya bukan merah, melainkan oranye.

Kita lihat juga kta-kata kelas ajektifa dapat didampingi oleh adverbia kala
(tenses) sudah, sedang, lagi dan akan: tetapi tidak dapat didampingi oleh adverbia
tengah, hendak, dan mau. Karena komponen makna yang dimiliki oleh kata-kata
adverbia itu agak berbeda.

Secara umum berdasarkan keterangan di atas ciri yang membedakan ketiga


kelas itu, nomina, verba, dan ajektifa, yang membedakan satu sama lain adaalah
bahwa kata-kata dari kelas nomina (N) tidak dapat didampingi oleh negasi tidak
padahal kata-kata dari kelas verba dan ajektifa dapat. Sedangkan kata-kata dari
kelas verba dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, padahal kata-kata da
dari kelas nomina dan ajektifa tidak dapat. Sebaliknya kata-kata ajektifa dapat

5
didampingi oleh adverbia derajat agak, padahal kata-kata dari kelas nomina dan
kelas verba tidak dapat.

2.3 Nomina

Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya
adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas nomina.

Pertama, tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata
kucing, meja, bulan, rumah, dan pensil berikut adalah termasuk nomina karena
tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.

Kedua, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan
paling).

Ketiga, tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib.

Keempat, dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu,
sebuah, sebatang, dan sebagainya. Contoh:

 Sebuah meja
 Seekor kucing
 Sebatang pensil
 Selembar kertas
 Dua orang mahasiswa

Dilihat dari semantik, khususnya dari komponen makna utama yang dimiliki
kata-kata berkelas nomina dapat dibedakan atas sebelas tipe yaitu:

Tipe pertama, memiliki komponen makna [+ orang]. Tipe pertama ini


dapat dibedakan menjadi enam subtipe, yaitu:

1) Subtipe Ia adalah kata-kata nomina yang memiliki komponen makna [+ nama


diri]. Contoh, Sudin, Fatimah, Ahmad, Ciliwung dan Jakarta.

6
2) Subtipe Ib adalah kata-kata nomina yang memiliki komponen makna [+ nama
perkerabatan]. Contoh, ibu, bapak, saudara, nenek, dan adik.

3) Subtpie Ic adalah kata-kata nomina yang memiliki nomina komponen makna


[+ pengganti]. Contoh, dia, kamu, mereka, kalian, dan saya.

4) Subitpe Id adalah kata-kata nomina yang memiliki komponen makna [+


jabatan]. Contoh, guru, gubernur, dokter, dan camat.

5) Subtipe Ie adalah kata-kata nomina yang memiliki kommponen makna [+


gelar]. Contoh, raden, sarjana hukum, dokter, dan jendral.

6) Subtipe If adalah kata-kata yang nomina yang memiliki komponen makana [+


pangkat]. Contoh, letnan, sersan, opsir, jendral, dan laksamana.

Tipe kedua, yang memiliki komponen makna utama [+ nama institusi].


Contoh, Pemerintah, DPR, Pelni, Universitas dan Bank. Nomina tipe kedua juga
memiliki komponen makna [+ orang metaforis], sehingga kata-kata tipe kedua ini
dapat menduduki fungsi sintaksis seperti nomina tipe pertama.

Tipe ketiga, yang memiliki komponen makna utama [+ binatang]. Contoh


kucing, kambing, cacing, tongkol, dan kecoa. Dalam nomina tipe ketiga, dapat
disubtipekan, seperti yang memiliki komponen makna [+ ikan], yang memiliki
komponen makna [+ ular] dan sebagainya.

Tipe keempat, yang memiliki komponen makna utama [+ tumbuhan]. Tipe


keempat ini terdiri lagi atas subtipe IVa, yakni yang memiliki komponen makna
utama [+ tumbuhan]. Contoh, rumput, perdu, keladi, ilalang, dan jarak; subtepe
IVb yaitu yang memiliki komponen makna utama [+ pohon]. Seperti nangka,
kelapa, durian, dan mahoni. Sedangkan, subtipe IVc yang memiliki komponen
makna utama [+ tanaman]. Contoh, bayam, ketela, jagung, ubi dan talas.

Tipe kelima, yang memiliki komponen makna utama [+ buah-buahan].


Contoh, pisang, nangka, apel, jeruk dan nanas.

7
Tipe keenam, yang memiliki komponen makna utama [+ bunga-bungaan].
Contoh, mawar, melati, cempaka, dan seruni.

Tipe ketujuh, yang memiliki komponen makna utama [+ peralatan]. Tipe


ini masih bisa diperinci lagi menjadi beberapa subtipe:

a. Subtipe, yang memiliki komponen utama [+ peralatan masak]. Contoh, wajan,


cobek, panic, dandang, kuali, dan kompor.

b. Subtipe, yang memiliki komponen utama [+ peralatan makan]. Contoh, piring,


garpu, sendok, gelas, dan mangkuk.

c. Subtipe, yang memiliki komponen utama [+ peralatan pertukangan]. Contoh,


palu, geraji, paku, pahat, dan jara.

d. Subtipe, yang memiliki komponen utama [+ peralatan perbengbekalan].


Contoh, obeng, tang, gerinda, keker, dan bubut..

e. Subtipe, yang memiliki komponen utama[+ peralatan pertanian]. Contoh,


cangkul, sabit, bajak, garu dan traktor.

f. Subtipe, yang memiliki komponen utama[+ peralatan perikanan]. Contoh, kail,


jaring, joram, jala, dan pukat.

g. Subtipe, yang memiliki komponen utama[+ peralatan olahraga]. Contoh, bola,


raket, gawang, net, dan stik.

h. Subtipe, yang memiliki komponen utama[+ peralatan kantor]. Contoh, kertas,


pensil, tinta, komputer, dan mesin tik.

i. Subtipe, yang memiliki komponen utama[+ peralatan transportasi]. Contoh,


becak, bemo, sepeda, kereta, dan bemo.

Tipe kedelapan, yang memiliki komponen utama [+ makanan, +


minuman]. Contoh, bakso, bir, teh, dan gado-gado.

8
Tipe sembilan, yang memiliki komponen makna utama [+ geografi].
Contoh, kota, desa, laut, sungai, dan gunung.

Tipe kesepuluh, yang memiliki komponen makna utama [+ bahan baku].


Contoh, semen, pasir, kapur, batu, dan kayu.

Tipe kesebelas, yang memiliki komponen makna utama [+ kegiatan].


Contoh, olahraga, rekreasi, debat, diskusi, dan piknik.

2.4 Verba

Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang
mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.

Pertama, dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa. Contoh :

 tidak datang
 tidak pulang
 tanpa makan
 tanpa membaca

Kedua, dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi seperti :

 sering datang
 jarang makan
 kadang-kadang pulang

Ketiga, tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya,


Misalnya :

 sebuah *membaca
 dua butir *menulis
 tiga butir *pulang

Namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah. Seperti :

 kurang membaca

9
 sedikit menulis

Keempat, tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat. Contohnya :

 agak *pulang
 cukup *datang

Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses). Contoh :

 sudah makan
 sedang mandi

Keenam, dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian. Contohnya :

 belum mandi
 baru datang

Ketujuh, dapat didampingi oleg adverbia keharusan. Contohnya :

 boleh mandi
 harus pulang

Kedelapan, dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian.


Contohnya :

 pasti datang
 tentu pulang.

2.5 Ajektifa

Ciri utama ajektifa atau kata keadaan dari adverbia yang mendampinginya
adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas ajektifa.

Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan
kadang-kadang.Contohnya:

 *sering indah

10
 *jarang tinggi
 *kadang-kadang besar

Kedua, tidak dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah, seperti

 *banyak bagus
 *sedikit baru
 *sebuah indah

Ketiga, dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contohnya :

 agak tinggi
 cukup mahal
 lebih bagus

Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin, dan
barangkali. Umpamanya :

 pasti indah
 tentu baik

Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Jadi
bentuk-bentuk tidak berterima.

 *hendak indah
 *mau tinggi
 hendak pergi
 mau menjual

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kelas terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau


berkurang dari waktu ke waktu sehubungan dengan perkembangan sosial dan
budaya yang terjadi di komunitas bahasa. Kelas kata yang termasuk kelas terbuka
adalah kata kerja, kata benda, dan kata sifat.

Para anggota dari tiga kelas terbuka ini, yang kata benda, kata kerjanya, dan
kata sifatnya terlihat dalam karakter, dapat dibandingkan satu sama lain dalam
anggota kelas adverbia yang dapat menyertai anggota ketiga. Para anggota kelas
adverbia mengungkapkan makna atau konsep negasi, frekuensi (frekuensi),
kuantitas, komparatif, tenses, kesempurnaan (alignment), kebutuhan, dan
kepastian (Chaer, 2015: 65).

3.2 Saran

Saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Mahasiswa
Dengan mengetahui beberbagai macam pendapat tentang kata mulai
dari pengertian kata, kriteria klasifikasi, serta klasifikasi kata. Penulis
mengharapkan agar mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang dapat
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya dalam mendukung serta
mengaplikasikan pada siswa-siswinya kemudian pada saat menjadi
seorang guru.

2) Dosen
Dengan tambahan ilmu atau pun pembahasan yang dibuat penulis ini.
Hendaknya Bapak Ibu memberikan lebih banyak ilmu-ilmu atau masukan
dalam makalah ini tentang pembahasan yang dibuat oleh penulis agar lebih
sempurna lagi.

3) Penulis

Dengan makalah yang ini penulis hendaknya dapat mengaplikasikan


pembahasan makalah ini dengan sebaik-bainya agar ilmu-ilmu yang
didapat dalam penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi dirinya
maupun orang lain.

12

Anda mungkin juga menyukai