PENDAHULUAN
Ciri pertama mengenai konsep kata itu tidak menimbulkan masalah, tetapi ciri
kedua menimbulkan masalah karena ternyata kebebasan berpindah setiap kata
tidak sama. Ada yang dapat berpindah secara bebas, tetapi ada pula yang terikat
dengan satuannya yang lebih besar di dalam kalimat. Kata barangkali dan kata
mungkin memiliki makna yang lebih daripada kata tetapi dan kata kepada. Adanya
kebebasan dan ketidakbebasan ini menunjukkan bahwa kata-kata itu memiliki
karakter, ciri, atau sifat yang berbeda, sehingga dalam linguistik biasa dilakukan
klasifikasi, penggolongan, atau kategorisasi kata-kata. Dalam hal ini kata-kata
yang mempunyai karakter, ciri, atau kategori yang sama dimasukkan kedalam satu
kelas, perlu dikelompokkan lagi kedalam subkelas atau subkelompok lain karena
di samping adanya persamaan terdapat pula adanya perbedaan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelas kata terbuka?
2. Bagaimana kriteria klasifikasi?
3. Apa saja klasifikasi kata kelas terbuka?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kelas kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelas atau
golongan (kategori) kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya. Menurut
Abdul Chaer (2008:69) kelas terbuka adalah kelas yang anggotanya dapat
bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial
budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka
selalu menjadi dasar dalam proses morfologis.
Secara tradisional, (lihat alisyahbana 1954; Mees 1956; dan Hadidjajah 1958)
dikenal adanya kata-kata yang termasuk kelas verba, nomina, ajektifa, adverbia,
numeralia, preposisi, konjungsi, pronomina, artikula, dan interjeksi. Kalau
disimak baik-baik dapat dilihat bahwa kelas nomina, verba, dan ajektifa berisi
konsep-konsep budaya, yang merupakan makna leksikal dari kata-kata pada kelas
itu. Adverbia membawa makna atau konsep yang mendampingi kelas-kelas
nomina, verba, dan ajektifa. Kata-kata yang termasuk kelas numeralia membawa
konsep-konsep hitungan, terutama untuk kelas nomina dan juga adverbia. Kelas-
kelas preposisi membawa konsep perangkai antara verba dan nomina. Sementara
kelas konjungsi membawa konsep makna penghubung anatara satuan kelas kelas
nomina, antara satuan verba, dan antara kelas ajektifa. Lalu kelas pronomina
membawa konsep pengganti untuk anggota kelas nomina. kemudian kelas yang
anggotanya tidak banyak, yaitu artikula, membawa konsep penentu dan
pembentuk nomina. Sedangkan yang terakhir interjeksi membawa konsep
“emosi” manusia.
Setidaknya kalau kita akan membicarakan kelas kata itu, pertama-tama kita
harus membedakan dulu antara kelas-kelas terbuka dan kelas tertutup . kelas
3
terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa.
Yang termasuk kelas kata terbuka adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas
verba, nomina, dan ajektifa. Pada kelas verba bahasa Indonesia dulu belum ada
kata-kata seperti menggalakkan, memonitor, dan tereliminasi; tetapi sekarang
kata-kata itu sudah ada. Pada kelas nomina bahasa Indonesia dulu belum ada
komputer, sinetron dan pembenaran; tetapi sekarang kata-kata seperti itu sudah
banyak. Demikian juga kata-kata dari kelas ajektifa.
Hal ini berbeda dengan kata-kata dari kelas tertutup, yaitu yeng termasuk
pronomina, adverbia, preposisi, konjungsi, dan artikula, yang jumlahnya sejak
dulu tidak pernah bertambah. Yang dari kelas tertutup ini pun boleh dikatakan
tidak pernah menjadi dasar dalam suatu proses morfologis. Sebaliknya yang
termasuk kelas terbuka dapat menjadi dasar dalam proses morfologis.
Anggota dari ketiga kelas terbuka ini, yaitu nomina, verba, dan ajektifa dapat
dilihat karakternya, serta dapat diperbandingkan satu sama lain dari anggota
kelasa adverbia itu menyatakan makna atau konsep negasi, frekuensi (kekerapan),
jumlah, komparasi, kala (tenses), perfeksi (keselesaian), (keharusan, dan
kepastian. Anggota adverbia mana yang dapat dan tidak dapat mendampingi
ketiga kelas nomina itu dapat dilihat.
Pertama, kata-kata dari kelas nomina tidak dapat didampingi oleh adverbia
frekuensi, adverbia derajat, adverbia kala, dan adverba keselesaian. Namun, dapat
didampingi oleh adverbia jumlah (kuantitas). Juga dapat didampingi oleh
adverbia negasi bukan dan tanpa. Sementara itu dapat juga didampingi oleh
adverbia keharusan boleh dan harus, serta adverbia kepastian dengan persyaratan
sebagai kalimat jawaban.
4
Kedua, kata-kata dan kelas verba dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak
dan tanpa: oleh adverbia frekuensi sering dan jarang. Oleh adverbia jumlah
banyak, sedikit, kurang, dan cukup; oleh adverbia kala (tenses), adverbia
keselesaian, adverbia keharusan, dan adverbia kepastian. Dapat didampingi oleh
adverbia negasi bukan tetapi dengan persyaratan yaitu di gunakan dalam kontruksi
berkontras, contoh:
Selain itu, dapat kita lihat pula bahwa kata-kata berkelas verba dapat
didampingi oleh adverbia derajat dan kata bilangan (satu, dua, tiga dan
seterusnya) yang disertai dengan kata-kata peggolongannya.
Kita lihat juga kta-kata kelas ajektifa dapat didampingi oleh adverbia kala
(tenses) sudah, sedang, lagi dan akan: tetapi tidak dapat didampingi oleh adverbia
tengah, hendak, dan mau. Karena komponen makna yang dimiliki oleh kata-kata
adverbia itu agak berbeda.
5
didampingi oleh adverbia derajat agak, padahal kata-kata dari kelas nomina dan
kelas verba tidak dapat.
2.3 Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya
adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas nomina.
Pertama, tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata
kucing, meja, bulan, rumah, dan pensil berikut adalah termasuk nomina karena
tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
Kedua, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan
paling).
Keempat, dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu,
sebuah, sebatang, dan sebagainya. Contoh:
Sebuah meja
Seekor kucing
Sebatang pensil
Selembar kertas
Dua orang mahasiswa
Dilihat dari semantik, khususnya dari komponen makna utama yang dimiliki
kata-kata berkelas nomina dapat dibedakan atas sebelas tipe yaitu:
6
2) Subtipe Ib adalah kata-kata nomina yang memiliki komponen makna [+ nama
perkerabatan]. Contoh, ibu, bapak, saudara, nenek, dan adik.
7
Tipe keenam, yang memiliki komponen makna utama [+ bunga-bungaan].
Contoh, mawar, melati, cempaka, dan seruni.
8
Tipe sembilan, yang memiliki komponen makna utama [+ geografi].
Contoh, kota, desa, laut, sungai, dan gunung.
2.4 Verba
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang
mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
Pertama, dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa. Contoh :
tidak datang
tidak pulang
tanpa makan
tanpa membaca
sering datang
jarang makan
kadang-kadang pulang
sebuah *membaca
dua butir *menulis
tiga butir *pulang
kurang membaca
9
sedikit menulis
agak *pulang
cukup *datang
sudah makan
sedang mandi
belum mandi
baru datang
boleh mandi
harus pulang
pasti datang
tentu pulang.
2.5 Ajektifa
Ciri utama ajektifa atau kata keadaan dari adverbia yang mendampinginya
adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas ajektifa.
Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan
kadang-kadang.Contohnya:
*sering indah
10
*jarang tinggi
*kadang-kadang besar
*banyak bagus
*sedikit baru
*sebuah indah
agak tinggi
cukup mahal
lebih bagus
Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin, dan
barangkali. Umpamanya :
pasti indah
tentu baik
Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Jadi
bentuk-bentuk tidak berterima.
*hendak indah
*mau tinggi
hendak pergi
mau menjual
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Para anggota dari tiga kelas terbuka ini, yang kata benda, kata kerjanya, dan
kata sifatnya terlihat dalam karakter, dapat dibandingkan satu sama lain dalam
anggota kelas adverbia yang dapat menyertai anggota ketiga. Para anggota kelas
adverbia mengungkapkan makna atau konsep negasi, frekuensi (frekuensi),
kuantitas, komparatif, tenses, kesempurnaan (alignment), kebutuhan, dan
kepastian (Chaer, 2015: 65).
3.2 Saran
Saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa
Dengan mengetahui beberbagai macam pendapat tentang kata mulai
dari pengertian kata, kriteria klasifikasi, serta klasifikasi kata. Penulis
mengharapkan agar mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang dapat
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya dalam mendukung serta
mengaplikasikan pada siswa-siswinya kemudian pada saat menjadi
seorang guru.
2) Dosen
Dengan tambahan ilmu atau pun pembahasan yang dibuat penulis ini.
Hendaknya Bapak Ibu memberikan lebih banyak ilmu-ilmu atau masukan
dalam makalah ini tentang pembahasan yang dibuat oleh penulis agar lebih
sempurna lagi.
3) Penulis
12