Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BACA HASIL DISKUSI

KELAS KATA(TERBUKA DAN TERTUTUP)


Dosen : Egi Nusivera, M.Pd.

Kelompok 9 :
Wilda Amelia Tusoleha (2001045018)
Salsabila Putri Anggraini (2001045066)
Syaharani Gustiawati (2001045078)

Kelas : 3C

• Pengertian Kelas Kata


Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau
penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui
kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam
bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.Kata juga merupakan bentuk yang
kedalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai
kemungkinan monilitas dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas
didalam kalimat.Batasan atau konsep itu menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata
mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah serta tidak dapat
diselipi atau disela oleh fonem lain dan tidak dapat diselipi fonem lain. Kedua, setiap kata
mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau
digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lain.
Ciri pertama mengenai konsep kata itu tidak menimbulkan masalah, tetapi ciri kedua
menimbulkan masalah karena ternyata kebebasan berpindah setiap kata tidak sama. Ada yang
dapat berpindah secara bebas, tetapi ada pula yang terikat dengan satuannya yang lebih besar
didalam kalimat.Klasifikasi kata terbagi menjadi dua yaitu : kelas kata terbuka dan kelas kata
tertutup.

 Fungsi Kelas Kata


Fungsi kelas kata adalah sebagai berikut:

1) Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.


2) Membentuk bermacam-macam struktur kalimat.
3) Memperjeleas makna gagasan kalimat.
4) Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat.
5) Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami
dan dinikmati oleh orang lain.
6) Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan,
argumentasi, pidato - pidato dan diskusi,
7) Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya setuju, menolak, dan menerima.

 Kriteria Kelas Kata


Penggolongan kata, atau penjenisan kata; dalam peristilahan bahasa Inggris disebut juga
part of speech. Klasifikasi kata ini dalam sejarah linguistik selalu menjadi salah satu topik yang
tidak pernah terlewatkan. Sejak zaman Aristoteles hingga kini, termasuk juga dalam kajian
linguistik Indonesia, persoalannya tidak pernah bisa tertuntaskan. Hal ini terjadi, karena, pertama
setiap bahasa mempunyai cirinya masing masing; dan kedua, karena kriteria yang digunakan
untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam.
Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi. Kriteria
makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan
kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina,
dan lain-lainnya. Begitulah, menurut tata bahasawan tradisional ini, yang disebut verba adalah
kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang
menyatakan benda atau yang dibendakan; dan yang disebut konjungsi adalah kata yang bertugas
atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan
bagian yang lain. Rumusan verba, nomina, dan konjungsi seperti di atas untuk bahasa-bahasa
berfleksi mungkin tidak terlalu menimbulkan masalah, sebab ada ciri-ciri morfologis, yang
menandai secara formal akan kelas-kelas kata tersebut. Tetapi untuk bahasa lain, misalnya
bahasa Indonesia, ternyata Namun, menimbulkan masalah, sebab ciri morfologi bahasa
Indonesia ternyata tidak dapat menolong untuk menentukan kelas-kelas kata itu. Berbeda dengan
bahasa Inggris, misalnya; dalam bahasa Inggris semua kata yang berakhir dengan -tion sudah
pasti nomina, dan yang berakhir dengan -ly adalah adverbia. Dalam bahasa Indonesia, kata yang
berprefiks ter- belum tentu termasuk verba, sebab ada juga yang termasuk nomina seperti
terdakwa dan tertuduh, malah adverbia dalam bahasa Indonesia tidak memiliki ciri-ciri
morfologis.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu
dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah kata yang dapat
berdistribusi di belakang kata bukan; atau dapat mengisi konstruksi bukan. Jadi, kata-kata seperti
buku, pinsil dan nenek adalah termasuk nomina, sebab dapat berdistribusi di belakang kata
bukan itu. Yang termasuk verba adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak, atau
dapat mengisi konstruksi tidak. Jadi, kata-kata seperti makan, minum, lari adalah termasuk kelas
verba, karena dapat berdistribusi di belakang kata tidak itu. Lalu, yang disebut ajektifa adalah
kata-kata yang dapat berdistribusi di belakang kata sangat, atau dapat mengisi konstruksi sangat
Jadi, kata-kata seperti merah, nakal, dan cantik adalah termasuk ajektifa karena dapat
berdistribusi di belakang kata sangat itu.
Kriteria yang digunakan para tata bahasawan strukturalis ini dewasa ini, untuk telaah bahasa-
bahasa Indonesia, banyak diikuti orang karena dianggap lebih baik dan lebih konsisten daripada
kriteria yang digunakan tata bahasawan tradisional. Namun, sebenamya kriteria yang digunakan
para tata bahasawan strukturalis ini juga banyak menim bulkan persoalan. Misalnya, kalau dapat
berdistribusi dengan kata sangat menjadi ciri ajektifa, maka kata-kata seperti berhasil,
memalakan, menolong, dan pemalu juga termasuk kelas ajektifa, sebab keempat itu pun dapat
berdistribusi dengan kata sangat. Kita dapat mengatakan sangat berhasil, sangat memalukan,
sangat menolong, dan sangat pemalu. Apakah benar kata berhasil, memalukan, menolong. dan
pemalu termasuk kelas ajektifa? Bukankah berhasil termasuk kelas verba intransitif? Bukankah
memalukan dan menolong termasuk kelas verba transitif, sebab dapat diberi sebuah objek?
(Misalnya, memalukan keluarga, dan menolong gadis cantik itu). Juga, bukankah pemalu
berkelas nomina sebab bisa dikatakan bukan pemalu, atau juga berkelas verba, sebab bisa
dikatakan tidak pemalu. Jadi, dengan kriteria distribusi ini tampaknya persoalan penggolongan
kata belum selesai (untuk bahasa Indonesia).
Ada juga kelompok linguis yang menggunakan kriteria fungsi sintaksis sebagai patokan
untuk menentukan kelas kata. Secara umum. fungsi subjek diisi oleh kelas nomina; fungsi
predikat diisi oleh verba atau ajektifa; fungsi objek oleh kelas nomina; dan fungsi keterangan
oleh adverbia. Oleh kartena itu semua kata yang menduduki fungsi subyek atau objek
dimasukkan ke dalam golongan nomina; yang menduduki fungsi predikat dimasukkan ke dalam
golongan verba atau dan yang menduduki fungsi keterangan dimasukkan ke dalam golongan
adverbia. Patokan atau kriteria ini pun menimbulkan masalah, sebab dalam kalimat seperti
Berenang itu menyehatkan sudah muncul berbagai tafsiran mengenai kelas kata berenang. Ada
yang menga takan kata berenang dalam kalimat itu berkelas nomina sebab menduduki fungsi
subjek; ada yang mengatakan kata berenang dalam kalimat itu tetap berkelas verba; ada yang
mengatakan termasuk kelas verba yang dinominalkan; dan ada juga yang mengatakan nomina
hipostatis. Ada juga yang mengatakan dalam kalimat berenang itu menyehatkan, yang
menyehatkan itu bukan berenangnya, melainkan kegiatan atau perbuatan berenang. Jadi, kata
berenang itu sendiri tetap verba; yang nomina adalah kegiatan atau perbuatan itu yang dalam
kalimat tersebut tidak diungkapkan (lihat Lapolewa 1990). Begitu pun dalam kalimat Menulis
dapat enam, menggambar dapat tujuh; kata menulis dan menggambar tetap berkelas verba. Yang
nomina adalah "hasil ujian (menulis)" dan "hasil ujian (menggambar)", yang dapat angka enam
dan tujuh itu. Kekeliruan lain yang sering terjadi sebagai akibat keyakinan bahwa fungsi-fungsi
itu selalu diisi oleh kelas yang sama, maka bentuk-bentuk seperti ke pasar dan kemarin sore
dalam kalimat Ibu pergi ke pasar kemarin sore dimasukkan ke dalam golongan adverbia. Di sini
tampak dikelirukannya konsep fungsi dan konsep kategori.
Dari uraian di atas tampak bahwa usaha untuk membuat klasifikasi kata (terutama untuk
bahasa Indonesia) bukan sesuatu yang mudah. Kriteria mana pun yang digunakan, seperti yang
dilakukan selama ini, selalu menimbulkan masalah yang cukup ruwet dan sukar diselesaikan.
• Kelas Kata Terbuka
Kelas terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurng sewaktu-
waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur
suatu bahasa. Kelas kata yang termasuk kelas terbuka ialah kelas verba, nomina, dan adjektifa.

a. Verba (Kata kerja)


Ciri-ciri :
1. Sering diikuti afiks.Contoh : mengantar, bertamu, diajak
2. Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses) yaitu, sedang, akan, hendak, sudah,
telah, belum.
3. Dapat didampingi oleh negasi tidak dan tanpa.
4. Dapat diperluas dengan kata “dengan+ajektifa”. Contoh : berbicara dengan lancar,
menghitung dengan teliti.
5. Umumnya menduduki fungsi predikat. Contoh : Ajeng (S) sedang belajar (P) =>{V}

Verba memiliki 10 jenis, yaitu :


1. Transitif, Diikuti oleh objek, umunya kata kerja ini berprefiks {men-}.
Contoh :Alya (S) membantu (P) ibunya (O)
2. Intransitif, Tidak diikuti oleh objek, umumnya berprefiks {ber-} ada juga yang
berprefiks {meN-}
Contoh :
- Siti (S) menangis (P)
- Siti (S) bekerja (P)
3. Aktif, Menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Umumnya berafiks {meN}
S = pelaku, O = penderita.
Contoh : Fitri (S) membaca (P) buku (O)
4. Pasif, Menyatakan perbuatan objek. S = penderita, O = pelaku.
Contoh : Buku (S) dibaca (P) Fitri (O)
5. Finit, Menyatakan perbuatan. Umumnya menduduki fungsi predikat.
Contoh : Ayah (S) memperbaiki (P) rumah (O)
b. Adjektiva
Adejktiva ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak. dan paling.
Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi:

a. Adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, dan boros

b. Adjektiva turunan, misalnya; alami, baik-baik dan sungguh-sungguh

c. Adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam yaitu:


 Subordinatif, jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya:
Panjang tangan, buta warna, murah hati.
 Koordinatif, setiap kata tidak saling menerangkan, misalnya gemuk sehat,
cantik jelita, dan aman sentosa.
2. Nomina

Nomina adalah ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat
dinegatifkan dengan kata bukan. Contohnya tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina
dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan atas:


 Nomina dasar, misalnya: rumah, orang, burung, dan sebagainya.
 Nomina turunan:
Ke- : Kekasih, kehendak
Per- : Pertanda, Persegi
Pe- : Petinju, petani
Peng- :Pengawas, pengacara
-an : Tulisan, bacaan
Peng-an: Penganiayaan, pengawasan
Per-an: Persatuan, perdamaian
Ke-an: Kemerdekaan, kesatuant
b. Berdasarkan subkategori
 Nomina bernyawa (contoh kerbau, sapi. manusia) dan tidak bernyawa (contoh:
bunga, rumah, sekolah).
 Nomina terbilang (contoh: lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda) dan tak terbilang
(contoh air laut, awan).

Contoh Kelas Kata Terbuka,yaitu :


1) DIA -satu suku kata
2) KAMI -dua suku kata
3) KERAMIK -tiga suku kata
4) M E M P E R D A Y A -empat suku kata
5) U N I V E R S I T A S -lima suku kata

• Kalas Kata Tertutup


Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Kelas kata Yang termasuk kelas kata tetutup
adalah kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
A. Adverbia
Dalam berbagai buku tata bahasa sekolah, adverbial lazim disebut kata keterangan atau
kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan verba, ajektifa, dan jenis kata
lainnya. Berbeda dengan ajektifa yang fungsinya menerangkan nomina (kata benda). (Chaer.
2015:83)
Adverbia atau kata keterangan dapat dibagi menjadi tujuh, yakni :
1. Keterangan tempat
2. Keterangan waktu
3. Keterangan aspek (menjelaskan berlangsungnya peristiwa secara objektif), {sedang, akan,
telah, belum, sering, jarang}
4. Keterangan tujuan, {agar, supaya, guna, untuk, buat}
5. Keterangan kuantitatif (tingkat keseringan suatu peristiwa), {kira-kira, sering, cukup,
hampir, sedikit}
6. Sebab, {sebab, karena, oleh, oleh karena}
B. Pronomina
Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada.
Secara umum dibedakan menjadi empat macam pronomina yaitu:
• Pronomina persona (kata ganti diri)
• Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang pertama jamak (kami kita)
• Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua jamak (kalian kamu
sekalian)
• Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga jamak (mereka)
• Pronomina demostrativa ( kata ganti penunjuk). (ini dan itu)
• Pronomina interogatifa (kata ganti tanya). (apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana,
dan mana.)
• Pronomina tak tentu

C. Numeralia
• Kata bilangan atau numeralia adalaha kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah,
nomor, urutan dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan
utama (satu, dua, lima), bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima,
tujuh), bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata bantu
bilangan.
• Kata bantu bilangan. Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata
penggolong bilangan atau kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina
tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya. Yang termasuk
dalam kata bantu bilangan adalah: ekor, buah, batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata,
tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang, dan rumpun.

D. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina
dengan verba di dalam suatu klausa.

E. Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan
sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa
atau antara kalimat dengan kalimat.

F. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau
mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah
si, sang.

G. Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget,
marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu:
• Interjeksi yang berupa kata singkat (wah!, hai!, oi!, oh, nah!, hah?!)
• Interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa (aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga.
Alhamdulillah, Masyaallah dsb).

H. Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan pun. Partikel ini berfungsi
sebagai penegas dalam penuturan.

Contoh Kelas Kata tertutup,yaitu :


1) U N T U K
2) B E G
3) K A M B I N G

Anda mungkin juga menyukai