Anda di halaman 1dari 5

Menciptakan Karya Prosa Dengan Pengembangan karakter

Tokoh Dengan Baik


Nadya Azzahra Putri (2001045026)
Dewi Oktaviani (2001045062)
Salsabila Putri Anggraini (2001045066)

Materi ini disusun dalam rangka tugas


Mata Kuliah : Penulisan Sastra Kreatif
Semester / Kelas : IV / B
Dosen Pengampu : Achmad Abimubarok, M.Pd.
Yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Uhamka pada semester genap tahun akademik 2021/2022

A. Pengertian Prosa

Prosa adalah karangan bebas yang dapat berupa cerita atau kisah berplot hingga ke pembahasan
suatu gagasan atau pertanyaan yang berasal dari cerminan kenyataan dan atau dari informasi
dan data yang sesungguhnya berdasarkan fakta ilmiah. Dapat dikatakan pula bahwa
sederhananya, prosa adalah genre lain dari sastra selain puisi dan drama. Seperti pendapat
Muliadi (2017, hlm. 1) yang menyatakan bahwa prosa adalah salah satu jenis dari genre sastra,
di samping genre lainya seperti puisi dan drama.

B. Pengertian Penokohan dan Karakterisasi

Penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain (Santosa,
2008:90). Adapun juga penokohan memberikan gambaran kepada pembaca melalui
penggambaran fisik, penggambaran melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, dan reaksi tokoh
lain. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:165) mengatakan bahwa tokoh cerita (karakter)
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Dengan demikian, penokohan memiliki pengertian yang lebih luas, karena mencakup masalah
mengenai siapa saja tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana pelukisan dan
penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca.

Karakter dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti ‘perwatakan’. Seorang tokoh
dengan perwatakan yang dimilikinya memang merupakan suatu kepaduan yang utuh.
Berdasarkan KBBI, karakterisasi adalah perwatakan yang bersifat khas. Di sisi lain,
karakterisasi memiliki makna sebagai suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari
tokoh.

1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh dalam cerita ada bermacam-macam. Jika ditinjau dari keterlibatan dalam keseluruhan
cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.

a. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran pemimpin (Sudjiman, 1998:17).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dijabarkan bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
b. Tokoh tambahan adalah tokoh yang mempunyai porsi peran lebih sedikit dibandingkan
dengan tokoh utama (Wicaksono, 2014:181). Artinya, tokoh tambahan ini jarang sekali
diceritakan oleh penulis.

2. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan
tokoh antagonis.

a. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang membawa misi kebenaran dan kebaikan untuk
menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang damai, aman, dan sejahtera (Hariyanto,
2000:10). Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tokoh protagonis
merupakan tokoh yang dikagumi oleh pembaca.
b. Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembaca. Menurut Altenbernd &
Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995: 179) penyebab konflik yang tidak dilakukan oleh tokoh
disebut sebagai kekuatan antagonistis atau antagonistic force. Berdasarkan kutipan di atas,
tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh pembuat masalah.
3. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Bila dilihat dari masalah yang dihadapi, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi 2, yakni tokoh
sederhana dan tokoh bulat/kompleks.

a. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang hanya mempunyai karakter
seragam atau tunggal. (Aminuddin, 1984:91). Artinya, tokoh ini hanya memiliki satu watak
tertentu saja. Tokoh jenis ini merupakan tokoh yang tidak memberikan efek kejutan bagi
para pembaca karena tidak semua sisi kehidupannya diungkapkan.
b. Tokoh bulat/kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan
sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu
yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku
yang bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.

4. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Jika dilihat dari pengembangan wataknya tokoh terbagi atas tokoh statis dan berkembang.

1. Menurut Alternbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995:188) tokoh statis (static
character) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan
perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
2. Tokoh berkembang (developing character) adalah pelaku dalam sastra drama yang dalam
keseluruhan drama tersebut mengalami perubahan atau perkembangan watak. Tidak jauh
berbeda dengan pernyataan di atas, tokoh berkembang juga diartikan sebagai tokoh cerita
yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan
serta perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan. Menurut Nurgiyantoro (1995:188)
tokoh berkembang secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial,
alam, maupun yang lain, yang kesemuanya itu akan memengaruhi sikap , watak dan tingkah
lakunya.

5. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari


kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi 2, antara lain:

a. Tokoh tipikal (typical character) menurut Alternbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro,
1995:190) adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan
lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang lain
yang bersifat mewakili. Tokoh tipikal merupakan penggambaran seorang/sekelompok
orang yang terikat dalam sebuah lembaga, yang ada di dunia nyata. Pihak pembaca lah yang
akhirnya mampu menafsirkan sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terhadap
tokoh di dunia nyata dan tokoh di dunia fiksi.
b. Tokoh netral (neutral character) adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu
sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi
(Nurgiyantoro, 1995:191). Maka, dapat dikatakan bahwa kehadiran tokoh netral hanya
semata-mata demi cerita, bukan untuk mewakilkan sesuatu yang ada di luar diri tokoh atau
seseorang yang ada di dunia nyata.

C. Pengertian Deskripsi

Teks deskripsi adalah teks yang berisi gambaran sifat-sifat benda yang dideskripsikan. Dengan
kalimat deskripsi, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri tentang hal
yang disampaikan dalam suatu teks. Ciri-ciri kalimat deskripsi adalah sebagai berikut:
Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.

D. Jenis Deskripsi

1. Teks deskripsi subjektif

Jenis ini menggambarkan sebuah objek menurut sudut pandang dan pengalaman penulis. Teks
deskripsi ini berpotensi memuat opini-opini pribadi penulis terkait objek yang dibahas.
Misalnya, penulis menggambarkan gigi hewan anjing lucu karena pernah merasa geli saat
digigit olehnya. Pengalaman ini tentunya tidak lumrah terjadi.

2. Teks deskripsi objektif

Sesuai jenisnya, teks ini ditulis berdasarkan kenyataan yang tidak dibuat-buat atau
mengandung opini penulis. Misalnya, matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, sesuai
dengan kenyataan yang ada dan diyakini oleh mayoritas orang.

3. Teks deskripsi spasial

Teks deskripsi spasial lebih fokus dalam membahas tempat, ruang, dan sejenisnya sebagai
objek teks. Jenis ini biasanya muncul sebagai teks tanggapan deskripsi ketika seseorang
menanyakan arah menuju atau ciri-ciri suatu tempat.
4. Teks deskripsi eksplanatori

Tujuan dari teks ini adalah menyampaikan informasi mengenai objek yang dibahas yang sudah
banyak diketahui oleh pembaca. Isi dari teks deskriptif ini mayoritas telah dialami atau
dirasakan oleh mereka sehingga bukan jadi hal yang baru.

5. Teks deskripsi sugestif

Jenis ini bertujuan memberikan sugesti atau dorongan agar pembaca dapat membayangkan atau
mengimajinasikan objek yang dibahas. Mengikuti tujuannya, berarti objek dan isinya adalah
hal yang jarang ditemukan oleh pembaca dan interpretasinya berpotensi subjektif.

Anda mungkin juga menyukai