Anda di halaman 1dari 26

Skip to content

MAKALAH (TELAAH PROSA MENGENAI UNSUR


INSTRINSIK KARYA SASTRA)
Posted on 5 Januari 2015 by yuyunari

BAB I
PENDAHULUAN
 
 Latar Belakang
Pada hakikatnya karya sastra adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Teeuw (1984: 22) yang mengatakan, bahwa ”Usaha lain untuk mendapatkan batasan sastra sebagai
suatu gejala umum yaitu mendekati dari namanya meskipun biasanya batasan itu tidak sempurna karena batasan
itu harus diperluas dan diperketat apabila gejala itu akan dibicarakan secara ilmiah. Namun manfaat tinjauan dari
pemakaian bahasa sehari-hari sebagai titik tolak cukup memadai”.

Kalau kita flash back beberapa tahun yang silam Horatius penyair besar romawi (65-8 SM) berpandangan bahwa
karya sastra harus bertujuan dan berfungsi utile (bermanfaat) dan dulce (nikmat). Bermanfaat karena pembaca
dapat menarik pelajaran yang berharga dalam membaca karya sastra, yang mungkin bisa menjadi pegangan
hidupnya karena mengungkapkan nilai-nilai luhur. Mungkin juga karya sastra itu mengisahkan hal-hal yang tidak
terpuji, tetapi bagaimanapun pembaca masih bisa menarik pelajaran darinya sebab dalam membaca dan
menyimak karya sastra pembaca dapat ingat dan sadar untuk tidak berbuat demikian. Selain itu, sastra harus bisa
memberi nikmat melalui keindahan isi dan gaya bahasanya.

Dalam sebuah karya sastra terdapat struktur yang membangun sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh.
Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang
menjadi komponennya, secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur karya sastra juga mengarah
pada pengertian hubungan antar unsur yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi.

Dalam struktur terdapat banyak komponen salah satu diantaranya yaitu unsur yang membangun. Unsur yang
membangun dalam sebuah karya sastra terdapat dua jenis, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra dari luar. Dalam pembahasan ini kami akan menganalisis unsur intrinsik (latar
atau setting dan sudut pandang) sebuah karya sastra.

 
 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana menganalisis unsur intrinsik (latar atau setting dan sudut pandang) dalam sebuah karya
sastra?
2. Apa itu latar atau setting dan sudut pandang?
3. Ada berapa macam atau jenis dalam sudut pandang sebuah karya sastra?
 
 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui, mendeskripsikan serta memberikan pemahaman mengenai:

1. Unsur intinsik (latar atau setting dan sudut pandang) sebuah karya sastra
2. Menambah pengetahuan tentang unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra
BAB II
PEMBAHASAN
 
 Latar atau Setting
Latar atau setting adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana,
dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam empat unsur pokok:

 Latar Tempat
Latar tempat yaitu mengacu pada lokasi terjadinya suatu peristiwa berlangsung. Sebagai contoh dalam cerpen dan
dalam novel, tempat berlangsungnya cerita bisa lebih dari satu. Dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” misalnya,
tempat berlangsungnya cerita ada di beberapa tempat seperti Alexandria (Mesir), Kediri, Jombang, dan Jakarta.
Dalam cerita, latar tempat sering tidak disebutkan secara jelas. Terhadap cerita yang seperti ini, kita dapat
mengetahui latar tempat dengan cara menganalisis ciri-ciri khas daerah. Sebagai contoh, dalam cerita disebutkan
ada tugu Monas, ada TMII, tanpa disebutkan dimana tempatnya pun kita dapat mengatakan bahwa latar tempat
cerita tersebut adalah Jakarta.

 Latar Waktu
Latar waktu yaitu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita itu. Dengan
demikian, ada latar waktu siang hari, malam hari, seminggu yang lalu, Maret 2014, suatu malam diakhir bulan April,
dan sebagainya. Sama seperti latar tempat, latar waktu juga sering disajikan secara tersembunyi. Untuk itu,
penganalisis harus pandai-pandai menemukan ciri-ciri yang menunjukkan latar waktu tersebut.

 Latar Suasana
Latar suasana merupakan keadaan yang ada di sekitar terjadinya peristiwa dalam cerita. Suasana dalam cerita
misalnya: sunyi, mencekam, menegangkan, menakutkan, haru, sedih, gembira, cemas, dan sebagainya. Dalam
cerita, suasana dapat ditemukan lebih dari satu macam dan kadang-kadang juga tersembunyi.

 Latar Sosial
Latar sosial yaitu mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

 Sudut Pandang (point of view)


Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada
posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:

 Sudut Pandang Orang Pertama (first person point of view)


Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang
yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya
terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas
seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut. Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan
menjadi dua:

1. ‘Aku’ Tokoh Utama


Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik
yang bersifat fisik batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya.
Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan,
dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih
masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person
central).
2. ‘Aku’ Tokoh Tambahan (bawahan)
Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan
(first pesonal eripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita
yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya.
Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih
banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah
cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si
‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’
pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

 Sudut Pandang Orang Ketiga (third person point of view)


Dalam cerita yang mempergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar
cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-
nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan
kata ganti.

Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan
pengarang terhadap bahan ceritanya.

1. ‘Dia’ Mahatahu (omniscient)


Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut.
Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh,
peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa
saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain,
menceritakan atau sebaliknya “menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa
pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2. ‘Dia’ Terbatas (‘dia’ sebagai pengamat)
Dalam sudut pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak
berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).

BAB III
PENUTUP
 
 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat kita simpulkan, bahwa kita dapat menganalisis sebuah karya sastra dengan
cara memahami unsur- unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra tersebut. Unsur- unsur tesebut yaitu:
1) tema, 2) amanat, 3) tokoh, 4) alur (plot), 5) latar (setting), 6) sudut pandang, dan 7) gaya bahasa.

Latar atau setting dalam sebuah karya sastra adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dalam sebuah karya sastra ada
3 macam pada umumnya. Namun untuk karya sastra berbentuk drama, novel dan cerpen sedikit
ada perbedaan.yaitu pada drama dan novel manggunakan latar sosial, sedangkan pada cerpen menggunakan latar
suasana. Tetapi dapat kita simpulkan bahwa latar suasana dapat kita masukkan kedalam latar sosial, dikarenakan
latar sosial mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, serta status sosial. Atau dalam artian lebih luas. Sedangkan, sudut pandang adalah cara memandang dan
menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Sudut pandang dalam sebuah karya sastra terdapat dua jenis, yaitu: (1) Sudut Pandang Orang Pertama ( first
person point of view), sudut pandang ini juga terbagi menjadi dua yaitu ‘Aku’ Tokoh Utama dan ‘Aku’ Tokoh
Tambahan (bawahan), (2) Sudut Pandang Orang Ketiga (third person point of view), sudut pandang ini juga terbagi
menjadi dua yaitu ‘Dia’ Mahatahu (omniscient), dan ‘Dia’ Terbatas (‘dia’ sebagai pengamat).
 Saran
Dari pembahasan makalah ini, dalam upaya untuk membantu mengetahui, menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang unsur intrinsik ( latar atau setting dan sudut pandang) sebuah karya sastra. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai
penyusun berharap agar dari semua pihak dapat memberikan kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan yang
ada.

DAFTAR PUSTAKA
 
Blog pendidikan Bahasa.blogspot.com/2012/08/Menganalisis-unsur-Intrinsik-latar -Sudut Pandang dan
html//.UIyIBaK9Ywo
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.
Luxemburg, Jan van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
 

 
Iklan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pada dasarnya makalah yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Novel Bercinta Dalam
Tahajudku” dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas pembaca dalam menulis dan
meningkatkan pengetahuan bagi pembaca serta untuk memenuhi tugas dari mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis makalah ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1.      Drs. ........ selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1.......
2.      Bapak ...... S.Pd sebagai Guru Pembimbing Bahasa Indonesia
3.      Pihak Perpustakaan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah
4.      Teman-teman yang telah mendukung dan ikut memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini
Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul luar.......................................................................................................................i
Halaman judul dalam…………………………………………………………………………..ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...iii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...iiii
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………….....…6
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………………………......6
1.2  Batasan Masalah……………………………………………………………………….......7
1.3  Rumusan Masalah……………………………………………………………………….....7
1.4  Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….......8
1.4.1        Tujuan Umum………………………………………………………………………….8
1.4.2        Tujuan Khusus…………………………………………………………………………8
1.5  Penegasan Istilah…………………………………………………………………………..9
1.6  Sistematika Pembahasan………………………………………………………………....10
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori…………………………………………….......11
2.1 Tinjauan Pustaka………………………………………………………………................11
2.2 Kerangka Teori……………………………………………………………………….......13
Bab 3 Pembahasan……………………………………………………………………….......16
3.1 Tema Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku………………………………………....16
3.2 Tokoh Yang Berperan Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku……………………....16
3.3 Alur Peristiwa Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku……………………….............18
3.4 Setting Pada Novel Bercinta Dalam Tahajudku………………………………................19
3.5 Sudut Pandang Pada Novel Bercinta Dalam Tahajudku………………………...............19
3.6 Amanat Yang Terkandung Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku…………………...20
Bab 4 Penutup………………………………………………………………………..............21
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...............…..21
4.2 Kritik dan Saran……………………………………………………….............................22
Daftar Pustaka………………………………………………………......................................24
Lampiran I................................................................................................................................25
Biodata Penulis.........................................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat
menikmati sebuah karya sastra secara baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya
sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat
dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena
seorang pengarang menggunakan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra. Dari
sinilah dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan dari proses imajinatif
pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik. 
Dikalangan remaja karya satra yang paling diminati biasanya karya sastra berbentuk
prosa terutama novel. Novel merupakan karya prosa fiksi yang ditulis secara naratif (dalam
bentuk cerita). Kata novel berasal dari bahasa Italia “novella” yang berarti sebuah kisah atau
sepotong berita. Selain dari bahasa Italia novel juga berasal dari bahasa Latin yaitu “novellus”
yang diturunkandari kata “novies” yang berarti baru (Tarigan, 1984 : 164).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh
problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Novel menceritakan suatu
kejadan luar biasa dari kehidupan tokoh. Dikatakan luar biasa karena dari kejadian itu, lahir
suatu konflik yang menimbulkan pergolakan jiwa para tokohnya sehingga mengubah jalan
hidupnya.
Dalam membaca novel, agar pembaca dapat menikmati dan memahami isi dan jalan
cerita di dalamnya diperlukan pengetahuan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam
sebuah novel yang sering disebut dengan unsur intrinsik. Unsur intrinsik tersebut meliputi tema,
tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Dengan begitu, pembaca akan lebih mudah
menangkap maksud dan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Oleh sebab itu, jika pembaca dapat memahami dengan tepat unsur intrinsik dari sebuah
novel yang dibaca, maka pembaca dapat menikmati novel tersebut dengan baik karena pembaca
telah mengerti makna dan jalan cerita pada sebuah novel yang dibaca.
1.2       Batasan Masalah
Bertolak dari ruang lingkup masalah di atas, maka penulisan makalah dengan judul
“Analisis Unsur Intrinsik Novel Bercinta Dalam Tahajudku” perlu dibatasi supaya hasil
penulisan memberikan informasi dan hasil yang tepat. Masalah yang dibahas sebagai berikut :
1.      Menganalisis unsur intrinsik pada novel Bercinta Dalam Tahajudku terutama pada tema, tokoh,
alur, setting, sudut pandang dan amanat.
1.3       Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah berikut :
1. Apakah tema dari novel Bercinta Dalam Tahajudku ?
2. Siapakah tokoh yang berperan dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku ?
3. Bagaimanakah alur peristiwa dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku ?
4. Setting apakah yang terdapat pada novel Bercinta Dalam Tahajudku ?
5.Sudut pandang apakah yang digunakan pengarang pada novel Bercinta Dalam  Tahajudku  ?
6. Amanat apakah yang terkandung pada novel Bercinta Dalam Tahajudku ?
1.4       Tujuan Penulisan
1.4.1    Tujuan Umum
Secara umum penulisan makalah bertujuan mendiskripsikan tentang judul
“Analisis   Unsur Intrinsik Novel Bercinta Dalam Tahajudku”.
1.4.2    Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan di atas dapat dirumuskan tujuan khusus pada judul “Analisis Unsur
Intrinsik Novel Bercinta Dalam Tahajudku” adalah untuk :
1.      Memperoleh deskripsi tentang tema dari novel Bercinta Dalam Tahajudku.
2.      Memperoleh deskripsi tentang tokoh yang berperan dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku.
3.      Memperoleh deskripsi tentang alur peristiwa dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku.
4.      Memperoleh deskripsi tentang setting yang terdapat pada novel Bercinta Dalam Tahajudku.
5.      Memperoleh deskripsi tentang sudut pandang pada novel Bercinta Dalam Tahajudku.
6.      Memperoleh deskripsi tentang amanat yang terkandung dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku
1.5              Penegasan Istilah
Agar pemahaman makalah dengan judul “Analisis Unsur Intrinsik Novel Bercinta Dalam
Tahajudku” perlu ditegaskan istilah-istilah yang membentuk judul tersebut.
            Judul               : Analisis Unsur Intrinsik Novel Bercinta Dalam Tahajudku.
Analisis           : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab, musabab, duduk perkaranya, dsb).
                        (Dekdikbud, 2011 halaman 58)
Unsur              : Bagian terkecil dari suatu benda (Dekdikbud, 2011 halaman 1531)
Intrinsik           : Terkandung di dalamnya (Dekdikbud, 2011 halaman 544)
Novel              : Karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang
di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku (Dekdikbud, 2011 halaman 969)
Bercinta           : menaruh (rasa) cinta yang muda (Dekdikbud, 2011 halaman 268)
Dalam              : Kata depan unuk menandai tempat yang mengandung isi ; kata depan untuk menandai sesuatu
yang mengandung isi (Dekdikbud, 2011 halaman 289)
Tahajud           : Shalat sunah pada tengah malam seusai tidur (Dekdikbud, 2001 halaman 1374)
Ku                   : Bentuk klitik aku sebagai penunjuk pelaku (Dekdikbud, 2011 halaman 744)

1.6              Sistematika Pembahasan
Makalah ini terdiri dari 4 bab, meliputi :
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
Bab III Pembahasan
Bab IV Penutup   
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1       Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka hanya memuat buku-buku yang relevan serta dari berbagai
pendapat yang sudah diakui kebenarannya. Pustaka yang dimaksud memuat masalah-masalah
tentang :
1.      Sejarah Sastra
2.      Apresiasi Sastra
1.      Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah kegiatan menelaah perkembangan sastra dari mulai lahir hingga
masakini, banyaknya jumlah hasil karya sastra yang dihasilkan, tokoh-tokoh yang terlibat dalam
perkembangan sastra, karya-karya puncak, cirri-ciri pada masing-masing angkata sastra atau
generasi, dansebagainya.
Menurut Soedjijono sejarah sastra adalah bidang pengkajian sastra yang memusatkan
perhatiannya kepada perhubungan dua atau lebih karya sastra yang selanjutnya membimbing
kepada masalah evolusi atau perkembangan kehidupan sastra. Dan untuk menentukan tahapan
perkembangan itu tentunya harus menentukan patokan-patokan. Sementara itu patokan yang
digunakan adalah kriteria intrinsik dan kriteria ekstinsik.1
1
Liberatus Tengsoe Tjahjono, Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi (NTT, 1988), hal.
20
Kriteria atau unsur intrinsik itu meliputi tema, perasaan, nada, suasana dan amanat yang ingin
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Sedangkan kriteria atau unsur ekstrinsiknya
meliputi biografi pengarang, sosial budaya pengarang, politik, dan ekonomi.
2.      Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra merupakan salah satu bentuk reaksi kinetic dan reaksi verbal seorang
pembaca terhadap karya sastra yang didengar atau yang dibacanya.
Kata apresiasi diserap dari bahasa Inggris “appreciation” yang berarti penghargaan. Apresiasi
sastra berarti penghargaan terhadap karya satra. Apresiasi sastra berusaha menerima karya satra
sebagai sesuatu yang layak diterima dan mengakui nilai-nilai sastra sebagai suatu yang benar.
Penghargaan terhadap karya sastra ini dilakukan melalui proses bertahap, antaralain :
a.       Tahap mengenal dan menikmati
Pada tahap ini, kita berhadapan dengan suatu karya. Kemudian kita mengambil suatu tindakan
berupa membaca, melihat, dan mendengarkan suatu karya.
b.      Tahap menghargai
Pada tahap ini kita merasakan manfaat atau nilai karya satra yang telah dinikmati. Manfaat disini
berkaitan dengan kegunaan karya satra tersebut. Misalnya member kesenangan, hiburan, serta
memperluas wawasan.
c.       Tahap pemahaman
Pada tahap ini kita melakukan tindakan menganalisis unsur-unsur yang membangun karya sastra,
baik intrinsic maupun ekstrinsiknya. Dengan begitu, kita dapat menyimpulkan karya sastra
tersebut. Apakah karya satra tersebut baik atau tidak, bermanfaat atau tidak.
d.      Tahap penghayatan
Pada tahap ini, kita membuat penafsiran terhadap karya sastra serta menyusun argument
berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
e.       Tahap penerapan
Segala nilai, ide, wawasan yang diserap pada tahap-tahap terdahulu diinternalisasi dengan baik,
sehingga masyarakat penikmat sastra dapa tmewujudkan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan
tingkah laku sehari-hari.
Dengandemikian, kegiatan apresiasi satra diartikan sebagai suatu proses mengenal, menikmati,
memahami, dan menghargai suatu karya sastra secara sengaja, sadar, dan kritis sehingga tumbuh
pengertian dan penghargaan terhadap karya sastra.
(http://mengerjakantugas.blogspot.com/2011/02/apresiasi-sastra-berarti-penghargaan.html?m=1)

2.2              Kerangka Teori
Berdasarkan hasil kajian pustaka yang telah dilakukan maka kerangka teori dalam
Pembuatan makalah berupa seperangkat konsepsi dan berbagai bentuk operasionalnya yang
meliputi berbagai konsepsi sebagai berikut :
1.      Kritik Sastra
2.      Fungsi Sastra
1.      Kritik Sastra
Kritik sastra menurut HB. Jassin adalah pertimbangan baik buruknya sesuatu hasil
kesusastraan. Lantas, Mursal Esten menegaskan hendaknya penilaian tersebut benar-benar
berdasarkan proses yang menyakinkan orang-orang kritik yang hanya memperhatikan hasil
penelitian saja tanpa menjelaskan hasil penilaian itu, bukanlah kririk yang baik.
Sasaran kririk sastra yang utama adalah sastrawan dan hasil karyanya namun disisi lain kritik
sastra pun dapat berguna bagi para pembaca.2 Fungsi kritik bagi pengarang atau sastrawan biasa
bercermin dari orang lain mengenai hasil karya sastra yang lebih baik. Di sisi lain kritik sastra
pun berguna bagi pembaca yaitu pembaca akan tahu hasil karya sastra yang bermutu atau tidak
dari hasil kritikan.
2.      Fungsi Sastra
Fungsi sastra harus sesuai sifatnya yakni menyenangkan dan bermanfaat. Kesenangan yang
tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan oleh karya senilainnya. Kesenangan yang
lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Dan juga memberikan manfaat
keseriusan. Keseriusan yang menyenangkan, estetis dan keseriusan persepsi. Sehingga ini berarti
karya sastra tidak hanya memberikan hiburan kepada peminatnya tetapi juga tidak melupakan
keseriusan pembuatnya.
Fungsi sastra, menurut sejumlah teoritikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan
penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu.
Contohnya ketika penonton drama dan pembaca novel yang bias mengalami perasaan lega dalam
artian bias melepaskan emosinya.
2
Liberatus Tengsoe Tjahjono, Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi (NTT, 1988), hal.
19

Namun hal ini masih dipertanyakan karena banyak novel yang ditulis atas dasar curahan
emosi penulisnya sehingga pembaca pun bias merasakan emosi yang menekan penulisnya.
Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial- kemasyarakatan, sastra memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut :
a.       Fungsi rekreatif
Sastra berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat karena mengandung unsur keindahan.
b.      Fungsi didaktis
Sastra memiliki fungsi pengajaran karena bersifat mendidik dan mengandung unsur kebaikan
dan kebenaran.
c.       Fungsi estetis
Sastra memiliki unsur dan nilai-nilai keindahan bagi para pembacanya
d.      Fungsi moralitas
Sastra mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang baik dan yang buruk
serta  yang benar dan yang salah.
e.       Fungsi religius
Sastra mampu memberikan pesan-pesan religious untuk pembacanya.
(http://sheltercloud.blogspot.com/2009/11/pengertian-dan-fungsi-sastra.html?m=1)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Tema Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku


Tema merupakan gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu cerita. Tema
yang terkandung dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku adalah kebangkitan dan perubahan
seorang gadis manja bernama Kisi Carrisa yang akhirnya menjadi seorang gadis yang senantiasa
sabar menerima cobaan Allah. Selain tema utama tersebut dalam novel ini juga terdapat tema
bawahan yakni kisah cinta yang tak dapat bersatu antara Kisi dengan Ustadz Bangga.
3.2       Tokoh Yang Berperan Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku
Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi
juga berperan untuk menyampaikan ide, motif atau tema. Pada dasarnya tokoh dalam sebuah
cerita dibagi menjadi dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah
tokoh yang selalu hadir pada setiap peristiwa cerita dan sering muncul dalam cerita. Tokoh
bawahan adalah tokoh yang kehadirannya diperlukan untuk menunjang tokoh utama.
Dalam novel Bercinta Dalam Tahajudku yang berperan sebagai tokoh utama adalah Kisi
Carissa dan Ustadz Bangga. Kedua tokoh ini senantiasa hadir dalam setiap peristiwa. Sedangkan
yang berperan sebagai tokoh bawahan adalah Papa Kisi, Mama Kisi, Pak Haji, Bu Haji, Riris,
Mauricio, Velly, Rani, dan Mas Adit.
Berikut tokoh beserta karakteristiknya, seperti :
            Tokoh Utama :
1.      Kisi : Seorang gadis manja dari keluarga kaya. Dia gadis yang keras kepala, egois, mudah
bersu’uzhan serta cara bicara dan tingkah lakunya yang kurang sopan. Pengetahuan agama yang
lemah membuatnya menjadi gadis yang mudah putus asa. Namun, dengan hadirnya Ustadz
Bangga, Kisi berubah menjadi gadis yang kuat dan tabah dalam menghadapi setiap cobaan
hidupnya.
2.      Ustadz Bangga : Seorang pemuda soleh yang berprofesi sebagai ustadz sekaligus Guru Agama
di SMA Tunas Bangsa yang berkepribadian lembut bijaksana, dan sangat taat kepada Allah.
Sehingga dia menjadi pemuda yang kuat yang dapat menahan godaan hawa nafsu. Ustadz
Bangga adalah keponakan Pak Haji dan dia tinggal bersama Pak Haji dan Bu Haji.
Tokoh Bawahan :
1.      Papa Kisi : Kisi sangat menyayangi Papanya sebab papanya selalu menuruti semua permintaan
Kisi. Dia adalah sosok papa yang baik dan penyabar. Namun, tak berapa lama papa Kisi
meninggal karena kecelakaan.
2.      Mama Kisi : Dia sangat menyayangi Kisi. Dia ibu yang baik dan juga sosok ibu yang selalu
sabar dalam menghadapi tingkah laku Kisi yang kurang sopan. Semenjak kepergian suaminya,
mama Kisi berubah menjadi perempuan yang taat kepada Allah.
3.      Riris : Dia adalah sahabat Kisi. Riris perempuan yang ramah, anggun, setia kawan, dan aktif
dalamkegiatan keagamaan. Dia selalu menasehati Kisi ketika Kisi melakukan hal yang salah.
4.      Mauricio : Seorang cowok idola di sekolah Kisi karena ketampanannya. Dia adalah adik kelas
Kisi. Mauricio merupakan cowok yang ditaksir Kisi. Namun Mauricio lebih memilih Riris
daripada Kisi. Akan tetapi Riris menolaknya karena Maurico cowok ateis.
5.      Velly : Velly adalah musuh Kisi. Dia cewek centil, sombong, dan dia suku menggoda Ustadz
Bangga. Kisi sangat membencinya karena Kisi menyukai Ustadz Bangga. Padahal Velly sudah
punya pacar. Dan Velly lah yang telah menyebabkan Kisi kehilangan kaki kanannya.
6.      Rani : Dia adalah adik Ustadz Bangga. Dia adalah adik yang baik dan Ustadz Bangga sangat
menyayanginya. Rani dan orang tuanya tinggal di Surabaya.
7.      Mas Adit : Dia adalah kakak sepupu Kisi. Dia tinggal di Kalimantan dan dia seorang mahasiswa.
Mas Adit orang yang humoris yang selalu menghibur Kisi dan menjadi penyemangat Kisi saat
Kisi sedang dalam masalah.
Untuk menggambarkan karakter tokoh tersebut, pengarang menggunakan teknik analitik
dan teknik dramatik. Teknik analitik yaitu karakter tokoh diceritakan langsung oleh pengarang.
Teknik dramatik yaitu karakter tokoh dikemukakan melalui penggambaran fisik dan perilaku
tokoh, pengungkapan jalan pikirsn tokoh, serta penggambaran oleh tokoh lain.  
3.3       Alur Peristiwa Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku
Alur yang terdapat pada novel Bercinta Dalam Tahajudku adalah alur campuran. Alur
campuran yaitu alur yang merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur. Pada novel ini di
awal cerita menceritakan masa sekarang, kemudian kembali ke peristiwa masa lalu, kemudian
menuju ke peristiwa masa depan. Begitu seterusnya hingga akhir cerita.
3.4       Setting Pada Novel Bercinta Dalam Tahajudku
Latar atau setting adalah segala keterangan, petunjuk, pengakuan yang berkaitan dengan
tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.
a.       Latar tempat
Latar ini berhubungan dengan masalah tempat suatu cerita terjadi. Di dalam novel ini latar
tempatnya meliputi : SMA Tunas Bangsa (sekolah Kisi), masjid, rumah Kisi, kamar Kisi, rumah
Pak Haji, rumah sakit, dan tempat pemakaman.
b.      Latar waktu
Latar waktu berkaitan dengan saat berlangsungnya suatu cerita. Di dalam novel ini latar  waktu
yang ditampilkan meliputi waktu pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, Maghrib, Isya’,
Subuh, jam 03.00 pagi, 30 Oktober 2006, 1 November 2006, 5 Desember 2006, 24 Mei 2007,
dan 30 Mei 2007.
c.       Latar suasana
Menunjukkan suasana yang ditampilkan saat peristiwa terjadi. Di dalam novel ini latar suasana
yang digambarkan meliputi suasana sepi, sunyi, ramai, tegang, dan khidmat.
3.5       Sudut Pandang Pada Novel Bercinta Dalam Tahajudku
Sudut pandang merupakan cara memandang pengarang dalam menempatkan dirinya pada
posisi tertentu dalam cerita novel tersebut. Sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang
orang pertama dan sudut pandang orang ketiga
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Bercinta
Dalam Tahajudku  adalah sudut pandang orang ketiga “dia” maha tahu. Dalam novel ini
pengarang mampu menceritakan sesuatu yang bersifat baik dapat diindera maupun sesuatu yang
terjadi dalam hati dan pikiran tokoh. Sehingga pembaca menjadi tahu keadaan luar dan dalam
masing-masing tokoh.

3.6       Amanat Yang Terkandung Dalam Novel Bercinta Dalam Tahajudku


Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang. Pesan ini bisa berupa harapan,
nasihat, kritik, dan sebagainya. Pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
melalui novel Bercinta Dalam Tahajudku ini adalah :
1.)    Membiasakan hidup sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan Allah.
2.)    Jangan mudah putus asa.
3.)    Jangan mudah berprasangka buruk atau bersu’uzhan karena dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain.
Ketiga pesan tersebut disampaikan oleh pengarang melalui dialog antar tokoh.

BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab
sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Novel merupakan karya prosa fiksi yang ditulis secara naratif (dalam bentuk cerita) yang
memiliki unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik yang dapat mendukung sebuah novel. Unsur
instrinsik itu meliputi tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Sedangkan unsur
ekstrinsiknya meliputi biografi pengarang, sosial budaya pengarang, politik dan ekonomi.
Membaca sebuah novel pada hakikatnya merupakan kegiatan apresiasi sastra secara
langsung. Maksudnya adalah kegiatan memahami novel dengan sungguh-sungguh sehingga
tumbuh pengertian, penghargaan, serta kepekaan kritis yang baik terhadap novel yang dibaca.
Dengan begitu, pembaca tidak hanya mengetahui jalan ceritanya saja,tetapi juga unsur-unsur
yang mendukungnya.
Novel Bercinta Dalam Tahajudku merupakan karya prosa fiksi yang unsure instrinsiknya
sebagai berikut :
1.      Temanya adalah kebangkitan dan perubahan Kisi Carissa menjadi gadis yanglebih baik.
2.      Tokoh utamanya adalah Kisi Carissa dan Ustadz Bangga serta ditunjang oleh beberapa tokoh
tambahan lainnya.
3.      Alurnya menggunakan alur campuran yakni gabungan dari alur maju dan alur mundur.
4.      Setting yang digunakan adalah setting tempat, setting waktu, dan setting suasana.
5.      Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga “dia” maha tahu.
6.      Amanatnya adalah biasakanlah hidup sabar dan tawakal.
4.2       Kritik dan Saran
Dengan tersusunnya makalah ini penulis menyarankan agar pembaca pada umumnya
serta siswa-siswi SMAN 1 ...... pada khususnya, dapat mengetahui dan memahami tentang
macam-macam unsur instrisik dalam sebuah novel maupun karya sastra lainnya.
Selain itu, disarankan agar para siswa-siswi senantiasa untuk membaca dan menelaah apa
yang ada disekitarnya untuk mempertajam fikiran, salah satu caranya adalah dengan menelaah
karya satra yang banyak akan nilai kemanusiaan dan kehidupan.
Setelah para siswa-siswi membaca ataupun menelaah karya sastra, hendaknya para siswa-
siswi mampumenyebutkan satu-persatu unsur instrinsik yang terkandung dalam sebuah karya
sastra, yang meliputi tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Dengan begitu
siswa-siswi mampu memahami jalan cerita di dalamnya serta mampu menceritakan kembali
cerita yang dibaca. Dan juga, disarankan kepada pembaca pada umumnya serta siswa-siswi
SMAN 1 ...... pada khususnya, mampu memahami dan menangkap nilai-nilai kehidupan pada
sebuah karya sastra yang dibaca sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang
dapatmemperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. 

Home
Artikel
Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen [Lengkap]
Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Cerpen [Lengkap]
 Pamungkas Adipura  12/11/2016  Artikel  No Comments

Unsur Intrinsik Cerpen – Cerpen (cerita pendek) merupakan diantara jenis karya sastra yang
menggambarkan cerita atau kisah alur hidup manusia dalam bentuk tulisan yang ringkas dan jelas.
Cerpen yang biasa juga dinamakan dengan prosa atau karangan fiksi, memiliki isi pengisahan yang
hanya berfokus pada sebatas satu permasalahan atau konflik. Secara singkatnya, jalan cerita pendek
hanya berpusat pada satu konflik saja.

Baca Juga : 5 Contoh Pidato Singkat Tentang Pendidikan


Daftar Isi
 1 Ciri-ciri Cerpen
 2 Unsur Intrinsik Cerpen
o 2.1 1. Tema
o 2.2 2. Tokoh dan Penokohan
o 2.3 3. Alur (Plot)
o 2.4 4. Setting (Latar)
o 2.5 5. Sudut Pandang
o 2.6 6. Gaya bahasa
o 2.7 7. Amanat
 3 Unsur Ekstrinsik Cerpen
o 3.1 1. Latar Belakang Masyarakat
o 3.2 2. Latar Belakang Penulis
o 3.3 3. Nilai yang Terkandung di dalam Cerpen
 4 Share this:

CIRI-CIRI CERPEN

500px.com
a. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
b. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
c. Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
d. Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen yang dikisahkan hanyalah intinya
saja.
e. Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai pada tahap
penyelesaiannya.
f. Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya.
g. Bersifat Fiktif.
h. Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal dan lurus.
i. Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
j. Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga pembaca akan ikut merasakan
kesan dari cerita tersebut.

UNSUR INTRINSIK CERPEN

pexels.com
Cerpen memiliki dua unsur pembangun, diantaranya adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Jika
diibaratkan sebuah bangunan, maka unsur intrinsik adalah komponen-komponen bangunan tersebut.

Salah satu poin saja hilang, maka bangunan tersebut akan roboh. Begitupun dengan unsur intrinsik,
jika salah satu unsur ini hilang, maka karya tulis tersebut tidak bisa disebut sebagai cerpen.
Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut
pandang dan amanat. Berikut penjelasannya:

1. TEMA
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen tema merupakan ruh atau
nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata lain tema merupakan ide atau gagasan dasar yang
melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.

Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan sekitar, permasalahan
yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri, pendidikan, sejarah, perjuangan romansa,
persahabatan dan lain-lain.

2. TOKOH DAN PENOKOHAN

pixabay.com
Unsur intrinsik cerpen yang kedua adalah tokoh. Tokoh atau penokohan adalah salah satu bagian yang
wajib ada dalam sebuah cerpen.

Namun, yang perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda dalam
sebuah penulisan cerpen.

Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut. Sedangkan penokohan
adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita. Watak yang diberikan dapat
digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan dalam melihat suatu masalah.

Ada 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerpen, antara lain:

Protagonis : Tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan mempunyai sifat yang baik.

Antagonis : Tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri, dengki, sombong, angkuh,
congkak dan lain-lain.
Tritagonis : Tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara antagonis. Tokoh ini
biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
Figuran : Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan tambahan warna dalam cerita.
Penokohan watak dari 4 tokoh diatas akan disampaikan dengan 2 metode, diantaranya:

Analitik, yaitu sebuah metode penyampaian oleh penulis mengenai sifat atau watak tokoh dengan cara
memaparkan secara langsung. Seperti : keras kepala, penakut, pemberani, pemalu dan lain
sebagainya.

Dramatik, yaitu sebuah metode penyampaian sifat tokoh secara tersirat. Biasanya disampaikan
melalui tingkah laku si tokoh dalam cerita.

3. ALUR (PLOT)
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang disampaikan
oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang
penulis. Diataranya:
Tahap perkenalan.
Tahap penanjakan.
Tahap klimaks.
Anti klimaks

Tahap penyelesaian.

Tahap-tahap alur tersebut harus ada di dalam sebuah cerita. Hal ini bertujuan agar cerita tidak
membingungkan orang yang membacanya. Ada 2 macam alur yang kerapkali digunakan oleh para
penulis, yakni :
Alur maju : Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu
menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan terakhir penyelesaian konflik. Intinya adalah, pada alur
maju ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Alur mundur : Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara tidak urut. Bisa saja penulis
menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah itu menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab
konflik itu terjadi.
4. SETTING (LATAR)
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar akan
memberikan persepsi konkret pada sebuah cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni
latar tempat, waktu dan suasana.

5. SUDUT PANDANG
Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan
ceritanya. Baik itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan acapkali para penulis menggunakan
sudut pandang orang yang berada di luar cerita.

6. GAYA BAHASA
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Baik
itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

7. AMANAT

pixabay.com
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari cerita pendek
tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis secara langsung, melainkan tersirat dan
akan bergantung sesuai pemahaman pembaca akan cerita pendek tersebut.

UNSUR EKSTRINSIK CERPEN


pexels.com
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak
langsung unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara
lain:

1. LATAR BELAKANG MASYARAKAT


Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat sekitar yang mempengaruhi
penulis dalam membuat cerpen tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penulis,
diantaranya sebagai berikut :

a. Ideologi Negara
b. Kondisi Politik
c. Kondisi Sosial
d. Kondisi Ekonomi

2. LATAR BELAKANG PENULIS


Latar belakang penulis adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis yang mendorong penulis dalam
membuat cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, diantaranya adalah :

a.Riwayat Hidup Penulis


b. Kondisi Psikologis
c. Aliran Sastra Penulis

3. NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM CERPEN


Ada beberapa nilai yang menjadi unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen. Dan nilai-nilai tersebut
diantaranya adalah :
a. Nilai Agama
b. Nilai Sosial
c. Nilai Moral
d. Nilai Budaya

Itulah penjelasan singkat mengenai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen. Semoga informasi
tersebut bermanfaat. Terima Kasih!!

DAFTAR PUSTAKA

Ashela. 2010. Bercinta Dalam Tahajudku. Jogjakarta : DIVA Press


Anwar, M.Shoim. 2012. Sejarah Sastra Indonesia. Sidoarjo : Media Ilmu
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Honiatri, Euis dan E. Kosasih. 2013. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : CV.
Pustaka Setia
Tjahjono Tengsoe, Liberatus. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. NTT :
Nusa Indah
Situs :
(http://mengerjakantugas.blogspot.com/2011/02/apresiasi-sastra-berarti-penghargaan.html?m=1)
(http://sheltercloud.blogspot.com/2009/11/pengertian-dan-fungsi-sastra.html?m=1)

LAMPIRAN I
SINOPSIS NOVEL “BERCINTA DALAM TAHAJUDKU” KARYA ANSHELA
Seorang gadis bernama Kisi Carissa yang merupakan anak tunggal dari keluarga berada.
Dia egois, keras kepala, manja, dan mudah berburuk sangka. Tiba-tiba dia dibenturkan dengan
peristiwa dahsyat ditinggal sang ayah tercinta untuk selamanya dengan cara tragis yang telah
mengambil separuh kekuatannya.
Tak cukup itu, orang yang dia sukai selama ini benar-benar tidak memilihnya melainkan
memilih sahabat baiknya sendiri, Riris. Namun, Tuhan hadirkan Ustadz Bangga dalam hidupnya.
Dari situ, Kisi mulai mendekatkan dirinya kepada Allah dan membawa dirinya ke jalan Allah.
Walaupun niatnya bukan karena Allah tapi orang-orang sekelilingnya percaya bahwa suatu hari
nanti Kisi akan melakukan itu karena Allah.
Ketika Kisi mulai ikhlas untuk berubah, dia didatangkan dengan satu musibah. Kaki
kanannya terpaksa diamputasi karena sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh kelakuan Velly.
Dari situ, dia belajar arti sabar dan tawakal. Paling penting, dia belajar untuk ikhlas memaafkan
orang lain.
Kesabaran dan keikhlasannya menghadapi ujian-ujian yang berat membuahkan sebuah
hasil. Ustadz Bangga lelaki yang dia idamkan selama ini datang melamarnya. Namun Kisi salah
paham. Kisi mengira kalau Ustadz Bangga akan menikahi gadis lain. Kemudian Kisi meminta
kepada Tuhan agar pernikahan Ustadz Bangga gagal. Padahal gadis yang akan dinikahi itu
adalah dia sendiri. Ketika dia telah menyadari bahwa Ustadz Bangga akan menikahinya, hatinya
sangat senang. Sampai Kisi lupa akan do’anya.
Dan hari yang ditunggu-tunggu itu datang. Kisi begitu bahagia karena dia akan memiliki
Ustadz Bangga seutuhnya. Namun, kebahagiaan Kisi lenyap seketika setelah mendengar berita
kalau Ustadz Bangga meninggal. Dan ternyata do’anya itu terkabulkan. Kisi sangat menyesal.
Pembaca tercinta, novel ini dengan sajian kisah yang menarik mengajarkan makna
pelajaran penting dalam kehidupan yakni sabar dan tawakal. Selain itu, anda pun bisa
menemukan seabrek keluarbiasaan salat tahajud bagi kualitas hidup anda.

BIODATA PENULIS

Nama                           : Milu Asri Riya


Tempat Tanggal Lahir : Trenggalek, 30 Mei 1996
Nomor Induk              : 4551
Sekolah                       : SMA Negeri 1 ........
                        : RT 07 RW 03 Dsn. ......... Ds. ..... Kec. ..... Kab. .......
Jenis Kelamin              : Perempuan
Diposting 11th October 2014 oleh miluasri riya
  


Tambahkan komentar

Unsur Intrinsik Cerpen – Pengantar

Cerpen atau cerita pendek adalah jenis prosa singkat yang pastinya sudah tidak asing di telinga teman-teman. Jalan cerita yang tidak terlalu
panjang dan singkat membuat jenis prosa ini banyak digemari sebab tidak diperlukan waktu lama untuk menuntaskan membacanya. Sama
seperti prosa-prosa lainnya, cerpen juga memiliki unsur-unsur yang membangun, yang terbagi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan
ekstrinsik cerpen.

Lihat juga materi lainnya:


Unsur Intrinsik Puisi
Cara Menulis Resensi

sumber gambar: slideshare.net

Dalam materi kali ini, kita membahas unsur intrinsik cerpen yang merupakan unsur-unsur pembangun sebuah prosa yang bisa dijumpai
dalam ceritanya.

6 Unsur Intrinsik Cerpen

Secara umum, setiap membaca cerpen, kalian akan menemukan enam unsur pembentuk cerita seperti di bawah ini.

1. Tokoh dan Penokohan

Setiap cerita pasti memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemain di dalamnya. Tidak hanya menjadi tokoh yang diam, pemain-pemain dalam
sebuah prosa memiliki sikap dan peran dalam membentuk cerita. Karena itulah, unsur instrinsik cerpen berupa tokoh dan penokohan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Ketika menemukan seorang tokoh dalam cerita, secara tidak langsung kamu akan digiring untuk mengetahui peran dan sikapnya dalam
suasana yang hendak dibangun pada cerpen tersebut. Sikap dan peran tersebutlah yang disebut sebagai penokohan, sementara nama-
nama dari tiap pemain disebut sebagai tokoh.

2. Alur

Sebagian orang sulit membedakan alur dengan jalan cerita. Padahal, simpelnya, alur adalah rangkaian cerita yang memiliki hubungan
sebab-akibat (kausalitas) sehingga membentuk suatu kesatuan. Sementara itu, jalan cerita hanyalah rangkaian cerita yang berbentuk
kronologis dari awal sampai akhir, tanpa disertai hubungan kausalitas yang kuat.

Secara sederhana, alur memiliki beberapa tahapan, mulai awalnya pengenalan, konflik, komplikasi (kerumitan), klimaks, leraian, sampai
pada penyelesaian. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bagian alur.

a. Pengenalan

Pada tahap ini, pembaca dikenalkan pada tokoh, penokohan, hingga latar sebuah cerita.

b. Konflik

Setelah itu, pembaca akan dihadapkan pada bagian cerita yang menampilkan masalah utama dari kisah. Masalah bisa menyangkut
persoalan dalam diri sang tokoh, perselisihan dengan tokoh lain, sampai antara satu tokoh dan lingkungannya. Untuk cerpen, biasanya
hanya ada satu konflik yang membangun kisahnya.

c. Klimaks

Ketika masalah sudah mencapai puncaknya, itulah yang dikenal dengan istilah klimaks. Di tahap ini pembaca bisa mendapatkan puncak
ketegangan dari persoalan yang diusung pengarang.

d. Leraian

Setelah mencapai puncak, persoalan akan menemui titik balik yang cenderung menurun. Tingkat ketegangan berkurang karena masalah
sedang menuju pada tahap akhir.

e. Penyelesaian

Tahap akhir yang dimaksud adalah penyelesaian. Pada bagian ini, semua masalah diuraikan dan didapati solusinya. Namun, ada juga
cerpen yang membuat penyelesaiannya secara terbuka sehingga bagian solusi tidak diceritakan.
Kelima bagian alur di atas tidak mesti terjadi secara berurutan. Apalagi pada cerpen-cerpen modern, kamu bisa saja menjumpai kisah yang
dimulai dari klimaks dan berujung pada klimaks juga.

Selain memiliki tahapan, alur sebuah cerita juga memiliki jenisnya masing-masing. Secara umum, ada tiga jenis alur yang bisa ditemukan
pada cerpen.

a. Alur Maju

Pada model alur ini, cerita dijabarkan secara kronologis dan mengikuti ketentuan waktu yang selalu bertambah. Untuk cerita dengan alur
maju, tahapan alurnya cenderung konvensional, yaitu pengenalan-konflik- klimaks, leraian-penyelesaian.

b. Alur Mundur

Model alur ini biasanya menampilkan konflik atau penyelesaian terlebih dahulu. Dari sana, barulah diceritakan ulang mengenai tahapan
masalah yang membentuk alur sehingga terkesan waktunya bergerak mundur dan disebut sebagai alur mundur.

c. Alur Kilas Balik (Flash Back)

Alur kilas balik merupakan penggabungan alur maju yang disertai kilasan-kilasan kisah yang sifatnya mengenang atau mengingat.
Kenangan ini diceritakan pula secara detail untuk membangun kelengkapan cerita.

3. Latar

Unsur intrinsik cerpen yang satu ini sering disebut sebagai setting dan mencakup tiga hal di dalamnya, yakni latar waktu, latar tempat, dan
latar suasana yang membangun sebuah peristiwa. Pada intinya, latar merupakan gambaran suasana yang terjadi pada sebuah cerita.

a. Latar Waktu

Menggambarkan kapan peristiwa dalam kisah tersebut terjadi.

b. Latar Tempat

Menggambarkan di mana dan lokasi tempat terjadinya peristiwa.

c. Latar Suasana

Menggambarkan cara peristiwa itu terjadi dan perasaan yang dialami para tokoh.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan bagian unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan pencerita yang mengisahkan cerpen tersebut. Dalam prosa,
umumnya ada dua jenis sudut pandang, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

a. Sudut Pandang Orang Pertama

Model sudut pandang yang satu ini biasa diceritakan oleh kata ganti orang pertama, yaitu “aku”. Pencerita sebagai aku bisa memiliki dua
peran, yakni dia sebagai pemeran utama cerita tersebut ataupun dia hanya sebagai pengamat dari tokoh-tokoh lain yang diceritakannya.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga

Sudut pandang yang memakai orang ketiga ditandai dengan penggunaan kata ganti “dia” untuk menunjuk para tokoh yang bermain dalam
cerita. Model sudut pandang ini juga dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah sudut pandang orang ketiga sebagai narator
serbatahu yang bisa menjelaskan isi hati dan rahasia dari peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Yang kedua adalah sudut pandang orang
ketiga sebagai tokoh bawahan yang berfungsi sebagai pengamat.

5. Gaya Bahasa dan Penceritaan


Dalam sebuah cerpen, kamu akan menemukan banyak kiasan ataupun bahasa yang terkesan lebih lembut atau lebih kasar. Inilah yang
disebut sebagai gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda dan ini juga berhubungan dengan penceritaan yang
dibangunnya pada sebuah cerpen.

Gaya bahasa biasanya berbentuk majas untuk merefleksikan atau mengasosiasiakan sebuah kalimat. Ada juga gaya bahasa yang
menampilkan makna-makna konotatif untuk memperindah tampilan cerita.

6. Tema dan Amanat

Tema sebuah cerita akan selalu berhubungan dengan amanat yang hendak disampaikan oleh pengarah dalam pengisahannya. Jadi, sulit
untuk memisahkan kedua unsur ini guna berdiri sendiri-sendiri.

Meskipun berkaitan, tema dan amanat memiliki arti yang berbeda sebagai unsur intrinsik cerpen. Tema adaah gagasan dasar yang ada
dalam sebuah cerita. Sebagai contoh ketika membaca cerpen tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu akan menemukan ide cerita yang
mengangkat masalah nasionalisme ataupun sikap rela berkorban.

Sementara itu, amanat merupakan nilai-nilai yang bisa dipetik dalam kisah yang dibaca. Nilai tersebut akan selalu berhubungan dengan
tema yang mendasari cerpen tersebut. Contohnya lagi, masih dengan cerpen tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu bisa menemukan
pesan untuk mencintai tanah air ataupun untuk selalu mengenang jasa para pahlawan

Pengertian Unsur Intrinsik dan


Ekstrinsik Cerpen
39268

Cerpen (cerita pendek) adalah salah satu jenis karya sastra yang dijelaskan dalam bentuk tulisan dan berwujud
cerita atau kisah secara singkat, ringkas dan jelas. Cerpen yang biasa disebut juga dengan prosa fiksi, memiliki
isi pengisahan yang hanya terfokus pada satu permasalahan atau konflik. Singkatnya, alur cerita pendek hanya
berpusat pada satu konflik.

Ciri-ciri Cerpen

benlauphotography.com

1. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.


2. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
3. Kebanyakan memiliki isi cerita yang mencerminkan kehidupan sehari-hari.
4. Memiliki tokoh yang lebih sederhana dan tidak mendetail.
5. Bersifat Fiktif.
6. Membacanya tidak membutuhkan waktu berjam-jam, habis dibaca sekali duduk.
7. Kata-katanya mudah sekali dipahami oleh pembaca.
8. Pesan dan kesan yang diberikan sangat mendalam sehingga pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita
tersebut.

Unsur Intrinsik Cerpen


benlauphotography.com

Cerpen memiliki dua unsur pembangun, diantaranya adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Jika diibaratkan sebuah
bangunan, maka unsur intrinsik adalah komponen-komponen bangunan tersebut. Salah satu poin saja hilang,
maka bangunan tersebut akan roboh. Begitupun dengan unsur intrinsik, jika salah satu unsur ini hilang, maka
karya tulis tersebut tidak bisa di sebut sebagai cerpen.

Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang
dan amanat. Berikut penjelasannya:

a. Tema

Tema adalah ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen itu sendiri. Tema inilah yang akan menentukan konflik
dan menjadi ide dasar pengembangan dari seluruh isi cerita pendek. Tema memiliki sifat umum dan general.
Seperti contoh; Pendidikan, romansa, persahabatan dan lain-lain.

b. Tokoh dan Penokohan

personal.psu.edu

Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda dalam penulisan cerpen. Tokoh merupakan pemain atau
orang-orang yang terlibat di dalam cerita tersebut. Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat
tokoh yang ada di dalam cerita.

Ada 3 jenis tokoh yang ditampilkan di dalam cerpen, diantaranya:

Antagonis: Tokoh yang biasanya berperan sebagai tokoh jahat. Tokoh ini akan terlibat konflik  dengan sang
tokoh utama di dalam cerita. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: sombong, angkuh, jahat dan
lain-lain.

Protagonis: Tokoh ini adalah tokoh yang membintangi cerpen tersebut (tokoh utama) tokoh ini biasanya
berprilaku baik.

Tritagonis: Tokoh ini merupakan tokoh pembantu protagonis dan yang nantinya akan menjadi penengah
konflik antara antagonis dan protagonis. Tokoh ini biasanya memiliki sifat penolong dan bijaksana.

Penokohan watak dari 3 tokoh diatas akan disampaikan oleh penulis dengan 2 cara diantaranya:
1. Analitik, yaitu proses penyampaian watak tokoh dengan cara disampaikan langsung oleh penulis.
2. Dramatik, yaitu penokohan yang tersirat. Biasanya disampaikan melalui tingkah laku si tokoh dalam cerita.

c. Alur (Plot)

Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang di sampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada
tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis. Diataranya:

1. Tahap perkenalan.
2. Tahap penanjakan.
3. Tahap klimaks.
4. Anti klimaks
5. Tahap penyelesaian.

Tahap-tahap alur tersebut harus ada dalam sebuah cerita. Tujuannya adalah agar cerita itu tak
membingungkan sang pembaca. Ada 2 jenis alur yang biasanya digunakan oleh para penulis, yaitu:

Alur maju: Alur ini menceritakan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu memunculkan
masalah hingga puncak masalah dan terakhir penyelesaian masalah. Jadi intinya, pada alur maju ditemukan
jalan cerita yang urut seseuai dengan tahapan-tahapannya.

Alur mundur: Di alur ini, penulis menceritakan jalan cerita secara tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan
konflik terlebih dahulu, lalu kemudian menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.

d. Latar

Latar mengacu pada suasana, waktu dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar akan memberikan kesan
konkret pada suatu cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar waktu, tempat dan
suasana.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan ceritanya. Entah
itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan ada beberapa penulis yang menggunakan sudut pandang
orang yang berada di luar cerita.

f. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisanya kepada publik. Entah itu
penggunaan diksinya, majas dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

g. Amanat
socialtalent.co

Amanat (Moral value) adalah pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Di dalam sebuah cerpen,
moral biasanya tidak disebutkan secara tertulis melainkan tersirat dan akan bergantung pada pemahaman
pembaca akan cerita tersebut.

 Unsur Ekstrinsik Cerpen

assets-a2.kompasiana.com

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung
unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:

Latar belakang penciptaan: Latar belakang ini berkaitan dengan tujuan karya sastra cerpen itu dibuat.

Latar belakang sejarah pengarang: Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial sang penulis.
Kondisi masyarakat: Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika cerpen atau karya sastra itu
dibuat.

Unsur psikologis: Unsur ini berkaitan dengan psikologis sang penulis.

Anda mungkin juga menyukai