Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 4 kritik satra

Analisis pendekatan ekspresif dalam


novel “Hujan” karya Tere Liye
Kelompok 4 kritik satra
Nama Kelompok :
1. Zera Novita Ramadani (J1D021012) 7. Atik Rahayu (J1D021042)
2. Fidyana Ariqoh Nur A. (J1D021013) 8. Syadza Almira Wibowo (J1D021045)
3. Diah Nur Amalia (J1D021020) 9. Eline Islamiah (J1D021047)
4. Deta Nur Andini (J1D021024) 10. Aulia Primavinkaning T. (J1D021054)
5. Iqbal Bayu Satrio (J1D021027) 11. Hafid Syafarudin Afattah (J1D021056) 
6. Ilma Ayu Kemilau (J1D021037) 12. Nur Indah (J1D021061)
Pengertian pendekatan ekspresif
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai pernyataan
dunia pengarang. pendekatan penilaian sastra tertuju pada emosi atau
keadaan jiwa pengarang sehingga karya sastra merupakan sarana
untuk memahami keadaan jiwa pengarang.
Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ungkapan
atau luapan atau ungkapan perasaan atau sebagai produk imajinasi
penyair yang beroperasi/berkarya dengan pikiran, perasaan
Latar belakang penulis
Tere Liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979, dan tumbuh dewasa di pedalaman
Sumatera. Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang produktif dan
berbakat, dengan nama asli Darwis. Bagi pencinta novel Tere Liye, pasti tidak asing lagi
nama tere liye. Sebagai salah satu penulis populer Indonesia, Tere Liye telah banyak
menulis novel best seller yang sangat digemari para pembaca khususnya anak muda.
Salah satu nya adalah novel berjudul Hujan. Novel berjudul “Hujan” ini berhasil
diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama pada Januari 2016 lalu. Novel setebal
320 halaman ini, mengambil latar di tahun 2042 hingga 2050 dengan genre science
fiction (sci-fi) yang mengisahkan dunia di masa depan penuh akan kecanggihan
teknologi.
Sinopsis
Berlatar tahun 2042, dunia memasuki era ilmu pengetahuan dan teknologi.
Cerita novel berfokus pada karakter Lail dan Esok sebagai tokoh utama,
keduanya dipertemukan setelah bencana gempa vulkanik terdasyat skala 8 VEI
yang melanda bumi pada tahun tersebut. Efek letusan yang dahsyat membuat
bumi menyisahkan hanya sekitar 10% manusia. Bencana tersebut juga
menghancurkan kota tempat Lail dan Esok tinggal, bahkan merenggung nyawa
keluarga mereka.
Novel hujan mengajak kita berpetualang pada masa saat umat manusia
dihadapkan pada “obat paling keras” yang dapat memusnahkan eksistensinya.
Hujan mengisahkan tentang persahabatan, tentang cinta, tentang melupakan,
tentang perpisahan, dan tentang hujan””
Analisis
Dalam novel Hujan karya Tere Liye, penulis banyak menyampaikan pandangan
hidupnya mengenai nilai moral melalui tokoh Esok dan Lail. Melalui tokoh Esok penulis
menggambarkan sosok yang peduli, tangguh, dan jenius. Serta penulis menyelipkan rasa
kemanusiaan dari kedua tokoh tersebut. Salah satunya Ketika Esok menolong Lail saat akan
terjatuh dari anak tangga menuju permukaan, ketika mereka terjebak di lorong kereta
bawah tanah saat bencana yang menjadi awal cerita dalam novel terjadi.

“…Sebelum Lail benar-benar ikut jatuh, satu tangan meraih tas punggungnya dari atas
lebih dahulu. Anak laki-laki usia lima belas tahun yang tiba duluan berhasil menyambarnya.
“Naik!” anak laki-laki itu berteriak. “Lepaskan aku!” Lail balas berseru. “Naik! Semua
lantai akan jatu.” Anak laki-laki itu lebih dulu cekatan menyeret tubuh Lail, menariknya lari
melintasi lantai ruangan, menendang pintu, persis sebelum lantai ruangan itu ikut runtuh.
Mereka berhasil melompat menyelamatkan diri”.(hlm, 29). Tidak hanya itu Esok juga
mengkhawatirkan Lail ketika hujan asam berbahaya mengguyur kota mereka.
Selain itu Esok sebagai tokoh yang memeiliki otak yang jenius, ia menggunakan
kelebihannya untuk menolong orang banyak. Contohnya, ketika berada di tenda
pengungsian sesaat setelah bencana terjadi, ia berusaha membantu para relawan bencana
dengan berkeliling dan belajar melalui orang-orang dan membantu sebisanya.

“…Lail memutuskan untuk meneladani apa yang dilakukan Esok di tempat pengungsian.
Lail menawarkan diri membantu, mulai terbiasa dengan sekitar. Salah satu petugas dapur
umum menerimanya bekerja, menyuruhnya mencuci piring, alat masak, panci, atau apa pun
yang bisa dia cuci. Diberikan sarung tangan dan sepatu bot, Lail bekerja diantara relawan
laiinya. Esok sudah melalukan itu sejak hari pertama, mulai dari menawarkan membawa
barang-barang, membagikan masker, bercakap-cakap dengan mariner, petugas kesehatan,
dan menguping informasi. Esok adalah murid terbaik di sekolah. Setelah gempa, baginya
stadion itu menjadi tempat belajar dan berpetualang baru.” (hlm, 61).
Sedangkan Lail digambarkan sosok perempuan yang sama tangguhnya dengan Esok.
Lail mampu bangkit meski ia kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam bencana
gunung meletus yang mangakibatkan gempa vulkanik terdasyat skala 8 VEI yang melanda
bumi. Lalil tumbuh menjadi gadis yang baik dan bersahaja . Trauma masa lalu tidak
menjadikannya membenci banyak hal justru mencoba menerima dan memeluk segala rasa
sakit itu dan menjadikan pelarajaran untuk menolong banyak orang. Ia bergabung dan pergi
berpetualang menjadi seorang relawan. Melalui tokoh lail memerikan pandangannya
mengenai feminisme. Penulis menunjukan bahwa perempuan pun mampu, Lail adalah
definisi sosok perempuan yang sangat tangguh yang digambarkan dalam dunia karangan
penulis.

“…Lima puluh kilometer, malam hari, hujan badai, suhu lima derajat celcius. Itu kombinasi
yang menyulitkan. Dua teman baik itu bahu-membahu melintasi jalanan berlumpur. Naik-
turun, berkelok-kelok. Sesekali petir menyambar membuat terang, memberitahu mereka
bahwa mereka berada di tengah hutan lebat.” (hlm, 149).
Konsep keseimbangan dalam novel ini disajikan dengan sangat menarik. Bencana
alam diumpamakan sebagai “obat paling keras" bagi umat manusia. Akobat bencana ini
timbul berbagai konfli akibat dari ambisi rakus manusia dan sifat egoisme. Ketika
manusia tidak mau saling mengalah dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri
hingga akhirnya saling merusak. Penulis membawa kita pada dunia di masa depan,
dunia dimana orang-orang bertindak menakutkan, saling sikut untuk menyelamatkan
diri sendiri dan golongannya.

“…Cepat atau lambat, semua Negara hanya peduli dengan penduduknya masing-
masing. Itu berarti semua Negara pada akhirnya meluncurkan pesawat ulang-alik.
Intervensi itu akan dilakukan di seluruh dunia. Apakah bumi kembali pulih seperti
sebelum gunung meletus, atau dampak buruknya yang terjadi, iklim dunia menjadi
tidak terkendali.” (hlm, 181).
Ungkapan terima kasih diucapkan oleh Lail kepada Esok karena Esok telah
menjemput Lail dengan sepeda sebelum hujan asam turun dan Esok telah
menyelamatkan Lail saat terjadi gempa susulan di tangga darurat kereta bawah tanah,
dapat dilihat bahwa terdapat tindak tutur ekspresif berterimakasih. Berterimakasih berarti
mengucap syukur; melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima
kebaikan

“Terima kasih banyak karena telah menjemputku dengan sepeda itu sebelum
hujan turun. Juga terima ka-sih karena telah memegang tasku kemarin di tangga darurat
kereta.”
 
Karena berlatar waktu masa depan Penulis memiliki pemikiran yang visioner tentang
bagaimana dunia akan berjalan di masa mendatang. Dimana keadaan sosial budaya yang
diangkat penulis adalah kehidupan masyarakat modern pada masa itu. Novel Hujan banyak
menunjukkan pandangan penulis mengenai teknologi.

“…Tapi kamu tidak usah cemas, Lail. Teknologi selalu bisa mengatasi masalah apa
pun. Ilmuwan-ilmuwan terkemuka di dunia sedang menyiapkan rencana alternatif. Kita
pasti bisa menaklukan semua masalah yang datang, sepanjang kita terus bekerja keras”
(hlm, 181).
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Cerita novel berfokus pada karakter Lail dan Esok sebagai tokoh utama,
persahabatan keduanya dimulai sejak bencana gunung meletus pada tahun
tersebut. Melalui tokoh Lail penulis memberikan pandangannya kepada pembaca
mengenai feminisme. Penulis menunjukan bahwa perempuan pun mampu, Lail
adalah sosok perempuan yang sangat tangguh.Sedangkan Esok merupakan
seorang Jenius dan gemar membantu. Dengan kehadirannya penulis seolah-olah
ingin menunjukkan sosok tokoh yang dibutuhkan di masa sekarang. Tokoh yang
tidak hanya cerdas namun juga memiliki nilai moral yang tinggi.
Saran :
Dengan cerita yang begitu menegangkan lalu diakhiri dengan kondisi
lingkungan ekstrem berupa panas tinggi, akan lebih menyenangkan jika pembaca
diberi sekuelnya. Alur cerita juga begitu cepat karena dalam 320 halaman Lail dan
Esok sudah 15 tahun berteman, jika detail-detail selama pertemanan mereka lebih
banyak diberikan pembaca dapat lebih mampu menggambarkan dalam benak.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai