Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KRITIK SASTRA

Analisis Pendekatan Ekspresif Pada Novel “Hujan” Karya Tere Liye

Disusun Oleh:
Zera Novita Ramadani J1D021012
Fidyana Ariqoh Nur As'ad J1D021013
Diah Nur Amalia J1D021020
Deta Nur Andini J1D021024
Iqbal Bayu Satrio J1D021027
Ilma Ayu Kemilau J1D021037
Eline Islamiah J1D021042
Atik Rahayu J1D021047
Aulia Primavinkaning Tyas J1D021054
Hafid Syafarudin Afattah J1D021056
Nur Indah J1D021061
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karya sastra tidak pernah bermula dari kekosongan sosial (Hardjana, 1991: 71).
Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan
menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya. Sastra merupakan
karangan yang baik untuk melukiskan sesuatu tentang kehidupan manusia yang penuh
dengan nilainilai. Salah satu karya sastra yang dapat dikaji dalam pembelajaran sastra, yaitu,
novel. Novel akan menjadi sangat penting keberadaannya sebagai media penyampai pesan
dan nilai yang terkandung dalam sebuah novel. Nilai yang terkandung dalam sebuah novel
tidak hanya berupa nilai sosial namun juga memuat nilai pendidikan, nilai religius dan nilai
budaya, karya sastra yang merupakan cerminan keaadan realita kehidupan.
Novel karya Tere Liye. Novel hujan karya Tere Liye menggambarkan sikap sosial
yang diperlihatkan oleh tokoh dalam cerita seperti saling menghormati, saling tolong
menolong, kasih sayang, serta peduli terhadap sesama. Perilaku sosial berupa sikap seseorang
terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain. Novel
Hujan karya Tere Liye ini mendapat respon positif di kalangan pencinta novel, terbukti
dengan sudah banyaknya resensi terkait novel tersebut. Novel Hujan karya Tere Liye berlatar
Bumi pada tahun 2050, dengan kemajuan teknologi yang sangat canggih dan populasi
manusia mencapai 10 Miliar banyaknya. Jumlah manusia yang begitu padat ini, mereka
kehabisan cara untuk menghentikan pertumbuhan populasi manusia. Pada saat lahirnya bayi
yang kesepuluh miliar itu terjadi gempa bumi yang teramat dahsyat sehingga menyapu rata
kota-kota, tapi pasca peristiwa itupun. teknologi masih terbilang canggih.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis pendekatan Ekspresif pada novel Hujan karya tere liye?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan hasil analisis novel Hujan karya Tere Liye melalui pendekatan ekspresif
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat
teoretisdiperoleh dari hasil penelitian ini adalah Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai konsepdan teori pengajaran sastra. Baik bagi mahasiswa ataupun guru bidang studi
bahasa dan sastraIndonesia. Serta untuk membawa khususnya mahasiswa program studi
bahasa dan sastraIndonesia terhadap nilai sosial. Secara praktis Hasil penelitian ini
memberikan deskripsi tentangnilainilai sosial dalam novel Hujan karya Tere Liye. Secara
praktis hasil penelitian ini dapatdijadikan sebagai bacaan, dan bahan diskusi dalam
mengapresiasi sastra pada sanggar-sanggarsastra oleh mahasiswa ataupun guru. Penelitian ini
dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahaun di bidang sastra, khususnya bagi mahasiswa
program studi bahasa dan sastraIndonesia agar dapat menggugah untuk meneliti sastra dari
segi lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai pernyataan dunia batin pengarang.
Dengan demikian apabila segala gagasan, cita, rasa, emosi, ide, angan-angan merupakan
dunia dalam pengarang, maka karya sastra merupakan dunia luar yang bersesuaian dengan
dunia dalam itu.
Dengan pendekatan ini penilaian sastra tertuju pada emosi atau keadaan jiwa
pengarang sehingga karya sastra merupakan sarana untuk memahami keadaan jiwa
pengarang.
Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ungkapan
atau luapan atau ungkapan perasaan atau sebagai produk imajinasi penyair yang
beroperasi/berkarya dengan pikiran, perasaan. Kritik cenderung menimbang karya sastra
dengan kelembutan, keaslian, atau bakat penyair. visi atau suasana hati pribadi; dan
seringkali kritik ini mencari literatur untuk fakta-fakta tentang karakter dan pengalaman
tertentu dari penulis,
baik secara sadar atau tidak diungkapkan dalam karya. Menurut Abrams (1981, hlm. 189),
pendekatan ekspresif adalah
pendekatan yang mengkaji ekspresi perasaan atau tempramen pengarang, sedangkan
pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan pada upaya penulis atau
penyair untuk mengungkapkan gagasannya. dalam karya sastra.
Pendekatan kritis ekspresif ini menekankan pada penyair dengan mengungkapkan
atau mengubur semua pikiran, perasaan, dan pengalaman pengarang saat ia melalui proses
penciptaan sebuah karya sastra. Pengarang hanya mengelolanya di luar subjektivitasnya,
bahkan ada yang menganggapnya arbitrer, kreatif untuk menghasilkan sebuah karya yang
baik dan bermakna. Kritikus ekspresif meyakini bahwa pengarang
(pengarang) karya sastra merupakan unsur utama yang menyatukan pikiran, persepsi, dan
perasaan dalam karya sastra.
B. Latar Belakang Penulis
Tere Liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979, dan tumbuh dewasa di pedalaman
Sumatera.Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang produktif dan
berbakat, dengan nama asli Darwis. Nama Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India yang
memiliki arti “untukmu”. Sebelum diketahui memiliki nama asli Darwis, tidak banyak yang
tahu mengenai biodata atau biografi singkat dari Tere Liye. Bahkan di halaman belakang
setiap novelnya juga tidak terdapat keterangan mengenai sang Penulis.
Bagi pecinta novel Tere Liye, pasti tidak asing lagi nama tere liye. Sebagai salah satu
penulis populer Indonesia, Tere Liye telah banyak menulis novel best seller yang sangat
digemari para pembaca khususnya anak muda. Salah satu nya adalah novel berjudul Hujan.
Novel berjudul “Hujan” ini berhasil diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka
Utama pada Januari 2016 lalu. Novel setebal 320 halaman ini, mengambil latar di tahun 2042
hingga 2050 dengan genre science fiction (sci-fi) yang mengisahkan dunia di masa depan
penuh akan kecanggihan teknologi. Dengan kata lain, pesan manusia pun tergantikan dengan
adanya keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir tersebut. novel ini
menceritakan kisah persahabatan menjadi cinta antara tokoh Lail dan Esok dengan latar
waktu tahun 2042 hingga 2050. Karena kisahnya yang tidak biasa, novel ini berhasil
memperoleh rating 4,38 dari 5 di situs buku Goodreads.

C. Sinopsis
Berlatar tahun 2042, dimana dunia telah memasuki era peran manusia yang tergantkan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Cerita noverl berfokus pada karakter Lail dan Esok
sebagai tokoh utama, keduanya dipertemukan setelah bencana gunung meletus pada tahun
tersebut. Efek letusan yang dahsyat membuat bumi menyisahkan hanya sekitar 10% manusia.
Bencana tersebut juga menghancurkan kota tempat Lail dan Esok tinggal, bahkan
merenggung nyawa keluarga mereka.
Sejak kejadian Esok menolong Lail, hubungan mereka menjadi dekat layaknya
seorang adik dan kakak dan adik. Namun setelah beberapa waktu bencana terjadi mereka
harus terpisah karena Esok harus ikut keluarga angkatnya sedangkan Lail melanjutkan hidup
tinggal di Panti asuhan. Meskipun tinggal terpisah, Lail dan Esok tetap saling berhubungan
dan sering bertemu beberapa bulan sekali. Lama-kelamaan benih-benih cinta tumbuh di hati
Lail, ia menyimpan perasaan suka kepada Esok. Lail menyimpan rapat-rapat perasaanya
terhadap Esok, tanpa mengetahui apakah Esok pun merasakan hal yang sama.
Esok merupakan sosok pemuda yang jenius, ia berhasil masuk perguruan tinggi
ternama dengan beasiswa bahkan tergabung dalam suatu proyek penting bersama perwakilan
dari Negara-negara di dunia. Proyek tersebut merupakan proyek kapal luar angkasa yang
akan membawa penduduk bumi menghindari bencana dahsyat yang akan melanda bumi
kelak. Sayangnya tidak semua penduduk bumi bisa pergi, karena yang pemilihan tersebut
dilakukan secara acak. Esok sendiri sudah memiliki dua tiket untuk ikut dalam kapal luar
angkasa tersebut, dirinya diharuskan untuk ikut karena ia merupakan orang yang mengerti
dan bisa menjalankan pesawat luar angsa tersebut.
Dari sinilah klimaks cerita terjadi, Lail bukan salah satu penerima tiket tersebut. Ia
pun sebenarnya tidak terlalu memperdulikan tiket untuk meninggalkan bumi itu. Ia hanya
butuh kepastian dari Esok. Kesalahpahaman terjadi ketika orang tua angkat Esok yang
seorang wali kota berkata kepada Lail bahwa esok telah memberikan salah satu tiketnya
kepada anaknya yaitu Claudia. Kesalahpahaman diperparah dengan Esok yang tidak ada
kabar bahkan sehari menjelang pesawat luar angkasa akan terbang. Lail yang merasa kacau
memustuskan masuk ke ruangan modifikasi ingatan untuk menghapus segala ingatan
buruknya termasuk ingatan tentang Esok. Lai tidak mengetahui bahwa Esok menghilang
karena tengah melakukan proses pemindahan data dari otaknya ke komputer sehingga ia tetap
dapat tinggal di bumi bersama Lail.
Saat mengetahui Lail tengah berapa di ruangan modifikasi ingatan, Esok dengan
panik berusaha menghentikan Lail, namun semuanya sia-sia karena pintu ruangan akan
secara otomatis tertutup ketika proses modifikasi ingatan telah dimulai dan hanya akan
terbuka ketika proses telah selesai. Ketika Esok berada di ujung keputusasaan, saat itulah Lail
keluar dari ruangan. Pada akhirnya Lail tidak melupakan Esok. Mesin modifikasi ingatan
tidak menghapus apapun dari ingatan Lail. Karena pada detik-detik terakhir Lail memutuskan
untuk memeluk segala ingatan buruk dalam hidupnya. Ia menghargai segala momen dari
hidupnya sebagai kenangan yang membahagiakan baik itu rasa sakit.
D. Analisis
Dalam novel Hujan karya Tere Liye, penulis banyak menyampaikan pandangan
hidupnya mengenai nilai moral melalui tokoh Esok dan Lail. Melalui tokoh Esok penulis
ingin memberikan gambaran seorang tokoh yang peduli, tangguh, dan jenius. Penulis
menyelipkan rasa kemanusiannya melalui kedua tokoh tersebut. Dalam dunia Esok semua
adalah sama, semua nyawa sama pentingnya. Rasa kemanusiaan tersebut digambarkan
penulis dalam novel salah satunya ketika Esok menolong Lail saat akan terjatuh dari anak
tangga menuju permukaan, ketika mereka terjebak di lorong kereta bawah tanah saat bencana
yang menjadi awal cerita dalam novel terjadi. Berikut kutipannya:
“…Sebelum Lail benar-benar ikut jatuh, satu tangan meraih tas punggungnya dari atas
lebih dahulu. Anak laki-laki usia lima belas tahun yang tiba duluan berhasil menyambarnya.
“Naik!” anak laki-laki itu berteriak. “Lepaskan aku!” Lail balas berseru. “Naik! Semua lantai
akan jatu.” Anak laki-laki itu lebih dulu cekatan menyeret tubuh Lail, menariknya lari
melintasi lantai ruangan, menendang pintu, persis sebelum lantai ruangan itu ikut runtuh.
Mereka berhasil melompat menyelamatkan diri”.(hlm, 29).
Esok adalah sosok anak lima belas tahun yang menolong Lail. Tidak hanya itu, di lain
kesempatan Esok kembali menolong Lail. Yaitu ketika hujan asam yang berbahaya
mengguyur kota mereka. Esok dengan panik mencari keberadaan Lail, takut-takut gadis kecil
tersebut terkena air hujan asam dan tidak menyadarinya. Berikut kutipannya:
“…Dia ingin menemani ibunya yang berada di bawah sana. Lagi pula hujan akan
turun. Dia selalu suka hujan, bermain di bawah tetesnya, basah. “Ikut aku sekarang, Lail”.
Esok memaksa, menarik lengan Lail. Lail melawan, tidak mau. Tetes hujan mulai banyak.
Esok menggeram panik. “Ini bukan hujan biasa, Lail. Ini hujan asam. Dengan besarnya
letusan gunung kemarin, kadar asamnya sangat pekat. Tanaman meranggas, semen
terkelupas, bebatuan retak. Ini hujan mematikan. Kamu bisa menderita penyakit seius jika
terkena air hujannya. Wajah melepuh, rambut rontok.” Esok tidak peduli Lail berteriak
marah. Dia menarik paksa Lail. Tidak ada lagi waktu” (hlm, 54-55).
Sebagai seseorang yang memiliki otak jenius, Esok menggunakan kelebihannya untuk
hal-hal yang positif, hal-hal yang mampu menyelamatkan orang banyak. Contohnya ketika
berada di tenda pengungsian sesaat setelah bencana terjadi, ia berusaha membantu para
relawan bencana dengan berkeliling dan belajar melalui orang-orang dan membantu
sebisanya. Melalui toko Esok penulis seolah-olah ingin menunjukkan sosok tokoh yang
dibutuhkan di masa sekarang. Tokoh yang tidak hanya cerdas namun juga memiliki nilai
moral yang tinggi.
“…Lail memutuskan untuk meneladani apa yang dilakukan Esok di tempat
pengungsian. Lail menawarkan diri membantu, mulai terbiasa dengan sekitar. Salah satu
petugas dapur umum menerimanya bekerja, menyuruhnya mencuci piring, alat masak, panci,
atau apa pun yang bisa dia cuci. Diberikan sarung tangan dan sepatu bot, Lail bekerja
diantara relawan laiinya. Esok sudah melalukan itu sejak hari pertama, mulai dari
menawarkan membawa barang-barang, membagikan masker, bercakap-cakap dengan
mariner, petugas kesehatan, dan menguping informasi. Esok adalah murid terbaik di sekolah.
Setelah gempa, baginya stadion itu menjadi tempat belajar dan berpetualang baru.” (hlm, 61).
Sedang pada Lail, penulis menunjukan sosok perempuan yang sama tangguhnya
dengan Esok. Lail bisa bangkit meski ia telah kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam
bencana gunung meletus yang mangakibatkan gempa vulkanik terdasyat skala 8 VEI yang
melanda bumi. Lail tumbuh menjadi gadis yang baik dan bersahaja. Trauma masa lalu tidak
menjadikannya membenci banyak hal, ia justru mencoba menerima dan memeluk segala rasa
sakit itu. Menjadikannya pelajaran untuk menolong banyak orang. Lail bergabung dalam
organisasi relawan beberapa tahun setelah bencana terjadi. Dua tahun sejak bencana gunung
meletus, secara umum kondisi dunia masih buruk, seluruh area diklasifikasikan menjadi
sektor-sektor tertentu. Sektor dengan kota-kota yang pulih dengan cepat, hingga sektor kota-
kota yang terisolasi dengan kondisi yang memprihatinkan, sebagian bahkan makin
memburuk. Lail memutuskan menjadi bagian dari orang-orang yang bergerak membantu.
Bersama sahabat karibanya yaitu Maryam, Lail pergi berpetualang menjadi seorang relawan.
Melalui tokoh Lail penulis memberikan pandangannya kepada pembaca mengenai
feminisme. Penulis menunjukan bahwa perempuan pun mampu, Lail adalah sosok perempuan
yang sangat tangguh. Untuk masuk organisasi relawan bukanlah perkara yang mudah.
Latihan fisik yang berat harus di lalaui untuk dapat lolos tahap seleksi. Lail dan Maryam
menjadi sedikit dari para pendaftar yang lolos, anggota termuda. Penulis membawa dunianya
pada dunia yang seimbang, dunia yang memandang gender bukanlah suatu batasan dan
hambatan. Penulis bahkan mengisahkan aksi heroik Lail dan Maryam ketika menyelamatkan
kota di hilir sungai dari ancaman banjir bandang akibat bendungan yang jebol. Lail dan
Maryam berlari sejauh 50 KM di tengai hujan badai. Berikut kutipannya:
“…Lima puluh kilometer, malam hari, hujan badai, suhu lima derajat celcius. Itu
kombinasi yang menyulitkan. Dua teman baik itu bahi-membahu melintasi jalanan
berlumpur. Naik-turun, berkelok-kelok. Sesekali petir menyambar membuat terang,
memberitahu mereka bahwa mereka berada di tengah hutan lebat.” (hlm, 149).
Selanjutnya adalah konsep keseimbangan alam yang penulis usung dalam novel
Hujan ini. Penulis menyajikan kisah yang epik bagaimana alam melakukan penyeimbangan.
Bencana alam penulis tulis sebagai “obat paling keras” bagi umat manusia. Penulis
menggambarkan bagaimana kedudukan manusia dihadapan alam. Berikut kutipannya:
“…Saat ini manusia seringkali merasa berkuasa di atas muka bumi, merasa sebagai
spesies paling unggul, tapi mereka sebenarnya dalam posisi sangat lemah saat berhadapan
dengan kekuatan alam.” (hlm, 18).
Selain nilai moral, penulis juga menyuguhkan kisah mengenai ambisi rakus manusia
dan sifat egoisme. Ketika manusia tidak mau saling mengalah dan hanya memikirkan
kepentingan diri sendiri hingga akhirnya saling merusak. Penulis membawa kita pada dunia
di masa depan, saat orang-orang bertindak menakutkan, saling sikut untuk menyelamatkan
diri sendiri dan golongannya. Selain itu, di dalam novel penulis juga mengisahkan
kebobrokan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan. Sama halnya dengan di dunia
nyata, dewasa ini para pemegang kekuasaan seperti tidak memikirkan dampak besar atas
tindakan-tindakan serta kebijakan yang mereka ambil. Tere Liye sebagai pengarang memang
terkenal sebagai penulis yang gencar mengkritisi kerja para pegawai pemerintah. Tidak
mengherankan jika di dalam novel-novelnya, ia banyak memberikan satir kepada para elite
politik melalui cerita-cerita fiktif yang mirip dengan realita.
Di dalam novel Hujan kekacauan dan ambisi rakus manusia penulis gambarkan pada
bagian saat dampak pasca bencana terjadi, peruabahan iklim dunia menghantui umat
manusia. Sebagain negara-negara banyak mengalami kekeringan ekstrim sedang sebagian
lagi mengalami musim dingin yang tak berkesudahan. Seperti sudah menjadi sifat dasar
manusia, saat keberlangsungan hidupnya terancam maka sifat individualis dan egois akan
timbul untuk mempertahankan eksistensi mereka. Kutipan yang mendukung penjelasan
tersebut adalah sebagai berikut:
“…Cepat atau lambat, semua Negara hanya peduli dengan penduduknya masing-
masing. Itu berarti semua Negara pada akhirnya meluncurkan pesawat ulang-alik. Intervensi
itu akan dilakukan di seluruh dunia. Apakah bumi kembali pulih seperti sebelum gunung
meletus, atau dampak buruknya yang terjadi, iklim dunia menjadi tidak terkendali.” (hlm,
181).
Dari kutipan di atas menunjukan sifat egois manusia kala mereka di hadapkan pada
situasi antara hidup dan mati. Semua akan merasa melakukan hal yang benar meski harus
membahayakan pihak lain.
Selain itu, dalam novel Hujan cerita berlatar masa depan yaitu pada tahun 2042
sehingga keadaan sosial budaya yang diangkat penulis adalah kehidupan masyarakat modern
di masa mendatang. Dimana pada masa tersebut, tenaga manusia telah tergantikan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kehidupan sehari-hari telah banyak dibantu dan dipermudah
dalam segala aspek melalui kecanggihan teknologi. Penulis memiliki pemikiran yang visioner
tentang bagaimana dunia akan berjalan di masa depan. Novel Hujan banyak menunjukkan
pandangan penulis mengenai teknologi. berikut kutipannya:
“…Tapi kamu tidak usah cemas, Lail. Teknologi selalu bisa mengatasi masalah apa
pun. Ilmuwan-ilmuwan terkemuka di dunia sedang menyiapkan rencana alternatif. Kita pasti
bisa menaklukan semua masalah yang datang, sepanjang kita terus bekerja keras” (hlm, 181).
Ungkapan terima kasih diucapkan oleh Lail kepada Esok karena Esok telah
menjemput Lail dengan sepeda sebelum hujan asam turun dan Esok telah menyelamatkan
Lail saat terjadi gempa susulan di tangga darurat kereta bawah tanah, dapat dilihat
bahwa terdapat tindak tutur ekspresif berterimakasih. Berterimakasih berarti mengucap
syukur; melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan.
Berikut kutipannya:
“Terima kasih banyak karena telah menjemputku dengan sepeda itu sebelum hujan
turun. Juga terima ka-sih karena telah memegang tasku kemarin di tangga darurat kereta.”
BAB III

A. Kesimpulan
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai pernyataan dunia batin pengarang.
Dengan pendekatan ini penilaian sastra tertuju pada emosi atau keadaan jiwa pengarang
sehingga karya sastra merupakan sarana untuk memahami keadaan jiwa pengarang. Novel
hujan diterbitkan tahun 2016 oleh Darwis atau lebih dikenal dengan Tere Liye. Memliki tebal
320 halaman, novel ini mengambil latar di tahun 2042 hingga 2050. Mengusung genre
science fiction (sci-fi) yang mengisahkan dunia di masa depan penuh akan kecanggihan
teknologi, novel ini menghadirkan pesan manusia yang tergantikan dengan adanya
keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.
Cerita novel berfokus pada karakter Lail dan Esok sebagai tokoh utama, persahabatan
keduanya dimulai sejak bencana gunung meletus pada tahun tersebut. Efek letusan yang
dahsyat membuat bumi menyisahkan hanya sekitar 10% manusia. Bencana tersebut juga
menghancurkan kota tempat Lail dan Esok tinggal, bahkan merenggung nyawa keluarga
mereka.
Melalui tokoh Lail penulis memberikan pandangannya kepada pembaca mengenai
feminisme. Penulis menunjukan bahwa perempuan pun mampu, Lail adalah sosok perempuan
yang sangat tangguh.Sedangkan Esok merupakan seorang Jenius dan gemar memnbantu.
Dengan kehadirannya penulis seolah-olah ingin menunjukkan sosok tokoh yang dibutuhkan
di masa sekarang. Tokoh yang tidak hanya cerdas namun juga memiliki nilai moral yang
tinggi.
Novel Hujan berlatar masa depan yaitu pada tahun 2042 sehingga keadaan sosial
budaya yang diangkat penulis adalah kehidupan masyarakat modern di masa mendatang.
Dimana pada masa tersebut, tenaga manusia telah tergantikan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi
B. Saran
Dengan cerita yang begitu menegangkan lalu diakhiri dengan kondisi lingkungan
ekstrem berupa panas tinggi, akan lebih menyenangkan jika pembaca diberi sekuelnya. Alur
cerita juga begitu cepat karena dalam 320 halaman Lail dan Esok sudah 15 tahun berteman,
jika detail-detail selama pertemanan mereka lebih banyak diberikan pembaca dapat lebih
mampu menggambarkan dalam benak.
DAFTAR PUSTAKA
Liye, Tere. (2016). Hujan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dwi Jayanti, Memmy. (2020). Pendekatan Ekspresif dan Objektif dalam Novel 'Mencari
Perempuan yang Hilang".Jurnal Bahasa, Seni dan Pengajaran,4(1),83-86.

Anda mungkin juga menyukai