Atik Rahayu
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman
rahayuatik13@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa pada anak
usia 2 tahun 5 bulan. Pemerolehan anak usia 2,5 tahun dikaji pada tataran fonologi, dan
sintaksis. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. kualitatif Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah obserasi dengan teknik simak libat cakap.
Data dalam penelitian ini adalah tuturan anak usia 2 tahun 5 bulan. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam mennganalisis data antara lain: mengamati ujaran yang
dilontarkan subjek; hasil pengamatan kemudian dicatat dan ditranskripsikan; melakukan
pengumpulan data yang kemudian diproses; dan menarik suatu kesimpulan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pada tataran fonologi, subjek belum dapat
mengujarkan fonem /r/, /s/, /n/, /i/ dan /b/. Pada tataran sintaksis, peneltiti menemukka
subjek penelitian telah mampu mengujarkan empat jenis kalimat, yaitu kalimat
deklaratif, interogatif, imperatif, dan eksklamatif. Kata yang dikuasai merupakan kata
yang dekat dengan lingkungan anak.
Kata Kunci: Pemerolehan Bahasa Anak; Fonologi; Sintaksi
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia. Bahasa menjadi kebutuhan
yang paling mendasar yang dibutuhkan manusia. Bahasa adalah suatu alat komunikasi
baik itu berbentuk lisan, tulisan, maupun isyarat yang berasal pada satuan simbol atau
lambang. Menurut Chaer bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer
berdasarkan kesepakatan masyarakat penutur asli bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dan bekerja sama. Bahasa sebagai suatu alat komunikasi dapat dibagi
kembali menjadi satuan-satuan unit tataran yang lebih kecil dan spesifik, yakni fonem,
morfem, kata, dan kalimat. Bahasa memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan
sehari-hari khususnya di masyarakat. Setiap individu memerlukan bahasa agar dapat
terhubung antara satu sama lain atau saling berkomunikasi atau bersosialisasi dengan
individu lain. Dengan adanya bahasa, orang akan mampu untuk saling memahami,
menghargai, dan berinteraksi dengan sesamanya. Kita dapat memahami maksud dan arti
perkataan orang lain dengan baik melalui bahasa.
Bahasa diperoleh anak sejak ia pertama kali terlahir kedunia. Pemerolehan
bahasa merupakan proses alamiah yang dialami oleh individu selama masa
perkembangan bahasanya. Pemerolehan bahasa merupakan proses amat panjang yang
akan dilalui anak sejak ia belum mengenal bahasa hingga ia fasih dalam menuturkan
bahasa. Proses pemerolehan bahasa anak dimulai ketika ia mulai bersentuhan langsung
dengan bahasa, dalam proses ini anak mulai menyerap bahasa pertama mereka atau
yang lebih dikenal dengan bahasa ibu (native language). Chaer dan Agustina
menjelaskan bahwa bahasa ibu merupakan suatu sistem bahasa yang pertama kali
dipelajari oleh anak secara natural yang berasal dari bahasa orang tuanya maupun
keluarga yang membesarkannya. Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang anak
kuasai yang dihasilkan akibat interaksi seorang anak dengan keluarganya maupun
lingkungan masyarakat disekitar anak tinggal. Anak akan mempereloh bahasa lain atau
yang lazim disebut dengan bahasa kedua setelah mereka mendapatkan bahasa ibu
sebagai bahasa pertama mereka, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial
anak dalam tumbuh kembangnya, akan masuk berbagai khazanah pengetahuan baru
termasuk dalam bidang bahasa.
Seorang anak tidak serta merta akan secara tiba-tiba mampu menguasai bahasa
dengan sempurna termasuk dalam kaidah-kaidah kebahasaannya. Proses pemerolehan
bahasa anak terjadi melalui tahapan yang diperlukan sampai anak mampu berbahasa
secara fasih, yaitu saat tuturan anak mampu dipahami dan memahami ketika ia
berkomunikasi dengan lawan tutur, serta ketika anak telah pada tahap mampu
memahami dengan baik kaidah dan tata bahasa pertamanya. Yogatama menyatakan
bahawa pemerolehan bahasa pertama anak sangat erat kaitannya dengan perkembangan
sosial mereka dan pembentukan identitas kemasyarakatan mereka. Mempelajari sebuah
bahasa yaitu bahasa pertama sama halnya dengan proses perkembangan anak untuk
menjadi anggota suatu masyarakat. Menurut Tarigan (Tarigan, 1988), pemerolehan
bahasa merupakan proses kepemilikan penguasaan berbahasa, baik pemahamannya
maupun pengungkapan secara naluriah, dimana dalam hal ini proses pemerolehan
bahasa tidak melalui proses pembelajaran secara resmi. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Darjowidjojo (Dardjiwidjojo, 2003), yang menyatakan bahwa proses
pemerolehan bahasa merupakan proses anak memperoleh bahasa secara natural ketika
anak mempelajari bahasa ibu atau bahasa pertama mereka.
Proses pemerolehan bahasa anak berjalan secara berkesinambungan, berawal
dari satu-kesatuan ujaran kecil yang kemudian berkembang secara kompleks. Dimulai
dari ujaran-ujaran sederhana seperti kata hingga mereka mampu menyusun dan
menggabungkan kata menjadi suatu ujaran berarti berupa kalimat yang lebih rumit.
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa, apabila pemerolehan bahasa
didapatkan anak secara alami, tanpa disengaja melalui interaksi mereka dengan bahasa
itu sendiri, berbeda dengan pembelajaran bahasa yang prosesnya lebih bersifat formal
dan lebih mendalam termasuk di dalamnya mempelajari mengenai kaidah-kaidah
kebahasaan. Pemerolehan bahasa pada anak merupakan suatu proses yang luar biasa.
Itulah mengapa telah banyak dilakukan berbagai penelitian pada rentang dekade ini
untuk meniliti proses konkret pemerolehan bahasa pada anak. Pun perlu kita ketahui,
bahwa pemerolehan bahasa pada anak merupakan suatu proses yang bayak ditentukan
dari hubungan rumit dimensi-dimesi kematangan kognitif, biologis, dan sosial.
Menurut Dajdjowidjojo (2000) saat anak berusia satu tahun, mereka mulai
mampu mengujarkan satu kata. Pada usia ini anak mulai mengujarkan kata sederhana
yang ia peroleh dari lingkungan sekitarnya, namun kadang kala ujaran tersebut masih
terdengar tidak jelas. Orang tua harus mampu memahami arti dari ujaran sang anak,
yang mungkin kadang sukar dimengerti. Darjdowidjojo berpendapat, seorang anak
dikatakan mampu mengusai kata pertamanya, ketika kata tersebut merupakan kata yang
umum diketahui dan merujuk pada suatu objek. Contoh ketika anak mulai mampu
memangil orang tua mereka seperti ujaran ‘pah’ yang merujuk pada kata ‘papah atau
‘mah’ yang merujuk pada kata ‘mamah’.
Pada usia dua tahun anak mulai dapat menuturkan dua kata atau lebih, mereka
juga telah mampu merespon lawan bicaranya, serta masuk dalam percakapan singkat
(Dajdjowidjojo 2000). Kendati demikian, lingkungan juga mempengaruhi kemampuan
berbahasa anak. Anak yang rutin terpapar atau diberikan stimulus berupa ujaran-ujaran
cenderung lebih cepat menguasai banyak perbendaharaan kata. Maka pada usia 2-3
tahun keterampilan berbahasa anak dapat semakin luar biasa. Pada akhir tahap ini, anak
mulai mampu bertanya dan meminta sesuatu. Selain keterampilan menuturkan dua kata,
pada tahap ini anak juga mampu menuturkan kombinasi informasi lama dan baru yang
mereka dapatkan, kreativitas anak dalam berbahasa akan mulai semakin nampak.
Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana proses pemerolehan bahasa pada
anak usia 2 tahun 5 bulan. Menurut teori kognitif Jean Piaget pada usia 2 tahun anak
telah berada pada tahap operasional, yaitu selama periode tersebut anak telah mampu
berpikir pada tahap simbolik tetapi belum menggunakan operasi kognitif, yang berarti
anak belum bisa menggunakan logika mereka atau mengubah, memisahkan, maupun
menggabungkan ide atau gagasan. Melalui penelitian ini, penulis ingin meneliti lebih
lanjut mengenai pemerolehan bahasa anak pada usia 2,5 tahun dalam tataran fonologi,
sintaksis, dan semantik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
pemerolehan bahasa pada anak usia 2 tahun 5 bulan. Sudah banyak penelitian terdahulu
terkait dengan pemerolehan bahasa pada anak usia 2 tahun, salah satunya penelitian
yang dilakukan oleh Prima Gusti Yanti (2016) dengan judul Pemerolehan Bahasa
Anak: Kajian Aspek Fonologi Pada Anak Usia 2-2,5 Tahun. Pada penelitian terdahulu,
Prima hanya berfokus pada pemerolehan bahasa anak dalam tataran kajian fonologi
saja. Adanya peneltiian terdahulu memotivasi penulis untuk melakukan penelitian
lanjutan. Melalui penelitian ini, penulis akan meneliti pemerolehan bahasa anak usia 2
tahun pada tataran fonologi dan sintaksis. Diharapakan dapat ditemukan temuan-temuan
baru terkait dengan pemerolehan bahasa anak pada usia 2 tahun 5 bulan.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Menurut Nazir (2011) metode deskriptif merupakan metode yang
digunakan untuk meneliti suatu kelompok manusia, subjek, atau pemikiran pada masa
sekarang. Metode deskriptif ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data,
mendeskripsikan data, menganalisis, sampai pada tahap menyimpulkan sebagai jawaban
dari rumusan masalah penelitian. Metode deskriptif dipilih karena metode ini sangat
cocok digunakan, guna mmberikan gambaran secara cermat terkait hasil penelitian.
Kemudian, menurut Rukajat (2018: 4) berpendapat bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang hasil akhirnya tidak didapat melalui proses kuantitatif,
perhitungan statitik, atau cara lain yang menggunakan angka sebagai pengukurannya.
Selain itu, penelitian kualitatif juga tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga
pada proses penelitian.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah ujaran dari subjek
penelitian yang kemudian ditranskripsikan. Subjek dari penelitian ini merupakan anak
bernama Gala Sky Ardiansyah yang merupakan putra dari pasangan artis, mendiang
Vanessa angel dan Bibi Ardiansyah. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati
anak yang menjadi subjek penelitian melalui video-video dari kanal youtube yang
diunggah oleh akun Youtube Fuji an. Penelitian ini menggunakan teknik simak libat
cakap. Peneliti menyimak ujaran yang diucapkan subjek. Data dicatat dan dikumpulkan
dengan cara mengamati dan memahami bahasa yang diujarkan subjek penelitian.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mennganalisis data antara lain: mengamati
ujaran yang dilontarkan subjek; hasil pengamatan kemudian dicatat dan
ditranskripsikan; melakukan pengumpulan data yang kemudian diproses; dan menarik
suatu kesimpulan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terkait pemerolehan bahasa pada anak usia 2,5
tahun, dapat disimpulkan pada tataran fonologi didapatkan bahwa anak suai 2,5 tahun
masih belum mampu mengujarkarkan fonem /l/, /b/, /n/, /s/, dan /r/ dengan benar. Anak
usia 2,5 tahun mengujarkan fonem /l/ menjadi /w/, fonem /b/ menjadi /w/,fonem /n/
menjadi /ŋ/, fonem /s/ menajadi /c/, fonem /r/ menjadi /y/. Kemudian, pada tataran
sintaksis didapatkan hasil bahwa anak usia 2,5 tahun telah mampu mengucapkan
sebanyak empat jenis kalimat, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan
ekslamatif. Kalimat yang paling sering diucapkan anak usia 2,5 tahun adalah kalimat
deklaratif karena pada usia tersebut, anak lebih sering mengekspresikan atau
menuturkan apa yang dia alami dan rasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research
Approach). Yogyakarta: Deepublish.
Johan, Mhd. (2016). Gangguan Pelafalan Fonem Terhadap Anak-Anak (Balita) Suatu
Kajian: Neurolinguistik: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4 (2). 71-80.
Diakses 3 Desember 2022.
Ulman, Sonia dkk. (2021). Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia 2 Tahun Dilihat dari
Aspek Fonologi: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia, 4 (2). 55-65. Diakses
3 Desember 2022.
Nurdianti, Ika. (2018). Bentuk Tuturan Imperatif Pada Terjemahan Alquran Surat Al-
Waqia’ah. Diakses 7 Desember 2022, dari
https://repository.ump.ac.id:80/id/eprint/8300
Eka Salnita, Yulia dkk. (2019). Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia 3 Tahun: Jurnal
Obesesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3 (1). 137-145. Diakses 3 Desember 2022.
Suardi Permatasari, Indah dkk. (2019). Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Usia
Dini: Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3 (1). 265-273. Diakses 3
Desember 2022.
Indah Wulandari, Desy. (2018). Pemerolehan bahasa Indonesia anak usia 3-5 tahun di
PAUD Lestari desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan: Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 6 (1). 74-83. Diakses 2 Desember 2022.