Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1.

April 2022

HUBUNGAN PSIKOLINGUISTIK TERHADAP PEMEROLEHAN


DAN PEMBELAJARAN BAHASA ANAK

Devinna Riskiana Aritonang 1)


Shoufi Nisma Dewi2)
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
email: devinna@um-tapsel.ac.id

Abstrak

Masalah utama pada penelitian ini adalah peneliti ingin melihat bagaimana pemerolehan bahasa dan
pembelajaran bahasa anak usia 0-5 tahun dengan pendekatan kajian psikolinguistik yaitu dari hasi
dokumentasi analisis, wawancara, dan observasi yang telah peneliti lakukan di kelurahan Timbangan
Kapung Kelapa Kota Padang Sidempuan. Temuan utama pada penelitian ini adalah adanya tingkatan
pemerolehan bahasa anak yaitu pada 4 fase. Pertama, tingkat membabel (0;0-1;0) kedua, masa
holofrase (1;0 - 2:0) ketiga, tahap sensorimotorik (kelahiran hingga usia 2-3 tahun) keempat, tahap
praoperasional (usia 3-5 tahun). Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif bersifat
deskriptif dengan menggunakan metode agih. Sumber datanya adalah anak-anak dari usia 0-5 tahun
yang ada di kelurahan Timbangan yang berjumlah 15 anak. Data penelitian ini berupa hasil
pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa anak. Teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara serta rekaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan psikolinguistik
terhadap pemerolehan dan pembelajaran bahasa anak.

Kata kunci: pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa, psikolinguistik

Abstract

The main problem in this research is that the researcher wants to see how the language acquisition
and language learning of children aged 0-5 years with a psycholinguistic study approach is based on
the analysis, interviews, and observations that researchers have done in the village of Timbangan
Kapung Kelapa, Padang Sidempuan City. The main finding in this study is the level of children's
language acquisition, namely in 4 phases. First, the babbling level (0;0-1;0) second, the holophrase
period (1;0 - 2:0) third, sensorimotor stage (birth to 2-3 years old) fourth, preoperational stage (ages
3-5 years). This study uses a descriptive qualitative approach using the agih method. The source of the
data is children from the age of 0-5 years in the Timbangan village, totaling 15 children. The data of
this research are the results of language acquisition and children's language learning. Data collection
techniques through observation, interviews and recordings. The results of this study indicate that there
is a psycholinguistic relationship to children's language acquisition and learning.

Keywords: language acquisition, language learning, psycholinguistics

Dengan demikian kemampuan berbahasa


1. PENDAHULUAN meliputi kemampuan a) mendengarkan, b)
membaca, c) berbicara, dan d) menulis
Kemampuan berbahasa dapat Chaer dalam (Janella et al., 2019).
dibedakan menjadi dua macam, yaitu Pemerolehan Bahasa merupakan
kemampuan reseptif dan ekspresif sebuah hal yang sangat menakjubkan
(produktif) (Janella et al., 2019). terlebih dalam proses pemerolehan bahasa
Kemampuan reseptif yaitu kemampuan pertama yang dimiliki oleh seorang anak
memahami pembicaraan orang lain. tanpa ada pembelajaran khusus mengenai
Kemampuan ekspresif (produktif) yaitu bahasa tersebut kepada mereka. Seperti
kemampuan berbicara dan menulis. halnya seorang bayi, hanya akan merespon
64
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1. April 2022

ujaran-ujaran yang sering didengarnya dari psikolinguistik, gangguan berbahasa,


lingkungan sekitar terlebih ujaran dari pemerolehan bahasa, beberapa hipotesis,
ibuya yang sangat sering didengar oleh pemerolehan sintaksis, pemerolehan
anak tersebut. semantik, perkembangan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi Namun, Banyaknya problematika tentang
bahasa adalah proses yang berlangsung di bagaimana hubungan antara bahasa dengan
dalam otak kanak-kanak ketika dia berfikir & bahasa dengan budaya tentu
memperoleh bahasa pertamanya atau akan mengurangi hasil belajar dalam
bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa membahas, memahami, mengidentifikasi
biasanya dibedakan dengan pembelajaran ruang lingkup psikolinguistik. Sehingga
bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan menjadi hal utama bagi peneliti untuk
dengan proses-proses yang terjadi pada menganalisis di lapangan bagaimana
waktu seorang kanak-kanak mempelajari hubungan psikolinguistik terhadap
bahasa kedua setelah dia memperoleh pemorelah dan pembelejaran bahasa anak.
bahasa pertamanya. Gangguan mekanisme Pada akhirnya akan dapat dijadikan
berbicara adalah suatu produksi ucapan sebagai tambahan bahan ajar untuk mata
(perkataan) oleh kegiatan terpadu dari pita kuliah psikolinguistik.
suara, lidah, otot-otot yang membentuk
rongga mulut serta kerongkongan, dan 2. METODE
paru-paru (pulmonal), pada pita suara
Metode penelitian yang digunakan
(laringal), pada lidah (lingual), dan pada
adalah menggunakan jenis pendekatan
rongga mulut dan kerongkongan
kualitatif bersifat deskriptif dengan
(resonantal) Chaer dalam (Janella et al.,
menggunakan metode agih.. Langkah
2019).
pengambilan data di lapangan, dilakukan
Seiring perkembangan usia anak,
studi pendahuluan ke lokasi penelitian.
bahasa yang diperolehnya pun tidak
Data analisis dikumpulkan melalui teknik
semata-mata digunakan untuk
pengamatan, wawancara dan hasil
menyampaikan keinginan atau
rekaman. Sebelum dianalisis, data
kehendaknya saja, tetapi juga digunakan
diklasifikasikan dan diinventarisasikan ke
sebagai sarana berkomunikasi. Ketika anak
dalam tabel. Serta dianalisis secara
belajar berbahasa, dia akan mendengarkan
psikolinguistik, baik secara bahasa, berfikir
terlebih dahulu kata-kata atau kalimat yang
& budaya anak.
diucapkan oleh kedua orang tuanya atau
orang lain di sekitarnya. Kata-kata dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kalimat yang diujarkan orang lain
dihubungkan dengan proses, kegiatan, 1. Hasil analisis psikolinguistik dalam
benda, dan situasi yang ia saksikan. Ini pemerolehan bahasa anak
berarti bahwa anak-anak menghubungkan Ada dua teori tentang pemerolehan
hal yang dia dengar melalui proses bahasa yaitu: (a) Teori aliran
pikirannya Pateda dalam (Candrasi, 2014). Behaviorisme, yakni menyatakan bahwa
Pemerolehan bahasa dan pembelajaran perkembangan bahasa anak-anak itu
bahasa jelas memiliki hubungan yang melalui penambahan sedikit demi sedikit.
penting untuk dianalisis dan Jadi, seolah-olah pemerolahan bahasa itu
dikembangkan. bersifat linear atau garis lurus. Makin hari
Pada pembelajaran mata kuliah makin bertambah sampai akhirnya lengkap
psikolinguistik akan membahas tentang seperti bahasa orang dewasa. Teori
sejarah perkembangan psikolinguistik, selanjutnya, (b) Teori aliran Rasionalisme,
hubungan berbahasa, berfikir dan yakni menyatakan bahwa perkembangan
berbudaya, teori pembelajaran bahasa anak itu mengikuti suatu pola
65
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1. April 2022

perkembangan tertentu. Setiap pola Masa holofrase yang


perkembangan bahasa itu mempunyai tata berlangsung pada anak usia 1-2 tahun ini
bahasa sendiri-sendiri pula, yang mungkin bertujuan untuk menyampaikan
saja tidak sama dengan tata bahasa orang maksudnya kepada orang lain, dengan
dewasa (tata bahasa yang sebenarnya). mengucapkan satu kata yang maksud
Pada setiap pola perkembangan bahasa sebenarnya ingin mengucapkan sebuah
berikutnya, tata bahasa yang tidak benar kalimat. Fungsi kata-kata pada tahapan ini,
itu secara berangsur diperbaikinya menuju yakni: (1) kata-kata tersebut dihubungkan
tata bahasa yang benar. dengan perilaku anak itu sendiri, (2) untuk
Tingkat pemerolehan bahasa yang mengungkapkan suatu perasaan atau
ditemukan pada penelitian ini terdapat ekspresi yang sedang dirasakannya, (3)
pada 4 fase seperti dibawah ini: untuk memberikan nama keadaan suatu
benda tertentu.
1. Tingkat Membabel (0;0-1;0)
Dari hasil rekaman yang diperoleh
Istilah tingkat membabel ini berasal ada beberapa fungsi ujaran anak pada fase
dari bahasa Inggris babbling. Ada yang holofrasa, yaitu:
mengartikannya dengan menggagah, dan
ada pula menyebutkan dengan berleter. Tabel 1 Fungsi memberikan sebuah
Pada prinsipnya masa membabel dibagi informasi
atas dua, yakni (a) cooing atau mendekut
N Fungsi Frekue
dan (b) babbling atau membabel. Masa o. nsi (%)
mendekut yang berlangsung dari umur 0-0
1 Permintaan 30
sampai dengan umur 0-6 bulan, anak
mengeluarkan bunyi-bunyian bahasa 2 Pernyataan 25
sedunia. Bunyi bahasa apa pun di seluruh 3 Memberi informasi 45
dunia dibunyikan oleh bayi yang berumur
kurang dari enam bulan ini. Masa kedua Jumlah 100
yang disebut masa membabel itu, ialah
Dari 30 wacana ada ditemukan
pada usia 0:6 sampai dengan 1:0 pada saat
fungsi, yaitu:
ini anak mengarah untuk mengucapkan
pola suku kata KV (konsonan dan vokal). 1. sebagai fungsi permintaan
Pada penelitian ini ditemukan bunyi-
bunyian seperti, “aaaa”, “mmmm”, “taaa”, Contohnya: “num ucu ma” (mau
“nyenyenye”, “haaaa” sebagai bentuk minum susu), “mam ocis de ma” (makan
membabel pada balita yang berusia 7-12 sosis dede ma), “li eccum ma”, (mau belie
bulan. Bahkan peneliti melihat bahwa es krim ma), “mam puk ma” (makan
ketika kita mengajak berbicara si anak kerupuk ma), “mam bobon ma”, (makan
mereka bisa merespon dengan cara permen ma).
tertawa, tersenyum bahkan ada yang
menjerit untuk mengungkapkan 2. sebagai fungsi pernyataan
ekspresinya. Kemudian, ketika si Ibu
Contohnya: “endas”, (pedas), “ni
mengakatakan “dadaaada” dan beranjak
anis ma” (ini manis ma), “ittt” (pahit),
pergi dari sampingnya si anak akan
“cam ma” (asam ma), “ipis” (pipis), “nda
langsung mengeluarkan suara tangisannya.
au” (tidak mau).
Ini membuktikan bahwa naluri anak
dengan Ibunya sangatlah erat. 3. sebagai fungsi memberikan
informasi
2. Masa Holofrase (1;0 - 2:0)

66
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1. April 2022

Contohnya: “ki de atit ma” (kaki diketahui bahwa bahasa nak itu belumlah
dede sakit ma), “nanan dede atan ma” sesempurna bahasa orang dewasa. Seiring
(tangan dede gatal ma), “o`o empes dede dengan pernyataan Bambang Kaswanti
ma” (ada oo dede di pempers ma), “mau Purwo menyebutkan bahwa dapat saja
andi de ma” (mau mandi dede ma), “toton terjadi dalam membabel itu anak
de ma babang aji” (menonton dede sama mengucapkan kata-kata (mirip kata kata
abg Yazeed). yang tidak mempunyai makna). Misalnya,
anak -anak mengucapkan kata
b). fungsi ujaran anak yang “wekwekwewk” yang artinya adalah
ditemukan melalui panca indra bebek. Mengucapkan “meong” aritnya
kucing, serta mengucapkan “mbeee”
Di samping beberapa fungsi
artinya kambing. Kata-kata ini jelas tidak
memberikan informasi di atas, peneliti juga
ada (mungkin dalam bahasa manapun)
menemukan fungsi yang lain lewat panca
namun, anak mencoba menggunakan
indra seperti contoh di bawah ini:
anamathopea atau kata tiruan bunyi yang
1. Jika si anak menganggukkan dikeluarkan.
kepala ini artinya mengiyakan sesuatu.
3. Tahap Sensorimotorik (kelahiran
2. Jika si anak menunjuk sesuatu hingga usia 2-3 tahun)
itu artinya berfungsi untuk
Penelitian ini menunjukkan pada
memberitahukan tentang sesuatu, baik
kasus Syahir bayi laki-laki yang berusia (8
yang dia inginkan ataupun yang
bulan) dan Khayra bayi perempuan berusia
ditakutinya.
(10 bulan) pada saat diberikan sebuah
3. Jika si anak langsung menarik- mainan yang berwarna cerah ‘merah dan
narik tangan mamanya atau kakak, abang, kuning’ mereka berdua sangat antusias
neneknya siapapun orang yang berada untuk meraih mainan tersebut dan
disekelilingnya itu bisa berfungsi meminta memegang mainan lain yang mereka lihat
atau memberitahu sesuatu. disekitarnya sama seperti meraih mainan
yang baru lainnya. Dengan demikan Syahir
4. Jika si anak meminta untuk dan Khayra memiliki skema meraih dan
digendong itu berfugsi menyatakan memegang yang disimilasikannya ke objek
perasaan mau ikut dan tidak mau ditinggal. yang baru. Saat mereka berdua
menjatuhkan mainan yang dipegang dan
5. Jika si anak memanggil-manggil mereka mengamatinya saat jatuh ke lantai
nama ma, pa, babang, kak, nak ini juga dalam proses ini mereka lagi menerapkan
berfungsi untuk menyatakan mau ikut atau skema “melepaskan” dan skema “secara
minta digendong. visual atau terlihat mengikuti gerakan
6. Jika si anak memanggil mama, objek yang bergerak”. Ketika mama, papa,
papa dengan menangis berulang-ulang ini kakak atau abang meletakkan mainan yang
berfungsi untuk meminta minum susu. dipegang oleh Syahir atau Khayra ke
dalam kotak atau tempat penyimpanan
7. Jika si anak memanggil mama, mainan mereka tidak lagi dapat melihat
papa sambil menunjuk kamar ini berfungsi mainan tersebut dan mereka juga
untuk menyatakan mau tidur. tampaknya telah melupakan mainan yang
berwarna cerah ‘merah dan kuning’ tadi
Pada masa holofrase anak dan beralih ke mainan yang lain berlagak
mengucapkan sebuah kata, namun bukan seolah-oleh mereka tidak memikirkan atau
berarti bahwa kata-kata yang diucapkan membayangkan mainan tadi yang diraih.
anak itu sudah lengkap. Seperti yang telah Dari kasus ini, pada tahap sensorimotorik
67
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1. April 2022

anak-anak berfokus pada apa yang mereka dia langsung memulai cerita yang
lakukan dan lihat pada saat itu juga. Pada didengarnya terkait dengan legenda
dasarnya skema-skema mereka tersusum tersebut. Si Malin Kundang itu anak yang
berdasarkan perilaku dan persepsi. nakal ma, suka marah-marah sama
mamanya, tidak sayang sama mamanya
4. Tahap praoperasional (usia 3-5 dan dia juga tidak pernah sholat apalagi
tahun) berdoa. Jadi, waktu dia marah sama
mamanya, dia memukul dan mencubit
Pada tahap praoperasional ini
mamanya. Terus mamanya jadi nangis,
keterampilan berbahasa anak akan lebih
kemudian Allah jadi marah sama si anak
berkembang dan penguasaan kosakata
nakal itu mah, barulah berubah jadi batu.
yang meningkat akan memungkinkan
Mendengar cerita tersebut mamanya
mereka mengekspresikan dan memikirkan
langsung berkata, jadi anak tidak boleh
beragam objek serta berupa peristiwa.
nakal yah, nanti seperti si Malin kundang.
Keterampilan bahasa ini juga akan menjadi
Yazeed pun langsung berkata abang anak
dasar bagi bentuk interaksi sosial yang
yang baik budi ma sambil memeluk
baru yaitu sebagai komunikasi secara
mamanya. Lain lagi pada kasus anak yang
verbal. Pada tahap ini anak-anak akan
bernama Habib (berusia 5 tahun), dia
mampu untuk menunjukkan ekspresi dan
sudah bisa memberi komentar terhadap
mengemukakan pendapat-pendapat mereka
hadiah yang diberikan oleh papanya terkait
dan juga menerima informasi-informasi
dengan hadiah ulang tahunnya. “ini sepatu
yang sebelumnya belum mereka ketahui.
ada gambar spidermannya pa, berarti nanti
Seperti yang peneliti temui pada kasus
abang bisa berubah dan lompat-lompat
anak yang bernama Haikal (berusia 3
didinding pa”? seperti yang ada di televisi.
tahun) yang sering dipanggil oleh
keluarganya dengan sebutan De`e. Dia Beberapa kasus yang peneliti
berkata kepada mamanya mainan de`e temukan ini menunjukkan bahwa anak
robot-robot yang dibeli sama bou diambil pada tahap praoperasional ini sudah
sama bg Affa sambil menangis dan mampu mengaktualisasikan pemikiran
menunjuk mainan yang ada di tangan mereka lewat bahasa. Meski demikian,
abangnya. Berbeda dengan kasus anak pada tahap praopersional ini cenderung
yang bernama Yazeed anak laki-laki ditemukan anak yang melakukan
(berusia 4 tahun) mengemukakan percakapan yang mengandung egosentris.
pendapatnya tentang sikap kakaknya Hal ini dilihat ketika anak-anak
terhadap adeknya Abil dengan mengatakan sesuatu tanpa
menggunakan bahasa yang sederhana mempertimbangkan apa yang mungkin
“jangan kuat-kuat suara kakak sama adek, diketahui atau yang tidak diketahui
nanti nangis”. Dia juga sudah mulai bisa pendengar terkait dengan topik yang
mengemukakan sebuah cerita yang disampaikan. Seperti saat Amira (4,5
didengar dari orang-orang disekelilingnya tahun) berkata ketika melihat seseorang,
yaitu nenek yang suka menceritakan “itu si bombom seperti Oom Agung”.
dongeng terkait dengan sebuah cerita
tentang si Malin Kundang yang ada di 2. Hasil analisis psikolinguistik dalam
daerah Sumatera Barat. Yazeed bertanya pembelajaran bahasa
sama mama, tau tidak tentang cerita si
Malin Kundang? Sontak si mama langsung Pembelajaran merupakan usaha
menjawab iya mama tahu, abang tahu disadari untuk menguasai kaidah- kaidah
ceritanya? Dia pun langsung kebahasaan (about the language or
menganggukkan kepalanya tanda language usage), languge learning is
mengiyakan perkataan mama. Kemudian knowing about language, or formal
68
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1. April 2022

knowledge of a language. (Suwarno anak pada dasarnya memiliki kemampuan


(2002:18). Siswa adalah subjek dalam untuk menghasilkan bahasa dengan baik
pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini karena didukung oleh faktor lingkungan
siswa dianggap sebagai organisme yang (behaviorisme), faktor kognitif
beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah (pengetahuan) dan lahiriah anak normal
psikologi, baik kognitif, afektif, maupun (nativisme) yang cukup menunjang.
psikomotor. Kemampuan menggunakan Penguasaan bahasa anak lebih mengarah
bahasa baik secara reseptif (menyimak dan pada peniruan bunyi/kata/kalimat, anak
membaca) ataupun produktif (berbicara dapat mengulang apa yang diajarkan
dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi dengan baik. Ia pandai mengadakan imitasi
(Nababan, 1992: 60-61). daripada mengerti apa yang ia ucapkan.
Dari hasil penelitian yang Pada tahap ini anak mulai
dilakukan adanya temuan beberapa mengembangkan bahasanya. Anak mulai
penyebab kesalahan yang dilakukan ketika mengembangkan tata bahasa, panjang
anak sedang berbicara. Diantaranya, anak kalimat semakin bertambah, ucapan-
merasa terbebani (overloading) ucapan yang dihasilkan semakin kompleks,
mempunyai perasaan khawatir ketika dan mulai menggunakan kata jamak.
berbicara dengan orang asing, si anak Penambahan kosakata dan pengayaan
kurang menguasai topik pembicaraan, terhadap sejumlah dan jenis kata sesuai
mengalami kendala pada saat melafalkan dengan perkembangan dan kematangan
kata-kata. Beberapa unsur kesalahan ini psikolinguistik anak. Penguasaan bahasa
dapat diklasifikasikan berdasarkan ranah pertama mereka dipelajari sebagai suatu
psikologi. Penyebab kesalahan yang hal wajar dan sesuai dengan perkembangan
mempunyai perasaan khawatir berkaitan kognitif, perkembangan motorik dan
dengan ranah afektif, Penyebab kesalahan pemasakan emosional dan sosial mereka.
berupa kurang menguasai materi atau topik Dengan kata lain perkembangan bahasa
berkaitan dengan ranah kognitif, dan anak dalam pengamatan peneliti, saling
penyebab kesalahan berupa kesukaran berhubungan erat dengan perkembangan
melafalkan kata berkaitan dengan ranah emosional dan lingkungan sosialnya dan
psikomotor. saling memberikan pengaruh.
Penyebab kesalahan ini Peran Psikolinguistik dalam
menunjukkan bahwa peran psikolinguistik pembelajaran bahasa sangat penting karena
dalam pembelajaran bahasa sangat penting. dengan memamahami psikolinguistik
Tujuan umum pembelajaran bahasa, yaitu seorang guru memahami proses yang
siswa mampu menggunakan bahasa terjadi dalam diri siswa ketika siswa
Indonesia yang baik dan benar, baik dalam menyimak, berbicara, membaca, ataupun
berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. menulis sehingga manakala kemampuan
Agar siswa dapat berbahasa Indonesia dalam keterampilan berbahasa bermasalah,
yang baik dan benar diperlukan garu dapat melihat dari sudut pandang
pengetahuan akan kaidah-kaidah bahasa. psikologi sebagai alternatif solusinya.
Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam
linguistik.
DAFTAR PUSTAKA
4. KESIMPULAN Busro, M. (2016). Kajian Dalam
Hasil umum dari pengamatan Psikolinguistik; Perangkat Penelitian,
penulis terhadap hubungan psikolinguistik Strategi, Dan Penggunaan Metode
pemerolehan dan pembelajaran bahasa Penelitian. Al-Hikmah Jurnal Studi
pada anak usia (0-5) tahun khususnya di Keislaman, 6(2), 210–218. Retrieved
lingkungan keluarahan Timbangan yaitu from
69
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 7 No. 1. April 2022

https://core.ac.uk/download/pdf/26813
2654.pdf
Candrasi, L. A. (2014). Pemerolehan
Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di Desa
Gombong Kecamatan Belik
Kabupaten Pemalang: Kajian
Psikolinguistik. Retrieved From
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/29874/
Janella, T., Muzzamill, A. R., & Syahran,
A. (2019). Kajian Psikolinguistik
Terhadap Gangguan Mekanisme
Berbicara (Studi Kasus Raisya Dan
Athaya). Statistical Field Theor,
53(9), 1689–1699.
Lisnawati, L. (2008). Psikolinguistik
Dalam Pembelajaran Bahasa. Educare
Vol 6, No. 1 - Agustus 2008.Doc, 6(1),
31–43. Retrieved From
Http://Jurnal.Fkip.Unla.Ac.Id/Index.P
hp/Educare/Article/View/70/70
Natsir, N. (2017). Hubungan
Psikolinguistik Dalam Pemerolehan
Dan Pembelajaran Bahasa. Jurnal
Retorika, 10(1), 20–29.
Sughanda Prima, Silvia Marni, Wahyuni
Rahmat. (2015). Pemerolehan Bahasa
Anak Usia Lima Tahun Pada Tataran
Fonetik Kajian Psikolinguistik. Pgri
Sumatera Barat, 10(1), 19. Retrieved
From
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publi
cations/256765-Hubungan-
Psikolinguistik-Dalam-Pemeroleh-
49596941.Pdf
Wahyudi, R. (2018). Linguistik Dan
Psikolinguistik, Hubungan Psikologi
Dengan Linguistik Dan Objek Kajian
Psikolinguistik.
Https://Doi.Org/10.31227/Osf.Io/Y69
bc

70

Anda mungkin juga menyukai