Anda di halaman 1dari 10

“Perkembangan Bahasa Lisan dan Tulisan Anak di PAUD

SPS Mawar Pasawahan Purwakarta “

ULFAH NABILA (0106.2201.018)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DR. KH. EZ. MUTTAQIEN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
PURWAKARTA
2023
Alamat : Jl. Baru, Ciwareng, Kec. Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
41151
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting
pada anak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan alat/media
anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Dengan bahasa, anak dapat
mengungkapkan kebutuhan, keinginan, perasaan dan pikirannya kepada orang lain.
Begitu pula sebaliknya anak belajar memahami pikiran, perasaan dan keinginan
orang lain. Karena itu kemampuan berbahasa harus dikembangkan sejak dini.
Kemampuan bahasa, seperti dijelaskan Sugono, meliputi kemampuan bahasa
lisan dan kemampuan bahasa tulisan. Kemampuan bahasa lisan terkait pada
keterampilan menyimak dan berbicara, sementara rumpun kemampuan bahasa
tulisan adalah keterampilan membaca dan menulis. Adapun untuk keterampilan
membaca dan menulis, anak usia TK berada pada tingkat pre-reading. Membaca
dan menulis dini (prabaca-tulis) sangat penting untuk dikembangkan sejak dini
salah satunya untuk membantu memfasilitasi perkembangan anak, karena
sebagaimana dikatakan Sholehuddin (2000) bahwa anak pada usia ini lajimnya
sudah menunjukkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional
bahasa tulis. Lebih lanjut lagi Sholehuddin menyatakan anak-anak pada usia 4-5
tahun senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menuliskan
kata-kata itu, seperti senang menuliskan namanya sendiri atau kata-kata lain yang
berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Selain itu mereka juga
memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap bentuk tulisan yang dia ucapkan, hal
ini ditegaskan Norton bahwa salah satu perkembangan kebahasaan anak usia 5-6
tahun yaitu anak sudah mulai ingin tahu mengenai penampilan (bentuk) tertulis dari
bahasanya.
Pengembangan bahasa memungkinkan anak belajar memahami dan
mengontrol diri sendiri. Ketika anak belajar berbicara, secara tidak disengaja
mereka mengembangkan pengetahuan tentang sistem fonologi, sintaksis, semantik

1
2

dan sistem pragmatik. Pengetahuan tersebut, Ellis (1989:79) menyebutnya sebagai


elemen bahasa. Pengetahuan ini, dapat dikembangkan oleh anak dalam kehidupan
di lingkungannya, baik di rumah, dalam kehidupan bermain, dan di sekolah. Dalam
kehidupan disekolah, pengetahuan guru tentang bahasa anak berguna untuk
kepentingan perencanaan, pelaksanaan, dan dalam evaluasi pembelajan. Dengan
demikian guru hendaklah memiliki pengetahuan yang luas tentang perkembangan
bahasa anak dan cara mengembangkannya, agar kelak mereka memiliki
keterampilan berbahasa yang benar dan baik, baik dalam mendengarkan, berbicara,
membaca, maupun menulis.
Namun, permasalahan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan
berbahasa lisan anak-anak masih sangat kurang dan media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa secara lisan belum pernah
dikembangkan apalagi diterapkan. Pada umumnya praktek pembelajaran yang
dilakukan melalui proses drilling pada anak, pembelajaran prabaca-tulis sering
dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang monoton, anak hanya duduk
diam di kursi mengerjakan baca-tulis sehingga tidak menarik minat anak, bahkan
anak bisa merasa frustasi. 1
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada
“Perkembangan Bahasa Lisan dan Tulisan Anak di PAUD SPS Mawar
Pasawahan Purwakarta”.

1
Nuni Juaniasih, 2013. Motivasi Anak Dalam Pembelajaran Prabaca-Tulis. (Hal. 1-2).
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam
kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:
a. keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills);
b. keterampilan berbicara (speaking skills);
c. keterampilan membaca (reading skills);
d. keterampilan menulis (writing skills).
Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka rona. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur:
mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa,
kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan
berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan
menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan satu kesatuan, merupakan catur-tunggal. Setiap keterampilan itu erat
sekali berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Berikut ini akan dibicarakan sepintas kilas
hubungan antar-keterampilan tersebut.

2.2. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak


Antara berbicara dan menyimak, terdapat hubungan yang erat dari hal-hal
berikut ini:
a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(imitasi). Oleh karena itu, contoh atau model yang disimak serta
direkam oleh anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan
berbicara.

3
4

b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya


ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui (misalnya
kehidupan desa >< kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi
bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide mereka.
c. Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam
masyarakat tempatnya hidup, misalnya: ucapan, intonasi kosa kata,
penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.
d. Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang
jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat
diucapkannya.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan
cara pemakaian kata-kata anak. Oleh karena itu. anak akan tertolong
kalau mereka mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baik dari
para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, dan cerita-cerita yang
bernilai tinggi.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak
penyimak. Umumnya, anak mempergunakan bahasa yang didengarnya.

2.3. Hubungan antara Menyimak dan Membaca


Keterampilan menyimak juga merupakan dasar atau faktor penting bagi
suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian yang telah
dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara
membaca dan menyimak, antara lain:
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh
guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak
dengan pemahaman penting sekali.
b. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan
(verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu
5

dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah


meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih
banyak melalui menyimak daripada melalui membaca.
c. Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih
unggul daripada membaca pemahaman (reading comprehension),
anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap
menyimpan/memakai/menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.
d. Oleh karena itu, para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar
menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajaran itu
baik.
e. Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas
mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar
membaca secara baik.
f. Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya, korelasi antara
kosa kata baca dan kosa kata simak (reading covabulary dan listening
vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
g. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek kerapkali
dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin
merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam
ketidakmampuan dalam membaca (poor reading).
h. Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang
diajukan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya,
membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak
dan pemahaman informasi yang terperinci. Selagi keterampilan-
keterampilan menyimak dan membaca erat berhubungan, peningkatan
pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain.
Keduanya merupakan proses saling mengisi. Membaca hendaklah
disertai dengan diskusi (sebelum, selama, dan sesudah membaca) kalau
kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman
umum, serta pemilikan ide-ide para pelajar yang kita asuh.
6

2.4. Hubungan antara Berbicara dan Membaca


Sejumlah proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang
erat di antara perkembangan kecakapan bahwa kemampuan umum bahasa lisan
turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta
keterampilan-keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan
ini mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka-ragam,
penggunaan kalimat-kalimat lengkap/sempurna kalau diperlukan, pembeda-bedaan
pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti perkembangan urutan suatu
cerita atau menghubungkan suatu kejadian dalam urutan yang wajar.
Hubungan-hubungan antara bidang lisan dan membaca telah dapat
diketahui dalam beberapa telaah penelitian, antara lain:
a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan
kecakapan bahasa lisan.
b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf
mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.
c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membentuk suatu
pelajaran bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang
lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka,
misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru,
struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang
tepat.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara
langsung. Andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku
pegangan murid, guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid
sehingga mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai
membacanya.

2.5. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis


Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali
berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan, antara lain:
7

a. Seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis dan
kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri
kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b. Seorang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat
pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa
diskusi lisan pendahuluan, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide
yang rumit yang dia peroleh dari tangan kedua. Bila seorang anak harus
menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses atau pun melaporkan
suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum pernah dialaminya),
dia mengambil pelajaran dari suatu diskusi kelompok pendahuluan.
Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi
kekosongan-kekosongan, memperbaiki impresi atau kesan-kesan yang
salah, serta mengatur ide-idenya sebelum dia mulai menulis sesuatu.
c. Perbedaan-perbedaan pun terdapat pula antara komunikasi lisan dan
komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur,
lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta
membingungkan daripada komunikasi tulis. Kebanyakan, pidato atau
pembicaraan bersifat informal dan kerapkali kalimat-kalimat orang
yang berpidato atau berbicara itu tidak ada hubungannya satu sama lain.
Si pembicara memikirkan ide-idenya sambil berbicara dan kerapkali dia
lupa bagaimana terjadinya suatu kalimat lama sebelum dia
menyelesaikannya. Karena adanya masalah-masalah seperti ini pada
ekspresi lisan, pengajaran mengenai ketrampilan berbicara dan
menyimak perlu mendapat perhatian. Pengalaman telah menunjukkan
bahwa meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula
meningkatkan daya pikir mereka. Membasmi kebiasaan-kebiasaan yang
ceroboh, tidak teratur dalam ujaran, kalimat-kalimat yang tidak menentu
ujung pangkalnya serta berulang-ulang, pikiran-pikiran yang tidak
sempurna dan tidak konsekuen dalam ekspresi lisan memang sangat
perlu dan selalu harus dilakukan, agar kita dapat membimbing para
individu ke arah kebiasaan berpikir yang tepat dan logis. Sebaliknya,
8

komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi pikiran maupun
struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur
dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-
dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya; dia sering
memeriksa serta memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali
sebelum dia menyelesaikan tulisannya.
d. Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan
disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong murid untuk
mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa harus
belajar berbicara dari catatan-catatan, dan mereka membutuhkan banyak
latihan berbicara dari catatan agar penyajiannya jangan terputus-putus
dan tertegun-tegun. Biasanya, bagan atau rangka yang dipakai sebagai
pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali dalam
kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah
yang lengkap sebelumnya.
Begitulah, guru bahasa haruslah melihat instruksi atau pengajarannya dalam
konteks yang tepat lagi wajar. Guru harus melihat bahwa pengajaran menyimak,
berbicara, dan menulis itu haruslah saling berhubungan serta berkaitan erat dengan
keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu membaca. Segala usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi bahasa tersebut jelas akan
berpengaruh kepada ketiga segi lainnya; dan melalaikan salah satu di antaranya,
jelas pula memberi pengaruh jelek pada yang lainnya. Yah, kita harus selalu
mengingat bahwa "learning is an integrated thing".
Demikianlah, dalam tinjauan umum ini, kita telah bicarakan sepintas kilas
mengenai keterampilan berbahasa, yang dalam bahasa Inggris disebut language
(arts and) skills. Istilah "art" seni dipergunakan untuk melukiskan sesuatu yang
bersifat personal, kreatif, dan original. Sebaliknya, kata skill "keterampilan" dipakai
untuk menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak, impersonal. Menyimak
dan membaca erat berhubungan karena keduanya merupakan alat untuk menerima
komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya
merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya,
9

keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain. Seorang siswa
menulis catatan waktu dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara
menafsirkan responsi pendengaran terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan,
jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses
yang sama. 2

2
Henry Guntur, 2015. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Hal. 1-7).

Anda mungkin juga menyukai