Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Aspek Keterampilan Bahasa

Dosen Pengampu : Elisabeth Fransisca Saragi Sitio, M.Si, Psikolog

Kelompok 3

Di Susun Oleh :

Cleodora Crismasti Deavasti : 213010213002

Egidia Natalia : 213020213026

Fernanda Fajar Nadiantika: 213020213019

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PG PAUD )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aspek Keterampilan Bahasa”
Ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah (Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini)selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “ Aspek Keterampilan Bahasa ” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Elisabeth Fransisca Saragi Sitio, M.Si,
Psikolog Selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
yang membimbing kami dalam mata kuliah ini, mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan yang belum kami ketahui. Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan
teman teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.

Palangka Raya, 5 Agustus 2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Keterampilan Bahasa............................................................................................
B. Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini.................................................................
C. Kemampuan Mendengar Anak Usia Dini...........................................................
D. Tahap Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia Dini...........................................
E. Pengembangan Minat Baca Anak Usia Dini...........................................................
F. Pengembangan Kemampuan Menulis Anak Usia Dini.........................................

BAB III PENUTUP...................................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam
kegiatan berkomunikasi pada khususnya. Bahasa mencakup komunikasi nonverbal dan
komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta
kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang
anak untuk mempelajari hal-hal lain. Begitu pun juga pada anak bahasa juga sangat bergantung
pada kondisi lingkungan setempat. Apabila anak berada dalam lingkungan keluarga yang sangat
kondusif yang selalu menjaga komunikasi baik dengan anggota keluarganya maka dengan
sendirinya otak anak akan terangsang dengan sendirinya untuk mampu berkomunikasi
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa sangat berkaitan dengan menyimak
kemampuan menyimak adalah salah satu kemampuan bahasa awal yang harus dikembangkan
memerlukan kemampuan bahasa reseptif dan pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara
aktif memproses dan memahami apa yang didengar. Sebagian besar anak dapat menyimak
informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan dalam berbicara
mengungkapkan apa yang ingin diutarakannya kepada orang lain. Begitu pun ketika anak berada
di sekolah, guru berkewajiban untuk mengajarkan bagaimana berkomunikasi yang baik dengan
teman ataupun orang disekitar. Kewajiban guru bukan hanya mengajarkan dalam hal
komunikasi tetapi juga memperhatikan proses pengajaran bahasa pada anak.
Pada umumnya pengajaran bahasa pada anak terpacu pada membaca langsung, ataupun kegiatan
pembelajaran yang membuat anak mudah merasa bosan. Sebaiknya dalam pengajaran bahasa
pada anak guru membuat anak nyaman dan menyimak apa yang diajarkan.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan keterampilan bahasa

2. Jelaskan kemampuan menyimak anak usia dini


3. Jelaskan tahap kemampuan berbicara pada anak usia dini

4. Jelaskan pengembangan minat membaca anak usia dini

5. Jelaskan pengembangan kemampuan menulis anak usia dini

C. Tujuan

1. Mengetahui keterampilan bahasa

2. Mengetahui kemampuan menyimak anak usia dini

3. Mengehtahui tahapan kemampuan berbicara pada anak usia dini

4. Mengetahui pengembangan minat membaca anak usia dini

5. Mengetahui pengembangan kemampuan menulis anak usia dini


BAB II

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Bahasa

Keterampilan bahasa terbagi menjadi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara,


membaca, dan menulis secara alami kemampuan menyimak dianggap sebagai keterampilan
utama dalam akuisisi asli (bahasa pertama). Seorang bayi akan mendengarkan suara-suara dan
suara di lingkungannya untuk di internalisasi linguistik, sebelum ia / dia berbicara dan belajar
membaca dan menulis (Bambang, 2011:3). Sedangkan Morrison menyatakan Bahasa adalah
keterampilan persiapan yang paling penting. Anak membutuhkan keterampilan bahasa untuk
dapat berhasil di sekolah dan dalam hidup (Morrison, 2012:223). Salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi yang cerdas, aktif
dan kreatif adalah kemampuan berbicara. Melalui penguasaan keterampilan berbicara anak akan
mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada
saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa
depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif dan jelas
dan mudah di pahami. Keterampilan bahasa yang meliputi:
1. Bahasa reseptif, seperti mendengarkan guru dan mengikuti petunjuk
2. Bahasa ekspresif, ditunjukkan dalam kemampuan untuk berbicara fasih dan jelas dengan
guru dan teman, kemampuan untuk mengekspresikan diri dalam bahasa sekolah, dan
kemampuan untuk menyampaikan kebutuhan dan gagasan.
3. Bahasa simbolis, megetahui nama- nama orang, tempat, dan benda, kata-kata konsep, dan
kata sifat dan kata depan Keempat keterampilan bahasa itu saling berkaitan satu sama
lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa
keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.

Tabel 1:
Empat Aspek Keterampilan
Bahasa
Ciri - Ciri Lisan Tertulis
Reseptif Mendengarkan Membaca
Ekspresif Berbicara Menulis

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
teratur: mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian
berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan
berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. Keterampilan
menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan
membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah. Keempat aspek keterampilan bahasa
berhubungan satu sama lain.

1. Keterampilan menyimak (listening skills)


a) Pengertian Menyimak
Secara teoritis, pengertian menyimak dibedakan dengan pengertian mendengar dan
mendengarkan. Mendengarkan bersifat reseptif pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang
memiliki indra pendengaran. Jadi mendengar bisa tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta
yang didengar bisa bunyi apa saja(Kurnia,2009:72). Menyimak adalah kegiatan mendengarkan
secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan yang
disampaikan secara lisan (Quinn,2010:107).
“Listening is different from hearing. Hearing is a passive process where your ears sense sound
vibrations that are transmitted to you brain. Listening is active. It requires other abilities
including processing (receptive) language, knowledge and comprehension of the subject, storing
and retrieving information relevant to the communication (memory), and interpretation
(thinking). Listening is learned over time. Dapat diartikan, menyimak berbeda dari mendengar.
Mendengar adalah proses pasif dimana telinga Anda merasakan getaran suara yang
ditransmisikan ke otak Anda. Menyimak merupakan kegiatan aktif. Hal ini membutuhkan
kemampuan lain termasuk pengolahan (reseptif) bahasa, pengetahuan dan pemahaman subjek,
menyimpan dan mengambil informasi yang relevan dengan komunikasi (memori), dan
interpretasi (berpikir). Mendengarkan dipelajari dari waktu ke waktu (sonawat, 2007:33).
Listening as a mean of learning is an important face of language development. Children listen
before they speak. Listening involves recognizing sounds, giving them meaning from one’s
experience, reacting to or interpreting them, and integrating them with one’s knowledge and
experiences. It is a major means of learning. Dapat diartikan, menyimak merupakan sebagai
tujuan pembelajaran yang menjadi aspek penting dari pengembangan bahasa. Anak-anak
mendengarkan dan menyimak an sebelum mereka berbicara. Menyimak melibatkan suara, yang
mampu memberi mereka makna dari pengalaman seseorang, bereaksi atau menafsirkan
pengetahuan mereka, dan mengintegrasikan dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang. Ini
adalah sarana utama pembelajaran.
b) Faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak Kurnia (2009:14) menyatakan
kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa
faktor sebagai berikut:
1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya
mendengarkan suara anak lain yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.
2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau
bunyi, misalnya suara hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama
dengan pertanyaan seseorang; duri dan dari berbeda bunyinya dan sebagainya;
3. Auding, yaitu proses di mana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan.
Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud dari kata-kata yang diungkapkan
sebagai contoh yaitu memahi pernyataan “kamu bisa berlari - lari di taman”; gerakan badanmu
ke kiri dan ke kanan.
4. Auding, melibatkan aspek perkembangan semantic dan sintaksis. Dengan memahami
semantik, berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbaagai arti kata, sedangkan sintkasis
berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata. Bromley dalam Kurnia
menjelaskan beberapa jenis faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak
yaitu
1. Faktor penyimak, faktor penyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman,
pengalaman dan strategi anak dalam memonitor pemahaman mereka terhadap informasi
yang disampaikan.
2. Faktor situasi, Faktor situasi berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan
stimulus visual yang diberikan. Lingkungan yang kondusif bagi anak untuk menyimak
adalah lingkungan yang bebas dari berbagai gangguan termasuk suara atau bunyi-
bunyian.
3.Faktor pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan menyimakpada anak. Guru
perlu mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara (redundancy) sehigga anak dapat
menyimak secara aktif.
c) fungsi menyimak
Menurut Bromley dalam Kurnia menjelaskan fungsi menyimak sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan bagi anak, untuk mengapresiasi dan menikmati lingkungan
sekitar mereka.
2) Membantu anak memahami keinginan, dan kebutuhan mereka sehubungan dengan
kebutuhannya untuk bersosialisasi.
3) Mengubah dan mengontrol prilaku maupun sikap pembicara, di mana cara
menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk.
4) Membantu mengembangkan kognitif anak, melalui belajar menerima informasi dan
mendapatkan pengetahuan baru.
5) Memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang
lain.
6) Membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang berpikir dan
memperhatikan orang lain. Apa saja fungsi atau peranan menyimak bagi anak?
Berdasarkan pendapat Sabarti (1992) dan Tarigan (2005) dapat disimpulkan keterampilan
menyimak dapat berfungsi untuk:
1. Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
2. Menjadikan dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis (membaca dan menulis).
3. Menunjang keterampilan bahasa lainnya.
4. Memperlancar komunikasi lisan.
5. Menambah informasi dan pengetahuan.
d) Tujuan menyimak
Tujuan umum menyimak adalah untuk memahami informasi, gagasan, pikiran, perasaan, atau
pesan dari sumber lisan, baik langsung maupun tidak langsung. (kurnia) Adapun tujuan dari
menyimak menurut Taringan dalam Kurnia terbagi atas tujuh bagian diantaranya:
1.Untuk belajar
2.Untuk memecahkan masalah
3.Untuk mengevaluasi
4.Untuk mengapresiasi
5.Untuk Mengomunikasikan ide-ide
6.Untuk membedakan bunyi-bunyi
7.Untuk meyakinkan.
e) Tahapan menyimak pada anak

Tahapan perkembangan (Jalongo,2007:86) tentang kemampuan anak dalam menyimak menurut


Milestone dan “Red Flags” adalah :

1.Infant (0-1)

a. Mulai mengeluarkan suara-suara bergumam.

b. Mengarahkan kepalanya ke asal suara.

c. Menanggapi secara berbeda untuk jenis musik lain.

d. Meniru suara musik dan suara lainnya.

e. Melihat pembicara.

f. Mulai untuk memahami kata-kata desertai dengan sikap yang tepat/benar.

2. Satu sampai dua tahun.

a. Mengenal namanya sendiri.

b. Menghubungkan kata-kata dengan tingkah laku.

c. Dapat memahami perintah yang sederhana dengan kata kunci yang dipahami.

d. Mempelajari permainan sederhana, seperti main cilukba.

e. Memahami kata tidak, selamat tinggal.

f. Menunjukan bagian tubuhg. Mendengarkan danberusahanterlibat dalam nyanyian.


h. Mendengarkan buku-buku untuk bayi.

i. Menanggapi secara benar pernyataan mendasar.

j. Mampu membedakan kata ganti.

3. Di usia 3-4 tahun.

a. Mengingat permainan jari.

b. Memahami konsep sederhana(besar/sedikit, hari ini, waktu tidur).

c. Menikmati mendengarkan cerita yang sama berulang-ulang.

d. Menggabungkan kata-kata dan kalimat dari awal berdiskusi kediskusi selanjutnya dengan
buku yang sama.

e. Menunjukkan dan memberikan nama pada hewan-hewan yang berbeda.

f. Mampu memahami dua perintah secara langsung (contoh; pertama, pakai jeketmu, kemudian
pakai topimu).

g. Mencocokkan serta tepat suara-suara musik terhadap alat-alat yang menghasilkan suara
tersebut (contoh: piano, gitar, drum)

h. Menanggapi secara tepat pertanyaan-pertanyaan selama percakapan.

i. Menegakkan jari tangan dengan benar dalam menanggapi pertanyaan’ berapa usiamu?

j. Memahami dam memberi definisi obyek yang mereka gunakan (contoh: apa yang kamu
butuhkan untuk makan sereal)

k. Memahami perbandingan sederhana (contoh: besar, lebih besar, paling besar).

l. Memahami pertanyaan kondisi (contoh: jika/lalu karena) Memahami “hanya berpura-pura”


dengan kenyataannya. Mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan masa lalu (contoh:
kemarin), saat ini, (contoh: hari ini) dan akan datang (contoh: besok).

o. Dapat berbicara secara singkat tentang apa yang dilakukan.


p. Berusaha untuk menyamai gaya bicara orang dewasa.

4. Lima sampai enam tahun

a. Dapat mengenali warna dan bentuk dasar.

b. Dapat menunjukan pemahaman mengenai hubungan tempat (di atas, di bawa, dekat, di
samping).

c. Mampu merasakan perbedaan nada (tinggi/rendah) dan mengerti “tangga nada”.

d. Dapat melakukan hal yang membutuhkan petunjuk yang lebih banyak (contoh: ya, kamu boleh
pergi, tapi kamu perlu pakai sepatumu).

e. Mampu menjaga informasi dalam urutan yang benar (contoh: mampu menceritakan kembali
sebuah cerita secara terperinci).

5. Perkembangan untuk anak usia prasekolah

a. Anak tampaknya masih bingung ketika di lingkungan yang bising atau duduk yang memiliki
jarak jauh dengan pembicara.

b. Anak tidak menanggapi pernyataan atau pertanyaan yang biasanya akan merangsang anak-
anak dalam kelompok (misalnya, "siapa yang ingin membantu memberi makan kelinci?")

c. Anak sering mengatakan "Apa?" Atau "Hah?".

d. Anak memiliki lebih banyak kesulitan mengikuti petunjuk bila tidak melihatwajah pembicara.

f). Jenis-jenis menyimak meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Mendengarkan informasi terlibat ketika anak mendengarkan arah atau pengumuman


untuk mengingat rincian, untuk mengantisipasi kesimpulan.
2) Mendengarkan apresiatif adalah melibatkan ketika anak menikmati cerita atau puisi
3) Mendengarkan kritis terjadi ketika anak menyadari apa yang iadengar dalam hal /
pengalaman sendiri nya.
Menurut bromley jenis-jenis menyimak dapat dikembangkan untuk anak usia dini yaitu sebagai
berikut:

1) Menyimak informative
Menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikansi dan mengingat fakta-fakta,
ide-ide dan hubungan-hubungan.

Ada beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau ditugaskan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan menyimak informatif:

a. Membedakan bunyi dan anak mampu membedakan suara yang muncul.

b. Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.

c. Mengajak anak-anak berjalan-jalan

d. Membacakan paragraph pendek tentang ilmusosial. Kemudian ajukan pertanyaan tentang apa,
siapa, mengapa, dan kapan.

e. Jawabannya harus berupa pilihan dan anak harus menerangkan faktanya untuk dapat
menjawab.

f. Membacakan sajak atau cerita

g. Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang meraka dengar dari
cerita yang dibacakan.

h. Menggambar sebuah objek di kertas grafik dengan garis yang lurus. Akan tetapi lebih sesuai
untuk anak yang sudah dewasa seperti anak SD.

2) Menyimak Kritis
Kemampuan lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide, dan hubungan-
hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa yang
didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat generalisasi
berdasarkann apa yang didengar. Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyimak kritis pada anak adalah sebagai berikut:

a. Membacakan cerita pendek lalu ajak anak mengungkapkan ide utama pada cerita yang mereka
dengar.
b. Membacakan teka-teki dan mengajak anak menebak berbagai jawaban.

c. Mengajak anak membuat teka-teki sendiri lalu membacakan pada teman-temannya.

d. Mengajak anak menonton TV atau VCD, lalu meminta mereka menceritakan kembali cerita
yang mereka tonton.

3) Menyimak Apresiatif

Menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar.
Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Anak akan terpaku dan
terpukau dalam-dalam menikmati dramatisasi atau puisi. Secara imajinatif, penyimak seolah-
olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter dari perilaku cerita yang dilisankan.
Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak
apresiatif pada anak adalah sebagai berikut:

a. Membacakan anak koleksi cerita.

b. Membacakan bacaan yang berkualitas pada anak, menggiring perhatian mereka pada
penggunaan onotape (kata-kata suaranya seperti artinya).

c.Membacakan semua tipe puisi agar mereka mampu merespon isi puisi dengan visualisasi dan
perasaan.

d. Berbagi buku puisi bergambar atau buku bergambar. Mengundang seseoran bercerita untuk
mengunjungi kelas, sehingga anak dapat belajar untuk menikmati bentuk-bentuk kesenian
khusus.

Proses Menyimak untuk memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kemampuan
menyimak, kita harus mempertimbangkan hal penting terhadap proses menyimak dari teori
psikologis. Berbagai hal yang kita terima dan dengar yang masuk melalui telinga manusia akan
ditangkap oleh memori sensorik. Informasi dalam memori jangka pendekakan dilupakan jika
tidak berlatih. Melalui Latihan yang bisa dilakukan baik dengan cara praktek kelaboratif atau
menghafal, informasi dapat dikirim melalui memori jangka panjang agar dapat dipertahankan
lagi.

1. Pengenalan Bahasa Reseptif menyimak pada anak Usia dini .


Berikut adalah Cara mengenalkan bahasa reseptif menyimak pada anak:

a. Berbicara di hadapan anak. Anak akan mendengarkan lebih dekat jika Anda berlutut di
sisinya untuk memberitahu saatnya anak merapikan mainan.
b. Membuat kontak mata. Jika tatapan anak tidak fokus, anak tidak mampu memperhatikan
c. Gunakan nama anak Anda. menyebutkan nama anak Anda membantu untuk merebut
perhatiannya.Billy saatnya untuk mengambil mainan Anda.
d. Pastikan anak Anda bisa mendengar. Berbicara perlahan akan membuat lebih mudah
baginya untuk memproses apa yang Anda katakan. Pastikan hal-hal seperti TV tidak
mengganggu konsentrasi anak dan Anda tidak berteriak di ruang berisik.
e. Siapkan anak Anda secara verbal untuk perubahan aktivitas. “Sarah, kalau kamu tidak
tidur siang nanti kamu tidak bisa main.
f. Jangan lebih merasionalisasi atau lebih menjelaskan. Ketika berhadapan dengan perilaku
anak Anda, gunakan bahasa yang bisa di tangkap anak.
g. Jangan Negosiasikan. Anak-anak harus belajar untuk melakukan apa yang orang tua
mereka bertanya. Mereka tidak harus seperti itu.
h. Memperkuat pesan secara fisik. Jika anak Anda mengabaikan permintaan Anda, dekati
anak, mengambil tangannya dengan lembut, menatap mata, dan menunggu sampai Anda
memiliki perhatian penuh nya. Kemudian mengulangi permintaan Anda "sudah waktunya
untuk merapikan main Anda".
i. Bisikan atau bernyanyi. Jika anak Anda tidak mendengarkan, memanggilnya berulang
kali sehingga Anda dapat memberitahu memberinya pesan rahasia, dan kemudian
berbisik apa yang ingin Anda lakukan padanya di telinganya.
j. Biarkan boneka Anda yang bicara. Jika Anda memiliki boneka atau boneka binatang,
berbicara melalui mereka menggunakan suara-suara lucu untuk membuat permintaan.
Halo, sara, menurut Anda dapat menempatkan mainan di kotak sekarang?
k. Tawarkan dua pilihan, diantara pilihan anak mendapatkan pekerjaan yang dilakukan.
“Saatnya untuk mengambil mainan Anda. Akan kita mulai dengan blok atau mobil?
l. Jadilah realistisrik sehingga anak Anda bisa berhasil.
m. Membuat menyimak menyenangkan atau bermanfaat. Bersemangat bahwa anak Anda
mendengarkan dan menanggapi tidak berarti Anda harus menjadi ibu kejam
n. Mendengarkan secara cermat. Minta anak Anda untuk berhenti melakukan kegiatan dan
mendengarkan sebelum Anda membuat permintaan.
o. Menunjukkan bagaimana cara mendengarkan dengan baik. Ketika anak Anda berbicara
kepada Anda, tunjukkan kepadanya bahwa Anda mendengarkan dengan membuat
tanggapan bijaksana dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang dia katakan.
p. Jangan berteriak. Berbicara menggunakan teriakan maka anak akan terkejut bahkan
psikologi anak akan terganggu.
q. Puji anak. Anda benar-benar mendengarkan dengan baik. Terima kasih anak-anak bekerja
untuk pujian hal Ini seperti hadiah mudah diberikan dalam berbagai situasi. Cara Anak-
anak tidak mudah terganggu karena rentang perhatian pendek mereka, oleh karena itu:
1. Guru harus merencanakan periode singkat dari salah satu kegiatan.
2. Metode presentasi. Berbagai harus digunakan dengan gambar, warna-warna
cerah, obyek menarik dll.
3. Guru harus membuat rileks, bahagia atmosfer di antara anak-anak.
4. Berbicara kepada anak-anak dengan suara yang memadai.
5. Bantu anak untuk memahami mendengarkan yang penting.
6. Berilah contoh yang baik perhatian kepada anak-anak.

B. Keterampilan Menyimak Anak Usia Dini


Menyimak merupakan keterampilan bahasa yang pertama dilalui oleh setiap manusia dan saling
berkaitan dengan keterampilan bahasa yang lain, Ranukadevi (2014) yang mengatakan bahwa
menyimak sebagai keterampilan bahasa yang sangat mendasar secara konsisten saling terkait
campur tangan dengan kemampuan bahasa lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menyimak dengan keterampilan bahasa yang lain saling terkait dan saling
mempengaruhi. Seorang anak memperoleh bahasa dan dapat berbicara dengan cara menyimak
perkataan orang lain. Menyimak merupakan aktivitas dasar manusia yang membuatnya memiliki
banyak pengetahuan (Musfiroh, 2008). Seberapa baik anak menyimak memiliki dampak yang
besar terhadap efektifitas kerjanya, dan terhadap kualitas hubungannya dengan orang lain
(Hermawan, 2012). Tyagi (2013) menjelaskan keterampilan menyimak terdiri dari mendengar;
memahami; mengingat; mengevalusai dan merespon.
C. Kemampuan Mendengar
Perkembangan auditori merupakan salah satu bentuk kemampuan dalam perkembangan kognitif
dimana kemampuan auditori sangat erat kaitannya dengan bunyi dan indera pendengaran anak.
Kemampuan kognitif bentuk auditori lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran
untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, seseorang anak akan mudah menangkap
stimulus atau rangsangan melalui alat indera pendengaran (telinga). Kemampuan auditorial
memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar (Sukadi, 2008).Kemampuan kognitif
bentuk auditori merupakan kemampuan anak berbentuk pengetahuan dari hasil pengamatan dan
pendengaran sebagai factor utama dalam memahami suatu hal pengetahuan melalui telinga dan
kemudian mampu menyebutkan kembali dari hasil pendengaran tersebut. Selanjutnya (Khadijah,
2016) menyatakan bahwa pengembangan auditory anak usia dini merupakan pengembangan
kemampuan anak usia dini dalam mendengar yang melalui proses menerima kumpulan bunyi
benda, kosa kata atau kalimat yang memiliki makna dalam topik tertentu. Kemampuan
mendengar anak usia dini merupakan kemahiran pokok dalam proses mempelajari suatu ilmu
pengetahuan. Tujuan pengembangan auditori anak usia dini adalah memperoleh informasi dan
dapat berinteraksi dengan lingkungan secara maksimal. Adapun upaya untuk meningkatkan
keterampilan mendengarkan pada anak bisa dilakukan dengan cara kegiatan mendengarkan
bercerita, mendengarkan suara-suara binatang, menebak suara, menyimak cerita, pesan berantai,
menirukan suara, menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio, mendengarkan
kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan lain sebagainya (Rusniah, 2017).Dengan
perkembangan auditori yang baik akan berpengaruh pada pengetahuan anak, kemampuan anak,
serta pengalaman anak. Perkembangan auditori sangat berpusat pada alat pendengar. Oleh sebab
itu ciri-cirinya yakni perhatiannya mudah terpecah, berbicara dengan pola berirama dan belajar
dengan cara mendengarkan (Sumantri, 2015). Menurut (Aqib, 2011) kemampuan auditori
memiliki ciri-ciri yaitu mengutamakan pendengaran, merekam lebih efektif, membaca dengan
bersuara, dan menulis dnegan menghafal dan bersuara. Maka dalam hal ini kemampuan kognitif
auditori merupakan kemampuan memahami dari hasil kegiatan melihat dan mendengar dari apa
yang menjadi ucapan yang tersimpan di telinga (Yuliani, 2006). Selain itu menurut (Sukadi,
2008) menyatakan indikator kegiatan auditori adalah:
a) saat bekerja sering berbicara sendiri,
b) mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya,
c) sering menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku,
d) senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
e) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara dengan mudah,
f) merasa kesulitan menulis tetapi mudah dalam bercerita,
g) lebih suka musik,
h) lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusika, dan
i) suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan.
Dari sembilan indikator tersebut, peneliti hanya mengambil empat indokator. Alasan pemilihan
empat indikator yang dipilih merupakan yang paling berkaitan dengan penelitian ini yaitu
pengembangan auditori. Kemampuan auditori bukan saja anak dapat mendengar, namun juga
dapat menirukan, mengingat, serta mengulang kembali bunyi/suara yang telah didengar.
Berdasarkan observasi di lapangan fenomena yang terjadi yaitu jarang sekali guru atau pendidik
yang melakukan kegiatan yang benar-benar berorientasi pada kognitif bidang auditori. Hasil
observasi awal didapati guru hanya fokus kepada enam bidang perkembangan anak usia dini
secara garis besar. Sehingga guru tidak mengetahui dengan jelas bagaimana perkembangan
auditori tiap-tiap anak. Guru mengetahui urgensi auditori bagi anak namun guru belum
memberikan stimulasi yang difokuskan pada pengembangan auditori anak usia dini. Oleh karena
itu peneliti berupaya untuk menganalisis dan mendapatkan data real sehingga dapat dilakukan
tindak lanjut yang cepat dan tepat kepada anak yang belum berkembang dengan baik. Mengigat
kemampuan auditori sangat penting sekali untuk dilatih sejak usia dini agar dapat merangsang
pikiran, perasaan, atensi serta motivasi anak dalam belajar sehingga anak dapat bertumbuh dan
berkembang optimal dimasa emasnya hingga masa mendatang. pemrosesan informasi dari
memori seperti yang dijelaskan oleh Brown disebut "model Tiga kotak memori."Proses
mendengarkan melewati lima tahap: sensorik memori, perhatian, jangka pendek(bekerja)
memori, latihan, dan memori jangka panjang. Model lima tahap mendengarkan sesuai dengan
model yang sama yang diajukan. Proses mendengarkan yang terjadi melalui tahapan informasi
masuk, pengenalan pola, informasi masuk, latihan, dan aplikasi informasi. Dua model dari
proses mendengarkan menyarankan pentingnya perhatian(pengenalan pola dan latihan. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam menyimak siswa perlu berada dilibatkan dalam kegiatan menyimak
yang membutuhkan perhatian penuh mereka. Selain itu, peluang harus diberikan kepada siswa
untuk menyimak materi mendengarkan berulang kali sehingga mereka harus mengakui baik
suara berbicara Bahasa dan disampaikan dalam bahasa mereka.
Mendengar merupakan salah satu kemampuan penting yang dikembangkan ketika belajar bahasa
baru. Itu mempunyai peran yang penting dalam komunikasi antar manusia dan meskipun di
bahasa kedua para pelajar diberikan fakta bahwa mendengar berarti bukan hanya untuk mengerti
bahasa tetapi juga untuk belajar bahasa (Rost, 2002).Ada beberapa teknik mengajar target bahasa
melalui TPR. Gracia (1996) membagi teknik menjadi teknik pembukaan dan teknik
mengerjakan. Teknik pembukaan mengarahkan pada banyak cara didalamnya sebuah hal baru
atau perintah bisa di perkenalkan untuk pertama kali kepada para siswa.
Di bawah ini adalah teknik pembukaan TPR oleh Gracia (1996):
1. Guru mengucapkan dan memperagakan perintah kepada para siswa.
2. Para siswa melakukan perintah oleh mendengar pada guru dan melakukan apa yang dia
lakukan.
3. Guru menciptakan situasi dimana para siswa harus memilih antara dua item. Siswa sudah
mengetahui satu item dengan baik oleh karena itu dari proses penyisihan, item yang lain dengan
segara dikenali.
4. Dengan perkenalan bahasa baru, siswa harus memilih dari tiga item yang hanya satu diketahui.
Jika seseorang menebak satu salah, usaha lain diperlukan. Jika tebakannya benar, hadiahnya
adalah pujian dari guru. Guru memperkenalkan sebuah item baru dari membuat perkataan yang
sangat jelas kepada siswa apa yang akan dilakukan, salah satu melalui gerak isyarat atau isyarat
tambahan lainnya.
5. Guru memperkenalkan materi baru melalui perintah di kaset. Guru merekam suaranya sendiri
dan kemudian mengikuti semua arahan yang diucapkan, tapi kadang membuat sebuah respon
salah yang dikoreksi oleh rekaman suara.
Teknik pembukaan diatas bisa dilanjutkan dengan teknik kerja berikut ini (Gracia 1996):
1. Kadang dibutuhkan upaya yang besar bagi siswa untuk mentransfer konsep kesituasi lain.
Karenanya, penting untuk mengenalkan item dalam berbagai situasi dan untuk menggabungkan
kembali kosa kata.
2. Guru harus mengikuti kecepatan dengan pelan dalan memperkenalkan materi. Sebuah senjata
kosa kata akan menjadi penolong yang produktif dalam mengingat yang dipelajari.
3. Selain menggabungkan kosa kata yang dikenalkan, penting untuk memperluas makna
tambahan untuk berbicara. Hal ini dapat diiringi dengan menempatkan item-item leksikal dalam
pertunjukan yang lebih rumit.
4. Ketika siswa meningkatkan kosakata luas mereka, itu adalah nilai yang baik untuk
memasukkan kata fungsional seperti dari dan dengan. Itu akan membuat bahasa tetap lancar dan
bersama.
5. Itu sangat bermanfaat bagi para pelajar ketika diperkenalkan sebuah kosakata dengan
menggunakan perintah-perintah.
6. Dari awal, itu berguna untuk memperkenalkan yang sama artinya. Teknik ini mungkin
membingungkan tetapi tidak jika dilakukan dengan benar.
7. Ketika siswa belajar lebih banyak perintah individu, itu adalah cara yang efektif untuk
memberikan beberapa perintah secara berurutann untuk dilakukan dalam tindakan berkelanjutan.
8. Guru harus sangat berhati-hati tentang ide untuk memperkenalkan secara premature tentang
jumlah item kosa kata yang sangat banyak. Dalam jangka panjang hal ini tidak diinginkan karena
cenderung membuat kebingungan. Lebih baik untuk memperkenalkan beberapa item sekaligus.

D.Tahap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini


Perkembangan kemampuan berbicara memiliki posisi yang penting dalam kehidupan seseorang.
Kemampuan berbicara dapat dikembangkan sejak dini agar kemampuan berbicara akan berhasil
sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Menurut Jalango Error! Reference source not found. membagi tahap perkembangan anak
menjadi lima tahapan yaitu: 1)Prelingusitik Speech (Berbicara melalui suara tetapi tanpa kata-
kata usia 0-11 bulan), 2) linguistic Speech (Berbicara dengan satu ucapan kata usia 12-18
bukan), 3) making words into Phrases (Membuat kata menjadi frase usia 2-3 tahun), 4) using
Complate Sentences (Menggunakan kalimat komplit usia 4-6 tahun) dan using Language
Symbolically reading and writing (menggunakan bahasa secara simbolik usia 6- 8 tahun).

Ada 6 tahapan perkembangan bahasa pada anak, yaitu :


1) Tanggapan bayi terhadap bahasa. kemampuan berbicara pada bayi dapat di pengearuhi pada
saat bayi mendengarkan orang yang ada disekitarnya bicara atau suara musik.
2) vokalisasi. Bayi yang berumur 3 atau 4 bulan mulai mengoceh atau sering disebut pada tahap
babbling. Ocehan-cehan bayi ini lama-kelamaaan akan menjadi suatu kata seiring dengan tahap
perkembangannya.
3) Pengembangan kata. pada tahap ini anak mulai dapat membedakan suara orang berbicara
dengan bunyi-bunyian yang ada disekitarnya.
4) Kalimat. Pada tahap ini anak sudah mulai dapat menggunakan kalimat sederhana alam
kehidupannya sehari- hari.
5) Elaborasi. Pada tahap ini kemampuan anak dalam membuat kalimat sederhana semakin
meningkat. Anak sudah dapat membuat kalimat yang lebih panajng dan anak sudah dapat
berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya.
6) Representasi grafis. Pada akhir masa prasekolah, anak sudah mulai menyadari pentingnya
perkembangan bahasa yang terdapat dalam dirinya. Serta anak telah menyadari bahwa membaca
dan menulis sebagai wujud dari bahasa.

D. Pengembangan Minat Membaca Anak Usia Dini


Upaya menumbuhkan minat membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak
mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang
menyenangkan. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan,
semangat, dan motivasi yang diberikan oleh orang tuanya. Jika hal ini terwujud, diharapkan
membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah
slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa membaca”. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa
penanaman kebiasaan membaca harus dimulai pada usia dini, dan tidak dapat disangsikan pula
bahwa tidak hanya sekolah yang menjadi tempat tepat untuk memupuk minat dan kebiasaan
membaca bagi anak-anak. Rumah adalah tempat yang paling baik untuk memupuk minat
membaca. Salah satu dukungan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan minat baca anak adalah
peran orang tua. Orang tua perlu memotivasi anak untuk mencintai buku sejak awal.
Lingkungan keluarga sangat penting perannya dalam menciptakan minat baca anak-anak sedang
berkembang pesat pada aspek motorik, emos, perkembangan sosial, pemahan terhadap konsep
maupun bahasanya. Dengan demikian penanaman minat dan kebiasaan membaca pada anak-
anak, sangat besar pengaruhnya. Untuk masa-masa selanjutnya, pentingnya peranan keluarga
dalam membaca dijelaskan oleh Thorndike sebagai berikut: Diantara berbagai faktor eksternal
membaca (dia menyebutnya faktor sosiologis) dia menyebutkan konon pengaruh keluargalah
yang sangat tinggi kontribusinya dalam mempengaruhi terbentuknya minat serta kemahiran
membaca pada anak. Bahkan tidak terdapat indikasi bahwa anak-anak yang memliki minat serta
kemahiran membaca unggul sebagai akibat langsung (pengaruh) dari pengajaran membaca yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah. Sebaliknya berkat pengaruh serta dukungan keluargalah
minat serta ketrampilan membaca mereka terbentuk. Upaya yang dapat dilakukan oleh orang
tua/keluarga antara lain sebagai berikut. Orang tua/keluaga harus membina keluarga membaca.
Budaya membaca sangat perlu dibina dan dikembangkan dalam keluarga. Membaca surat kabar,
buku dan bacaan lainnya bagi keluarga setiap hari pada waktu-waktu tertentu menjadi kebiasaan
keluarga, akan mendorong anak untuk melakuakn kebiasaan membaca yang akhirnya anak akan
gemar membaca.
Namun pada kenyataan sekarang ini masih banyak kita jumpai orang tua yang membiarkan
anaknya bermain dengan benda yang menjadi alat untuk hiburan dan kesenangan saja, seperti :
Televisi, VCD Player, Handphone, dan benda mewah yang menjadi hiasan. Karena itu upaya
meningkatan minat dan kebiasaan membaca dirumah sangat perlu untuk dilaksanakan. Namun
yang terpenting adalah menciptakan pengaruh dan peran lingkungan keluarga terhadap usaha
menumbuhkan minat baca. Keteladanan orang tua dalam proses menumbuhkan minat baca sejak
dini dapat mengurangi hambatan yang ada, seperti memanfaatkan waktu senggang dengan
membacakan buku kepada anak akan dapat meningkatkan motivasi dan kemauan minat baca
selanjutnya. Dampak orang tua yang suka membaca akan memacu putra-putrinya untuk
mengikuti jejaknya, karena berbagai jenis bacaan mengandung ilmu pengetahuan dari yang dasar
hingga yang canggih.
Adapun kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca yang dapat
dilalukan dirumah antara lain:
1. Penyelenggaraan jam-jam cerita diwaktu-waktu tertentu;
2. Pemberian contoh membaca yang dapat dilalukan menjelang tidur;
3. Menempatkan media yang menarik untuk dibaca seperti kalender yang berisi wawasan
4. Membuat pesan pendek pada dinding tentang motivasi pada tempat yang sering dilalui
"harus sering diupdate"
5. Menuntun lebih baik dari pada memeerintah, berikan contoh terlebih dahulu dengan
membiasakan membaca;
6. Media internet juga dapat menjadi salah satu upaya, hanya saja perlu didampingi

Semua kegiatan rutin dapat dilakukan dengan metode pembiasaan, kecenderungan


manusia pada kebiasaan adalah mutlak. Oleh sebab itu membaca harus dijadikan
kebutuhan hidup dan budaya yang harus ditanamkan pada anak-anak usia dini.
Modal dasar dalam pembinaan minat baca anak adalah tersedianya sarana baca yaitu
buku-buku menarik yang dapat menggugah minat anak untuk membacanya. Akan tetapi,
tidak semua anak mampu mendapatkan buku-buku yang mereka butuhkan dan dapat
menggugah buku-buku yang mampu menggugah minat baca mereka. Hal tersebut
disebabkan oleh faktor ekonomi rendah dan minimnya kesadaraan orang tua untuk
menyediakan sarana baca, sehingga dapat menghambat upaya pembinaan minat baca
anak.

E. Pengembangan Kemampuan Menulis pada Anak Usia 4-5 Tahun


Tahap perkembangan menulis anak usia 4-5 tahun dapat berkembang apabila kegiatan menulis
atas dasar keinginan sendiri maupun tanpa paksaan dari orang sekitarnya. Menurut Depdiknas
(Anggalia & Karmila, 2013) terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
menumbuhkan keinginan menulis anak.
C. Prinsip penggunaan tanda atau simbol
Guru memberi kesempatan yang banyak pada anak untuk melatih kelenturan
motorik halus anak.
2. Prinsip pengulangan
Memberikan latihan pengulangan.
D. Prinsip keluwesan
Guru memperkenalkan tulisan pertama kali pada anak berupa simbol atau tanda yang dekat dan
dikenal anak.
E. Prinsip pengungkapan
Memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan berbagai pengalamannya berkaitan
dengan tulisan yang telah dibuatnya.
F. Prinsip mencontoh
Guru sering mengulang berbagai contoh tulisan atau kata dengan konteks yang
sama.
G. Prinsip penguatan
Pengembangan kemampuan dan keterampilan anak usia dini berkaitan dengan Tri Pusat
Pendidikan yang mempunyai peranan penting terhadap keberhasilan anak dalam melewati setiap
fase perkembangan dalam hidupnya.
H. Lingkungan keluarga
Merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Salah satu tugas orang tua dalam
mendidik adalah dengan membimbing mereka menuju kedewasaan baik jasmani maupun rohani.
Keluarga adalah wadah untuk mengembangkan dan membentuk dari dalam sosialnya, dan
membentuk sikap. Dasar tanggung jawab orang tua kepada anaknya adalah:
1) adanya dorongan cinta kasih;
2) pemberian morivasi moral;
3) tanggungjawab sosial;
4) memelihara dan membesarkan anaknya;
5) memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yangberguna untuk
kehidupanya.
2. Lingkungan sekolah
Pendidikan sekolah adalah lanjutan dari pendidikan keluarga. Sekolah merupakan jembatan
bagi anak untuk menghubungkan mereka dari lingkungan keluarga dengan lingkungan
masyarakat. Sebagai lembaga formal, sekolah lahir dan berkembang secara efektif dan efisien.
Sekolah berfungsi untuk mendidik dan mengajar.
Guru memberikan penguatan berupa penghargaan atau pujian terhadap hasil tulisan anak.
3. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak.
Masyarakat merupakan bentuk kehidupan sosial dengan tata nilai budaya. Masyarakat dijadikan
wadah dalam pendidikan sosial, agama, suku, dan lainya.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga setelah
keluarga dan sekolah. Pendidikan ini dimulai saat anak-anak mulai lepas dari keluarga dan
berada diluar dari pendidikan sekolah. Pendidikan masyarakat mampu membentuk kebiasaan,
membentuk pengertian (pengetahuan), sikap, minat, dan kesusilaan. Elemen Tripusat pendidikan
ini berkolaborasi untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak serta penanaman
pengetahuan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate atau bawaan. Kemampuan
menggunakan bahasa bersifat instinktif (naluriah), akan tetapi setiap orang memiliki kapasitas
yang berbeda tergantung jenis bahasa ibu yang mereka gunakan. Keterampilan bahasa terbagi
menjadi keterampilan mendengarkan(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis-secara alami
kemampuan menyimak dianggap sebagai keterampilan utama dalam akuisisiasli(bahasa
pertama). Seorang bayi akan mendengarkan suara-suara dan suara di lingkungannya untuk
diinternalisasi linguistik, sebelum ia/dia berbicara dan belajar membaca dan menulis. Menyimak
adalah salah satu cara digunakan sejak awal kehidupandan paling sering digunakan sepanjang
hidup. Indera pendengaran berfungsi sebelum seseorang lahir, dan anak mendapatkan banyak
pengalaman mendengarkan jauh sebelum berbicara, membaca dan menulis. Begitu orgam
pendengaran janin sepenuhnya terbentuk dan fungsional, anak mampu mendengarkan. Kita juga
tahu bahwa bayi yang baru lahir merespon secara berbeda terhadap berbagai jenis suara.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, V. (2019). Stimulasi Keterampilan Menyimak terhadap Perkembangan Anak Usia


Dini. Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 3(1), 30-44.

DADY, K., MARENTEK, A., & RANUNTU, G. C. (2019). MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MENDENGAR SISWA SEKOLAH DASAR DALAM BAHASA INGGRIS
DENGAN MENGGUNAKAN METODE TPR (TOTAL PHYSICAL RESPONSE). JURNAL
ELEKTRONIK FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SAM RATULANGI, 2(1).

Novitasari, Y., & Fauziddin, M. (2020). Perkembangan Kognitif Bidang Auditori pada Anak
Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 805.

Ilham, M., & Wijiati, I. A. (2020). Keterampilan Berbicara: Pengantar Keterampilan Berbahasa.
Lembaga Academic & Research Institute.

Manurung, A. K. R. (2021). Optimalisasi Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia Dini. Jurnal
Bunga Rampai Usia EmaS, 5(2), 6-12.

Jurnal Pendidikan Anak, 8 (2), 2019

Adinda Rohadati Aisy, Hafidzah Nur Adzani

KUMARA CENDEKIA Vol. 7 No. 2 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai