Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESULITAN KETERAMPILAN BAHASA DIKELAS


RENDAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KAPITA SELEKTA BAHASA INDONESIA
SD/MI
Dosen Pengampu : Tutus Rani Arifa, M.Pd

Disusun oleh : Abdul Rahim 2005030073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KESULITAN KETERAMPILAN
BAHASA DIKELAS RENDAH” dapat di selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau
kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah
satunya dari berbicara. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai sehingga makalah ini dapat disusun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang
tua kita yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kita, dosen pembimbing kita, IBU
Tutus Rani Arifa, M.Pd, dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu dalam
berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini di buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya
ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada makalah ini, penulis mohon maaf. Penulis
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Marabahan, 11 Mei 2023


Penulis
Kesulitan
Keterampilan
Bahasa dikelas
Rendah

Faktor dan Kendala Fungsi Bahasa Bagi


Pola Pikir Anak
mempelajari Bahasa Anak

Pendekatan Metode Strategi


Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Bahasa Bahasa Bahasa
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………...

PETA KONSEP………………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………………………
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………...
3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

1. Pola Perkembangan Bahasa Anak……………………………………………….


2. Faktor dan Kendala dalam mempelajari Bahasa Anak………………………..
3. Fungsi Bahasa bagi Anak………………………………………………………...
4. Pendekatan dalam mempelajari Bahasa Anak………………………………….
5. Metode dalam mempelajari Bahasa Anak………………………………………
6. Strategi dalam mempelajari Bahasa Anak……………………………………...

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………………………………..
2. Saran……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan


bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik
kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi
dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa
ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu
menggumam maupun membeo. Menurut pendapat Dyson bahwa perkembangan berbicara
terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri, hal ini tidak sama
dengan menulis.
Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara,
namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula
yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat
membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian
dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan
orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan
bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup
segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat,
bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa
lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting
serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan
tersebtut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan
dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan
sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan perbaikan
pembelajaran melalui tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui pola perkembangan anak?
2. Bagaimanakah mengetahui faktor dan kendala pola berbahasa pada anak?
3. Apa fungsi bahasa lisan pada anak?
4. Bagaimanakah pendekatan pembelajaran Bahasa kelas rendah
5. Bagaimanakah metode pembelajaran Bahasa kelas rendah?
6. Bagaimanakah strategi pembelajaran Bahasa kelas rendah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara mengetahui pola perkembangan anak.
2. Pembaca dapat mengerti bagaimana mengetahui faktor dan kendala pola berbahasa
lisan pada anak.
3. Pembaca dapat mengerti apa fungsi dari bahasa lisan pada anak.
4. Pembaca dapat mengerti bagaimana pendekatan pembelajaran Bahasa kelas rendah.
5. Pembaca dapat mengerti bagaimana metode pembelajaran Bahasa kelas rendah.
6. Pembaca dapat mengetahui bagaimana strategi pembelajaran Bahasa kelas rendah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Perkembangan Bahasa Anak


Dalam perkembangan bahasa anak sebagai alat atau media komunikasi telah dimulai sejak.
Bentuk bahasa atau prabicara yang paling sederhana dan digunakan pada masa bayi dengan
”menangis” untuk mengungkapkan perasaan dirinya kepada oarang lain, kemudian
berkembang dalam bentuk ”celoteh atau ocehan” dengan cara mengeluarkan bunyi yang
belum jelas. Kemudian, dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota
badan yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Apabila anak sudah siap atau
matang untuk belajar berbicara, maka sebaiknya tidak lagi menggunakan bentuk komunikasi
prabicara karena akan menghambat perkembangan belajar berbahasa pada anak, sekaligus
merugikan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak dikatakan siap atau matang berbicara
dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental
bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik. Berbicara atau
kegiatan berbahasa lainnya merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.
Pola belajar bicara dan berbahasa untuk semua anak pada umumnya sama, meskipun laju
perkembangannya berbeda. Pola perkembangan bicara hampir sejalan dengan perkembangan
motorik. Sekitar usia satu tahun, biasanya anak mulai belajar berjalan sekaligus belajar bicara.
Tugas pertama belajar bahasa adalah mengucapkan kata yang didengar dengan cara meniru
pengucapan kata orang-orang di sekitarnya.
Pada saat anak mulai masuk sekolah, di mana hasrat untuk belajar dan ingin tahu besar,
merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala
yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-harinya. Anak mulai membangun kosa kata
atau menambah perbendaharaan kata-katanya. Kosa kata anak biasanya kata-kata yang
merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata perangkai atau pengganti
dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai warna,
waktu, uang, dan kata populer yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya.
Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dari kalimat
sederhana yang belum lengkap menjadi kalimat yang semakin lengkap. Semakin awal anak
dapat bicara, maka semakin banyak waktu berlatih yang mereka peroleh untuk berlatih bicara,
dan semakin besar pula kemudahan mereka berbicara dan mengalami hambatan dalam
penyesuaian diri dan sosialnya. Ketika anak mulai dapat berbicara, mereka hampir berbicara
tidak putus-putusnya. Anak bukan hanya berbicara dengan orang lain, kadang mereka bicara
dengan dirinya sendiri atau berbicara dengan boneka atau alat permainannya.
Seiring dengan pertambahan usia anak, kemampuan berbicara atau berbahasanya semakin
baik. Anak membicarakan banyak hal berkenaan dengan kegiatan bermain, belajar, dan
kegiatan lain yang disenanginya. Isi pembicaraan anak pada umumnya dapat diklasifikasikan
menjadi dua. Pertama, kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentik),
meskipun anak itu sedang berada dalam kelompok. Anak tipe ini lebih banyak berbicara bagi
kesenangan dan yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia cenderung mendominasi
pembicaraan dan kurang berminat dan sulit mendengarkan dan menerima pendapat orang lain.
Kedua, kegiatan berbicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi). Anaktipe ini cenderung
menyesuaikan isi dan cara berbicaranya dengan orang yang sedang berinteraksi dengannya.
Anak mampu berkomunikasi dan melibatkan diri dengan kegiatan sosial sehingga menjadi
anak yang disenangi.
Owen (Semiawan, 1998) menjelaskan perkembangan bahasa (pragmatik dan semantik) anak
pada usia sekolah dasar. Menurutnya, anak usia 5 tahun sangat sering menggunakan bahasa
untuk mengajukan permintaan, mengulang untuk perbaikan, mulai membicarakan topik-topik
gender. Anak usia 6 tahun mengulang dengan cara elaborasi untuk perbaikan, dan
menggunakan kata-kata keterangan. Anak usia 7tahun mengguna-kan dan memahami
sebagian istilah dan membuat plot naratif yang mempunyai pengantar dan akhir dari topik
yang mau diungkapkan. Anak usia 8 tahun menggunakan topik-topik yang konkret, mengenal
makna nonliteral dalam bentuk permintaan langsung, dan mulai mempertimbangkan maskud
lainnya. Pada usia 9 tahun, anak memelihara topik melalui beberapa perubahan.
Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara) pada anak yang mendekati masa
puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan
pada masalah yang dipikirkan orang dewasa

B. Faktor dan Kendala dalam Mempelajari Bahasa Anak


Walaupun pola perkembangan keterampilan berbahasa anak pada umumnya sama tetapi tetap
ada perbedaan individual, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Kesehatan:
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang
sehat atau sering sakit. Hal ini dikarenakan perkembangan aspek motorik dan aspek
mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Motivasi
berbahasa didorong oleh keinginan untuk menjadi anggota kelompok sosial dan
berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2. Kecerdasan:
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki
penguasaan bahasa yang lebih baik daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa mengungkapkan apa
yang dipikirkan anak.
3. Jenis kelamin:
Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam
pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa, daripada anak laki-laki.
4. Keluarga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering anak mendengar dan
berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena
orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk mengajak dan melatih mereka berbicara.
5. Keinginan dan dorongan:
Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan orang lain, terutama
bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara atau
berbahasa.
6. Kepribadian:
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan
berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah atau kendala
dalam penyesuaian diri dan sosial. Kemampuan berbahasa anak yang memiliki
kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah
kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik
pembicaraan)

C. Fungsi Bahasa bagi Anak


Fungsi bahasa bagi Anak adalah sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual
dan kemampuan dasar anak. Secara khusus Gardner mengemukakan bahwa fungsi bahasa
bagi anak usia Dini adalah untuk mengembangkan ekspresi, perasaan. Imajinasi dan pikiran.
DEPDIKNAS (2000) menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak
Usia Dini antara lain:
1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan
2. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak
3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
Tujuan khusus komunikasi bagi anak meliputi : Bahasa reseftif, bahasa ekspresif,
komunikasi verbal,mengingat dan membedakan.
1. Bahasa Reseftif
Yang dimaksud dengan bahasa reseftif adalah bahasa pasif.
Tujuan khusus bahasa reseftif:
a. Membantu anak mengembangkan kemampuan mendengarkan, contohnya
mendengarkan cerita, nyanyian dan sebagainya.
b. Membantu anak mengindentifikasi konsep melalui pemahaman pelabelan kata-kata.
c. Meningkatkan kemampuan untuk merespon pembelajaran langsung contohnya
bagaiman anak dapat menjawab atau merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru.
d. Membantu anak untuk mereaksi setiap komunikasi lainnya contohnya anak dapat
memberi respon atau reaksi ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya baik dengan
guru, orang tua atau teman sebayanya.

2. Bahasa ekspresif
Tujuan kusus bahsa ekspresif:
a. Membantu anak mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan perasaan secara verbal.
b. Mendorong anak untuk berbicara secara lebih jelas dan tegas sehingga mudah
dipahami.
c. Mendorong kepasihan berbahasa. Anak harus belajar bahasa yang pasih baik ucapan
maupun susunan kalimatnya sehingga mudah dimengerti oleh orang lain melalui
pemberian contoh guru sendiri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
d. Membantu anak memahami bahwa komunikasi tesebut dapat berpengaruh secara
lebih efektif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan anak.

D. Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa


Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa,
pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.
Ada beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah dasar, baik guru
kelas maupun guru bidang studi.
1. Pendekatan Behaviorisme
Pendekatan ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak
sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan
lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan
kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa
pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
2. Pendekatan Nativisme
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang
disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk mengolah
butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali
anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan demikian belajar
berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang sudah ada secara
alamiah.
3. Pendekatan Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif
anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar.
Dengan demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas.
Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari bawaannya
yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi.Inti pembelajaran
interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha
menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir kritis mereka.
5. Pendekatan Tujuan
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’. Dengan
‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila
sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal
75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil
tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau
dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka
pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk
dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar strukturstruktur
(tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana
berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan
bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa.
8. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan faktor-
faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga aspek
pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang dilaksanakan secara
menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan
tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak terpisah-pisah dengan aspek
kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan sastra. Di samping itu pendekatan
ini juga mementingkan multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak.
10. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa
perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan
begaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan “Whole
Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa harus terpadu, tidak
terpisahkan antara keterampilan berbahasa (menyimak,berbicara,membaca,menulis)
dengan komponen kebahasaan (tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek
sastra. Di samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini menggunakan
jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran Bahasa Indonesia dapat
disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains,
Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
12. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar
keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas guru
sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa, suasana belajar
kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas satu, dapat
dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan secara individual dapat
membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancar membaca), dapat pula membaca gambar,
menyusun balok-balok huruf menjadi kata, menjodohkan gambar dan kata.
13. Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah keterampilan
dalam proses pembelajaran yang meliputi:
a. keterampilan intelektual
b. keterampilan sosial
c. keterampilan fisik
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep itu akan menunjang pula keterampilan proses. Keterampilan proses dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan: mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
menerapkan, dan mengkomunikasikan

E. Metode Pembelajaran Bahasa Kelas Rendah


Dalam bidang pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan
urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan atau approach tertentu.
Metode meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan
evaluasi dan remedial. Dikaitkan dengan Kurikulum 2004, maka langkah metode ditetapkan
setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta indikator indikatornya.
Ada beberapa metode pembelajaran bahasa yang masih dipergunakan, baik secara terpisah-
pisah maupun digabungkan beberapa metode dalam pelaksanaannya.
1. Metode langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang
diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di daerah,
bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah/ bahasa
ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari verbalistik dan dapat
menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan kontekstual.
2. Metode alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary
method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa
kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana
yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang
harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran
bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia. Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-
anak dimulai dengan mendengar, kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya
menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak
berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur
kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak
diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
3. Metode tatabahasa
Metode ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa. Isi
pelajaran terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar kata-
kata dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu sering pula
diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat
mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan daftar kosakata dari teks dan kemudian
diberikan penjelasan-penjelasan tentang tatabahasanya.
4. Metode terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk
pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya
merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip
utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan
cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam
bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam
bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini
dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan
tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.
5. Metode pembatasan bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur
bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan
kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya
di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola
kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik
oleh guru.
6. Metode linguistik
Nama lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang menjadi landasan
metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi landasan pembelajarannya
senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli bahasa). Titik pembelajarannya pada
penguasaan bahasa lisan. Sebelum pembelajaran, diteliti
7. Metode bibahasa
Metode ini hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di muka.
Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran dididasarkan
pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan
tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk menerangkan perbedaan-perbedaan
fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tatabahasa kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan
tersebut digunakan sebagai dasar dalam latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.
8. Metode unit
Metode ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid untuk
menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi, generalisasi dan
penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat dikembangkan sebagai
berikut:
a. Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara memungut suara
terbanyak dari siswa suatu kelas.
b. Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu murid.
c. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan berikut
tata bahasanya.
d. Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut, kemudian
siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang dianggap sukar.
e. Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai konteks
pemakaiannya.
f. Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah tata bahasa.
g. Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika siswa
telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.
h. Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan mengarang bebas.

F. Strategi Pembelajaran Bahasa Kelas Rendah


1. Strategi Pembelajaran Permainan Membaca
Dalam pendekatan permainan membaca guru dapat menggunakan strategi bermain
dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai
media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-
huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh
guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata.
Guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya: cocokkan kartu,
ucapkan kata itu, temukan kata itu, konteks ucapan, temukan kalimat itu, baca dan
berbuat dan sebagainya. Pada pembelajaran permainan membaca kita dapat pula
menggunakan strategi Mind Mapping.
Seorang anak dalam proses pemetaan pemikiran masih sangat membutuhkan bimbingan
serta tuntunan agar dapat bekerja dengan optimal. Untuk itu metode mind mapping dapat
digunakan sebagai bahan latihan karena tingkat penguasaan anak masih dalam proses
berkembang dan metode mind mapping ini sangat simpel, sederhana, dan penggunaanya
dapat dengan mengambil bahan-bahan di sekitar kita.
Metode ini terdapat dua macam yaitu proses berpikir lurus dan proses berpikir memencar.
Dalam penggunaannya, proses berpikir lurus digunakan terlebih dahulu, bila anak dirasa
sudah mampu baru dilanjutkan ke tahap proses berpikir memencar.
Proses berpikir lurus
Pola berpikir lurus dilakukan dengan menentukan kata atau objek, dilanjutkan dengan
mencari kata yang memiliki kaitan dengan objek sebelumnya. Contoh kita pilih objek
”korek”. Lalu kita munculkan pertanyaan, ”apa yang kita ingat bila mendengar atau
membaca kata korek”? Misalnya jawabannya adalah ”api”. Kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan ”apa yang terlintas dipikiran kita bila mendengar kata api”? Mungkin saja
jawabannya adalah ”asap”, dan seterusnya. Mind mapping pembelajaran membaca dapat
dibuat sendiri salah satunya dengan menggunakan gambar-gambar yang mewakili
berbagai suku kata, misalnya untuk memperkenalkan suku kata berawalan huruf / b / guru
dapat mencari kosa kata dengan huruf awal /b/. Guru dapat memulai menuliskan huruf /b/
di bagian tengah (sebagai pusat). Tahapan berikutnya, tambahkan huruf vocal pada
huruf /b/ sehingga pusat memiliki lima cabang yaitu ba, bi, bu, be, dan bo. Di tiap-tiap
suku kata buat cabang untuk contoh katanya.
Mind maping ini dapat pula diterapkan dengan melibatkan anak secara aktif, maksudnya
kita tidak membuatkannya untuk anak namun kita mengajak anak untuk terlibat dalam
proses pembuatan peta pikiran. Cara ini memiliki kelebihan tersendiri yakni merangsang
imajinasi dan kreativitas anak serta mengembangkan seluruh kemampuan otak. Di
samping itu, dengan mengajarkan anak membuat mind mapping, berarti kita sekaligus
melangkah lebih maju dalam mempersiapkan anak menghadapi jenjang keilmuan yang
lebih tinggi.
Untuk melibatkan anak secara aktif dalam membuat peta pikirannya, kita dapat
menentukan satu huruf konsonan sebagai pusat peta pikiran. Sebagai contoh dalam
gambar tersebut di atas kita ambil huruf konsonan “b”.
Selanjutnya kita siapkan cabang-cabang suku kata untuk masing-masing tambahan huruf
vocal, yaitu ba, bi, bu, be, dan bo.
Kemudian kita tanyakan pada siswa benda apa saja yang dimulai dengan suku kata
tersebut. Kita buatkan kembali cabang-cabang untuk masing-masing suku kata kita
tuliskan kata benda yang dipilih oleh siswa lalu kita tambahkan gambarnya.
Berpikir Memencar
Pola berpikir memencar adalah mencari segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
tema yang diberikan, yang dalam pemetaan akan muncul sebagai cabang-cabang.
Misalnya saja ”dinosaurus”. Maka apa saja yang yang terlintas dalam pikiran kita ketika
mendengar kata ”dinosaurus”?
Pola pikir memencar membantu anak untuk belajar menghubungkan serta melihat
gambaran menyeluruh tentang sebuah objek. Permainan ini cukup sederhana, dengan
kartu kata dan sebuah kartu bergambar yang kemudian anda bisa meminta kepada anak
untuk menemukan kata yang cocok dan sesuai pada gambar yang ada. Atau sebaliknya,
anda menyebarkan beberapa kartu gambar dansebuah kartu kata yang nantinya anak akan
mencocokkan kartu kata itu dengan gambar yang sesuai. Disarankan agar permainan ini
dilakukan dengan durasi 1-5 menit setiap hari agar anak tidak merasa bosan.
2. Strategi Pembelajaran Menulis Permulaan dengan Metode SAS
Kaitan antara menulis dan membaca sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Pada
waktu guru mengajarkan menulis kata atau kalimat, siswa tentu akan membaca kata atau
kalimat tersebut. Kemampuan membaca diajarkan sejak dini, maka kemampuan menulis
pun diajarkan sejak dini. Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa tulis yang bersifat produktif; artinya merupakan kemampuan yang
menghasilkan tulisan.
Menulis memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan
antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan
pikiran secara jelas, menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan
kaidah tulis-menulis secara baik. Kemampuan ini diperoleh lewat jalan yang panjang.
Sebelum sampai pada tingkat kemampuan menulis ini (menulis lanjut), siswa harus mulai
dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan dan penulisan lambang-
lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan
pada pembelajaran menulis permulaan, akan menjadi dasar peningkatan dan
pengembangan kemampuan menulis selanjutnya.
Apabila dasar itu baik dan kuat, diharapkan pengembangnnya pun dapat baik dan apabila
dasar itu kurang baik atau lemah, maka diperkirakan hasil pengembangnnya akan kurang
baik juga. Mengingat hal itu maka selayaknya pembelajaran menulis permulaan mendapat
perhatian yang memadai dari guru. Pembelajaran menulis permulaan diawali dengan
pramenulis (memegang pinsil, gerakan tangan dalam menulis), mengeblat: menggunakan
karbon, kertas tipis, menebalkan tulisan, menghubungkan titik-titik membentuk huruf,
dan menatap (koordinasi mata, ingatan, dan ujung jari). Kegiatan belajar dilanjutkan pada
kegiatan menyalin tulisan, menulis halus, dikte, melengkapi tulisan (dengan huruf, suku
kata, dan kata), dan menulis nama.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan pada hakikatnya sama
dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan. Persyaratan
pembelajaran menulis permulaan seyogyanya siswa sudah bisa membaca apa yang akan
mereka tulis. Seperti pada kegiatan membaca permulaan, pembelajaran menulis
permulaan juga melalui dua tahapan yaitu tahap prapembelajaran berkaitan dengan
kesiapan menulis siswa dan tahap menulis permulaan melalui kegiatan
menjiplak/mengeblat, menyalin/meniru, menatap, menulis halus/indah, dikte/imlak, dan
mengarang sederhana melalui berbagai bimbingan.
Metode yang dapat digunakan antara lain
1) Metode abjad,
2) Metode kupas rangkai suku kata,
3) Metode kata lembaga, dan
4) Metode struktur alanalitik sintetik (SAS).
Dalam pembelajaran menulis, metode-metode yang dipandang paling cocok dengan jiwa
anak adalah metode SAS. Alasan mengapa metode SAS dipandang paling baik antara lain
1) Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa terkecil
adalah kalimat,
2) Memperhitungkan perkembangan pengalaman bahasa anak, dan
3) Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri. Dalam penerapan metode SAS,
guru melakukan langkah- langkah sebagai berikut.
a) Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, membacanya, siswa menyalinnya.
b) Kalimat itu diuraikan kedalam bentuk kata-kata. Setelah dibaca siswa menyalin
kata- kata itu seperti yang dilakukan guru.
c) Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya. Setelah dibaca,
siswa menyalin suku kata, suku kata-suku kata itu seperti yang dilakukan guru.
d) Suku kata itu pun diuraikan lagi atas huruf-hurufnya. Siswa menyalin seperti
yang dilakukan guru.
Setelah guru memberikan penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu dirangkaikan kembali
menjadi suku kata-kata, dan kalimat untuk kemudian siswa menyalinnya seperti yang
dilakukan guru. (Kuntarto, 2013).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung
seumur hidup. Seorang anak dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan
kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya ada yang cepat
dan ada juga yang lambat.Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan
jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat
dan meluas.Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebut,dan juga terus
memotivasi dan menstimulasi anak agar dapat mengembangkan secarabaik.
B. Saran
Penting bagi para orang tua untuk selalu membimbing dan mengawasi anaknya dalam
penggunaan bahasa, agar anak bisa menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Peran guru
disini juga sangat vital, karena disinilah mereka para anak mengenal berbagai macam kata,
kalimat yang berbagai macam. Untuk mengoptimalkan anak agar mampu berbicara dengan
baik diperlukan suatu bimbingan khusus yang melibatkan kerja sama yang berkesinambungan
antara para orang tua dan guru.
Daftar Pustaka
Kuntarto, E, (2017). Buku pembelajaran Calistung. Repository Unja, with the URL
https://repository.unja.ac.id/634/
Dadan Djuanda. 2010. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Tatat Hartati, M.Ed.Ph.D. MODUL 4 pendekatan dan metode pembelajaran bahasa di sekolah
dasar, with the URL file:///C:/Users/ASUS/Documents/BBM_4.pdf
Browne, A. (2009). Developing Language and Literacy. London : Sage Publications Ltd.
Kuntarto, E, dkk. (2018). cerdas berbahasa indonesia untuk perguruan tinggi.
https://repository.unja.ac.id/cgi/users/home/home?screen=EPrint%3A
%3AView&eprintid=5906%0A%0A
Kuntarto, E. (2013). Pembelajaran Calistung Membaca, Menulis dan Berhitung.
Nuryanti, Q. (2014). Pengembangan Pembelajaran Menulis Uuntuk Peserta Didik SD Kelas
Rendah.
https://www.academia.edu/10320743/Pengembangan_menulis_kelas_kelas_rendah
Tompkins, G.E,. Hoskisson, K. (1991). Language Arts : Content and Teaching Strategies. New
Jersey : Merril, an Imprint of Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai