Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PERKULIAHAN

Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

DOSEN PENGAMPU : Puput Yulianawati, M.Pd

Di Susun Oleh:

KELOMPOK I:

ROFI’AH
Muthia
Aliyah

PRODI PGMI

SEKOLAH TINGGGI ILMU TARBIYAH (STIT) ISPINI


NURUL QODIRILEMPUYANG BANDAR
LAMPUNG TENGAH
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam
yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang
berjudul Sejarah Peradaban Islam dapat terselesaikan.

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,
Bapak Nurhadi, M.Pdyang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan
benar.

Dalam makalah ini dibahas tentang beberapa materi yang meliputi Kebudayaan Islam periode Nabi
Muhammad SAW, Arab Pra-Islam, Periode Mekkah dan Madinah. 

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, walaupun
penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.

      Lampung Tengah, 19Mei 2022

  Penulis,

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang ........................................................................................................4


Rumusan Masalah ..................................................................................................5
Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

Hakekat perkembangan bahasa anak......................................................................6


Perkembangan bahasa anak....................................................................................6
Teori perkembangan bahasa anak...........................................................................7
Tahapan perkembangan bahasa pada anak............................................................11
Karakteristik kemampuan bahasa anak usia dini.....................................................12
Fase-fase perkembangan bahasa anak usia dini......................................................12
Fase perkembangan bahasa berdasarkan usia........................................................14
Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak............................16
Peran pendidik terhadap perkembangan bahasa anak...........................................19

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................................23
Saran .......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka ........................................................................................................23

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan merupakan perubahan individu baik secara struktur atau fungsi organ
melalui kematangan dan proses belajar yang terjadi sepanjang hayat hingga meninggal dunia.
Salah satu hal yang mengalami perkembangan adalah bahasa. Perkembangan bahasa bagi anak
dimulai sejak bayi melalui pengalaman dan pertumbuhan bahasa. Perkembangan bahasa
merupakan salah satu aspek penting pada anak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan bahasa
merupakan alat atau media untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Dengan bahasa, anak
dapat mengungkapkan kebutuhan serta keinginannya. Maka dari itu kemampuan berbahasa anak
harus dikembangkan.

Pengembangan bahasa memungkinkan anak belajar memahami dan mengontrol diri


sendiri. Ketika anak belajar berbicara,secara tidak disengaja mereka mengembangkan
pengetahuan tentang sistem fonologi, sintaksis, semantik dan sistem pragmatik (Tompkins,
1991 :8; Jalongo, 1992: 12). Hal ini, dapat dikembangkan oleh anak dalam kehidupan di
lingkungannya baik di rumah maupun di sekolah. Di kehidupan sekolah, pengetahuan pendidik
tentang bahasa anak berguna untuk kepentingan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Dengan demikian pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas tentang
perkembangan bahasa anak dan praktiknya dalam pembelajaran, agar pendidik memiliki
keterampilan berbahasa yang benar dan baik.

Perkembangan bahasa merupakan salah satu indikator dalam perkembangan kognitif


anak, yang berhubungan dengan keberhasilan atau keterlambatannya dalam berkomunikasi di
lingkungannya, keterlambatan anak dalam berbahasa dapat mempengaruhi kemampuan
komunikasinya dalam sehari-har. Hal ini dapat membuat anak sulit belajar, bersosialisasi, dan
kegiatan bekerja lainnya saat dewasa nanti. Banyak faktor yang akan mempengaruhi
perkembangan bahasa pada anak. Contohnya umur anak, kondisi lingkungan, serta kecerdasan
anak

4
Perkembangan bahasa pada anak melewati beberapa tahap yang akan dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini. Selain itu dalam makalah ini juga akan membahas tentang teori yang
mendukung perkembangan bahasa anak serta bagaimana peran pendidik terhadap perkembangan
bahasa anak.

B. Rumusan masalah

1. Apa hakikat perkembangan bahasa?

2. Bagaimanakah perkembangan bahasa anak?

3. Teori apa saja yang mendukung perkembangan bahasa pada anak?

4. Apa saja tahapan perkembangan bahasa pada anak?

5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak ?

6. Bagaimana peran pendidik terhadap perkembangan bahasa anak?

C. Tujuan

1. Memahami hakikat perkembangan bahasa.

2. Mengetahui perkembangan bahasa anak .

3. Mengetahui teori yang mendukung perkembangan bahasa anak .

4. Mengetahui tahapan perkembangan bahasa pada anak.

5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

6. Mengetahui peran pendiidk terhadap perkembangan bahasa anak.

BAB II

PEMBAHASAN
5
1. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di semua jenis pendidikan


dan jenjang sekolah, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi di Indonesia. Oleh karena
fungsi tersebut, maka bahasa memegang peranan penting dalam pembaharuan dan
peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perkembangan
bahasa anak tidak boleh diabaikan begitu saja oleh guru. Dimilikinya wawasan guru
tentang perkembangan bahasa tersebut, diharapkan menjadi dasar dan rambu-rambu pada
saat guru melaksanakan program pembelajarannya.

Bahasa (language) dan bicara (speech) adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bahasa mencakup setiap bentuk komunikasi
yang ditimbulkan oleh pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang
lain (Hurlock,1988). Dalam bahasa tersebut, diperlukan penggunaan tanda-tanda atau
simbol ke dalam sebuah tata bahasa yang berada dalam struktur aturan tertentu. Anak
akan mengerti ungkapan seseorang karena melalui perbendaharaan kata yang
disampaikan. Akan tetapi, apabila tidak dimiliki sejumlah perbendaraan kata atau kosa
kata, yang akan digunakan sebagai elemen berbicara, anak tidak dapat berbicara atau
berkata-kata. Dengan demikian, meskipun sarana lain untuk berbicara terpenuhi, jika
tidak memiliki kosakata, seseorang/anak tidak dapat berbicara (Tarmansyah, 1966).

2. Perkembangan Bahasa Anak

(Simandjuntak dan Pasaribu, 1984:49) mengatakan bahwa anak mempunyai


potensi untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya melalui suara.
Pertumbuhan suara akan membentuk bahasa. Bahasa adalah ucapan mengenai pikiran
dan perasaan manusia dengan menggunakan alat bunyi yang teratur. Dengan
berkembangnya bahasa pada anak akan memudahkan anak berkomunikasi dan
mengutarakan apa yang ia inginkan dan ia rasakan kepada orang lain terlebih kepada
teman sebaya. Oleh karena itu, perlunya guru memahami konsep dari perkembangan
bahasa pada anak. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan bahasa anak dimulai sejak bayi, yang berlandaskan pada pengalaman,
kecakapan dan progres dalam berbahasa. Perkembangan bahasa merupakan media yang
6
efektif bagi anak dalam menjalin komunikasi sosial. Dengan berkembangnya bahasa pada
anak akan memudahkan anak dalam mengutarakan apa yang ia inginkan dan sampaikan
kepada orang lain. Oleh karena itu, pengembangan bahasa untuk anak usia dini bertujuan
agar anak mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Teori Perkembangan Bahasa Anak

Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para ahli.
Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan
metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak.

Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:

a. Teori Behaviorisme

Pandangan teori behavioristik menjelaskan bahwa bahasa akan dapat diperoleh


dan dikuasai karena faktor pembiasaan. Menurut Abdul Chaer (2003: 222) kaum
behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari
luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa
bagi kaum behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratkan suatu
wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal
bahasa itu merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya.
Oleh karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal
behavior), agar tampak lebih mirip dengan perilaku yang harus dipelajari.

Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati


langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku
bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini
akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Pada saat ini anak belajar
bahasa pertamanya. Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk
barangkali. Sudah pasti si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar
kata tersebut. Apabila suatu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia
tidak akan mendapatkan kritikan karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti
inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan
7
hal yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama pada anak. Pemerolehan bahasa
menurut teori behavioris, dijelaskan sebagai berikut :

a. Teori belajar behavioris ini bersifat empiris, didasarkan pada data yang dapat
diamati.

b. Kaum behavioaris menganggap bahwa :

 Proses belajar pada manusia sama dengan proses belajar pada binatang.

 Pikiran anak merupakan tabula rasa yang akan diisi dengan asosiasi S-R.

 Semua prilaku merupakan respon terhadap stimulus dan perilaku terbentuk


dalam rangkaian asosiatif.

 Manusia tidak mempunyai potensi bawaan untuk belajar bahasa.

c. Belajar bagi kaum behavioris adalah pembentukan hubungan asosiatif antara


stimulus dan respon yang berulang-ulang sehingga terbentuk kebiasaan.
Pembentukan kebiasaan ini disebut pengondisian.

d. Pengondisian selalu disertai ganjaran sebagai penguatan asosiasi antara S-R.

e. Bahasa adalah perilaku manusia yang kompleks diantara perilaku-perilaku lain.

f. Anak menguasai bahasa melalui peniruan.

g. Perkembangan bahasa seseorang ditentukan oleh frekuensi dan intensitas latihan


yang disodorkan.

Namun demikian, banyak kritikan terhadap aliran ini. Chomsky mengatakan


bahwa teori yang berlandaskan conditioning dan reinforcement tidak bisa
menjelaskan kalimat-kalimat baru yang diucapkan untuk pertama kali. Bower dan
Hilgard juga menentang aliran ini dengan mengatakan bahwa penelitian mutakhir
tidak mendukung aliran ini.

8
Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu dapat disederhanakan
menjadi hubungan stimulus-response. Hal tersebut tidaklah benar karena tidak semua
perilaku berasal dari stimulus-response.

b. Teori Nativisme

Dalam penjelasan Chaer (2003) pandangan teori nativisme bahwa selama proses
pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka
kemampuan lingualnya secara genetis telah diprogramkan. Kaum nativis berpendapat
bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari
dalam waktu singkat melalui metode seperti “peniruan” (imitation). Manusia tidaklah
mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain. Selama belajar mereka
menggunakan prinsip-prinsip yang membimbingnya menyusun tata bahasa. Menurut
Chomsky bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Binatang tidak mungkin dapat
menguasai bahasa manusia. Pendapat ini didasarkan pada asumsi. Pertama, perilaku
berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa
adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (sesuatu yang universal); dan
lingkungan hanya memiliki peranan kecil di dalam proses pematangan bahasa.
Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah
dapat berbicara mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak
dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari
orang dewasa. Chomsky menyatakan bahwa manusia mempunyai “Faculties of The
Mind” yakni semacam kapling-kapling intelektual dalam otaknya. Salah satunya
adalah untuk bahasa. Kapling kodrati yang dibawa sejak lahir ini oleh Chomsky
dinamakan Language Acquisition Device (LAD).

Berdasarkan pendapat dari Chomsky yang merupakan tokoh aliran teori nativisme
itu, dapat diambil penafsiran bahwa dalam setiap diri anak manusia telah dibekali
oleh sebuah kemampuan berbahasa dalam dirinya yang tersimpan sebagai bawaan
semenjak lahir. Oleh karenanya dalam teori pembelajaran atau pemerolehan bahasa
kedua pada masa perkembangan pertama tentunya tidak akan jauh melenceng dari
penafsiran tersebut. Dalam masa perkembangan, manusia tinggal melatih apa yang
9
sebenarnya telah dia miliki di dalam otaknya, yaitu bahasa. Dalam pemerolehan
bahasa pertama biasanya seorang anak akan memperolehnya pada masa
perkembangan pertama (0-3 tahun). Dalam rentang waktu ini anak akan terus
berusaha untuk mengingat dan melatih apa yang telah dimiliki dalam dirinya dan dari
hasil proses komunikasi dan interaksi dengan orang terdekatnya. Setelah umur 3
tahun atau lebih, bisa jadi seorang anak akan mulai menerima kehadiran penutur lain
yang mungkin pula akan membawa bahasa lain.

Menurut aliran nativisme ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit
sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”.
Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu
alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD).
Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang
digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di
lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.

c. Teori Kognitivisme

Teori Kognitivisme menjelaskan bahwa bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang
terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. (Chaer, 2003:223).

Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah


perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan
berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya
memahami dunia melalui indranya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara
langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda
memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk
mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian
berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.

Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada atau diturunkan
dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam

10
kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang
anak akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. Menurut aliran
ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian
yang terjadi di dalam lingkungan.

Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam
menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman,
produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil dari proses kognitif
anak yang secara terus menerus berubah dan berkembang. Jadi stimulus merupakan
masukan bagi anak yang berproses dalam otak. Pada otak terjadi mekanisme mental
internal yang diatur oleh pengatur kognitif, kemudian keluar sebagai hasil pengolahan
kognitif tadi.

Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman, proses


mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak sebagai seseorang
yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.

d. Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil


interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan
“input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah
memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin
anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.

4. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Menurut seorang ahli psikology Vigotsky (1986) perkembangan bahasa anak


berkaitan erat dengan kebudayan dan masyarakat tempat anak dibesarkan dengan
istilahnya ZPD ( Zona Perkembangan Proximal) merupakan zona di antara tingkat
perkembangan aktual dan potensial. dimana anak akan mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari orang dewasa ketika anak mendapatkan tugas yang sulit dipahami. Dan
anak akan bisa sendiri ketika berada pada tingkat yang sesuai dengan kemampuannya.
11
Maka untuk itu orang dewasa sangat dianjurkan mendampingi anak agar perkembangan
bahasanya menjadi optimal .

5. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Karakteristik kemampuan bahasa pada anak usia dini dibedakan menurut rentang usia :

1) Anak usia 4 tahun

Mampu menunjukkan dirinya dengan kata ganti saya. Kemampuan bahasa berkembang
cepat. Menguasai fonem dan sintaksis bahasa yang digunakan. Menunjukkan pemahaman
tentang sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Mampu mengungkapkan keinginannya
dengan kalimat sederhana.Mampu memahami gambar dan mengungkapkannya dengan
kata.

2) Anak usia 5- 6 tahun

Dapat mengucapkan lebih dari 2500 kata.Lingkup kosa kata yang dikuasai cukup
luas.Mampu menjadi pendengar yang baik.Dapat diajak berinteraksi atau bercakap –
cakap. Anak sudah bisa menanggapi pembicaraan.Anak sudah bisa mengekspresikan
dirinya, belajar menulis, membaca, dan bercerita.

Dari klasifikasi karakteristik sesuai umurnya tersebut, maka akan terlihat jelas
kemampuan bahasa yang harus dimiliki anak pada usia tersebut. Setiap anak tumbuh dan
berkembang secara berbeda. Ada kemungkinan perkembangan bahasa bisa lebih cepat
dari rentang usia yang disebutkan atau bahkan lebih lambat dari rentang tersebut.
berbagai faktor mampu mempengaruhi laju perkembangan bahasa anak, misalnya tingkat
intelegensi bawaan dan paparan interaksi sosial.

6. Fase – Fase Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa anak dibagi menjadi beberapa fase. Fase tersebut


dikelompokkan menjadi dua periode besar yaitu periode prelinguistik (0- 1 tahun) dan
periode linguistik (1- 5tahun). Pada periode linguistik ini merupakan periode kata- kata

12
pertama yang diucapkan oleh sang anak dan yang paling dditunggu- tunggu oleh orang
tua. Periode linguistik dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

1) Fase Holofrase (1 kata)

Pada fase ini, anak mengungkapkan keinginannya dengan satu kata. Orang tua bisa
memahami keinginan anak jika kata tersebut diucapkan dalam konteks tertentu.
Pemahaman orang tua juga dilihat dari bahasa tubuh lainnya pada anak yang menyatakan
keinginan dengan kata tersebut. Misalnya: anak berkata “susu” sambil menunjuk botol
susu di dekatnya, hal itu berarti “saya ingin minum susu”. Kata pertama yang biasa
disebutkan oleh anak adalah kata benda. Setelah itu barulah menyusul pemahaman dan
penggunaan kata kerja.

2) Fase lebih dari satu kata

Fase ini muncul pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah bisa membuat
kalimat dengan dua kata. Setelah penggunaan dua kata, lalu tiga kata, empat kata, dan
seterusnya. Orang tua sudah bisa memulai melakukan komunikasi dan mengajak anak
berinteraksi dengan cara tanya jawab. Anak sudah bisa menjawab dengan kalimat singkat
atau bercerita dengan kata- kata yang dia tahu saja. Anak berusaha menyusun kalimat
meskipun kata yang digunakan masih berantakan.

3) Fase Diferensiasi

Periode ini berlangsung pada usia 2,5- 5 tahun sebelum beranjak pada fase balita. Anak
sudah bisa menyusun kalimat dengan perpaduan kata kerja dan kata benda. Anak juga
mampu menyebut dirinya dengan kata saya. Anak mampu mengucapkan kata dalam
bentuk jamak dan menggunakan awalan, akhiran. Anak bisa diajak komunikasi dengan
lebih aktif dan lebih lancar. Anak juga bisa berinisiatif menggunakan kata- kata untuk
bertanya, memberitahu, menjawab dan menyerap kata baru dan menggunakannya
dengan cepat.

Ketiga fase diatas, dapat dimasukkan pada fase perkembangan periode lingual
dini yang dibagi oleh Schaerlaekens, sebagai berikut. Menurut Schaerlaekens,fase

13
perkembangan bahasa pada anak dibagi menjadi empat menurut rentang usianya. Setiap
periode menunjukkan ciri- ciri khusus yang khas.

7. Fase Perkembangan Bahasa Berdasarkan Usia

Berikut ini adalah periode dalam fase perkembangan bahasa :

1) Periode Prelingual (usia 0 -1 tahun)

Periode ini disebutkan prelingual karena anak belum bisa mengucapkan bahasa dalam arti
pengucapan kata. Pada periode ini perkembangan bahasa dilihat dari bunyi- bunyi yang
dihasilkan anak. Bunyi bunyi yang dimaksud sudah mulai ada pada minggu- minggu
sejak kelahiran. Menurut Chaer, perkembangan tersebut meliputi tahap bunyi : (1) bunyi
resonansi, (2) bunyi berdekut, (3) bunyi berleter, (4) bunyi berleter ulang, (5) bunyi
vokabel.

Tahap pertama, sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi (phonation
stage). Selama ini bayi sering membuat apa yang disebut "bunyi-bunyi yang
menyenangkan". Ini adalah bunyi-bunyi "quasi vowel” (disebut "quasi" karena tidak
sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat berikutnya). Kuasi vokal dibentuk dari suara
yang mirip bahasa pertama (Dworezky, 1990). Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi biasanya
berada pada going stage, yaitu bayi mengucapkan kata sejenis dengan kombinasi quasi
vokal dengan keras, sebagai tanda'awal konsonan. Antara 4 dan 7 bulan anak
memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion stage.

Tabap kedua, setelah anak belajarmengeluarkan suara dalam bentuk tangis, anak mulai
mengoceh (babbling stage). Bunyi yangmuncul pada masa ini, yakni antara 7 sampai 10
bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan antara vokal dan konsonannya, namun belum
ada bunyi yang membedakan makna. Antara usia 7 dan 10 bulan tersebut, ocehan bayi
semakin meningkat karena dia mulai menghasilkan sukukata dan menirukan seperti
ucapan 'bababa' atau 'mamama'. Ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Yang
menarik adalah bayi yang mampu mendengar segera mulai mengoceh suku kata
kononikal sedangkan bayi tuli yang juga berada pada masa mengoceh, tidak dapat
mengucapkan bunyi kononikal tersebut(Oller & Eiler, dalam Dworetzky, 1990:214).
14
Tahap ketiga, bayi setelah melalui masa kononikal secara meningkat bayi
mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang akan mereka
gunakan daIam bahasa yang mereka pelajari. Ini disebut dengan tabap kontraksi
(contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan. Pada masa ini bayi
juga memperoleh langkah dan irama bahasa. Tampaknya balikan diperlukan sebelum
masa kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa yang mereka dengar. Jalongo (1992:8)
mengelompokkan perkembangan bahasa anak tahap pralinguastik ini, sejak bayi lahir
sampai usia II bulan.

Pada tahap perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam taraf berlatih mengenal
lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya. Ketika anak
merasakan sesuatu,sementara dia belum mampu mengucapkan sesuatu, anak hanya
mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak senang. Ungkapan rasa tidak
senang, ditunjukkan dengan menangis atau menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak
senang, dia mampu menunjukan kesenangannya, misalnya dengan tidak rewel,
melakukan gerakan yang positif,selalu memberikan respon ketika diajak berkomunikasi.

2) Periode Lingual Dini (usia 1- 2,5 tahun)

Pada periode ini anak mulai mengucapkan kata meskipun belum sempurna. Pada fase ini
beberapa kombinasi huruf atau bunyi ucapan masih terlalu sukar diucapkan. Huruf huruf
yang biasanya sukar diucapkan yaitu huruf r, s, k, j, dan t. Pada fase inilah dibagi menjadi
tiga yaitu fase satu kata, fase dua kata, dan fase lebih dari dua kata.

3) Periode Diferensiasi (usia 2,5- 5 tahun)

Anak mampu melakukan diferensiasi atau pembedaan penggunaan kata- kata yang tepat
sesuai dengan maksud yang ingin disampaikannya sehingga membentuk kalimat yang
baik. Anak mampu memilah penggunaan kata- kata yang sudah dikuasainya. Anak bisa
membedakan mana kata yang sebaiknya digunakan, misalnya untuk berbicara pada orang
yang lebih tua anak harus menggunakan kata- kata yang lebih sopan.

15
4) Periode Menjelang Sekolah

Menurut Chaer, periode ini diperuntukkan pada anak dengan usia 5 -6 tahun menjelang
sekolah dasar. Pada periode ini, pembelajaran bahasa sudah diarahkan oleh pendidikan
yang didapatkan dan dengan interaksi penggunaan bahasa yang bersifat formal di
sekolah. Penggunaan bahasa sudah diajarkan secara teratur menurut kaidah yang benar,
sehingga anak sudah bisa menerapkannya dalam komunikasi formal di sekolah.

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Chomsky, Piaget, Lenneberg dan Slobin, faktor-faktor yang memengaruhi


pemerolehan bahasa diantaranya:

a.     Faktor Alamiah

Setiap anak lahir dengan seperangkat prosedur dan aturan bahasa yang dinamakan
oleh Chomsky Language Acquisition Divice (LAD). Anak tidak dirangsang untuk
mendapatkan bahasa, anak tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi di
sekitarnya.

b. Faktor Perkembangan Kognitif

Perkembangan bahasa seseorang seiring dengan perkembangan kognitifnya.


Keduanya memiliki hubungan yang komplementer. Piaget dalam Brainerd seperti
dikutip Ginn (2006) mengartikan kognitif sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
pengenalan berdasarkan intelektual dan merupakan sarana pengungkapan pikiran, ide,
dan gagasan. Termasuk, kegiatan kognitif; aktivitas mental, mengingat, memberi
simbol, mengkategorikan atau mengelompokkan, memecahkan masalah, menciptakan,
dan berimajinasi. Hubungannnya dengan mempelajari bahasa, kognitif memiliki
keterkaitan dengan pemerolehan bahasa seseorang.

c.   Faktor Latar Belakang Sosial

16
Latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afiliasi kelompok sosial, dan
lingkungan budaya memungkinkan terjadinya perbedaan serius dalam pemerolehan
bahasa anak (Vygotsky, 1978). Semakin tinggi tingkat interaksi sosial sebuah
keluarga, semakin besar peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa.
Sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin kecil
pula peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Hal lain yang turut
berpengaruh adalah status sosial. Anak yang berasal dari golongan status social
ekonomi rendah rmenunjukkan perkembangan kosakatanya lebih sedikit sesuai
dengan keadaan keluarganya.

Dalam faktor latar belakang sosial akan ada hubungan timbal balik yang pasti
atau baik positif maupun negatif antara pusat perekonomian dengan pusat masyarakat
bagi keluarga tempat anak-anak itu tumbuh dan tempat pertumbuhan
bahasanya. Bagi anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan, yang
dilengkapi dengan alat-alat hiburan dan dalam keluarga mereka yang
berpendidikan akan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mendapatkan
bekal kosa kata dalam jumlah yang besar serta membentu kebiasaan-kebiasaan
memakai bahasa yang benar. Sebaliknya anak yang tumbuh/hidup dalam lingkungan
yang minus, sekalipun kecerdasanya sama dengan anak-anak yang tumbuh dalam
masyarakat yang surplus namun tingkat pertumbuhan bahasanya dalam mencapai
kosa kata dapat berbeda atau ada kemungkinan lebih rendah.

d. Faktor Keturunan

    Selain faktor di atas, faktor keturunan juga mempengaruhi  pemerolehan bahasa anak.
Faktor keturunan meliputi:

        a). Intelegensia

        Pemerolehan bahasa anak turut juga dipengaruhi oleh intelegensia yang


dimiliki anak. Ini berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki anak dalam mencerna
sesuatu melalui pikirannya. Setiap anak memiliki struktur otak yang mencakup IQ
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Semakin tinggi IQ seseorang, semakin
cepat memperoleh bahasa, sebaliknya semakin rendah IQ-nya, semakin lambat
17
memperoleh bahasa. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh karena semuanya
dikembalikan kepada si anak.

      b).  Kepribadian dan Gaya/Cara Pemerolehan Bahasa

Kreativitas seseorang dalam merespon sesuatu sangat menentukan perolehan


bahasa, daya bertutur dan bertingkah laku yang menjadi kepribadian seseorang
turut mempengaruhi sedikit banyaknya variasi-variasi tutur bahasa.
Dalam pemerolehan bahasa pertama anak sangat dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan
berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD). Hal ini telah dibuktikan
oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia
mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan. Salah satu
kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk., 2006:2-
3). Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang
memengaruhi kemampuan berbahasa si anak. Banyak penemuan yang telah
membuktikan hal ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa,
yaitu motivasi, usia, penyajian formal,  dan lingkungan.

Berikut ini penjelasan tentang faktor-faktor penentu keberhasilan pembelajaran bahasa.

a). Faktor motivasi

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa kedua, motivasi


mempunyai dua fungsi, yaitu (1) fungsi integratif dan (2) fungsi instrumental.
Berfungsi integratif jika motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari
suatu bahasa karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat.
sedangkan motivasi berfungsi instrumental adalah jika motivasi itu mendorong
pembelajar untuk memiliki kemauan untuk mempelajari bahasa kedua itu karena
tujuan yang bermanfaat atau karena ingin memperoleh suatu pekerjaan atau
mobilitas sosial pada masyarakat tersebut (Gardner, 1972: 3.)

b). Faktor usia

18
Dalam hal kecepatan dan keberhasilan bahasa kedua, dapat disimpulkan: (1)
anak-anak lebih berhasil dalam pemerolehan sistem fonologi atau pelafalan
dibandingkan orang dewasa; (2) orang dewasa tampaknya maju lebih cepat
daripada kanak-kanak dalam bidang morfologi dan sintaksis, paling tidak pada
permulaan masa belajar; (3) kanak-kanak lebih berhasil dibandingkan orang
dewasa, tetapi tidak selalu lebih cepat (‘Oyama, 1976; Dulay, Burt, dan Krashen,
1982; Asher dan Gracia, 1969).

c).  Faktor penyajian formal

Penyajian bahasa secara formal berpengaruh terhadap kecepatan dan


keberhasilan dalam memperoleh bahasa kedua karena berbagai faktor dan
variabel yang telah dipersiapkan dan diadakan dengan sengaja melalui berbagai
perangkat formal pembelajarannya.

d).  Faktor lingkungan

Lingkungan bahasa dapat dibedakan menjadi lingkungan formal seperti di


kelas dalam proses belajar-megajar dan artifisial dan lingkungan informal atau
natural (Krashen, 1981: 40).

9. Peran Pendidik Terhadap Perkembangan Bahasa Anak

a. Peran guru sebagai motivator dalam pengembangan bahasa lisan anak

Guru memotivasi anak untuk meningkatkan perkembangan bahasanya, mendorong


anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, memberikan reward untuk
menunjang kemampuan berbahasa anak. Peran guru sebagai motivator penting
artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
anak. Guru harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk
mengembangkan potensi anak, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar.

b. Peran guru sebagai mediator dalam pengembangan bahasa lisan anak

19
Guru memberikan stimulus dalam perkembangan bahasa anak, menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode yang sesuai kebutuhan anak usia dini. Peran guru
sebagai mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi ketika diskusi tidak
berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan sebagai penyedia media
pembelajaran, guru menentukan media pembelajaran mana yang tepat digunakan
dalam pembelajaran.

c. Peran guru sebagai fasilitator dalam pengembangan bahasa lisan anak

Guru mampu menyediakan media pembelajaran yang mampu merangsang kognitif


anak, memberi daya tarik anak sehingga anak tertarik dalam mengikuti
pembelajaran. dalam hal ini guru juga myediakan sarana serta memilih sarana yang
sesuai dengan perkembangan bahasa anak untuk menunjang kemampuan berbahasa
anak. Peran guru sebagai fasilitator penting artinya guru wajib memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar misalnya dengan
menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang kondusif, sesuai dengan
perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung efektif dan
optimal.

Hal yang dapat dilakukan guru dalam perkembangan bahasa anak yaitu :

(1) Membunyikan kata dengan tepat (fonologi)

Peran guru yaitu melafalkan kata yang kurang tepat cara pengucapannya beberapa kali
dengan cara memenggal berdasarkan suku kata dan memudahkan anak dalam
melafalkannya kembali.

(2) Memilih Kata

Peran guru sebagai demonstrator, fasilitator, dan pengajar terutama dalam memilih
kata sederhana. Tidak hanya itu saja guru berusaha memasukkan beberapa kelas kata
misalnya seperti kata benda, kata kerja, kata keterangan dan kata bilangan. Kata-kata
ini sengaja guru berikan agar anak lebih banyak mengenal kata- kata. Mulai dari

20
nama ibu, ayah, kakak dan adik, serta jumlah keluarga. Kata-kata ini sengaja
dipilih guru karena lebih umum dikenal dan sering dilafalkan anak. Contoh lain kata
yang diperkenalkan guru adalah kata sapaan. Kata ini sering bervariasi untuk satu
kata misalnya, jika seorang anak memangil ibunya sebagai ummi, maka anak
tersebut secara otomatis akan menceritakan kepada guru dan di hadapan teman-
temanya, nama ummi saya, mereka tidak aka mengungkapkan nama ibu saya,
karena dalam keseharianya sapaan ibu bagi anak tersebut adalah ummi. dan begitu
seterusnya anak akan mengisahkan sesuai dengan kehidupan nyata yang dialami
oleh anak tersebut.

(3) Melengkapi Kalimat (sintaksis)

Peran guru sebagai demonstrator, fasilitator, dan pengajar sangat baik. Hal ini dapat

dilihat dari kreatifitas yang dilakukan guru dalam mengembangkan bahasa anak
dengan menggunakan media yang lebih menarik sehingga anak termotivasi dalam
melengkapi kalimat.

4) Memelihara, Mengawasi bahasa anak, dan Mencegahnya Berbahasa Tidak Sopan

Pendidik harus memelihara bahasa yang sudah diketahuinya dengan cara menanyakan
kembali apa-apa yang sudah diketahuinya tersebut, sehingga apa yang diketahuinya tidak
hilang atau lupa. Pendidik harus tetap mengawasi tutur kata anak- anaknya dan mencegah
anak mereka untuk berbicara yang tidak benar, serta membetulkan kata-kata yang salah
diucapkan anak.

5) Mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bermain

Bermain merupakan kebutuhan anak yang tak boleh diabaikan oleh pengasuh, fantasi
anak paling banyak berkembang dalam kesempatan bermain.

6) Berkomunikasi Secara Aktif

Guru harus berkomunikasi dengan siswanya dengan bahasa Indonesia dengan baik dan
lancar. Pada umumnya orang tua di rumah sering menggunakan bahasa daerah dan jarang

21
berbahasa Indonesia, sehingga si anak juga mampu berbahasa daerah. Akibatnya di
sekolah anak-anak sulit untuk berbahasa Indonesia dan cenderung diam dan pasif dalam
proses pembelajaran, tidak bisa menyampaikan isi dalam pikirannya.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbicara dan berpikir. Secara tidak
disadari, ketika orang berbicara selalu menggunakan pengetahuan bahasa dan pikirannya.
Tanpa hal tersebut, ungkapan yang terlahir adalah ucapan yang berada di luar
pemikirannya atau bahkan ucapan yang salah.
Bentuk kesalahan dalam berbicara pada anak mempunyai latar belakang dan
alasan yang tidak selalu sama antara anak yang satu dengan anak yang lain. Hal tersebut
dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor, baik faktor dari luar dan dari dalam diri anak. Dari
mana pun asalnya faktor tersebut, guru sebagi orang yang berada di lingkungan anak
ketika anak bersekolah hendaklah mampu dan mau menjadi pengarah, pembimbing,
penyejuk, dan model bagi anak, agar mereka mampu dan trampil berbicara dengan
kemampuan bahasanya. Pengembangan berbahasa pada anak di sekolah, lebih lebih
ditujukan pada:
1. Kesanggupan menyampaikan pikiran kepada orang lain.
2. Mengembangkan perbendaharaan kata.
3. Menangkap pembicaraan orang lain.
4. Keberanian untuk mengemukakan pendapat.
B. Saran

Pengembangan bahasa ini, agar dilakukan dengan baik, dan tujuan dapat tercapai,
maka guru hendaklah pandai memilih teknik pembelajaran yang relatif sesuai. Metode
tersebut adalah, bercerita, permainan bebas, sandiwara boneka, bercakap-cakap, tanya
jawab, dramatisasi, mengucapkan syair, bermain peran, dan karya wisata. Dengan
pemilihan metode yang tepat, diharapkan anak akan mampu berbahasa secara alamiah.
Untuk itu, guru hendaklah memiliki pengetahuan tentang perkembangan bahasa anak,
dan metode pengembangan bahasa anak.

23
DAFTAR PUSTAKA

Zubaidah, E. (2004). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dan Teknik Pengembangan
Di Sekolah. Cakrawala Pendidikan, (3), 87931.
Amalia, E. R. (2019). Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dengan
Metode Bercerita.
Erfinawati, E., & Ismawirna, I. (2019). Peran Guru Dalam Membina Perkembangan
Bahasa Anak Kelompok B Di Tk Cut Meutia Banda Aceh. Buah Hati Journal, 6(1).
Arsanti, M. (2014). Pemerolehan Bahasa Pada Anak (Kajian Psikolinguistik). Jurnal
PBSI, 3(2).

24

Anda mungkin juga menyukai