DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
DOSEN PENGAMPUH :
2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala karunia Allah SWT. Atas izin-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa kami kirimkan sholawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, parasahabatnya, dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi
Perkembangan Anak Usia Dini” yang berjudul Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Di
dalam makalah ini kami mengurai tentang teori-teori perkembangan bahasa AUD, factor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa AUD, tahap perkembangan bahasa AUD, stimulasi
perkembangan bahasa AUD dan masalah perkembangan bahasa AUD. Dalam menyelesaikan
makalah ini, kami mendapat beberapa bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih banyak.
Akhirulkalam, kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga kami berharap kritik dan saran dari pembaca sekalian khususnya dosen
pengampu kami agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian makalah berikutnya dan
semoga makalah ini bermanfaat serta memenuhi harapan semua pihak.Aamiin.
KELOMPOK 5
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 20
B. SARAN ..................................................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepatuntuk mengembangkan bahasa karena
masa kanak-kanak berada dala fase pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Masa
kanakkanakini disebut dengan istilah The Golden Age, yaitu masa keemasan. Pada masa ini
berbagai potensi yang ada dalam diri manusia berkembang dengan pesatn. Dimana
perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan social berlangsung dengan
cepat.
Anak usia dini secara umum adalah anak-anak di bawah usia 6 tahun. Pemerintah melalui
UU Sisdiknas mendifinisikan anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun.
Soemiarti patmonodewo mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan
Snowman, yang dimaksud anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.
Bahasa merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam perkembangan berfikir.
Bahasa merupakan suatu system symbol yang mengkategorikan, mengorganisasi dan
mengklarifikasi pikiran. Bahasa juga dapat diartikan sebagai salah satu cara yang utama untuk
mengekspresikan pikiran yang di mana perkembangan bahasa itu seiring dengan
perkembangan kognitif.
1
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang ada di sekitar anak
seperti teman sebaya, teman bermain, orang yang ada di rumah maupun tetangga sekitarnya.
B. RUMUSAN MAKALAH
C. TUJUAN MAKALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu,
perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata.
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1
tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah anak mulai
mengucapkan kata kata yang, pertama.1
Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya
yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan
melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal. Selain itu, bahasa dapat juga
diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural, dan musik.
Perkembangan adalah suatu pola perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat
yang lebih kompleks dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan
anak adalah aspek perkembangan bahasa. Menurut Vygotsky dalam Ahmad Susanto (2012:
73), menyatakan bahwa bahasa merupakan media untuk mengungkapkan ide dan bertanya,
bahasa juga menciptakan konsep dalam kategori-kategori berpikir. Selain itu bahasa juga
merupakan sarana dalam berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena di samping berfungsi sebagai media untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada
orang lain juga sekaligus sebagai media untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.2
Menurut Yulia Palupi, Perkembangan bahasa pada anak merupakan pendeteksian
gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses pengembangannya. Dalam
perkembangan bahasa juga dapat digunakan untuk melihat percakapan anak disertai dengan
penggunaan teknologi untuk merekam suara anak3.
1
Erisa Kurniati, PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK DALAM PSIKOLOGI SERTA IMPLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017, hlm 1
2
Eka Rizki Amaliah dkk. MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
DENGAN METODE BERCERITA. Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC), Mojokerto
3
Yulia Palupi. 2016. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK. IKIP PGRI Wates: Proseding Seminar
Nasional PGSD UPY dengan Tema Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia.
Hlm: 31
3
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak dimulai sejak bayi, yang
berlandaskan pada pengalaman, kecakapan dan progres dalam berbahasa. Perkembangan
bahasa merupakan media yang efektif bagi anak dalam menjalin komunikasi sosial.Dengan
berkembangnya Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini merupakan hal yang berkaitan
dengan upaya yang dilakukan pendidik untuk mewujudkan atau mencapai tujuan
pendidikan anak usia dini dalam rangka mengembangkan kemampuan berbahasa peserta
didiknya dengan memfokuskan pada lingkup pengemabangan bahasa di dalam Satuan
Pendidikan Anak Usia Dini yang tujuan tak lain agar peserta didik mampu berkomunikasi
dengan baik dilingkungannya.
4
Contoh yang dapat diambil adalah kesehatan mata. Setiap hari anak ditugasi guru untuk
membaca atau melihat gambar. Hal ini menurut peran mata sebagai alat utamanya. Jika
kesehatan mata baik tentunya akan memberikan hasil yang baik pula, demikian juga
sebaliknya. Hasil penelitian Glazer dan Searfoss (1988:244) tentang kesehatan mata ini
disimpulkan bahwa problem penglihatan dapat mempengaruhi hasil belajar membaca pada
anak.
3. Kecrdasan
Faktor kecerdasan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak.
Kecerdasan pada anak ini meliputi fungsi mental intelektual. Tarmansyah menyatakan
bahwa anak yang mempunyai kategori intelegensitinggi akan mampu berbicara lebih awal.
Sebaliknya anak yang mempunyaikecerdasan rendah akan terlambat dalamkemampuan
berbahasa dan berbicaranya. dapat dikatakan bahwa anak yang memiliki kecerdasan yang
baik tidak mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Jadi, kelancaran berbicara
menunjukkan kematangan mental intelektual pembicara.
4. Sikap Lingkungan
Proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar,kemudian
meniru suara yang didengar dari lingkungannya. Dalam proses semacam ini, anak tidak
akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkanyang pernah didengarnya. Oleh karena itu, keluarga haruslah memberi
kesempatan kepada anak untuk belajar berbahasa dan berbicara melalui mengalaman yang
pernah didengarnya. Selanjutnya secara berangsur-angsur ketika anak telah mampu
mengekspresikan pengalamannya, baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca,
dan lain sebagainya, ia mengungkapkan kembali melalui Bahasa lisan. Hal ini merupakan
modal dasar yang paling ampuh untuk belajar Bahasa dan berbicara bagi anak.
Lingkungan lain yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak
adalah lingkungan bermain baik dari tetangga maupun dari sekolah. Kedua lingkungan
tersebut sangat besar peranannya. Oleh karena lingkungan sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak, maka lingkungan anak hendaknya lingkungan yang dapat
menimbulkan minat untuk berkomunikasi.
5. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara. Hal
tersebut dimungkinkan karena sosial ekonomi seseorang memberikan dampak terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan berbahasa dan berbicara. Misalnya berkaitan dengan
pendidikan, fasilitas di rumah dan di sekolah, pengetahuan, pergaulan dan makanan.
5
6. Jenis kelamin
Tarmansyah (1995:57-58) menguraikan dalam bukunya bahwa anak lakilaki dan anak
perempuan, perkembangan bahasanya relatif lebih cepat anak perempuan. Oleh karena itu,
perbendaharaan bahasanya lebih banyak dimiliki oleh anak perempuan. Demikian juga
dalam hal ucapan, anak perempuan lebih jelas artikulasinya. Perbedaan antara anak laki-
laki dan perempuan tersebut akan berlangsung sampai menginjak usia sekolah. Lebih lanjut
dikatakan Tarmansyah bahwa pada dasarnya secara biologis anak perempuan lebih cepat
mencapai masa kematangannya. Jadi, yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak
antara lain adalah masalah pertimbangan biologisnya.
7. Kedwibahasaan
Kedwibahaaan atau bilingualism adalah kondisi di mana seseorang berada di
lingkungan orang yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Kondisi demikian dapatlah
mempengaruhi atau memberikan akibat bagi perkembangan bahasa dan bicara anak. Ada
anggapan bahwa AUD dapat belajar bahasa yang berbeda sekaligus. Namun jika dalam
penggunaannya bersamaan dan Bahasa yang dipergunakan berbeda, hal ini dapat
mempengaruhi perkembangan Bahasa dan bicara anak. Hal itu tentu saja ada beberapa
faktor yang mempengaruhinya, baik faktor waktu, tempat, sosiobudaya, situasi, dan
medium pengungkapannya
8. Neurologi
Peranan susunan syaraf, mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara pada anak.
Susunan syaraf yang berperan terhadap perkembangan bahasa dan bicara ini antara lain
yang mensyarafi otot pengunyah, otot wajah dan kepala, otot refleks batuk, otot penelan,
otot pernapasan, otot lidah, otot pangkal lidah, dan otot lain yang berada di sekitar organ
bicara. Susunan syaraf tersebut tentulah memiliki peranan dalam perkembangan bahasa dan
bicara anak. Dengan demikian, anak dapat berkembang bahasa dan bicaranya jika otot yang
mensyarafi organ bicara tersebut mempunyai peranan.4
4
Dr. Enny Zubaidah,M.pd. Draft Buku PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DIN PENDIDIKAN DASAR
DAN PRASEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTAI, hlm
16-20
6
C. TEORI – TEORI PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak lepas
dari teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini telah terdapat beberapa pandangan atau teori
– teori dalam perkembangan Bahasa anak, diantaranya:
a. Teori Behavioristik
Pandangan ini dikemukakan oleh B.F Skinner, dimana menurut kaum behavioris
kemampuan berbicara dan memahami Bahasa oleh anak diperoleh dari rangsangan yang
diberikan melalui lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan
lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif didalam proses perkembangan perilaku
verbalnya. Kaum behavioristik bukan hanya tidak mengakui peran aktif di anak dalam
proses pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan anak. Proses
perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh
lingkungannya.
Para ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa
kemampuan apapun. Dengan demikian, anak harus belajar melalui pengkondisian dari
lingungan, proses imitasi, dan diberikan reinforcement (penguat). Skinner memandang
bahwa perkembangan bahasa dari sudut stimulus-respon yang memandang berpikir sebagai
proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan.
b. Teori Nativis
Noam Chomsky berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak bersifat alamiah
atau nature. Teori ini tidak berpendapat bahwa lingkungan mempunyai pengaruh dalam
pemerolehan bahasa, melainkan bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan
dengan terbukanya kemampuan lingual yang secara genetis telah diprogramkan. Nativis
berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit
membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Jadi lingkungan
sama sekali tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa.
Chomsky mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat penguasaan bahasa
(Languange Acquisition Device) LAD dan menemukan sendiri cara kerja bahasa tersebut.
Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil
dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti peniruan atau imitation. Alat
ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah di programkan untuk merinci butir –
butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari
7
otak yang khusus untuk memproses bahasa dan tidak punya kaitan dengan kemampuan
kognitif lainnya.
c. Teori Kognitif
Jean Piaget menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,
melaikan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.
Bahasa distukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan
yang lebih mendasar dan lebih umum didalam kognisi. Jadi, urutan – urutan perkembangan
kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa. Piaget meyakini bahwa perkembangan
kognitif terjadi dalam 4 tahapan:
• Tahap sensorimotor (dari lahir – 2 tahun)
Menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera dengan
gerakan
• Tahap pra-operasional (2 – 7 tahun)
Anak lebih egosentris dan intuitif
• Tahap operasional konkret (7 – 11 tahun)
Pada tahap ini anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya
bisa dilakukan secara fisik, dan dapat membalikkan operasi konkret ini.
• Tahap operasional formal (7 – 15 tahun)
Sudah mulai memikirkan secara lebih abstrak, idealis, dan logis
Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan
erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Vygotsky menggunakan
istilah zona perkembangan proximal (ZPD) untuk tugas – tugas yang sulit untuk dipahami
sendiri oleh anak. ZPD juga memiliki batas yang lebih rendah merupakan tingkat masalah
yang dipecahkan anak dan batas yang lebih tinggi merupakan tingkat tanggung jawab
ekstra yang dapat diterima anak dengan bantuan orang dewasa.5
d. Teori Pragmatik
Para kaum teori pragmatic berpendapat bahwa anak belajar bahasa dalam rangka
sosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya. Teori
ini berasumsi bahwa anak selain belajar bentuk dan arti bahasa, juga termotivasi oleh fungsi
5
Muhammad Usman, Perkembangan Bahasa Dalam Bermain dan Permainan: Untuk Pendidikan Anak Usia
Dini, (Yogyakartka: DEEPUBLISH, 2015), hlm. 7 – 12
8
bahasa yang bermanfaat bagi mereka. Dengan demikian, anak belajar disebabkan oleh
berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang mereka peroleh.
e. Teori Interaksionis
Teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan perpaduan
factor genetic dan lingkungan. Seorang anak dilahirkan untuk mempelajari dan
mengemukakan bahasa, dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang mencakupi
imitasi, reforcement, reward, dan peran sosial. Para ahli interaksionis menjelaskan bahwa
berbagai factor, seperti sosial, linguistic, kematangan, bioligis, dan kognitif, saling
mempengaruhi terhadap perkembangan bahasa individu.6
1. Fonologi,
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem (bunyi) sebuah bahasa dan
distribusinya. Hal-hal yang dibahas dalam fonologi antara lain: bunyi suara, fonetik dan
fonemik, alat ucap, pita suara, vokal, konsonan, perubahan fonem, dan intonasi7.
Jadi, fonologi ini memfokuskan pada bunyi bahasa yang harus diperhatikan oleh
penutur suatu bahasa atau ucapan yang akan di sampaikan.
2. Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata8.
Jadi, morfologi merupakan pengetahuan tentang struktur kata yang di dalamnya
meliputi perubahan-perubahan bentuk kata yang di gunakan.
3. Sintaksis
6
Robingatin dan Zakiyah Ulfa, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (Sleman: Ar – Ruzz Media, 2019), hlm.
37
7
Alam Budi Kusuma .2016. PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA SEBAGAI DASAR PEMBELAJARAN
BAHASA KEDUA. Yogyakarta: Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam. Vol. 5, No. 2. Hal: 126
8
Ibid., Hal: 126
9
Sintaksis adalah penguasaan atas suatu bahasa mencakup kemampuan untuk
memahami frase atau kalimat yang bersal dari kata. Sintaksis juga merupakan bagian
dari subsistem tata bahasa, sintaksis menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar
dari kata mulai dari frase hingga kalimat.9 Dapat di simpulkan bahwasannya, sintaksis
merupakan pengetahuan atau kemampuan untuk memahami frase atau kalimat yang
bersal dari kata.
4. Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang berarti kata benda yang
berarti tanda atau lambang, kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau
melambangkan10. Semantik sendiri bisa diartikan dengan ilmu tentang makna atau
arti.Semantik merupakan bagian dari linguistik
Jadi, Semantik merupakan pengetahuan yang merujuk kepada pemaknaan kata
yang mencirikan suatu konsep dan juga jaringan skemata yang menunjukan hubungan
timbal balik pada konsep yang sudah ada di dalam pikiran seseorang
.
5. Pragmatik
Pragmatik ialah pengetahuan atau kesadaran terhadap keseluruhan maksud dari
diadakannya komunikasi dan bagaimana bahasa itu di gunakan, agar mendapatkan
maksud tersebut.
Tahapan perkembangan bahasa menurut Benner sendiri (dalam Brophy,
Satham, dan Moss: 2002) sebagai berikut11:
9
Ibid., Hal : 127
10
Ibid., Hal: 128
11
Yulia Palupi. 2016. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK. IKIP PGRI Wates: Proseding Seminar Nasional
PGSD UPY dengan Tema Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia. Hlm: 31
10
Mulai tahun pertama kelahiran, kosakata terus bertambah (karenanya dapat diukur
dalam hitungan jumlah).
a) Periode Pralinguistik
Periode pralinguistik adalah masa anak sebelum mengenal bahasa, atau mampu
berbahasa. Saat bayi mulai tumbuh, secara berangsur-angsur ia mengembangkan
bahasanya melalui urutan lahap demi tahap.
• Tahap pertama, sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi
(phonation stage). Selama ini bayi sering membuat apa yang disebut "bunyi-
bunyi yang menyenangkan". Ini adalah bunyi-bunyi "quasi vower". Disebut
"quasi" karena tidak sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat berikutnya).
Quasi vokal dibentuk dari suara yang mirip bahasa pertama13.
Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi biasanya berada pada going stage, yaitu bayi
mengucapkan kata sejenis dengan kombinasi quasi vokal dengan keras, sebagai
tanda'awal konsonan.
12
Enny Zubaidah. 2004. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI DAN TEKNIK PENGEMBANGANNYA
DI SEKOLAH. Cakrawala Pendidikan. Vol XXII. No.3. Hlm: 464-465
13
Dworetzky P. John. 1990. Introduction to Child Development. West: Publishing Company. Hlm: 212
11
Antara 4 dan 7 bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut masa
expansion stage.
• Tahap kedua, setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk tangis,
anak mulai mengoceh (bablingstage). Bunyi yang muncul pada masa ini, yakni
antara 7 sampai 10 bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan antara vokal dan
konsonannya, namun belum ada bunyi yang membedakan makna.
Antara usia 7 dan 10 bulan tersebut, oceban bayi semakin meningkat karena dia
mulai menghasilkan sukukata dan menirukan seperti ucapan'bababa' atau
'mamama'. Ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Yang menarik adalah,
bayi yang mampu mendengar segera miilai mengoceh suku kata
kononikal,'sedangkan bayi tuli yangjuga berada pada masa mengoceh, tidak
dapat mengucapkan bunyi kononikal tersebut14.
• Tahap ketiga, bayi setelah melalui masakononikal, secara meningkat bayi
mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang akan
merekagunakan daIam bahasa yang merekapelajari. Ini disebut dengan tahap
kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan.
Pada masa ini bayi juga memperoleh langkah dan irama bahasa. Tampaknya
balikan diperlukan sebelum masa kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa
yang mereka dengar. Jalongo mengelompokkan perkembangan bahasa anak
tahap pralinguastik ini, sejak bayi lahir sampai usia II bulan. Pada tahap
perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam tarafberlatih mengenal
lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya.
Ketika anak merasakan sesuatu, sementara diabelummampu mengucapkan
sesuatu, anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak
senang. Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan menangis atau
menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu menunjukan
kesenangannya, misalnya dengan tidak rewel, melakukan gerakan yang positif,
selalu memberikan respen ketika diajak berkomunikasi15.
14
Ibid., Hlm: 214
15
Jalongo, Mary Renck. 1992. Early ChildhoodLanguage Arts. Singapore: Allyn and Bacon. Hlm: 8
12
b) Periode Linguistik
Istilah linguistik diketahui muncul pada pertengahan abad ke-19. Pada
hakikatnya linguistik adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bahasa sebagai
bagian kebudayaan berdasar struktur bahasa tersebut16.
Jalongo, telah mengelompokkan perkembangan linguistik ini sebagai tahapan
kedua Pada awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak menggunakan kata
antara 3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya anak berusia antara 12 sampai 18 bulan,
anak telah mampu menggunakan kata benda yang luas serta telah mampu menggunakan
kosakata yang terdiri antara 3 sampai dengan 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun, anak
sudah mampu menerima bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3 kata.
Anak, selanjutnya mampu berkomunikasi dengan menggunakan kata antara 3-50 kata.
Anak ketika berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari. Pada usia
tersebut, menurut Jalongo, anak memiliki kosakata antara 200 sampai 300 kata. Pada
usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan pengucapan dan tatabahasa. Anak telah
memiliki kosakata sebanyak 1400 sampai 1600 kata. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak
telah memiliki susunan kalimat dan tata bahasa yang benar, baik dalam mengunakan
awalan maupun dalam menggunakan kata kerja sekarang. Panjang kalimat rata-rata
setengah baris per kalimat, kemudian meningkat menjadi 6-8 kata. Anak telah
mampumenggunakan kosakata kira-kira 2500 kata, dan anak mengerti sekitar 6000
kata17.
16
Jos Daniel Parera. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: PT
Gelora Aksara Utama. Hlm: 18
17
Ibid., Hlm: 8-9
13
diterima dengan baik dilingkungannya melalui cara berkomunikasi yang lazim di
temuinya.
18
Sidiarto L,Gangguan Perkembangan Bahasa dan Bicara pada Keterlabatan Bahasa Dalam
symposium(Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro)
14
2. Gangguan pendengaran
• Masalah gangguan pendengan konduktif yang disebabkan oleh suatu penyakit yang
menggangu fungsi telinga bagian luar dan tengah sehingga penyandangannya perlu
menggunakan alat bantu pendengaran.
• Masalah gangguan pendengan akibat hilangnya sensor syaraf karena kerusakan sel
sensorik didalam telinga yang berfungsi mengantarkan pesan atau rangsangan suara.
• Gangguan pendengan kompleks akibat rusaknya fungsi telinga bagian luar,tengah dan
dalam.
• Gangguan pusat pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada syaraf atau jaringan
otak
3. Gangguan akibat kondisi tertentu
• Kesulitan belajar yang dapat menjadi sebab akibat gangguan bahasa.
• Serebral palsy atau lumpuh otak
• Retardasi atau keterbelakangan mental19
Perkembangan adalah suatu pola perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat
yang adalah keterampilan bahasa yang diaplikasikan untuk menyampaikan informasi
baik secara tertulis maupun lisan. Adapun yang termasuk bahasa produktif adalah kegiatan
menulis dan berbicara. Keterampilan bahasa anak khususnya pada kategori reseptif yaitu
menerima bahasa, pada tingkat perkembangan yakni menyimak perkataan orang lain dan
memahami cerita dengan mendengarkan guru atau teman berbicara, mendengarkan cerita
sederhana, melukiskan kembali isi cerita secara sederhana, dan menyebutkan tokoh-
tokoh didalam cerita. Namun, hal tersebut masih belum tercapai dengan baik karena
kenyataannya anak masih banyak yang ramai dikelas saat pembelajaran berlangsung,
tidak mendengarkan guru yang sedang berbicara didepan, suka berebut mainan dengan
teman sebayanya, tidak fokus, dan anak pun kesulitan untuk melukiskan kembali isi
cerita. Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat disimpulkan bahwa masalah yang
dihadapi anak terdapat pada keterampilan mendengarkan atau menyimak yang rendah.
19
Rohmani Nur Indah,Gangguan Berbahasa Kajian Pengantar.(Malang:UIN-MALIKI Press,2017)Hal-103;104
15
Padahal keterampilan mendengarkan pun perlu diajarkan sebagai bagian dari
perkembangan bahasa . 20
Dari hasil penelitian pelaksanaan stimulasi perkembangan bahasa dan bicara anak usia
0–3 tahun antara lain pada keluarga yang mempunyai anak usia 3–6 bulan mengenalkan
berbagai bunyi kepada anak. Menurut. Menurut Kemenkes RI (2012) bahwa untuk
melaksanakan stimulasi ada prinsip dasar yang diperhatikan salah satunya prinsip, gunakan
alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak dan untuk bayi 3–
6 bulan harus diberikan stimulasi lanjutan berupa mengenali berbagai suara, dengan cara
buatlah suara dari kerincingan, mainan yang dipencet atau bel. Keluarga mempunyai
inisiatif dalam membuatkan suara-suara untuk merangsang perkembangan bahasa dan
bicara bayi, merangsang visual bayi berguna untuk melatih bayi mengenali arti dari bunyi.
Pada keluarga yang mempunyai anak usia 6–9 bulan menunjuk dan menyebutkan nama
gambar gambar. Menurut Kemenkes RI (2012) bahwa untuk melaksanakan stimulasi ada
prinsip dasar yang diperhatikan diantaranya lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak
bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman dan
untuk bayi 6–9 bulan stimulasi yang harus diberikan adalah menunjuk dan menyebutkan
nama gambar-gambar. Ajak bayi melihat gambar-gambar, bantu ia menunjukkan gambar
yang namanya anda sebutkan. Usahakan bayi mau mengulangi kata-kata anda. Apabila
20
Severe, Sal. (2003). Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Prasekolah Anda Bersikap Baik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 30
21
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
16
keluarga melaksanakan dengan menunjukkan gambar gambar dan menyebutkan nama pada
gambar yang dimilliki dengan tidak memaksakan bayi maka bayi dapat merekam gambar
dan nama dari gambar sehingga dapat menambah pengetahuan dan kosa kata bayi
walaupun bayi masih belum mengerti arti dari gambar tersebut.
Pada keluarga yang mempunyai anak usia 9– 12 bulan dari jumlah 4 keluarga semua
keluarga 100% tidak membuat bayi mau berbicara kembali dengan boneka mainan.
Menurut Kemenkes RI (2012), sesuai prinsip dasar pelaksanaan stimulasi nomor 4 lakukan
stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa
paksaan dan tidak ada hukuman dan untuk bayi usia 9–12 bulan stimulasi yang harus
diberikan adalah berpura-pura bahwa boneka berbicara kepada bayi dan buat agar bayi mau
berbicara kembali dengan boneka itu dan dihubungkan dengan teori Hurlock (1995:186)
bahwa semakin banyak anak didorong dengan mengajaknya berbicara dan didorong
menanggapinya, akan sema kin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik
kualitasnya. Berdasarkan hal tersebut melatih anak berbicara dapat memanfaatkan boneka
mainan untuk diajak komunikasi pada bayi supaya bayi lebih tertarik .
Pada keluarga yang mempunyai anak usia 12– 15 bulan dari jumlah 2 keluarga 100%
tidak menyebutkan nama bagian tubuh bayi. Menurut KemenkesRI (2012) bahwa prinsip
dasar stimulasi lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak ber- main, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman dan usia 12–15 bulan
stimulasi yang harus diberikan ketika anda mengenakan pakaian anak, tunjuk dan sebutkan
nama bagian tubuh anak. Usahakan agar anak mau menyebutkan kembali. Pendapat dari
peneliti bahwakeluarga dapat melatih anak menyebut nama bagian tubuh dengan lagu kepala,
pundak, lutut, kaki sebab bagian tubuh mempunyai fungsi dan manfaat masing-masing
sehingga anak perlu dikenalkan sejak anak masih kecil untuk memperkaya kosa kata yang
dimiliki anak.
Pada keluarga yang mempunyai usia 15–18 bulan dari jumlah 2 keluarga semua
keluarga 100%tidak menyebut berbagai nama barang. Menurut Kemenkes RI (2012) bahwa
prinsip dasar stimulasi nomor 4 lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan,tanpa paksaan dan tidak ada hukuman dan usia 15– 18
bulan stimulasi yang harus diberikan adalah ketikaanda ke pasar, ajak anak dan sebutkan nama
ba- rang-barang yang anda beli. Usahakan agar anak mau menyebutkan dulu sebelum anda
melakukan-nya. Keluarga dapat meng gunakan waktu saat berbelanja untuk meningkatkan
17
stimulus panca in- dera anak, dengan membiarkan anak menunjuk dan menanyakan barang
yang ada ditoko.
Pada keluarga yang mempunyai anak usia 18– 24 bulan dari jumlah 4 keluarga hanya 1
keluarga 25% yang membacakan buku pada anak setiap hari. Menurut kemenkes RI (2012),
bahwa prinsip dasar stimulasi nomor 2 yaitu selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik
karena anak akan meniru tingkahlaku orang-orang yang terdekat dengannya dan padausia 18–
24 bulan salah satu stimulasi yang harus dilakukan adalah setiap hari anak dibacakan buku.
Pendapat dari peneliti apabila keluarga membiasa- kan anaknya dari kecil untuk
membacakan buku maka minat anak dalam membaca buku akan me-ningkat dan anak akan
mengikuti dari tindakan membaca yang dilakukan oleh pengasuhnya
Pada keluarga yang mempunyai anak usia 24– 36 bulan dari jumlah 11 keluarga 82% atau
9 keluargatidak menjelaskan acara televisi saat anak menon- ton. Menurut Kemenkes RI
(2012), bahwa prinsip dasar stimulasi nomor 2 yaitu selalu tunjukkan sikapdan perilaku yang
baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannyadan pada
anak umur 24–36 stimulasi yang harus diberikan adalah acara atau berita di televisi terka-
dang menakut kan anak, jelaskan pada anak apakah hal itu nyata atau tidak nyata. Perlunya
pendam- pingan saat anak menonton dan memilihkan acara televisi yang tepat untuk anak,
untuk mencegah ter-jadinya salah paham anak pada acara yang ada ditelevisi, dan sebagai
keluarga harus menjelaskan dengan kejujuran acara ditelevisi apakah yang telah dilihat
tersebut fakta atau tidak.22
22
Triana,winda PELAKSANAAN STIMULASI PERKEMBANGAN BAHASA DAN BICARA ANAK USIA 0–3
TAHUN DALAM KELUARGA DI POSYANDU SERUNI KELURAHAN BENDOGERIT KECAMATAN
SANANWETAN KOTA BLITAR (2017)hlm 163-16 Vol 4 No 2
23
Depdiknas. (2004). Kurikulum TK dan RA. Depdiknas Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Hlm.18
18
Dari berbagai metode yang disebutkan di atas, penggunaan metode bercerita
inilah yang akhirnya dipilih guna membantu siswa dalam mencapai tingkat
pencapaian perkembangan penerimaan bahasa dan pengungkapan bahasa dalam hal
ini penggunaan metode bercerita ini dengan : 1) menyimak perkataan orang lain, 2)
memahami cerita dan menjawab pertanyaan sederhana, dan 3) menceritakan kembali
cerita/dongeng yang pernah didengar. 24
Penerapan teknik bercerita ini diharapkan dapat mengatasi perbedaan minat
belajar siswa. Penyajian teknik bercerita yang baik dapat menumbuhkan imajinasi
dan mendorong kreativitas siswa dalam mengangkat pesan atau informasi yang
disampaikan. Selain itu, melalui cerita pada saat anak mendengarkan dan mengikuti
jalan cerita, pada saat itu juga emosi, fantasi, maupun imajinasi anak-anak menjadi
aktif. Selain itu, dunia anak anak identik dengan dunia tanpa batas, dalam artian apa
yang mereka dengar, lihat dan rasakan akan mempengaruhi daya pikir mereka dan
itu akan berbekas didalam pikiran mereka dalam waktu yang relatif lama. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui metode bercerita merupakan sarana
yang efektif untuk mendidik dan mengajari anak tanpa adanya kesan menggurui.
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini bertujuan untuk
memberikan kita pemahaman tentang metode dalam mengembangkan bahasa pada
anak. Kita akan mengetahui secara lebih spesifik metode apa yang efektif dan sesuai
dengan tipe anak. Yang kita terapkan disini adalah metode bercerita. Dengan metode
bercerita akan membantu perkembangan bahasa pada anak karena melalui metode
bercerita indra pendengaran anak dapat berfungsi dengan baik dalam membantu
kemampuan anak bicara, dan bertambahlah perbendaharaan kosa-kata anak. Dengan
bertambahnya perbendaharaan kosa-kata, anak akan memiliki kemampuan dan
keberanian untuk berkomunikasi kepada orang lain, sehingga anak akan terlatih dalam
menata kalimat sesuai tahap perkembangannya. Penelitian ini akan membahas
bagaimana metode bercerita dalam perkembangan bahasa Anak Usia Dini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa ini dapat di stimulasi sejak
usia lahir hingga usia dewasa yaitu usia 0-3 tahun, dalam stimulasi ini mempunyai
sebuah metode atau startegi agar dapat berkembang dengan baik pada diri anak usia
dini.
24
Moeslihatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Hlm.168
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak dimulai sejak bayi, yang
berlandaskan pada pengalaman, kecakapan dan progres dalam berbahasa. Perkembangan
bahasa merupakan media yang efektif bagi anak dalam menjalin komunikasi sosial. Pada
perkembangan bahasa terdapat factor – factor yang mempengaruhi diantaranya: (1) kondisi
jasmani dan kemampuan motorik, (2) kesehatan umum, (3) kecerdasan, (4) sikap lingkungan,
(5) faktor sosial ekonomi, (6) jenis kelamin, (7) kedwibahasaan, dan (8) neurologi.
Pada perkembangan bahasa anak juga tentunya telah terdapat beberapa pandangan atau
teori – teori didalamnya, yaitu teori behavioristik, teori nativis, teori kognitif, teori pragmatik,
dan teori interaksionis. Sedangkan pada tahapan perkembangan bahasa pada anak dimulai sejak
anak berada di dalam kandungan, janin, dan bayi, yang berlandaskan pada pengalaman,
kecakapan dan dorongan progres dalam berbahasa.
Lalu masalah atau gangguan perkembangan bahasa pada anak yag merupakan
ketidakmampuan atau keterbatasan anak dalam menggnakan simbol linguistik untuk
berkomunikasi secara verbal atau keterlambatan kemampuan perkembangan bicara dan bahasa
anak sesuai kelompok umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya. Kemampuan anak
dalam berbahasa dapat di stimulasi sejak usia lahir hingga usia dewasa yaitu usia 0-3 tahun,
dalam stimulasi ini mempunyai berbagai macam metode atau startegi agar dapat berkembang
dengan baik pada diri anak usia dini.
B. SARAN
Penulis sadar dan mengakui terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah
ini maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikkan dan
penambahan materi makalah kami dimasa mendatang meminta.
20
DAFTAR PUSTAKA
Yulia Palupi. 2016. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK. IKIP PGRI Wates:
Proseding Seminar Nasional PGSD UPY dengan Tema Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar
ketika Murid Anda seorang Disleksia
Zubaidah, Enny. 2004. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI DAN TEKNIK
PENGEMBANGANNYA DI SEKOLAH. Cakrawala Pendidikan. Vol XXII. No.3.
Jalongo, Mary Renck. 1992. Early ChildhoodLanguage Arts. Singapore: Allyn and
Bacon.
Jos Daniel Parera. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi
Struktural. Jakarta: PT Gelora Aksara Utama
Robingatin dan Zakiyah Ulfa. 2019. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. (Sleman:
Ar – Ruzz Media)
21
Rohmani Nur Indah,2017,Gangguan Berbahasa Kajian Pengantar.Malang:UIN-
MALIKI Press
Depdiknas. (2004). Kurikulum TK dan RA. Depdiknas Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Severe, Sal. (2003). Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Prasekolah Anda
Bersikap Baik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
22