Dosen Pengampu :
Yohana Oktaria, SPd., MPd.
Disusun oleh:
Ari William Hutapea 2113025030
Dewi Ria Latifah 2113025005
Davit irawan 2113025022
Sabena Regina 2113025027
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa shalawat serta
salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammada SAW karena atas perjuangannya
lah kita dapat merasakan nikmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
Perkembangan Bahasa Peserta Didik yang diampu oleh Yohana Oktaria, SPd., MPd.
makalah yang kami buat tentu jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran
sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah-makalah yang akan dibuat
kedepannya
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
penyusun sendiri. Harapan penyusun, semoga penulisan makalah ini bermanfaat.
Khususnya bagi penyusun sendiri, umumnya bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1............................................................................................Latar Belakang 1
1.2............................................................................................Topik Bahasan 2
1.3.........................................................................................................Tujuan 2
BAB II URAIAN BAHASAN........................................................................3
2.1..............................................................Pengertian Perkembangan Bahasa 3
2.2.......................................................................Tahap Perkemangan Bahasa 3
2.3.............................................Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja 5
2.4.................................Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa 6
2.5.........Hunungan Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir 8
2.6.....................................................Hambatan Perkembangan Bahasa Anak 9
2.7..............................Upaya Yang Harus Dilakukan Dalam Pengembangan
Kemampuan Bahasa dan Implikasinya Bagi Pendidikan......................12
BAB III PENUTUP......................................................................................14
3.1.................................................................................................Kesimpulan 14
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan
rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada
umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif
dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik
Perkembangan bahasa remaja maupun anak-anak dilengkapi dan diperkaya oleh
lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri
khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam
masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana
diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan
kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam
cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa
perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di
dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak
(remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam
kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok
yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang
dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara
khusus untuk kepentingan khusus pula.
4
7. Apa upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan kemampuan bahasa
dan implikasinya bagi pendidikan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari perkembangan bahasa
1. Memahami tahap perkembangan bahasa
2. Mengetahui karakteristik perkembangan bahasa remaja
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
4. Memahami hubungan kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir
5. Mengetahui hambatan perkembangan bahasa anak
6. Memahami upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan kemampuan
bahasa dan implikasinya bagi pendidikan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Usia 0 - 2 bulan
Pada usia tersebut sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah
dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap
kualitas emosional suara manusia misalnya, mereka akan tersenyum jika
mendengar suara yang ramah atau sebaliknya mereka akan menangis jika
mendengar suara dengan nada marah.
Usia 2 - 5 bulan.
Pada usia 2-5 bulan bayi dapat membedakan suara laki – laki dan
perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi – bunyi vokal
yang bercampur dengan bunyi – bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya
muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain.
Pada usia 4 – 7 bulan
Pada usia tersebut anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan
durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya
lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah mulai muncul.
b. Tahap Meraba Kedua
Usia 6 – 12 bulan
Pada tahap ini anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam
ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh.
Celotehannya berupa reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal
yang sama, seperti/ba ba ba/,ma ma ma/, dad a da/. Vokal yang muncul
adalah dasar /a/ dengan konsonan hambat labial /p, b/ nasal /m, n, g/, dan
alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan reduplikasi ini berubah lebuh
bervariasi. Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/ dan /i/, dan konsonan
frikatif pun, seperti /s/ sudah mulai muncul.
2. Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada
tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa.
Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni :
a. Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
7
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada
periode ini disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna
keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.
b. Ucapan Dua Kata
Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini
memasuki tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian
yang cepat. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan
meminta.Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan
cepat. Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak
hanyalah kata – kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata
kerja.
c. Pengembangan Tata Bahasa
Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa.
Perkembangan ini ditandai dengan penggunaan kalimat dengan lebih dari
dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia sekita 2 sampai 5
tahun.
d. Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya
dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap ini
anak – anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan
sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit.
8
Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup
menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa
pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.Dari kelompok itu
berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti
istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan
atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan
rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar.
9
dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok
bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau
tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata
yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau
menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja
pikir atau kecerdasan seseorang anak.
Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu
menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan
anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari
anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang
berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa
bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan
kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan
organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
Kedwibahasaan(bilingualism)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa yang
lebih dari satu bahasa akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan
bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak
terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.
Jumlah anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota
keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komuikasi
yang bervariasi dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki anak
tunggal dan tidak ada anggota keluarga lain selain keluarga inti.
10
Berfikir pada dasarnya merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat
pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya stimulus
sampai dengan munculnya respons (morgan, 1989). Seseorang yang rendah
kemampuan berfikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang
baik, logis, dan sistematis. Hal ini berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi
berarti melakukan konteks dengan orang lain. Seseorang menyampaikan ide dengan
berbahasa dan menangkap ide orang lain juga dengan melalui bahasa.
Menyampaikan dan mengambil ide itu merupakan proses berfikir yang abstrak.
Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekeburan
presepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah hasil proses berfikir jadi
tidak benar, dan hal itu disebabkan karena kemampuan berbahasa seseorang yang
rendah. Sering kali dikatakan oleh banyak orang bahwa kemampuan berfikir
seseorang menentukan dan sekaligus dapat dipahami dari kemampuan bahasanya.
Sebaliknya kemampuan berbahasa seseorang merupakan pencerminan dari
kemampuan berfikir seseorang.
Meskipun demikian, dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan
berfikirnya bagus tetapi kemampuan bahasanya kurang. Sebaliknya ada sejumlah
orang yang kemampuan bahasanya bagus tetapi kemampuan berfikirnya tidak
sebagus kemampuan bahasanya. Seringkali dijumpai sejumlah orang yang mampu
menulis dengan bagus untuk mengekspresikan pemikirannya, tetapi ketika diminta
untuk mempersentasikan pikiran – pikirannya justru jadi tidak menarik. Sebaliknya,
ada sejumlah orang yang ketika diminta mempresentasikan pikiran-pikirannya sangat
menarik dan sangat memukau banyak orang, tetapi ketika diminta menuangkan hasil
pikiran-pikirannya dalam tulisan menjadi tidak menarik.
11
A. FAKTOR INTERNAL
Faktor Keturunan (konginetal)
Gangguan bahasa pada bayi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Gangguan ini
bisa dikarenakan, retardasai mental, ketulian, gangguan saraf, cacat pada alat bicara
seperti pada lidah, gigi, bibir, langit-langit dan anak lidah. Bisa juga karena
gangguan perkembangan bicara, seperti gagap dan gangguan saraf-saraf motorik.
Gangguan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan
keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan
mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa.
Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena adanya infeksi
telinga. Anak dengan gangguan pendengaran biasanya ia tidak akan memberi
respons terhadap bunyi-bunyian yang ada di sekitarnya. Gangguan pendengaran bisa
menyebabkan anak mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan
menggunakan bahasa. Sebaiknya bawa segera anak ke dokter spesialis THT siapa
tahu ada infeksi dengan telinganya.
Gangguan bicara yang didapat
Gangguan yang didapat adalah gangguan bicara yang diakibatkan penyakit. Bisa
juga karena infeksi pada otak pasca trauma kepala, kanker otak, gangguan aliran
darah ke otak, serta kelumpuhan saraf yang menggerakkan otot bicara, seperti polio
dan tumor otak.
Faktor kejiwaan seperti penyakit autisme
Untuk anak autisme, perlu latihan. Pada tahap awal, stimulasi dengan kontak
dengan matanya. Karena pada anak autisme tidak mau melakukan kontak mata
dengan lawan bicara.
B. FAKTOR EKSTERNAL
Yang dimaksud adalah akibat faktor lingkungan yaitu terasingnya seorang anak
manusia, yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan
manusia. Keterasingannya bisa disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja
(sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan
manusia.
12
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat
perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala
atau gangguan neurologis lain.
2. Gagap
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama
bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang
spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan
laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu,
gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan
jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
3. Disfasia Perkembangan
Disfasia perkembangan adalah disfasia yang dialami anak apabila terdapat defisit
dalam ekspresi verbal atau pemahaman bahasanya, tidak termasuk di dalamnya
gangguan pendengaran, motorik, terbelakang mental, kerusakan otak, emosional atau
lingkungan bicara yang kurang mendukung.
Tanda- tanda anak mengalami kelainan atau gangguan bahasa, antara lain :
Sampai dengan usia 10 minggu, anak tidak mau tersenyum sosial.
Pada usia 3 bulan, anak tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban.
Pada usia 6 bulan, anak tidak mampu memalingkan mata dan kepalanya
terhadap suara yang datang dari belakang atau sampingnya.
Sampai dengan usia 8 bulan, anak tidak ada perhatian terhadap lingkungan
sekitarnya.
Pada usia 10 bulan, anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
Pada usia 15 bulan, anak tidak berbicara, tidak mengerti dan memberikan
reaksi terhadap kata-kata jangan, dadah dan sebagainya.
Pada usia 18 bulan, anak tidak dapat menyebutkan 10 kata tunggal.
Sampai usia 20 bulan, anak tidak mengucapkan 3-4 kata.
13
Pada usia 21 bulan, anak tidak memberikan reaksi terhadap perintah (misal:
duduk, kemari, berdiri).
Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh dan
belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 kata.
Setelah usia 24 bulan, anak hanya memiliki perbendaharaan kata yang sangat
sedikit atau tidak memiliki kata-kata huruf z pada frase.
Pada usia 30 bulan, ucapan anak tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarganya.
Pada usia 36 bulan, anak belum dapat menggunakan kalimat-kalimat
sederhana, belum dapat bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang
sederhana, dan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh orang di luar
keluarganya.
Pada usia 3,5 tahun, anak selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir
(misalnya ‘ca’ untuk cat, ‘ba’ untuk ban, dan lain-lain).
Setelah usia 4 tahun, anak berbicara dengan tidak lancar (gagap).
Setelah usia 7 tahun, anak masih suka melakukan kesalahan dalam
pengucapan.
Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas (sengau atau
bindeng) yang nyata atau memiliki suara yang monoton tanpa berhenti,
sangat keras, tidak dapat didengar, dan secara terus-menerus
memperdengarkan suara serak.
2.7. Upaya Yang Harus Dilakukan Dalam Pengembangan Kemampuan B
ahasa dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Agar kemampuan bahasa anak dapat optimal, sejak dini akan anak perlu
diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang
variatif. Terdapat dukungan sosial dalam perkembangan bahasa anak yaitu:
Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta
dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan
tanpa adanya bayi, tetapi motherese mempunyai peranan penting dalam
mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.
Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara
berbeda, mungkin dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan
14
Echoing yaitu mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, terutama
jika kata-kata tersebut belum benar.
Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada
kita dengan linguistik yang lebih baik.
Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa
anak,karena peranannya sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak.
Jadi apabila orang tua dan guru dapat berperan aktif , maka anak akan mengalami
perkembangan bahasa yang positif.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri,
baik lisan maupun tertulis dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih
mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-
masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan
dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas.Misalnya Kelas atau
kelompok belajar terdiri dari siswa – siswa yang berlainan variasi bahasanya, baik
kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar – mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak. Pertama anak perlu melakukan pengulangan pelajaran yang telah
diberikan dengan kata – kata dan bahasa yang disusun oleh para siswa sendiri.
Dengan demikian, guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa siswa – siswanya. Kedua, berdasar hasil identifikasi itu, guru
melakukan pengembangan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan
benar oleh guru.
Dan yang paling penting adalah ketika seorang pendidik sedang mengajar
kepada peserta didik gaya bahasa yang digunakan itu mudah dipahami sehingga
peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
diberikan.Selain itu, sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar,
majalah, dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
15
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama pergaulan, jika
pergaulan remaja dalam lingkup yang baik maka ia akan menggunakan bahasa yang
baik pula dan begitu pula sebaliknya. Dan semakin bertambahnya umur maka bahasa
yang dimiliki akan semakin berkembang, semakin dewasa seseorang maka pemilihan
kata pun akan semakin ilmiah. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya:
usia anak, kondisi keluarga dan kondisi fisik anak terutama dari segi kesehatannya.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain.
Artinya kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan
sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Dalam upaya mengembangkan perkembangan bahasa remaja dalam konteks
pendidikan, kita harus memberikan suatu pengajaran yang baik dan Dalam
penggunaan model pengekspresian ini kita harus banyak memberikan rangsangan
dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam hal itu, sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya
hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
16
DAFTAR PUSTAKA
17