Oleh :
Nama NIM
2021
i
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN....…………………………………………
A. LATAR BELAKANG...……………………………………..….1
B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………...1
C. TUJUAN.....................…………………………………………..1
Peserta Didik…………………………………………………….3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masala
Bagaimana perkembanngan bahasa peserta didik?
C. Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan peserta didik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada symbol verbal
maupun non verbal yaitu bentuk komunikasi yang disampaikan dengan cara lisan
maupun tulisan, yang digunakan anak dalam berkomunikasi serta beradaptasi
dengan lingkungannya dalam bertukar gagasan, pikiran dan emosional.
1
. Enny Zubaidah , jurnal Perkembangan bahasa anak usia dini dan tekhnik
pengembangannya disekolah, (Cakrawala Pendidikan, Yogyakarta ,November 2004. Th XXIII.No 3)
hlm.462
2
. Robingatin dan Zakiyah Ulfah, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2019) hlm.11
3
melalui interaksi sosial dengan mengunakan siimbol-simbol sesuai kaidah yang telah
disepakati bersama dan kematangan dalam berinteraksi tergantung pada pematangan
tak secara biologis,sehingga dapat memilah mana bahasa yang baik untuknya mana
yang tidak baik.
3
Edumaspul Jurnal Pendidikan “Karakteristik Perkembangan Bahasa Dalam Berkomunikasi
Siswa Sekolah Dasar.”
4
berbalik dari yang telah disebutkan sebelumnya misalkan broken home maka
anak cenderung perkembangan bahasanya mengalami stagnasi
(kelainan),misalnya terjadi gagap, kata-katanya tidak jelas,tuturkata yang tidak
sopan,serta terasa takut saat mengutarakan pendapatnya.
6. Umur anak
8. Kondisi fisik
a. Teori Behavioristik
b. Teori Kognitif
4
Robingatin dan Zakiyah Ulfah ,Pengembangan …..hlm.34-35
6
Menurut Vygotsky ZPA memiliki dua batas, yaitu batas yang lebih
rendah dan batas yang lebih tinggi. Batas yang lebih rendah merupakan
masalah yang dapat dipecahkan oleh anak, dan dengan menggunakan
keterampilan tanpa bantuan orang lain. Batas yang lebih tinggi merupakan
tingkat tanggung jawab ekstra yang dapat diterima anak dengan bantuan orang
dewasa Perkembangan bahasa tidak lepas dari konteks social dan
perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif anak berhubungan erat
dengan perkembangan bahasa, karena awal perkembangan bahasa berada pada
stadium sensori motorik, yaitu ketika anak berusia sekitar 18 bulan. Pada usia
ini anak sudah memiliki pemahaman terhadap obyek-obyek tertentu.
Walaupun anak belum dapat berbicara, ia sudah dapat memanipulasi obyek-
obyek tersebut.5
c. Teori Navitis
Teori ini berpandangan bahwa ada unsur keterkaitan yang erat antara
faktor biologis dengan perkembangan bahasa. Teori Navitis meyakini bahwa
kemampuan bahasa merupakan kemampuan bawaan sejak lahir. Selanjutnya
belajar bahasa tidak dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman
individu. Menurut aliran Navitis ini, terdapat peran evolusi biologis dalam
membentuk individu untuk menjadi makhluk linguistik.
5
Ibid, hal.36
7
Kelebihan:
a) Mampu memunculkan bakat yang dimiliki.
b) Mendorong mewujudkan diri yang berkompetensi.
c) Mendorong untuk menentukan pilihan.
d) Mendorong untuk membangun potensi dari dalam diri.
e) Mendorong untuk mengembangkan bakat minat.
Kekurangannya, teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat manusia tidak
bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat keturunannya.6
6
Aisyah isna,Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, vol.2 No 1 (2019):Al-Athfal,juli-
Desember,2019/hlm.64
8
d. Teori Pragmatik
Para penganut teori pragmatik berpendapat bahwa anak belajar bahasa
dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai
dengan keinginanya. Teori ini berasumsi bahwa anak selain belajar bentuk dan
arti bahasa, juga bermotivasi oleh fungsi bahasa yang bermanfaat bagi mereka.
Dengan demikian, anak belajar disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi
bahasa yang mereka peroleh.
Halliday (dalam Bromley) menganalisa cara anak mengembangkan
bahasa awal melalui interaksi dengan orang lain sebagai berikut, yaitu Bahasa
Instrumental (Intrumental Language); Bahasa dogmatis (Regulatoory
Language); BahasaInteraksi (Interactional Language);Bahasa Personal
(Personal Language);Bahasa heuristic(Heuristic Language);Bahasa imajinatif
(Imaginative Language);Bahasa informasi (Informative Language).
Teori pragmatic bertitik tolak dari pandangan bahwa tujuan anak
belajar bahasa adalah untuk bersosialisasi dan mengarahkan perilaku orang
lainagar sesuai dengan keinginannya. Teori pragmatik juga berasumsi bahwa
anak belajar bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang
dapat mereka peroleh.7
e. Teori interaksionisme
Menurut teori ini, pemerolehan bahasa adalah hasil interaksi antara
kemampuan psikologis siswa dan lingkungan bahasa. Bahasa yang diperoleh
siswa erat kaitannya dengan kemampuan internal siswa dan input dari
lingkungannya. LAD sejak lahir, hanya saja kemampuan anak dalam
menguasai bahasa beerbanding lurus dengan kualitas dengan pendapat
Howard Guadner yang mengakatakan bahwa semenjak lahir sudah memiliki
kecerdasan bahasa. Hanya saja kecerdasan bahasa bukan satu-satunya
penopang yang menjadikan anak memiliki kemampuan bahasa yang baik,
harus ada faktor eksternal yang mendukung dia mendapat input bahasa yang
baik juga.8
f. Teori Konstruktif
7
Robingatin dan Zakiyah Ulfah ,Pengembangan …..hlm.37
8
Aisyah isna,Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, vol.2 No 1 (2019):Al-Athfal,juli-
Desember,2019/hlm.66
9
1) Disfasia
9
Robingatin dan Zakiyah Ulfah ,Pengembangan …..hlm.38
10
Ibid hlm38-39
10
11
Aisyah isna,Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, vol.2 No 1 (2019):Al-Athfal,juli-
Desember,2019/hlm.67-68
11
Anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti
dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup
menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna
kata dan bahasa sesuai dengan apa yang meeka dengar, lihat dan mereka hayati dalam
hidupnya sehari-hari, perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang
berbeda-beda.
Di depan telah diuraikan bahwa kemampuan berpikir anak berbeda-beda, sedang
berpikir dan bahasa mempunyai korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan bahasa yang tinggi. Sekarang nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa
juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir.
Baahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan
lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang
sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal
dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan
perkembangan bahasanya.
H. Perkembangan Bahasa
Ada dua alasan mengapa bayi belum pandai berbicara: pertama, alat - alat
bicaranya belum sempurna. Kedua, untuk dapat berbicara, ia memerlukan
kemampuan berpikir yang belum dimiliki oleh anak bayi. Kemampuan berbicara
dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain secara
timbal balik. Ditingkat pemula (bayi) tidak ada perbedaan perkembangan bahasa
antara anak yang tuli dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan
perasaan tak senang dengan cara menangis. sedangkan rasa senangnya dinyatakan
dengan berbagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan bahasa yang
selanjutnya tidak dialami olehnya. Ia tidak mampu mengulangi suara-suara
rabannya dan suara orang lain. Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu.
Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi:
1. Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan
kawan - kawannya ini terlihat pada anak usia 2 setengah - 3 tahun.
2. Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
3. Pergaulan sosial dengan orang lain.
4. Menyatakan pendapat dan ide - idenya.
Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa
Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi
nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk.
Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan
Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban
yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara
menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan
suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya. Di masa ini
juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata
seperti “ibu” dan lainnya.
Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun
Dalam masa kedua ini terjadi masa apa itu, masa dimana mulai timbul suatu
dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang
menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya.
Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang
14
hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih
sempurna.
Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan
lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta
menggunakan awalan dan akhiran pada kata. Namun tak jarang anak membuat
kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.
Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih
panjang dan sempurna,baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan,
sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.
Ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 10 sampai 6 bulan, ada juga bayi
yang membutuhkan waktu lebih lama dari itu. Sebelum mengucapkan kata-kata,
mereka membuat celotehan atau ocehan dengan ucapan: baa, maa, paa, dsb. Hal ini
terjadi pada usia sekitar 3 sampai 6 bulan. Celotehan ini ditentukan oleh kematangan
biologis, bukan pengukuhan atau kemampuan mendengar. Kejadian inipun terjadi
pada anak tuna rungu.
Tujuan komunikasi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua
dan orang lain yang berada di lingkungan. Kata-kata pertama anak yang muncul
diantaranya meliputi: nama orang penting (mama), binatang, kendaraan, permainan,
makanan, bagian tubuh, benda-benda di sekitarnya atau ucapan selamat. Sulit
menerjemahkan satu kata yang diucapkan seorang karena dapat timbul kemungkinan
satu kata mengandung arti satu kalimat karena keterampilan kognitif dan linguistic
yang terbatas yang sering dikenal dengan holophrase hypothese, yang artinya teori
yang menganggap bahwa suatu kata tunggal digunakan untuk menjelaskan suatu
kalimat sempurna. Anak mulai mengucapkan pernyataan dengan 2 kata pada usia
15
18-24 bulan. Pembicaraan telegrapik adalah penggunaan kata-kata yang pendek dan
tepat untuk berkomunikasi, yang di karakteristikan dengan ungkapan anak-anak.
2. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, perubahan bahasa pada anak usia dini,
antara lain:
kalimat dengan mengelaborasikan kata benda dan kata kerja. Secara hipotitik,
perkembangan morpologi pada anak kelas awal SD dapat ditandai dengan
penggunaan kata imbuhan, awalan berikutnya berkembang ke penggunaan
akhiran dan yang terakhir penggunaan sisipan.
4. Perkembangan Membaca dan Menulis, mwmbaca adalah sintesa jaringan
tindakan perceptual dan kognitif yang komplek. Umumnya, penulis yang baik
adalah pembaca yag baik pula dan sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
18
KESIMPULAN
Perkembangan bahasa peserta didik yaitu suatu proses dimana peserta didik mulai
mengespresikan dirinya melalui interaksi sosial dengan mengunakan siimbol-simbol
sesuai kaidah yang telah disepakati bersama dan kematangan dalam berinteraksi
tergantung pada pematangan tak secara biologis, sehingga dapat memilah mana bahasa
yang baik untuknya mana yang tidak baik.faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan bahasa pada anak, yaitu:
1. Faktor kesehatan, faktor ini berperan sangat penting dalam perkembangan bahasa
anak, apabila dua tahun pertama seorang anak sering mengalami gangguan, maka
berdampak pada perkembangan bahasanya akan terhambat.
2. Intelegensi, faktor ini juga berpengaruh apabila seorang anak memiliki tingkat
intelegensi yang normal atau tinggi, biasanya cukup cepat dan pesat mengalami
lerkembangan bahasa.
3. Status sosial ekonomi keluarga, beberapa penelitian berkaitan antara status sosial
ekonomi keluarga yang berasal dari keluarga yang kurang mampu menyatakan bahwa
cenderung mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya.
4. Jenis Kelamin, faktor perbedaan jenis kelamin juga salah satunya yaitu anak
perempuan sejak usia dua tahun ke atas mempunyai perkembangan bahasa yang lebih
cepat dibandingkan anak laki-laki.
5. Hubungan keluarga, anak yang menjalin keluarga yang harmonis maka cenderung
perekembangan bahasanya dapat terfasilitasi karena penuhnya kasih sayang dan
perhatian dari keluarganya, namun sebaliknya apabila berbalik dari yang telah di
sebutkan sebelumnya misalkan broken home maka anak cenderung perkembangan
bahasanya mengalami stagnasi (kelainan), misalnya terjadi gagap, kata-katanya tidak
jelas, tutur kata yang tidak sopan,serta terasa takut saat mengutarakan pendapatnya
1. Teori Behavioristik
2. Teori Kognitif
3. Teori Navitis
4. Teori Pragmatik
5. Teori interaksionisme
19
6. Teori Konstruktif
Tujuan komunikasi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua
dan orang lain yang berada di lingkungan. Kata-kata pertama anak yang muncul
diantaranya meliputi: nama orang penting (mama), binatang, kendaraan, permainan,
makanan, bagian tubuh, benda-benda di sekitarnya atau ucapan selamat. Sulit
menerjemahkan satu kata yang diucapkan seorang karena dapat timbul
kemungkinan satu kata mengandung arti satu kalimat karena keterampilan kognitif
dan linguistic yang terbatas yang sering dikenal dengan holophrase hypothese, yang
artinya teori yang menganggap bahwa suatu kata tunggal digunakan untuk
menjelaskan suatu kalimat sempurna. Anak mulai mengucapkan pernyataan dengan
2 kata pada usia 18-24 bulan. Pembicaraan telegrapik adalah penggunaan kata-kata
yang pendek dan tepat untuk berkomunikasi, yang di karakteristikan dengan
ungkapan anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Robingatin dan Zakiyah Ulfah, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
20
Enny Zubaidah , jurnal Perkembangan bahasa anak usia dini dan tekhnik
pengembangannya disekolah, (Cakrawala Pendidikan, Yogyakarta ,November 2004.
Th XXIII.No 3)
Agung Hartono dan Sunarto, 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.