Dosen Pengampu:
Drs. Muhammadi, M.Si
Disusun Oleh:
Aufa Sadina Ayu (23129012)
Khoirotun nissa s (23129328)
Nurul Alwi Putri (23129357)
Wahyu Ningsih (23129272)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat waktu dengan baik dan tanpa kendala apa pun.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Muhammadi, M.Si selaku dosen
pengampu PBPD SD yang membimbing penulis dalam mengerjakan laporan belajar mandiri ini. Adapun judul
dari makalah ini adalah “Perkembangan Bahasa Pada Anak”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester
1 mata kuliah PBPD SD. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kesalahan dan kekurangan di dalamnya penulis mohon maaf.
Demikian makalah ini penulis buat, besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat
dan dampak besar kepada pembaca sehingga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak antara
lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan
mempunyai pola yang tetap.
Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan
manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara,
namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang
membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya, ibu dapat membantu memberikan
stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan perkembangan
kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut
makin meningkat dan meluas.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala
bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh,
ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang
paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan
bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu
memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan
sebagainya.
Perkembangan bahasa pada anak sangatlah bertahap yang di bagi dalam beberapa bagian yang akan
bahas dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sengaja mengangkat tema yang berkaitan dengan
peerkembangan bahasa pada manusia khusunya pada anak-anak yaitu “Perkembangan Bahasa Pada Anak”.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah
ini adalah :
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan,
hipotesis atai teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan teori
dalam perkembangan bahasa anak:
a. Pandangan nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak
sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan.
Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan
menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang disebut hipotesis
pemberian alam. Chomsky (1965,1975) melihat bahasa itu bukan hanya kompleks tetapi juga penuh
dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah pada pengucapan atau pelaksaan bahasa ( performans).
Manusia tidaklah mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain. Selama belajar mereka menggunakan
prinsip-prinsip yang membimbingnya menyusun tata bahasa.
b. Pandangan behaviorisme
Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperolah
melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan
lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya.
Kaum behavioris tidak hanya mengakui peranan aktif si anak dalam proses pemerolehan bahasa, malah
juga tidak mengakui kematangan si anak itu. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh
lingkungannya.
Menurut Skinner (1969) kaidah gramatikal atau kaidah bahasa adalah perilaku verbal yang
memungkinkan seseorang dapat menjawab atau mengatakan sesuatu. Namun, kalau kemudian anak
dapat berbicara, bukanlah karena “penguasaan kaidah (rule-governed )” sebab anak tidak dapat
mengungkapkan kaidah bahasa, melainkan dibentuk secara langsung oleh faktor diluar dirinya.
c. Pandangan kognitivisme
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah sutau cirri alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa
distrukturi oleh nalar; maka perkembangan bahasa harus
berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi,
urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.
Chomsky pernah menyinggung masalah kognitivisme dari piaget ini. Beliau menyatakan bahwa
mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapt menjelaskan struktur bahasa yang kompleks,
abstrak dank has itu. Begtiu juga limgkungan berbahasa tidak dapat menjelaskan struktur yang muncul
di dalam bahasa anak. Oleh karena itu menurut Chomsky bahasa struktur haruslah diperoleh secara
alamiah.
yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bisa
dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran. Dari sekian banyak kajian tentang proses berpikir
pada anak-anak dalam usia yang berbeda-beda. Piaget menyatakan adanya beberapa tahap perkembangan
baginya. Si anak pun kini mampu melihat hubungan antarperistiwa dan mengenali mana orang asing
dan mana orang terdekatnya.
b. praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini cara berpikir anak-anak masih dominan oleh cara-cara bagimana hal-hal atau
benda-benda itu tampak. Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan, meski masih
sangat terbatas. Si anak pun sudah masuk ke dalam lingkungan sosial. Ciri tahapan ini adalah anak
mulai bisa menggunakan operasi mental yang jarang dan secara logika kurang memadai. Si anak juga
masih tergolong “egosentris” karena hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang
diri sendiri dan kesulitan melihat dari sudut pandang orang lain. Ia sudah dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda berwarna merah, walaupun bentuknya berbeda-beda. Misalnya, dalam eksperimen pada
seorang anak dihadapkan dua buah gelas yang besar dan bentuknya sama, dan keduanya sama-sama
berisi air penuh. Kemudian air dari gelas yang satu dipindahkan ke sebuah silinder kaca yang
bentuknya lebih kecil sedikit tetapi lebih tinggi dari gelas itu. Air dalam silinder itu tampak lebih
tinggi daripada yang ada dalam gelas. Ketika ditanyakan, “mana yang lebih banyak air di dalam gelas
atau yang ada di dalam silinder”. Anak itu mungkin akan menjawab bahwa air yang ada dalam
silinder itulah yang lebih banyak. Pendapat itu tentu didasarkan pada aspek tertentu yang
memaksakan situasi tertentu, dalam hal ini ketinggian air itu.
akan lebih berat karena dia terkecoh dengan fakta bahwa besi lebih berat daripa kapas. Sebaliknya,
kanak-kanak pada tahap operasional konkret akan menjawab beratnya sama. Namun, dia tidak bisa
menjelaskan alasannya.
1. Bunyi Resonansi
Penghasilan bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari kegiatan dan
perkembangan montorik bayi pada bagian rongga mulut. Baunyi yang paling umum yang
dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa tidak enak atau merasa lapar dan
bunyi-bunyi sebagai batuk, bersin, dan sedawa. Disamping itu, ada pula bunyi bukan tangis
yang disebut bunyi “kuasi resonansi, bunyi ini belum ada konsonannya dan vokalnya belum
sepenuhnya mengandung resonansi.
2. Bunyi berdekut
Mendekati usia dua bulan bayi telah mengembangan kendali otot mulut untuk memulai
dan mengentikan gerakan secara mantap. Pada tahap ini suara tawa dan suara berdekut
(cooking) telah terdengar. Bunyi berdekut ini agak mirip dengan bunyi [ooo] pada burung
merpati. Bunyi yang dihasilkan adalah
bunyi konsonan belakang dan tengah dengan vocal belakang, tetapi dengan resonansi
penuh. Bunyi konsonannya mirip dengan bunyi [s] dan bunyi hampat velar yang mirip
dengan bunyi [k] dan [g].
3. Bunyi Berleter
Berleter adalah mengeluarkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan. Berleter ini
biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara empat sampai enam bulan. Bayi pada masa
usia empat sampai enam bulan sering mencobacoba berbagai macam bunyi dan dia semakin
dapat mengendalikan bagian bagian organ yang terlibat dalam mekanisme bunyi.
5. Bunyi vakabel
Vakabel adalah bunyi yang hamper menyerupai kata, tetapi tidak mempunyai arti dan
bukan merupkan tiruan orang dewasa. Vokabel ini dapat dihasilkan oleh sang anak antara
usia 11 sampai 14 bulan. Menjelang 11 bulan anak sudah dapat menaikkan ujung lidahnya
dan mengendalikan gigitannya terhadap makanan yang lunak. Selagi mengunyah ia ini ia
dapat menarik bibir dan pipinya ke dalam dan dapat juga menutup bibirnya pada waktu
menelan cairan. Menjelang usia satu tahun ini kemampuan anak berleter memang sudah
1. Kata Pertama
Kemampuan mengucapkan kata pertama sangat ditentukan oleh penguasaan
artikulasi, dan oleh kemampuabn mengaitkan kata dengan benda yang menjadi
rujukkan (de Vilers, 1097 dalam Purwo, 1989). Pada tahap ini anak cenderung
menyederhanakan pengecapannya yang dilakukan secara sistematis.
Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa
kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain:
a. Anak cengeng.
Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan
pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energi
sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis
yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota keluarga
lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu
peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk
mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.
b. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain.
Hal ini disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan
orang tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal
oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak
mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal
dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam
memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang
mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan
perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa
dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada
pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan bahasa. Pengembangan kemampuan berbahasa
bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan
seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan berbahasa anak
tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Tahapan dalam perkembangan kognitif anak
ada 4 tahap, yaitu : tahap sensomotorik, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal . Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas
sistem bahasa yang dipelajarinya.
3.2 Saran
Bagi seorang guru/orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak-anak usia dini di dalam berbicara
dengan baik, karena berbicara yang baik untuk diajari kepada anak sangatlah susah didalam menyebutkan kosa
kata/pengucapan dengan sempurna kepada anak didalam perkembangan bicara. Pendidik perlu menerapkan
ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh
penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara
aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya.
Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih
daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu
dikembangkan potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Martini Jamaris. 2006. Perkembangan dan pengembangan anak usia taman kanakkanak.Jakarta:Grasindo.
Rita kurnia. 2009. Metodologi pengembangan bahasa anak usia dini. Pekanbaru:
Cendikia insane.