Anda di halaman 1dari 17

TEORI PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN

BAHASA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Kajian Kebahasaan yang diampu oleh
Dr. Panca Dewi Purwawti, M.Pd.
Oleh:

1. Lintang Kirana Leokiss Wijaya (1401421017)


2. Ahmad Dluha Wijaya (1401421195)
3. Henry Zazin Afidin (1401421348)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan serta kemampuan sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan
tugas makalah berjudul Teori Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa.

Adanya penuilasan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Kebahasan yang dibimbing oleh Ibu Panca Dewi Purwati, M.Pd. Disamping itu
penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
dan bagi kami selaku penulis makalah.

Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dan berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini, kami memiliki harapan besar agar makalah ini dapat
memberikan manfaat serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan
saran sangat terbuka bagi kami. Meskipun demikian kami selaku pembuat makalah
telah mengupayakan usaha terbaik kami dalam pembuatan makalah ini, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat dipergunakan sebaik mungkin.

i
DAFTAR ISI

PRAKATA...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................2
BAB II......................................................................................................3
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa …………………………………………………3
2.2 Pengertian Perkembangan Bahasa ………………………………………………3
BAB III.....................................................................................................4
3.1 Teori Pemerolehan Bahasa …..…………………………………..……………….4
4.1 Teori Perkembangan Bahasa ........................................................7
BAB IV....................................................................................................12
5.1 Simpulan ………………………………………………………………..……………….12
5.2 Saran …………………………………..………………………………………..……….12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antara
seorang manusia dengan manusia yang lain. Bahasa memungkinkan adanya
transfer pemikiran, perintah serta pemahaman antar manusia. Bahasa
merupakan sesuatu yang konstan dan jarang terjadi perubahan yang drastis.
Berbicara mengenai bahasa tentunya tak lepas dari bagaimana bahasa itu
diturunkan antara satu generasi kegenerasi berikutnya. Proses transfer
pengetahuan bahasa disebut juga sebagai pemerolehan bahasa.

Pada umumnya seorang anak akan menguasai bahasa yang sama dengan
orang tuanya atapun daerah tempatnya lahir. Pada awalnya anak tidak
dapat berkomunikasi dengan bahasa, namun seiring bertambahnya usia dan
kemampuan otak, anak mulai mampu belajar bahasa atau disebut juga
sebagai proses pemerolehan bahasa.

Pemerolehan bahasa pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari
faktor internal hingga faktor lingkungan disekitarnya. Seiring berjalanya
waktu anak juga akan belajar bagaimana cara mengembangkan bahasa
yang telah ia pelajari. Dengan memahami pemerolehan serta perkembangan
bahasa. kita akan mengetahui bagamiana proses transfer bahasa dari satu
generasi ke generai beriktunya.

Dalam kenyataanya banyak orangtua yang tidak memahami akan


pentingnya proses pemerolehan dan perkembangan bahasa pada anak. Hal
ini mengakibatkan proses transfer bahasa pada anak kurang maksimal. Anak
tidak dapat menyerap bahasa dengan baik, sehingga mengakibatkan anak
menjadi kurang mampu dalam berkomunikasi. Padahal bahasa merupakan
hal yang sangat penting bagi anak untuk dapat memahami ilmu
pengetahuan serta untuk dapat bersosialisasi dengn lingkunganya.

Oleh karena itu sangat penting bagai orangtua atapun pendidik untuk dapat
memahami pemerolehan serta perkembangan bahasa pada anak. Sehingga
orangtua maupun pendidik mampu memberikan bimbingan yang tepat pada
anak. Dengan harapan penguasaan bahsa pada anak menjadi lebih baik.

Dalam makalah ini penulis berusaha menguraikan tentang bagaimana proses


pemerolehan dan perkembangan bahasa. Penulis juga akan berusaha

1
menguraikan faktor faktor yang memengaruhi serta mendasari pemerolhan
dan perekembangan bahasa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,maka rumusan
masalahnya adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan pemerolehan dan perkembangan bahasa?


2. Apa saja teori – teori mengenai pemerolehan dan perkembangan
bahasa?
3. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemerolehan serta
perkembangan bahasa.
2. Dapat memahami teori – teori mengenai pemerolehan serta
perkembangan bahasa.
3. Dapat mengtahui bagaimana perkembangan bahasa pada anak.

2
BAB II

KERANGKA TEORITIS
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa
Istilah pemerolehan dipakai sebagai padanan istilah Inggris acquisition yaitu, proses
penguasaan bahasa yang dilakukan secara alami oleh anak ketika mempelajari
bahasa ibunya (native language). Istilah tersebut dibedakan dari pembelajaran yang
merupakan padanan dari istilah Inggris learning. Dalam penafsiran ini, proses
pembelajaran dilaksanakan dalam tatanan formal, yaitu belajar di kelas serta diajar
oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar menguasai
bahasa ibunya merupakan pemerolehan, sedangkaan proses dari orang (umumnya
dewasa) yang belajar di kelas merupakan pembelajaran (Dadjowidjojo,2012:225).

Chaer (2009:167) menerangkan, “Pemerolehan bahasa merupakan proses


yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika mereka memperoleh bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya”. Dengan demikian, pemerolehan bahasa berkaitan
dengan bahasa pertama. Bahasa pertama dikuasai manusia sejak lahir melalui
interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan
masyarakat lingkungannya. Krashen (Harras dan Bachari, 2009:43) menegaskan
perbedaaan pemerolehan bahasa dan belajar bahasa. Menurut Krashen,
pemerolehan bahasa merupakan proses yang tidak disadari oleh manusia, yang
memperoleh bahasa biasanya tidak menyadari adanya fakta bahwa mereka
memperoleh bahasa. Mereka hanya menyadari perlunya penggunaan bahasa itu
untuk komunikasi. Kemampuan bahasa umumnya tidak menyadari adanya kaidah
bahasa yang diperoleh. Akan tetapi, mereka dapat merasakan apakah bentuk-
bentuk yang digunakannya benar atau salah. Kemampuan bahasa itu dapat disebut
sebagai belajar terisyarat, belajar informal, atau belajar alamiah.

2.2 Pengertian Perkembangan Bahasa


Berdasarkan fungsinya, bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulannya atau berhubungan dengan orang lain. Bahasa
merupakan alat pergaulan bagi makhluk hidup. Penggunaan bahasa menjadi efektif
sejak seorang individu berkomunikasi dengan orang lain. Dapat dikatakan
berkomunikasi jika ada interaksi timbal balik dan saling memberi respon.

Penggunaan bahasa dimulai semenjak seorang indivu berkomunikasi


menggunakan caranya sendiri kepada orang lain. Dalam perkembangan bahasa
dimulai pada saat anak meniru bunyi atau suara tanpa arti & diikuti dengan ucapan
satu suku kata, 2 suku kata, menyusun kalimat sederhana, & seterusnya. Dengan
memakai bahasa mereka inilah anak berkomunikasi sosial serta menggunakan taraf

3
perilaku sosialnya. Secara umum perkembangan Bahasa anak terbagi menjadi dua
yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Teori Pemerolehan Bahasa


Bersamaan dengan sejarah perkembangan psikolinguistik, muncullah teori-
teori yang digunakan dalam upaya menerangkan pemerolehan bahasa anak. Teori
pemerolehan bahasa antara lain: teori behaviorisme, teori nativisme, dan
kognitivisme.

3.1.1 Teori Behaviorisme


Teori behaviorisme diprakarsai oleh B.F.Skinner (1957). Pandangan ini
menegaskan bahwa proses penguasaan bahasa (pertama) dikendalikan dari luar,
yakni oleh stimulus melalui lingkungan (Chaer, 2009:223). Teori behaviorisme
mengemukakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong
yang nantinya akan diisi dengan pengalaman-pengalaman.

Dalam hal ini, seluruh pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak
dalam perilaku berbahasa merupakan hasil integrasi peristiwa-peristiwa linguistik
yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Sejalan dengan hipotesis ini, aliran
behaviorisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan linguistik terdiri hanya dari
hubungan-hubungan yang dibentuk dengan cara pembelajaran C-R (stimulus-
respon) (Chaer, 2009:172-173).

Menurut aliran behaviorisme, pemerolehan bahasa itu bersifat nurture, yaitu


pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan. Manusia dilahirkan dengan sebuah
tabula rasa, yakni semacam piring kosong tanpa apapun. Piring ini kemudian diisi
oleh alam sekitar, termasuk bahasanya. Jadi, pengetahuan apapun yang kemudian
diperoleh oleh manusia semata-mata berasal dari lingkungannya (Dardjowidjojo,
2012:234-235). Teori behaviorisme menyatakan bahwa peniruan sangat penting
dalam mempelajari bahasa dan berkaitan dengan pembentukan antara kegiatan
stimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses ini diperkuat oleh suatu
situasi yang dikondisikan dan dilakukan secara berulang-ulang. Sementara itu,
karena rangsangan dari dalam maupun luar mempengaruhi proses pembelajaran,
anak-anak akan merespons dengan mengucapkan sesuatu. Ketika responsnya
benar, maka anak tersebut akan memperoleh penguatan dari orang-orang dewasa
di sekitarnya (Kristianty, 2006:28).

Dengan demikian, teori behaviorisme menganggap kemampuan berbicara


dan memahami bahasa anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya dan
menurut aliran ini pemerolehan bahasa merupakan pemerolehan kebiasaan. Proses
perkembangan ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya.

4
Adapun perkembangan bahasa dilihat sebagai kemajuan dari penerapan prinsip
stimulus-respons dan proses imitasi (peniruan).

3.1.2 Teori Nativisme


Teori nativisme diprakarsai oleh Noam Chomsky pada awal tahun 1960-an
sebagai sanggahan terhadap teori belajar bahasa yang dilontarkan oleh kaum
behaviorisme. Chomsky menulis buku berjudul “Review of B.F. Skinner’s Verbal
behavior” (1959) sebagai sanggahan terhadap konsep Skinner tentang belajar
bahasa yang ada dalam buku “Verbal behavior” (1957).

Pandangan nativistik yang diprakarsai oleh Chomsky ini berpikiran bahwa


pengaruh lingkungan bukan faktor penting dalam pemerolehan bahasa. Selama
pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak sedikit demi sedikit membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini
berpandangan bahwa bahasa merupakan pemberian biologis yang sering disebut
sebagai hipotesis nurani (innteness hypothesis) (Chaer, 2009:222).

Chomsky (Dardjowidjojo, 2012:235) beranggapan bahwa pemerolehan


bahasa itu bukan didasarkan pada nurture, tetapi pada nature. Anak mendapat
kemampuan untuk berbahasa seperti dia mendapatkan kemampuan untuk berdiri
dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong maupun tabula rasa,
tetapi ia telah dibekali dengan sebuah alat yang dinamakan Piranti pemerolehan
bahasa (Language Acquision Device). Dari penjabaran tersebut, jelaslah bahwa
setiap manusia yang lahir dilengkapi dengan kemampuan berbahasa dengan
dimilikinya alat yang disebut Chomsky sebagai Piranti pemerolehan bahasa
(Language Acquisition Device atau disingkat LAD). Lingkungan tidak memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan bahasa anak. Selain itu, mustahil bagi
seseorang untuk dapat menguasai bahasa dalam waktu yang singkat melalui
peniruan jika tidak memiliki aspek sistem bahasa yang sudah ada pada manusia
secara alamiah.

3.1.3 Teori Kognitivisme


Teori kognitivisme diperkenalkan oleh Piaget (1954). Menurut Piaget (Chaer,
2009:223), bahasa itu bukanlah ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di
antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa
dibentuk oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berdasarkan pada
perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Piaget (Chaer,
2009:224) menekankan pula bahwa struktur yang kompleks dari bahasa bukanlah
sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang dipelajari dari
lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat interaksi yang terus-menerus
antara tingkat fungsi kognitif anak dengan lingkungan kebahasaannya.

Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh


berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh
anak-anak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang sekitarnya.

5
Menurut piaget (Chaer, 2009:178), perkembangan kognitif memberi pengaruh
terhadap tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa itu sendiri. Piaget
(Syaodih,2005) memiliki pandangan bahwa berpikir itu mendahului bahasa dan
lebih luas dari bahasa. Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk
memanifestasikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu
mendahului bahasa. Bahasa dapat membantu perkembangan kognitif. Bahasa dapat
memusatkan perhatian anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada
di lingkungan, memperkenalkan anak pada pandangan-pandangan yang berbeda
dan memberikan informasi kepada anak. Bahasa merupakan salah satu dari
berbagai perangkat yang terdapat dalam sistem kognitif manusia.

Menurut Vygotsky (Syaodih, 2005), struktur mental atau kognitif anak


dibentuk dari hubungan diantara fungsi-fungsi mental. Hubungan antara bahasa
dan pemikiran diyakini sangat penting dalam kaitan ini. Vygotsky menekankan
bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya berkembang sendiri-sendiri tetapi pada
akhirnya bersatu. Dengan demikian, teori kognitivisme berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan kemampuan berpikir dan di dalamnya termasuk kemampuan
berbahasa. Menurut pandangan ini, lingkungan tidak memiliki pengaruh yang besar
terhadap perkembangan intelektual anak. Perkembangan anak tergantung pada
keterlibatannya secara aktif dengan lingkungannya.

3.2 Pemerolehan Bahasa Di Sekolah Dasar


Pada saat masuk usia sekolah anak dituntut untuk menggunakan bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia pada anak secara umum merupakan
bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia dan pelajaran lain yang juga
menggunakan bahasa Indonesia. Berhubungan dengan pengajaran dan
pembelajaran bahasa tentunya terdapat perbedaan fundamental dengan
pemerolehan bahasa. Tarigan (1988:5) mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa
mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba, mendadak. Ini berarti bahwa
pemerolehan bahasa terjadi secara alamiah karena adanya stimulus dan respon
mulai dari tahap menyimak dan berbicara. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik antara anak dan lingkungannya. Dengan demikian tentulah bahwa
pemerolehan bahasa adalah proses kepemilikan bahasa tanpa melalui proses
belajar. Berbeda dengan pembelajaran bahasa yang memiliki orientasi kepemilikian
bahasa melalui sistem pengajaran. Menurut Chair (2009:243) pemerolehan bahasa
biasanya terjadi secara natural dan pembelajaran bahasa biasanya terjadi secara
formal didalam kelas.

Berhubungan dengan pemerolehan bahasa, Lindfors pada tahun 1987


(Tarigan 1988:40) menyampaikan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat
diurutkan mulai dari (1) tahap perkembangan prasekolah yang meliputi
perkembangan pra linguistik, tahap satu kata, dan ujaran kombinasi permulaan, (2)
tahap perkembangan masa sekolah yang meliputi tahap kesadaran metalinguistik,
pemakaian bahasa dan struktur bahasa, (3) tahap perkembangan ujaran

6
kombinatori yang meliputi perkembangan sistem bunyi, perkembangan
penggabungan kalimat, perkembangan interogatif, dan perkembangan negatif.

Berdasarkan urutan pemerolehan bahasa yang dikemukakan Linfors diatas


menunjukkan beberapa hal; pertama, kepemilikan bahasa anak diusia sekolah
adalah kelanjutan dari tahap perkembangan bahasa prasekolah. Ini berarti bahasa
pertama dan bahasa kedua pada anak harus sejalan. Kedua, perkembangan bahasa
masa sekolah (SD) berorientasi pada perkembangan bahasa pra sekolah. Ini berarti
perkembangan bahasa masa sekolah harus berpijak pada proses penyempurnaan
bahasa pra sekolah.

Beranjak dari kedua hal diatas muncullah pertanyaan mengenai apakah


pemerolehan bahasa pertama (pra sekolah) adalah bahasa Indonesia?, tentu tidak.
Dengan begitu maka jelaslah terjadi semacam distorsi dalam pembelajaran bahasa
di sekolah karena belajar bahasa di sekolah di fokuskan pada bahasa Indonesia. Bila
terjadi pembelajaran bahasa di sekolah sebenarnya itu merupakan bagian dari
proses pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa dapat terjadi melalui
pembelajaran bahasa namun pembelajaran bahasa sesungguhnya tidak berorientasi
pada pemerolehan bahasa. Pembelajaran bahasa memiliki orientasi pada
pemahaman tentang kebahasaan bukan pada memperoleh kemampuan bahasa
dalam konteks komunikasi.

Kurikulum, pengajar, dan buku merupakan hal yang perlu diperhatikan


dalam konteks pembelajaran bahasa. Kurikulum pendidikan bahasa Indonesia di
tanah air saat ini lebih menunjukan spesifikasinya pada pemanfaatan bahasa
sebagai sarana untuk berpikir (saintifik) dengan memanfaatkan pendekatan teks,
baik lisan maupun tulisan. Berkaitan dengan teks, baik reseptif maupun produktif
kiranya memerlukan keterampilan berbahasa yang signifikan baik keterampilan
menyimak, berbicara membaca dan menulis. Bila demikian, hal yang harus
diperhatikan adalah peningkatan daftar kata pada anak dalam konteks perolehan
bahasa. Daftar kata pada anak menjadi tolak ukur dalam menakar keterampilan
berbahasa. Bila daftar kata pada anak signifikan maka akan memungkinkan anak
aktif dalam berkomunikasi. Hal ini perlu dipantau mengingat banyak siswa di
sekolah terkesan tidak ingin berkomunikasi baik lisan maupun tulisan saat
berlangsungnya pembelajaran serta tidak semua anak memiliki bahasa pertama
bahasa Indonesia. Bahkan bukan tidak mungkin ada anak-anak di daerah pelosok
beranggapan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa asing. Barangkali ini
sebagai suport sistem dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 yang
berbasis teks.

4.1 Teori Perkembangan Bahasa

4.1.1 Teori Nativis


Menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan
atau bawaan sejak lahir.

7
Belajar bahasa dipengaruhi oleh :

 Kematangan otak seiring pertumbuhan anak


 Evolusi biologis
 Peran semantik
 Pembawaan, pengetahuan awal diperoleh secara biologis

Tokoh dari teori ini adalah Chomsky dengan “Transformational Grammar


Theory” yang memiliki arti perkembangan bisa bertransformasi dan dalam teori ini
semantik lebih berperan penting dibandingkan dengan struktur kalimat.

4.1.2 Teori Behavioristik


Menyatakan bahwa anak lahir tidak membawa kemampuan apapun, dan
perkembangan dipengaruhi oleh kebiasaan dan pengalaman.

Anak belajar bahasa melalui :

 Pengkondisian dari lingkungan


 Imitasi dari orang dewasa
 Penguatan
 Reward (penghargaan)
 Frekuensi perlakuan

Tokoh dari teori ini adalah Skinner yang juga menyatakan bahwa masalah
belajar bahasa timbul karena kurangnya perencanaan pendidikan yang meliputi :
pemberian reward yang tidak tepat, pemberian materi yang padat dan sulit
dipahami, penerapan peraturan yang sulit dipatuhi oleh siswa.

4.1.3 Teori Kognitif


Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga
individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.

Belajar bahasa anak dipengaruhi oleh faktor :

 Berperan aktif dalam lingkungannya


 Cara anak memproses informasi
 Menyimpulkan tentang struktur bahasa

Tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Piaget dan Vigotsky

Perbedaan pendapat dari dua tokoh ini adalah :

8
Piaget : bentuk bahasa bersifat egosentrisme dan nonsosial.

Perkembangan bahasa awal anak berkaitan dengan :

 Kegiatan anak
 Objek
 Kejadian

Yang mereka alami melalui alat indera

Vigotsky : bentuk bahasa bersifat sosial.

Perkembangan bahasa berkaitan dengan :

 Kebudayaan
 Masyarakat dan lingkungan tempat anak dibesarkan

4.1.4 Teori Pragmatik


Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang
dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti
bila diketahui konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan
pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud
pembicara, konteks, dan keadaan.

Tujuan anak belajar bahasa adalah :

 Untuk bersosialisasi
 Mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya

Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seorang dapat


bertutur kata tentang makna yang maksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau
tujuan mereka, dan jenis- jenis Tindakan.

4.2 Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak


Secara umum tahapan dari perkembangan Bahasa terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Tahap Pralinguistik (Pra-bahasa)


Tahap pra-bahasa ini dialami pada anak usia dini. Pada tahap ini,
ucapan bayi ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu seperti
menangis, menjerit, dan tertawa. Berbagai ekspresi tersebut merupakan
bentuk komunikasi bayi untuk menyampaikan berbagai emosi seperti
kebahagiaan, kesedihan, kenyamanan, dan kecemasan. Bisa juga
mengungkapkan keinginan haus, lapar, keinginan untuk tidur, atau

9
keinginan untuk digendong. Selain itu, bentuk komunikasi tersebut juga
digunakan untuk menyampaikan perasaan tidak nyaman dengan suatu hal
seperti ketika mereka mengompol, buang air besar, ataupun kesakitan.
Seiring berjalannya waktu, tahapan tersebut akan meningkat perlahan
menjadi komunikasi ke arah verbal. Komunikasi verbal pada tahapan ini
masih dalam bentuk sederhana seperti mengoceh dengan kalimat yang
belum begitu jelas.

2. Tahap Lingustik
Pada tahapan ini perkembangan anak lebih meningkat dari tahapan
pralinguistik, pada tahapan ini anak sudah dapat melakukan komunikasi
verbal dalam bentuk katakata yang dapat dimengerti. Pada tahap ini, anak
dapat menulis dan berkomunikasi dalam satu kalimat layaknya orang
dewasa. Pada usia 03, tahap perkembangan bahasa pada anak-anak sangat
intens, seperti yang dilaporkan di situs resmi National Institutes of Health.
Pada tahap ini, otak anak dalam kondisi terbaiknya untuk meningkatkan
kemampuan bahasa dan berbicara melalui suara, penglihatan, dan bahasa
yang digunakan sehari-hari.

4.3 Perkembangan Bahasa Di Sekolah Dasar


K. Eileen dan Lynn R. Marotz (2020: 159 - 215) menjelaskan tentang profil
perkembangan dan pola pertumbuhan anak termasuk perkembangan berbicara dan
berbahasa anak usia 6-12 tahun, diantaranya adalah:

a. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 6 Tahun:


1) Berbicara tanpa henti; bisa diibaratkan layaknya pengoceh.

2) Bercakap-cakap seperti orang dewasa; banyak bertanya.

3) Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari; kosa katanya terdiri dari
10.000 sampai 14.000 kata.

4) Menggunakan bentuk kata kerja, urutan kata dan struktur kalimat yang tepat.

5) Menggunakan bahasa dan bukan tangisan disertai teriakan atau agresi fisik untuk
mengungkapkan ketidaksenangan: “Ini punyaku! Kembalikan, Kamu pencuri!”.

6) Berbicara sendiri sambil menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk


memecahkan masalah sederhana dengan logikanya sendiri.

7) Menirukan ucapan populer dan katakata kotor; menganggap kata kata jorok
sangat lucu.

10
b. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 7 Tahun:
1) Senang bercerita; suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng khayalan.

2) Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa; semakin banyak
menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.

3) Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.

4) Mengkritik hasil karyanya sendiri: “Saya tidak menggambar ” “Dia menggambar


lebih bagus daripada gambarku.”

5) Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar: “Saya makan sepuluh apel
pada waktu piknik.”

6) Menggambarkan pengalaman secara rinci: “Pertama, kami memarkir mobil, lalu


kami berjalan mendaki tangga mall”

c. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 8 - 10 Tahun:


1) Senang menceritakan lelucon dan tekateki.

2) Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap);mungkin


minta diulang karena tidak mendengar seluruhnya.

3) Membaca dengan mudah dan memahaminya.

4) Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi yang
imajinatif dan mendetail.

5) Senang berbicara, sering kali tidak berhenti dan tanpa alasan yang jelas; kadang
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian.

6) Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-kata.

7) Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi dengan orang


lain.

8) Menggunakan ucapan populer yang sering diucapkan teman sebayanya: “manis”,


“keren”, “top-abis”.

d. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 11-12 Tahun:


1) Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini; hanya
sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.

11
2) Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti, dengan
siapa pun yang mau mendengarkan.

3) Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.

4) Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4.000 sampai 5.000
kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil untuk
mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.

5) Menjadi pendengar yang suka berfikir.

BAB IV

PENUTUP

5.1 Simpulan
Pemerolehan serta perkembangan bahasa merupakan suatu proses penting bagi
anak. Pemerolehan serta perkembangan bahasa pada anak sangat menentukan
bagaimana kemampuan berbahasa anak tersebut. Kemampuan berbahasa yang
baik akan mendukung perkembangan anak. Sebaliknya kemampuan berbahasa
yang buruk akan mengakibatkan perkembangan anak menjadi terhambat.

Pemerolehan dan perkembangan bahasa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Muai


dari faktor internal pada anak itu sendiri hingga faktor eksternal sperti lingkungan
sosial. Perkembangan bahasa pada anak juga berbeda beda sesuai dengan tahapan
dan tingkat usia. Menerapkan pembelajaran yang tepat pada setiap tahapan dapat
membantu anak dalam mengembangkan bahasa.

Setelah mengetahui teori – teori tentang pemerolehan dan perkembangan bahasa.


diharapkan pembaca dapat memahami bagaimana proses pemerolehan dan
perkembangan bahasa dengan lebih baik, diharapkan pula pembaca dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dengan sebaik baiknya.

5.2 Saran
Sebagai seorang pendidik atapun orangtua hendaknya dapat memahami
pemerolehan serta perkembangan bahasa pada anak dengan baik. Sehingga
mampu memberikan bimbingan serta arahan yang tepat, sesuai dengan kondisi
anak serta tahapan yang sedang dilewati.

12
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Mamik & Sutirjo. 2005). Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004.
Malang: Banyumedia Publishing

Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung.


PT. Remaja Rosdakarya

Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.
Diponegoro

Tarigan HG. 1985. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa

Allen, K. Eilee dan Lynn R. Marotz. Profil Perkembangan Anak: PraKelahiran Hingga
Usia 12 Tahun. Jakarta: Indeks. 2010.

Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan


Implikasinya

dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan)

2021. Teori Pemerolehan Bahasa https://educhannel.id/blog/artikel/teori-


pemerolehan-bahasa.html diakses 16 Februari 2021

2014. Pengajaran Dan Pemerolehan Bahasa Di Sekolah Dasar https://ferdinandus-


dy.blogspot.com/2014/12/pengajaran-dan-pemerolehan-bahasa-di.html diakses 17
Februari 2022

2020. Kenali Perkembangan Bahasa Anak Usia 0-5 Tahun https://tirto.id/kenali-


tahapan-perkembangan-bahasa-anak-usia-0-hingga-5-tahun-emzz diakes 17
Februari 2022

13
2021. Kognitif – Pengertian, Fungsi, Teori Belajar, Perkembangan
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kognitif/ diakses 18 Februari 2022

14

Anda mungkin juga menyukai