Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Hakikat karakateristik Ragam,Dan Strategi Pemerolehan Bahasa Anak

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar Bahasa Indonesia SD

Dosen pengampuh : Dra. Ratnarti Pahrun Mpd

Oleh kelompok 1

1.Liliernawati
2.Cici andri yani poha
3.Rahmadian Latara
4.Sintiya halik

Jurusan pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Gorontalo

2022
Kata pengantar

Alhamdulillahirabbilalamin,banyak nikmat yang Allah berikan,tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala berkat,rahmat,taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “hakikat, karakteristik, ragam, dan stategi
pemerolehan bahasa anak”.

Ucapan terimah kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada dosen pengajar
ibu Dra. Ratnarti Pahrun Mpd yang telah menugasi kami untuk penyusunan makalah ini.
Segala kekurangan makalah ini menjadi tanggung jawab kami.

Terima kasih kami sampaikan atas segala bantuan yang diberikan dan terima kasih
pula kami sampaikan atas sumbangan pikiran dari berbagai pihak demi terwujudnya makalah
ringkas ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan kelimpahan kasih dan
kemuliaan-Nya. Semoga pikiran baik datang dari segala arah.

Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf bagi para
audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada
para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala
kritikan dan saran yang sifatnya membangun makalah ini.

Gorontalo,September 2022

Kelompok 1
Daftar Pustaka

Kata pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I
1.1.Pendahuluan................................................................................................
1.2.Latar belakang............................................................................................
1.3.Rumusan masalah.......................................................................................
Bab II
Pembahasan......................................................................................................
2.1.Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak ...........................................................
2.2.Karakteristik pemerolehan bahasa anak ....................................................
2.3.Ragam pemerolehan bahasa anak ..............................................................
2.4.Strategi pemerolehan bahasa anak ............................................................
Bab III
Penutup ............................................................................................................
3.1. Kesimpulan................................................................................................
3.2.Saran...........................................................................................................
Daftar pustaka...................................................................................................
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pemerolehan bahasa anak adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secara verbal. Dalam perkembangannya pemerolehan bahasa anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat
penting bagi seorang guru untuk mempelajari pemerolehan perkembangan bahasa anak
dengan alasan sebagai berikut: (1). Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak
mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah
dasar terutama siswa di kelas rendah. (2). Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga
dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi
perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. (3). Siswa sekolah dasar pada umumnya
berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks
sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.

Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara meskipun
cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada
hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak, perkembengan
bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan individual, dalam
pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak, khususnya
pada waktu mereka belajar membaca dan menulis permulaan. Sehingga perkembangan
bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan
anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua
khususnya. Itulah sebabnya calon guru sekolah dasar perlu menguasai berbagai konsep yang
terkait dengan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak.

Pemerolehan bahasa anak mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra


Indonesia kepada siswa disekolah dasar terutama siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap
anak tidak sama sehingga dengan mempelajari pemerolehan bahasa anak guru dapat
mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.

Pemerolahan dan perkembangan bahasa anak manusia merupakan sesuatu yang


kompleks. Artinya, banyak faktor yang berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya
proses perkembangan anak baik unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang
diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu
terhadap arah dan laju perkembangan bahasa anak tersebut.

Banyak aspek yang dibicarakan dalam membahas masalah pemerolehan dan


perkembangan menyebabkan banyaknya istilah dan konsep yang digunakan. Begitu juga
banyaknya berbagai pandangan dan teori dalam menjelaskan pemerolehan bahasa pada anak
akan membuat semakin kayanya pengetahuan tentang pemerolehan dan perkembangan
bahasa anak.

Gambaran pembahasan tentang pemerolehan diatas menyarankan perlunya suatu


cara penyajian yang runtut dan cukup detail. Cara penyajian seperti ini diperlukan untuk
mempermudah saat mempelajarinya. Dalam artikel ini diharapkan memperolah pemahaman
konsep tua tentang cara anak memperoleh bahasa di sekolah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat Pemerolehan Bahasa Anak ?


2. Bagaimana karakteristik pemerolehan bahasa anak ?
3. Apa ragam pemerolehan bahasa anak ?
4. Bagaimana strategi pemerolehan bahasa anak ?

1.3. Tujuan

1. Untuk memahami hakikat Pemerolehan Bahasa nak


2. Untuk memahami karakteristik pemerolehan bahasa anak
3. Untuk memahami ragam pemerolehan bahasa anak
4. Untuk memahami strategi pemerolehan bahasa anak
Bab II
Pembahasan

2.1. Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak

Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan untuk


menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Jika
dikaitkan denga hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses
pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan,
secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk., 1998).

Selain pendapat tersebut, Kiparsky dalam Tarigan (1988) mengatakan bahwa


pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk
menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih
kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa bersangkutan.
Proses pemerolehan adalah proses bawah sadar. Bahasa tidak disadari dan tidak
dipengaruhi oleh pengajaran yangsecara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di
dalam bahasa kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan
secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa.

Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk. (1998) adalah:

1) Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban,


dan di luar sekolah;
2) pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus;
3) dilakukan tanpa sadar atau secara spontan; dan
4) dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna bagi anak.

Posisi bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa bagi anak Indonesia akan
ditemukan bahwa ada anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
dan ada pula menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Anak yang menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, bahasa pertama yang dikenal dan dikuasai
adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesialah yang pertama-tama dijadikan sebagai
sarana komunikasi verbal sejak dia bayi. Anak yang bahasa pertamanya bahasa Indonesia
banyak dijumpai sekarang ini, terutama pada keluarga yang tinggal di kota. Penyebabnya
sebagai berikut :

1. Perkawinan antarpenutur bahasa yang berbeda. Masing-masing pihak tidak saling


memahami bahasa daerah pasangannya.
2. Perkawinan antar penutur bahasa daerah yang sama dengan situasi berikut ini :
1) Lingkungan sosial sekitar keluarga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
media komunikasi.
2) Lingkungan masyarakat sekitar menggunkan bahasa daerah yang tidak
dikuasai oleh keluaga itu.
3) Lingkungan menggunkan bahasa daerah yang sama dengan bahasa keluarga
itu, tetapi karena pertimbangan praktis, bahasa yang digunakan dalam
keluarga itu bahasa Indonesia (Tarigan dkk., 1998).

Selanjutnya Tarigan dkk. (1998) mengungkapkan bahwa anak-anak yang


dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunkan
bahasa daerah sebagai media komunikasi kesehariannya, kemungkinan besar anak itu
bahasa pertamanya adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya.
Sekalipun anak itu telah mengenal bahasa Indonesia melalui berbagai media (misalanya
radio dan televisi), tetapi bahasa Indonesia yang dikuasainya baru benar-benar digunakan
ketika telah bersekolah.

2.2. karakteristik pemerolehan bahasa anak

Karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk. (1998) adalah: (a)


Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di luar
sekolah; (b) Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembagalembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus; (c) Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan;
dan (d) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna
bagi anak.
Kendati orang tua pada umumnya mengharapkan hal yang terbaik bagi anaknya,
niat yang tulus saja belum cukup. Sebab, orang tua perlu mengomunikasikan pesan itu
secara tepat pula.

Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal penting yang harus dipahami
orang tua. Tak jarang kita mendengar masalah hubungan orang tua dan anak berpangkal
dari miskomunikasi.
Di sisi lain, cara komunikasi dan kemampuan anak dalam menyampaikan dan memahami
bahasa, berbeda-beda di setiap fase usia. Seiring dengan bertambahnya usia anak,
perkembangan yang dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka berkomunikasi dan
berbahasa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami hal ini agar tidak
terjadi miskomunikasi dengan si buah hati. Meskipun begitu, komunikasi dengan anak
usia dini lebih mudah daripada ketika mereka sudah beranjak remaja. Namun, hal ini
tidak mengurangi urgensi mengenali karakteristik bahasa anak agar orang tua bisa
mengefektifkan interaksinya dengan si kecil.

Dilansir dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut ini kategorisasi


karakteristik bahasa anak usia dini.

1. Bayi Usia 0-1 Tahun

Pada rentang usia 0-1 tahun, bayi masih mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian
yang belum berbentuk bahasa dan tidak bisa dipahami orang dewasa. Kendati demikian,
anak usia 0-1 tahun amat senang meniru suara atau bunyi-bunyian dari orang yang
mengajaknya bicara. Kerap kali, ia akan tersenyum atau matanya melebar bila diajak
bicara. Di rentang usia usia 0-1 tahun juga, ia mulai dapat melafalkan kata-kata
sederhana seperti: "ibu", "mama", "bapa", dan lain sebagainya. Menjelang berusia satu
tahun, anak biasanya mulai mengetahui sedikitnya 20 kata sederhana, dan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya usia si kecil.

2. Balita Usia 1-3 Tahun

Setelah melewati usia satu tahun, cara bicara anak sudah berkembang. Meskipun
belum jelas, tapi ia sudah bisa ditangkap maknanya. Balita bisa saja menyebut "susu"
menjadi "tutu" atau "mobil" menjadi "mbil", dan lain sebagainya. Anak juga mulai
menggunakan mimik wajah dan gerakan tubuh saat berbicara, misalnya melotot saat
marah atau menunjuk barang yang diinginkan. Anak usia 1-3 tahun juga biasa
menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan keinginannya. Di rentang usia 1-3
tahun, anak pun mulai menanyakan nama-nama benda, misalnya dengan cara
mengatakan: “Apa itu?” Ketika bertemu hal-hal baru, ia akan menanyakan: "Apa ini?"
Anak juga akan mulai mengetahui nama-nama benda di sekitarnya dan menguasai
beberapa kata kerja yang sederhana.

3. Anak Usia 3-6 Tahun

Ketika beranjak ke usia tiga tahun, cara berbicara anak sudah semakin jelas dan
dapat dipahami orang lain. Anak usia 3-6 tahun pun bisa menyampaikan maksud,
keinginan, dan mengutarakan perasaannya kepada orang lain. Di usia ini, anak mulai
lancar pula berbicara dalam kalimat terdiri dari tiga kata, misalnya: “Adek mau minum”
atau "Dede pengen pipis", dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Kosa kata
anak juga sudah bertambah banyak. Jika demikian, anak mulai banyak bertanya sebab-
akibat atau kausalitas. Misalnya, pertanyaan: “Kenapa daun warnanya hijau?” dan lain
sebagainya. Jika ia merasa mengetahui sesuatu, ia pun akan menjawab pertanyaan
sederhana yang diajukan kepadanya.

Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia 0-6 Tahun

Bagaimana cara komunikasi dengan anak usia dini? Dikutip dari Komunikasi
Efektif dengan Anak Usia Dini (2018: 17-19) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, orang tua dapat menerapkan tips-tips sebagaimana diperinci di bawah
ini.

Pertama, bagi bayi usia 0-3 tahun, orang tua mesti sering mengajak anak berbicara
untuk menstimulasi kemampuan bahasanya. Orang tua juga dapat membangun kedekatan
dengan menatap mata anak saat berbicara dengannya. Kemudian, lakukan pengulangan
kalimat agar anak dapat memahami atau menirukan kosa kata baru yang ia dengar. Orang
tua juga sebaiknya tersenyum dan menampilkan mimik menyenangkan ketika berbicara
dengan anak.

Kedua, bagi balita usia 1-3 tahun, orang tua mesti menyimak dengan baik saat
anak berbicara. Jangan potong kalimat anak, serta beri ia kesempatan untuk
menyelesaikan bicaranya. Jika orang tua ingin mengoreksi dan mengajari anak,
contohkan kata dan kalimat dengan benar, terutama saat mengenalkan nama-nama benda,
situasi, dan keterangan di lingkungan anak.

Ketiga, bagi anak usia 3-6 tahun, orang tua perlu menstimulasi kemampuan bahasa
anak dengan memberi kesempatan si kecil untuk bercerita. Di rentang usia ini, orang tua
juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar cerita yang disampaikan oleh
menjadi jelas, lengkap, dan bisa dipahami. Jika anak bertanya, jawab pertanyaan-
pertanyaan mereka. Bila tidak tahu, orang tua dan anak dapat saling mencari tahu
jawabannya di buku dan kamudian menerangkannya kepada anak.

2.3. Ragam pemerolehan bahasa anak

Ragam Pemerolehan Bahasa Anak Ragam atau jenis pemerolehan bahasa anak
menurut Tarigan (1988) dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan, antara lain: 1)
berdasarkan bentuk, 2) berdasarkan urutan, 3) berdasarkan jumlah, 4) berdasarkan
media, 5) berdasarkan keaslian.

Jika ditinjau dari segi bentuk, ragam pemberolehan bahasa anak sebagai
berikut: 1) pemerolehan bahasa pertama, 2) pemerolehan bahasa kedua, 3)
pemerolehan-ulang. Ditinjau dari segi urutan, ragam: 1) pemerolehan bahasa pertama
2) pemerolehan bahasa kedua.

Sementara ditinjau dari segi jumlah, ragam pemerolehan bahas anak yaitu: 1)
pemerolehan satu bahasa, 2) pemerolehan dua bahasa. Ditinjau dari segi media, ragam:
1) pemerolehan bahasa lisan, 2) pemerolehan bahasa tulis. Ditinjau dari segi keaslian
atau keasingan, ragam: 1) pemerolehan bahasa asli, 2) pemerolehan bahasa asing.

Terdapat beberapa istilah pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan, dan
keaslian, tetapi dalam pengertian hampir sama. Misalnya, istilah pemerolehan bahasa
pertama dengan pemerolehan bahasa asli, dan antara pemerolehan bahasa kedua dengan
pemerolehan bahasa asing tidak ada perbedaan pengertian. Apabila ditinjau dari segi
keserentakan atau keberurutan, pada dasarnya pemerolehan dua bahasa oleh seorang
anak dapat terjadi dalam dua cara, yaitu : 1) pemerolehan bahasa secara serentak, dan
2) pemerolehan bahasa secara berurut.

Pemerolehan serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan dalam
masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam
masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa). Anak mengenal,
mempelajari, dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan. Sedangkan pemerolehan
berurut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang
relatif berjauhan (Tarigan, 1988 dan Tarigan dkk.,1998).

1. Pemerolehan Bahasa Pertama.

Yang dimaksud pemerolehan bahasa pertama (B1) ialah bahasa pertama


diperoleh dan dipahami anak dalam kehidupan dan berkomunikasi di lingkungannya.
Bahasa pertama anak Indonesia yang hidup dan dibesarkan di daerah pedesaan pada
umumnya mengikuti bahasa ibunya yaitu bahasa daerah. Untuk di perkotaan, B1 anak
tampaknya telah terjadi pergeseran, terutama di kota-kota besar.

Anak cenderung dikenalkan bahasa pertamanya yaitu bahasa Indonesia, menjadi


anak mengenal bahasa pertamanya bukan bahasa ibu kandung yang mengasuhnya.
Mungkin anak memperoleh B1 bahasa ibu kandungnya, mungkin bahasa bapak
kandungnya, mungkin bahasa Indonesia, dan mungkin pula bahasa daerah lain tempat
ia berdomisili (khusus orang tua yang hidup di perantauan).

Setidak-tidaknya terdapat dua teori tentang pemerolehan bahasa. Teori pertama,


teori aliran Behaviorisme, menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak-anak itu
melalui penambahan sedikit demi sedikit. Jadi, seolah-olah pemerolehan bahasa itu
bersifat linier atau garis lurus. Makin hari makin bertambah juga sampai akhirnya
lengkap sepeti bahasa orang dewasa. Menurut teori kedua, teori aliran Rasionalisme,
yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak itu mengikuti suatu pola
mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula, yang mungkin saja tidak sama dengan tata
bahasa orang dewasa (tata bahasa yang sebenarnya). Pada setiap pola perkembangan
bahasa berikutnya, tata bahasa yang tidak benar itu secara berangsur diperbaikinya
menuju tata bahasa yang benar. Sebagai contoh bahwa tata bahasa anak itu berbeda
dengan tata bahasa orang dewasa lihat hasil penelitian Braine, seperti yang dikutip
David Ingram (1989).
2. Pemerolehan Bahasa Kedua/Asing (B2)

Bahasa kedua/asing (B2) adalah bahasa anak yang diperoleh setelah bahasa
pertama. B2 anak di Indonesia pada umumnya bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Pemerolehan bahasa Indonesia diperoleh anak dalam lingkungannya kehidupannya dan
di sekolah. Pemerolehan bahasa asing pada umumnya melalui pendidikan informal
maupun formal. Pemerolehan B2 dapat terjadi dengan bermacam-macam cara, pada
usia apa saja, untuk tujuan bermacam-macam dan pada tingkat kebahasaan yang
berlainan. Berdasarkan  kenyataan ini, kita dapat membedakan beberapa tipe
pemerolehan B2. Suatu perbedaan yang mendasar ialah pemerolehan B2 yang
terpimpin dan yang secara alamiah.

Di bawah ini akan diuraikan dua jenis pemerolehan B2 yaitu pemerolehan secara
terpimpin dan pemerolehan secara alamiah. 1) Pemerolehan B2 Secara Terpimpin 
Pemerolehan bahasa secara terpimpin ialah pemerolehan B2 yang diajarkan kepada
pelajar dengan menyajikan materi yang sudah “dicernakan”, yakni tanpa latihan yang
terlalu ketat dan dengan penuh kesalahan dari pihak si pelajar (Subyakto, 1988:74).
Dengan kata lain, pemerolehan bahasa secara terpimpin adalah pemerolehan bahasa
dari pembelajaran, baik formal maupun informal.  Ciri-ciri pemerolehan B2 seperti
ini ialah bahwa materi (seleksi dan urutan) tergantung pada kriteria yang ditentukan
oleh guru (umpamanya, apa yang diset “tingkat kesukaran” bagi pelajar), dan bahwa
strategi-strategi yang dipakai oleh guru itu juga sesuai dengan apa yang dianggap
dihilangkan paling cocok bagi guru itu.

Keberhasilan pemerolehan B2 secara terpimpin bergantung pada tujuan, materi,


guru, sarana, dan prasarana, serta si pelajar itu sendiri. Penyajian materi dan metode
yang digunakan itu dapat juga berhasil, asal kondisi-kondisi belajar demikian
menguntungkan pelajar, sehingga tidak menghambat kemajuan pemerolehan B2 itu.
Sebaliknya, ada juga aspek positif dalam pemerolehan B2 yang terpimpin ini. Klien
dalam Subyakto (1988:74) mengatakan bahwa “tidak ada atau kurang ada tekanan dari
luar untuk memanfaatkan potensi bahasa seluruhnya dari pelajar”. Rumusan ini
merujuk pada pemerolehan B2 secara alamiah. Dalam pemerolehan B2 secara alamiah
para pelajar merasa ada tekanan dari luar untuk memanfaatkan potensi bahasa
seluruhnya, dan mereka merasa terpanggil untuk melakukan semua latihan bahasa
sendiri tanpa bimbingan dari guru.

2.4. Strategi pemerolehan bahasa anak

Apabila kita berbica tentang pemerolehan bahasa, maka akan ada beberapa
pertanyaan penting yang muncul, seperti; bagaimanakah seorang anak memperoleh
bahasa? untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus mempertimbangkan
masalah interaksi sang anak dengan konteksnya. Landasan atau dasar kognitif
pemerolehan bahasa sangat mudah sekali terlihat dalam tiga hal menurut Tarigan
(1988: 7) dalam Lindfors (1987: 163) yaitu:

1. Perkembangan bahasa sang anak;

2. Perkembangan sintaksis permulaan (yang merupakan tuturan/ujaran gabungan


permulaan) dan;

3. Penggunaan aktif sang anak akan sejenis siasat belajar.

Dengan mengamati secara sistematis perilaku bahasa anak-anak para peneliti


dengan mudah mengenali memberikan beberapa siasat atau strategi kognitif yang
seolah-olah disaat mereka memikirkan atau menerapkan bagaimana bahasa bekerja atau
berlangsung. Secara khusus para peneliti merekam anak-anak saat-saat tertentu dengan
teratur selama/ periode waktu tertentu tatkala dia mengadakan interaksi dengan instan
lainnya dalam latar belakang sealamiah dan sewajar mungkin. Pita rekaman itu
kemudian ditranskipkan dengan seksama dan transkip-transkip tersebut dianalisis
secara cermat dan berulang-ulang untuk mengetahui pola-pola prilaku bahasa anak.

Ada beberapa hal yang perlu diingat sehubungan dengan berbagai siasat yang
dipakai oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa ini. Pertama-tama, siasat-siasat yang
telah dibagi menjadi komponen-komponen; yaitu, suatu strategi atau ancangan tertentu
kerapkali dapat diamati dalam cara anak-anak menyusus aspek-aspek semantik,
sintaksis dan fonologi sesuatu bahasa. Selanjutnya, hal itu tidaklah bahwa kita
mengatakan bahwa “semua” anak memakainya, atau hal itu “hanyalah” siasat tertentu
yang dipergunakan oleh anak-anak tertentu, atau bahwa itu adalah siasat yang dipakai
anak-anak tertentu dalam seluruh kegiatan mereka belajar bahasa. Setiapanak secara
khusus mempergunakan berbagai macam siasat, berapa diantaranya pada periode-
periode awal dan yang lainnya pada periode-periode selanjutnya. Bagaimana cara anak-
anak belajar haruslah selalu menjadi pedoman atau ancang-ancang bagi penentuan cara
kita mengajar.

Menurut Tarigan (1988: 8), ada beberapa tahapan cara belajar, cara membangun
bahasa secara kreatif, yaitu:

1) Gunakan pemahaman non-linguistik anda sebagai dasar bagi penetapan


atau pemiukiran bahasa;
2) Gunakan apa saja atau segala sesuatu yang penting, yang menonjol dan
menarik hati anda;
3) Anggaplah bahwa bahasa [terutama sekali] dipakai secara “referensial” atau
“ekspresif” dan dengan demikian menggunakan data bahasa;
4) Amatilah bagaimana caranya orang lain mengekspresikan [berbagai]
makna;
5) Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan untuk memancing atau memperoleh data
yang anda inginkan;
6) Tirulah apa yang dikatakan orang lain;
7) Gunakan beberapa “prinsip operasi” umum buat memikirkan serta
menetapkan bahasa;
8) Buatlah sebanyak mungkin dari yang telah anda miliki atau anda peroleh;
9) Hasilkan bahasa dan lihatlah bagaimana orang lain memberi response;
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Baca selengkapnya di artikel "Karakteristik Bahasa Anak Usia 0-6 Tahun & Tips Cara
Berkomunikasi", https://tirto.id/fRFA

Anda mungkin juga menyukai