Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar Bahasa Indonesia SD
Oleh kelompok 1
1.Liliernawati
2.Cici andri yani poha
3.Rahmadian Latara
4.Sintiya halik
2022
Kata pengantar
Ucapan terimah kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada dosen pengajar
ibu Dra. Ratnarti Pahrun Mpd yang telah menugasi kami untuk penyusunan makalah ini.
Segala kekurangan makalah ini menjadi tanggung jawab kami.
Terima kasih kami sampaikan atas segala bantuan yang diberikan dan terima kasih
pula kami sampaikan atas sumbangan pikiran dari berbagai pihak demi terwujudnya makalah
ringkas ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan kelimpahan kasih dan
kemuliaan-Nya. Semoga pikiran baik datang dari segala arah.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf bagi para
audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada
para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala
kritikan dan saran yang sifatnya membangun makalah ini.
Gorontalo,September 2022
Kelompok 1
Daftar Pustaka
Kata pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I
1.1.Pendahuluan................................................................................................
1.2.Latar belakang............................................................................................
1.3.Rumusan masalah.......................................................................................
Bab II
Pembahasan......................................................................................................
2.1.Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak ...........................................................
2.2.Karakteristik pemerolehan bahasa anak ....................................................
2.3.Ragam pemerolehan bahasa anak ..............................................................
2.4.Strategi pemerolehan bahasa anak ............................................................
Bab III
Penutup ............................................................................................................
3.1. Kesimpulan................................................................................................
3.2.Saran...........................................................................................................
Daftar pustaka...................................................................................................
Bab I
Pendahuluan
Pemerolehan bahasa anak adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secara verbal. Dalam perkembangannya pemerolehan bahasa anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat
penting bagi seorang guru untuk mempelajari pemerolehan perkembangan bahasa anak
dengan alasan sebagai berikut: (1). Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak
mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah
dasar terutama siswa di kelas rendah. (2). Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga
dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi
perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. (3). Siswa sekolah dasar pada umumnya
berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks
sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara meskipun
cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada
hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak, perkembengan
bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan individual, dalam
pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak, khususnya
pada waktu mereka belajar membaca dan menulis permulaan. Sehingga perkembangan
bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan
anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua
khususnya. Itulah sebabnya calon guru sekolah dasar perlu menguasai berbagai konsep yang
terkait dengan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak.
1.3. Tujuan
Posisi bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa bagi anak Indonesia akan
ditemukan bahwa ada anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
dan ada pula menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Anak yang menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, bahasa pertama yang dikenal dan dikuasai
adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesialah yang pertama-tama dijadikan sebagai
sarana komunikasi verbal sejak dia bayi. Anak yang bahasa pertamanya bahasa Indonesia
banyak dijumpai sekarang ini, terutama pada keluarga yang tinggal di kota. Penyebabnya
sebagai berikut :
Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal penting yang harus dipahami
orang tua. Tak jarang kita mendengar masalah hubungan orang tua dan anak berpangkal
dari miskomunikasi.
Di sisi lain, cara komunikasi dan kemampuan anak dalam menyampaikan dan memahami
bahasa, berbeda-beda di setiap fase usia. Seiring dengan bertambahnya usia anak,
perkembangan yang dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka berkomunikasi dan
berbahasa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami hal ini agar tidak
terjadi miskomunikasi dengan si buah hati. Meskipun begitu, komunikasi dengan anak
usia dini lebih mudah daripada ketika mereka sudah beranjak remaja. Namun, hal ini
tidak mengurangi urgensi mengenali karakteristik bahasa anak agar orang tua bisa
mengefektifkan interaksinya dengan si kecil.
Pada rentang usia 0-1 tahun, bayi masih mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian
yang belum berbentuk bahasa dan tidak bisa dipahami orang dewasa. Kendati demikian,
anak usia 0-1 tahun amat senang meniru suara atau bunyi-bunyian dari orang yang
mengajaknya bicara. Kerap kali, ia akan tersenyum atau matanya melebar bila diajak
bicara. Di rentang usia usia 0-1 tahun juga, ia mulai dapat melafalkan kata-kata
sederhana seperti: "ibu", "mama", "bapa", dan lain sebagainya. Menjelang berusia satu
tahun, anak biasanya mulai mengetahui sedikitnya 20 kata sederhana, dan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya usia si kecil.
Setelah melewati usia satu tahun, cara bicara anak sudah berkembang. Meskipun
belum jelas, tapi ia sudah bisa ditangkap maknanya. Balita bisa saja menyebut "susu"
menjadi "tutu" atau "mobil" menjadi "mbil", dan lain sebagainya. Anak juga mulai
menggunakan mimik wajah dan gerakan tubuh saat berbicara, misalnya melotot saat
marah atau menunjuk barang yang diinginkan. Anak usia 1-3 tahun juga biasa
menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan keinginannya. Di rentang usia 1-3
tahun, anak pun mulai menanyakan nama-nama benda, misalnya dengan cara
mengatakan: “Apa itu?” Ketika bertemu hal-hal baru, ia akan menanyakan: "Apa ini?"
Anak juga akan mulai mengetahui nama-nama benda di sekitarnya dan menguasai
beberapa kata kerja yang sederhana.
Ketika beranjak ke usia tiga tahun, cara berbicara anak sudah semakin jelas dan
dapat dipahami orang lain. Anak usia 3-6 tahun pun bisa menyampaikan maksud,
keinginan, dan mengutarakan perasaannya kepada orang lain. Di usia ini, anak mulai
lancar pula berbicara dalam kalimat terdiri dari tiga kata, misalnya: “Adek mau minum”
atau "Dede pengen pipis", dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Kosa kata
anak juga sudah bertambah banyak. Jika demikian, anak mulai banyak bertanya sebab-
akibat atau kausalitas. Misalnya, pertanyaan: “Kenapa daun warnanya hijau?” dan lain
sebagainya. Jika ia merasa mengetahui sesuatu, ia pun akan menjawab pertanyaan
sederhana yang diajukan kepadanya.
Bagaimana cara komunikasi dengan anak usia dini? Dikutip dari Komunikasi
Efektif dengan Anak Usia Dini (2018: 17-19) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, orang tua dapat menerapkan tips-tips sebagaimana diperinci di bawah
ini.
Pertama, bagi bayi usia 0-3 tahun, orang tua mesti sering mengajak anak berbicara
untuk menstimulasi kemampuan bahasanya. Orang tua juga dapat membangun kedekatan
dengan menatap mata anak saat berbicara dengannya. Kemudian, lakukan pengulangan
kalimat agar anak dapat memahami atau menirukan kosa kata baru yang ia dengar. Orang
tua juga sebaiknya tersenyum dan menampilkan mimik menyenangkan ketika berbicara
dengan anak.
Kedua, bagi balita usia 1-3 tahun, orang tua mesti menyimak dengan baik saat
anak berbicara. Jangan potong kalimat anak, serta beri ia kesempatan untuk
menyelesaikan bicaranya. Jika orang tua ingin mengoreksi dan mengajari anak,
contohkan kata dan kalimat dengan benar, terutama saat mengenalkan nama-nama benda,
situasi, dan keterangan di lingkungan anak.
Ketiga, bagi anak usia 3-6 tahun, orang tua perlu menstimulasi kemampuan bahasa
anak dengan memberi kesempatan si kecil untuk bercerita. Di rentang usia ini, orang tua
juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar cerita yang disampaikan oleh
menjadi jelas, lengkap, dan bisa dipahami. Jika anak bertanya, jawab pertanyaan-
pertanyaan mereka. Bila tidak tahu, orang tua dan anak dapat saling mencari tahu
jawabannya di buku dan kamudian menerangkannya kepada anak.
Ragam Pemerolehan Bahasa Anak Ragam atau jenis pemerolehan bahasa anak
menurut Tarigan (1988) dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan, antara lain: 1)
berdasarkan bentuk, 2) berdasarkan urutan, 3) berdasarkan jumlah, 4) berdasarkan
media, 5) berdasarkan keaslian.
Jika ditinjau dari segi bentuk, ragam pemberolehan bahasa anak sebagai
berikut: 1) pemerolehan bahasa pertama, 2) pemerolehan bahasa kedua, 3)
pemerolehan-ulang. Ditinjau dari segi urutan, ragam: 1) pemerolehan bahasa pertama
2) pemerolehan bahasa kedua.
Sementara ditinjau dari segi jumlah, ragam pemerolehan bahas anak yaitu: 1)
pemerolehan satu bahasa, 2) pemerolehan dua bahasa. Ditinjau dari segi media, ragam:
1) pemerolehan bahasa lisan, 2) pemerolehan bahasa tulis. Ditinjau dari segi keaslian
atau keasingan, ragam: 1) pemerolehan bahasa asli, 2) pemerolehan bahasa asing.
Terdapat beberapa istilah pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan, dan
keaslian, tetapi dalam pengertian hampir sama. Misalnya, istilah pemerolehan bahasa
pertama dengan pemerolehan bahasa asli, dan antara pemerolehan bahasa kedua dengan
pemerolehan bahasa asing tidak ada perbedaan pengertian. Apabila ditinjau dari segi
keserentakan atau keberurutan, pada dasarnya pemerolehan dua bahasa oleh seorang
anak dapat terjadi dalam dua cara, yaitu : 1) pemerolehan bahasa secara serentak, dan
2) pemerolehan bahasa secara berurut.
Pemerolehan serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan dalam
masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam
masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa). Anak mengenal,
mempelajari, dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan. Sedangkan pemerolehan
berurut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang
relatif berjauhan (Tarigan, 1988 dan Tarigan dkk.,1998).
Bahasa kedua/asing (B2) adalah bahasa anak yang diperoleh setelah bahasa
pertama. B2 anak di Indonesia pada umumnya bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Pemerolehan bahasa Indonesia diperoleh anak dalam lingkungannya kehidupannya dan
di sekolah. Pemerolehan bahasa asing pada umumnya melalui pendidikan informal
maupun formal. Pemerolehan B2 dapat terjadi dengan bermacam-macam cara, pada
usia apa saja, untuk tujuan bermacam-macam dan pada tingkat kebahasaan yang
berlainan. Berdasarkan kenyataan ini, kita dapat membedakan beberapa tipe
pemerolehan B2. Suatu perbedaan yang mendasar ialah pemerolehan B2 yang
terpimpin dan yang secara alamiah.
Di bawah ini akan diuraikan dua jenis pemerolehan B2 yaitu pemerolehan secara
terpimpin dan pemerolehan secara alamiah. 1) Pemerolehan B2 Secara Terpimpin
Pemerolehan bahasa secara terpimpin ialah pemerolehan B2 yang diajarkan kepada
pelajar dengan menyajikan materi yang sudah “dicernakan”, yakni tanpa latihan yang
terlalu ketat dan dengan penuh kesalahan dari pihak si pelajar (Subyakto, 1988:74).
Dengan kata lain, pemerolehan bahasa secara terpimpin adalah pemerolehan bahasa
dari pembelajaran, baik formal maupun informal. Ciri-ciri pemerolehan B2 seperti
ini ialah bahwa materi (seleksi dan urutan) tergantung pada kriteria yang ditentukan
oleh guru (umpamanya, apa yang diset “tingkat kesukaran” bagi pelajar), dan bahwa
strategi-strategi yang dipakai oleh guru itu juga sesuai dengan apa yang dianggap
dihilangkan paling cocok bagi guru itu.
Apabila kita berbica tentang pemerolehan bahasa, maka akan ada beberapa
pertanyaan penting yang muncul, seperti; bagaimanakah seorang anak memperoleh
bahasa? untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus mempertimbangkan
masalah interaksi sang anak dengan konteksnya. Landasan atau dasar kognitif
pemerolehan bahasa sangat mudah sekali terlihat dalam tiga hal menurut Tarigan
(1988: 7) dalam Lindfors (1987: 163) yaitu:
Ada beberapa hal yang perlu diingat sehubungan dengan berbagai siasat yang
dipakai oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa ini. Pertama-tama, siasat-siasat yang
telah dibagi menjadi komponen-komponen; yaitu, suatu strategi atau ancangan tertentu
kerapkali dapat diamati dalam cara anak-anak menyusus aspek-aspek semantik,
sintaksis dan fonologi sesuatu bahasa. Selanjutnya, hal itu tidaklah bahwa kita
mengatakan bahwa “semua” anak memakainya, atau hal itu “hanyalah” siasat tertentu
yang dipergunakan oleh anak-anak tertentu, atau bahwa itu adalah siasat yang dipakai
anak-anak tertentu dalam seluruh kegiatan mereka belajar bahasa. Setiapanak secara
khusus mempergunakan berbagai macam siasat, berapa diantaranya pada periode-
periode awal dan yang lainnya pada periode-periode selanjutnya. Bagaimana cara anak-
anak belajar haruslah selalu menjadi pedoman atau ancang-ancang bagi penentuan cara
kita mengajar.
Menurut Tarigan (1988: 8), ada beberapa tahapan cara belajar, cara membangun
bahasa secara kreatif, yaitu:
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Baca selengkapnya di artikel "Karakteristik Bahasa Anak Usia 0-6 Tahun & Tips Cara
Berkomunikasi", https://tirto.id/fRFA