MKDK4002
Disusun oleh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Penguasaan Bahasa Kedua Dalam Perkembangan Bahasa Anak”. Dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik” yang diberikan oleh dosen
Bapak Muslim Triaji Sundasyah, S.PD, M.PD.
Akhirnya makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bimbingan dan arahan dari
dosen pembimbing yang memberikan bahan-bahan materi, dan penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan banyak memberikan dukungan
dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Apabila dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun
teknik penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan bimbingan yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna buat kita semua,
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian bahasa
1.3.2 Untuk mengetahui unsur-unsur bahasa
1.3.3 Untuk memahami pemerolehan bahasa anak
1.3.4 Untuk mengetahui aspek-aspek berbahasa anak
1.3.5 Untuk memahami lingkungan yang kondusif terhadap pemerolehan bahasa anak
1.3.6 Untuk mengetahui implikasi bagi pembelajaran lebih dari satu bahasa dalam
perkembangan bahasa anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini,
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan
menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.
Bahasa merupakan anugerah dari Tuhan yang dengannya manusia dapat mengenal
atau memahami dirinya, sesama manusia, alam dan penciptaan-Nya serta mampu
memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengemmbangkan budayanya.
3
4
Berdasarkan karakter tersebut diatas, kiranya dapat dirumuskan bahwa bahasa adalah
suatu alat berupa sistem simbol dan urutan kata-kata, yang digunakan dalam komunikasi
dengan orang lain yang melibatkan di dalamnya infinite generativity, displacement, dan rule
sistem.
Dari kedua definisi diatas dapat dirumuskan bahwa bahasa merupakan kode atau simbol
dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep
atau ide-ide dan komunikasi melalui penggunaan simbol-simbol yang disepakati dan
dikombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan yang ada.
Pada dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga
dapat diwujudkan dengan tanda isyarat atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan
sendiri. Diperkirakan sekitar 50 bahasa isyarat dipergunakan di seluruh dunia. Penggunaan
bahasa isyarat diduga mempengaruhi pemrosesan informasi dan belajar. Individu yang sudah
familiar dengan bahasa isyarat dapat berkomunikasi dengan mudahnya, sebaliknya mereka
yang belum menguasainya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan
dengan penggunaan bahasa isyarat.
5
2.2Unsur-unsur Bahasa
Sebagai suatu alat komunikasi, bahasa memiliki seperangkat sistem yang satu sama lain
saling mempengaruhi yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan pragmatic.
⮚ Fonologi merupakan salah satu bagian dari tata bahasa yang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Fonologi mempelajari fungsi dari system
pembeda bunyi dalam suatu bahasa, mencoba menetapkan aturan-aturan untuk
menentukan dan membedakan fonem satu dengan yang lain dan bagaimana ia
dapat berfungsi di dalam sistematika bahasa, sehingga komunikasi dapat terjadi
lebih efektif (Mar’at. 2001:60).
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti. Fonem-fonem
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fonem-fonem segmental dan
suprasegmental. Fonem segmental dapat dibagi dalam fonem vokal dan konsonan,
sedangkan fonem suprasegmental terdiri dari nada, tekan dan panjang jeda.
Contoh : fonem /p/ dan /g/ dalam kata payung dan gayung atau piring dan giring.
Disini terlihat bahwa /p/ dan /g/ dalam lingkungan yang sama dapat membentuk
dua kata yang berbeda (payung dan gayung atau piring dan giring) dengan arti
yang berbeda pula. Oleh karena itu /p/ dan /g/ disebut fonem suatu satuan bunyi
terkecil yang membentuk arti.
Jadi secara konkret, dalam fonologi dipelajari bagaimana bunyi itu disusun
menjadi kata, dan bagaimana urutannya bila ingin menggabungkan bunyi menjadi
kata dan dimana memberi tekanan dan intonasi pada waktu membunyikan
kata-kata agar makna dapat lebih mudah ditangkap oleh lawan bicaranya.
Contoh : seorang anak yang baru belajar bahasa, harus belajar membedakan
bunyi-bunyi dan pola-pola intonasi yang menghasilkan makna yang berbeda-beda.
1. Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, yaitu morfem bebas seperti
batu, telur, lima dan pergi.
2. Morfem yang tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu terikat pada morfem
lain yang disebut imbuhan (afiks), disebut morfem terikat morfologis,
misalnya :me-, pe-an, ke-an, per- dan sebagainya.
3. Morfem yang tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu terikat dengan morfem
yang lain dalam suatu frase, klausa atau kalimat disebut morfem terikat
sintaksis. Contohnya : (belia) pada muda belia, atau (siur) pada simpang siur.
Kata sambung (konjungsi) termasuk juga morfem terikat sintaksis seperti :
tetapi, karena, sehingga, juga kata depan (preposisi) seperti : di, ke, dari, dan
untuk.
4. Morfem yang unik selalu terikat baik secara morfologis maupun sintaksis,
tetapi bukan termasuk imbuhan. Contohnya :
Juang pada berjuang, semangat juang
Temu pada pertemuan, penemuan, bertemu
Tawa pada tertawa, tertawa-tawa
⮚ Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan
proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa (Mar’at, 2001:63).
Untuk mempelajari kalimat diperlukan kata-kata. Ada beberapa kategori kata
(menurut tata bahasa tradisional) yaitu sebagai berikut:
a. Kata benda atau noun
b. Kata kerja atau verb
c. Kata sifat atau adjective
d. Kata ganti atau pronoun
e. Kata bilangan atau number
f. Kata keterangan atau adverb
g. Kata sambung atau conjunction
h. Kata depan atau preposition
i. Kata sandang atau article
j. Kata seru atau interjection
7
Kedua kategori ini adalah suatu kategori yang universal artinya bahwa selalu
menunjuk tentang sesuatu yang kita bicarakan dan kata kerja menunjuk tentang apa
yang sedang terjadi dengan sesuatu tersebut. Setelah mengetahui kategori
kata-kata, maka kita dapat menyusun kata-kata menjadi struktur kalimat menurut
aturan-aturan tertentu.
⮚ Semantik adalah studi mengenai arti suatu perkataan atau kalimat. Ada
bermacam-macam teori tentang semantic, yang berbeda-beda dengan semantic
permasalahannya. Dari teori yang banyak itu dapat digolongkan menjadi kelompok
yang besar yaitu:
1. Teori Referensi, yaitu teori yang mempelajari kaitan antara kata dengan
objeknya/bendanya yang dirujuk (that is refers). Contohnya : perkataan
“sepatu” akan merujuk pada suatu sepatu apa saja yang ada di dunia.
Menurut teori ini hubungan antara kata dengan objeknya disebut hubungan
referensi artinya merujuk pada kata benda
2. Teori Pengertian (sense), yaitu teori yang mempelajari hubungan antara
kata dengan konsepnya. Contohnya : kata “sepatu” tadi menimbulkan suatu
konsep tentang sepatu, yaitu suatu benda yang dipakai sebagai alas kaki.
Jadi orang tidak melihat dari bendanya dulu untuk mengetahui seperti apa
itu sepatu
8
sedangkan binatang tidak memiliki faculty tersebut. Faculty ini berdiri sendiri,
tidak tergantung pada faculty lain seperti berpikir, pengamatan dan
sebagainya. Faculty ini semata-mata berupa factor linguistic dan berbeda
dengan bentuk-bentuk berpikir yang primitif seperti pada hewan. Selanjutnya,
dikatakan dalam seorang anak memiliki faculty of language, maka semua anak
didunia ini akan mengembangkan tipe-tipe bahasa yang sama, yang berarti
ada suatu ciri universal dalam segala macam bahasa.
Faculty of language ini telah mengandung berbagai aturan tata bahasa,
sehingga anak tidak mengalami kesukaran dalam belajar bahasa. Faktor
linguistik bawaan ini oleh Chomsky disebut innate mechanism. Bahwa anak
mempunyai innate mechanism dibuktikan dari cara mereka menyusun
kalimat-kalimat dengan aturan-aturannya sendiri, yang mustahil didapatkan
dari luar (orang tua, guru dan masyarakat) karena kalimat-kalimat yang
didengarnya tidak demikian bentuknya.
Lagi pula input bahasa yang didapatkan relatif masih sedikit untuk
induksikan dari pada aturan gramatika. Dalam kenyataan sehari-hari bahasa itu
hanya terlihat struktur luarnya (surface structure)saja, sedangkan struktur
dalam atau (deep structure)masih merupakan tanda tanya.
● Teori kognitif
Kelompok ini diwakili oleh Piaget, Brunner dan Vigotsky (Mar’at, 2001:86).
Model ketiga ini adalah pandangan terbaru mengenai tentang pemerolehan
bahasa pada anak. Pandangannya disebut dengan model proses (process
model) atau analisis strategi (strategy analysis).
Inti dari pendekatan baru ini adalah suatu model kognitif untuk bahasa,
yang mencoba menjelaskan bagaimana bahasa itu diproses secara kognitif dan
bagaimana manifestasinya dalam tingkah laku. Model ini berusaha
menghubungkan segi performance dengan segi competence, hal mana
diungkapkan hubungannya oleh kedua pendekatan yang terdahulu.
Para ahli dan praktisi di dunia pendidikan khususnya dewasa ini lebih
menyukai model ketiga ini, yaitu yang memandang bahasa dari sudut
prosesnya (in process terms) hubungan antara bahasa dan perkembangan
ditinjau dari perspektif psikolinguistik dewasa ini diterangkan sebagai berikut:
Bahwa anak-anak dapat belajar memang berkat adanya hal-hal innate
ini bukanlah a set of ideas seperti yang diungkapkan oleh aliran rasionalis
10
diganti dengn bentuk-bentuk yang matang, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang
berlaku di lingkungan.
● Bercirikan Kreativitas
Seorang anak belajar bahasa selalu menggunakan kemampuan kreatifnya, mereka
menciptakan kata-kata atau frasa-frasa baru, akan tetapi pada saat yang sama mereka
akan kembali ke aturan-aturan yang sudah baku, terutama bila mereka menyadari bahwa
kata-kata/frasa-frasa yang diciptakannya gagal mengkomunikasikan apa yang mereka
maksud/inginkan.
● Menghargai Keberhasilan
Guru dan orang tua akan berhasil mengajarkan kepada anak, apabila mereka
menggunakan bahasa itu dalam situasi kehidupan yang real tanpa suatu niat khusus
untuk “mengajar” bahasa dan menerima ketidaksempurnaan serta menghargai
keberhasilan anak serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi dengan
kata-kata.
tentang bahasa, meskipun hal ini tidak menghalangi komunikasi. Namun dapat disimpulkan
bahwa kerugian anak yang bilingual jauh lebih sedikit daripada keuntungan dengan
menguasai lebih dari satu bahasa seperti pendapat Taylor & Taylor(1990:340):
“ Bilinguals may experience a slight disadvantage in language processing
speed over monolinguals, but this advantage is far outweighed by the
advantages of being able to function in two languages ”.
Pendapat Taylor & Taylor tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada salahnya
anak-anak mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa kedua di sekolah. Masalahnya,
pengajaran bahasa inggris di sekolah biasanya mempersyaratkan keformalan prosedural dan
metodologis, misalnya, ada beban untuk evaluasi, ada daftar kehadiran, membuat grammar
sebagai pedoman secara ketat, dan lain-lain. Menurut Jefferson (1922:148):
“The brain effort required to master the two languages instead of one certainly
diminishes the child’s power of learning other things which might and ought to
be learn”.
Bahwa kemampuan otak untuk menguasai dan mengingat dua bahasa akan
mengurangi kemampuan anak mempelajari hal-hal lain yang mungkin dan sebaiknya
dipelajari, Penjelasan Jefferson tersebut mengisyaratkan bahwa kapasitas berpikir seorang
anak itu terbatas, dan pemikirannya kurang efektif karena otak menyimpan dua sistem ilmu
bahasa.
Berbeda dengan Jefferson, hasil penelitian Gage & Berliner (1975); Sapir &
Nitzburg (1973); memperoleh dua kesimpulan yaitu: Anak-anak yang bilingual:
1.Cenderung berpengaruh kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah, meskipun tidak
berpengaruh negatif terhadap perkembangan tingkat kecerdasan (IQ).
2. Memberi pengaruh yang kurang menguntungkan bagi perkembangan kepribadian dan
sikap sosial anak usia SD yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.
Perbedaan pandangan yang tidak setuju dengan pengajaran bahasa Inggris untuk
anak SD mungkin sebagai sikap antisipatif akan beban yang terlampau berat untuk
anak-anak yang masih belia yang sedang mengalami tumbuh kembang. Kekhawatiran
tersebut perlu mendapat respon, namun kelebihan beban itu tidak harus hanya ditimpakan
kepada bahasa Inggris.
14
Berdasarkan data yang ada bahwa kurikulum di Indonesia terlalu membebani peserta
didik sehingga para pakar pendidikan menyadari perlu perampingan kurikulum. Selain itu
terdapat faktor lain yang menitipkan pesan dan misinya melalui kurikulum, misalnya,
sebuah SD Islam di Bekasi menerapkan empat bahasa yaitu bahasa Inggris, Arab, Sunda dan
Indonesia, di samping pelajaran lainnya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi dengan orang lain. Bahasa juga merupakan kode
atau simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan
konsep-konsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui penggunaan simbol-simbol yang
disepakati dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan yang ada.
Unsur –unsur bahasa yaitu meliputi: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Dan
pragmatik.
Pemerolehan bahasa pada anak meliputi teori behaviorist, linguistik dan kognitif.
Dan aspek-aspek berbahasa anak meliputi:
● Kemampuan menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang lain
● Potensi yang membantu mengingat dan menghafal
● Penjelasan
● Berbahasa untuk menjelaskan bahasa itu sendiri
Lingkungan yang kondusif terhadap pemerolehan bahasa anak terdiri dari empat
pendekatan yaitu:
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis menyarankan kepada setiap guru SD untuk lebih
menerapkan lagi proses pembelajaran perkembangan bahasa anak SD, agar nantinya bahasa
yang diperoleh dapat lebih baik dan lebih sempurna dari bahasa-bahasa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Mohammad. 1993. Problem, Bicara, Bahasa dan Pembinaannya. Malang: IKIP
Gage, N.L & Berliner, L. Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin. 1984.
Johnson, J.s & Newport, E.L. Critical Affect in Second Language Learning: The Influence of
Maturational State on the Acqisition of English as Second Language” Cognitive
Psychology.1989. Matlin, M. Cognition. 5th Edition. New York: Wiley,2002.
Kasiram, Mohammad. 1983. Ilmu Jiwa Perkembangan, Bagian Ilmu Jiwa anak. Surabaya:
Usaha Nasional