Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PPD-PGSD

MKDK4002

PENGUASAAN BAHASA KEDUA


DALAM PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Disusun oleh

Nama : Paulicu Cahyana


NIM : 857471334
Program Studi : 097/PGSD – S1
Pokjar : Kota Bandung
Kota : Bandung
Masa Registrasi : 2021.2

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Penguasaan Bahasa Kedua Dalam Perkembangan Bahasa Anak”. Dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik” yang diberikan oleh dosen
Bapak Muslim Triaji Sundasyah, S.PD, M.PD.
Akhirnya makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bimbingan dan arahan dari
dosen pembimbing yang memberikan bahan-bahan materi, dan penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan banyak memberikan dukungan
dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Apabila dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun
teknik penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan bimbingan yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna buat kita semua,

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian Bahasa...................................................................................................3


2.2 Unsur-unsur Bahasa................................................................................................5
2.3 Perolehan Bahasa Pada Anak.................................................................................8
2.4 Aspek-aspek Berbahasa Anak................................................................................10
2.5 Lingkungan yang Kondusif Terhadap Perolehan Bahasa Anak.............................11
2.6 Implikasi Bagi Kegiatan Pembelajaran..................................................................12

BAB III PENUTUP.................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat
yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan
adalah aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk
memahami perasaan dan pikiran orang lain.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam
kegiatan berkomunikasi khususnya. Seperti dikemukakan oleh Laird bahwa tiada
kemanusiaan tanpa bahasa dan tiada peradaban tanpa bahasa lisan (1957 : 16 ). Manusia
tidak hanya berpikir dengan otaknya tetapi juga dengan perasaan dan memerlukan bahasa
sebagai mediumnya. Orang lain tidak akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau
tidak diungkapkan dengan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
Karena pada masa ini sering disebut masa “golden age” dimana anak sangat peka
mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik,
intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock, (Musyafa, 2002:26)
perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal
sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Demikian pula halnya peranan bahasa
bagi anak.
Bahasa memberikan sumbangan yang pesat dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa anak tumbuh dari organisme biologis menjadi
pribadi dalam kelompok. Pribadi itu berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat serta
memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat disekitarnya. Sehubungan dengan
peranan penting bahasa dalam kehidupan, Holliday (1978:32) mengemukakan beberapa
fungsi bahasa bagi anak. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut : (1) fungsi
instrumental dimana bahasa digunakan sebagai alat perpanjangan tangan seperti
contohnya “tolong ambilkan pensil”. (2) fungsi interaksional dimana bahasa digunakan
untuk bersosialisasi contohnya adalah pertanyaan seperti “apa kabar?”. (3) fungsi
regulatif dimana bahasa digunakan untuk mengatur orang lain contohnya adalah sebuah
perintah “jangan ambil bukuku!”. (4) Fungsi personal dimana bahasa digunakan untuk

1
2

mengungkapkan perasaan/pendapat contohnya adalah sebuah pernyataan “saya senang


sekali”. (5) Fungsi Representatif dimana bahasa digunakan untuk memberikan informasi
atau menyampaikan sebuah fakta contohnya adalah sebuah pernyataan “sekarang hujan”.
Jadi, bahasa merupakan medium yang paling penting dalam komunikasi manusia. Bahasa
bersifat unik sekaligus bersifat universal bagi manusia.

1.2. Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan bahasa?
1.2.2 Apa saja unsur-unsur bahasa?
1.2.3 Bagaimana pemerolehan bahasa pada anak?
1.2.4 Apa saja aspek-aspek berbahasa anak?
1.2.5 Seperti apa lingkungan yang kondusif terhadap pemerolehan bahasa anak?
1.2.6 Apa saja implikasi bagi pembelajaran lebih dari satu bahasa dalam perkembangan
bahasa anak?

1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian bahasa
1.3.2 Untuk mengetahui unsur-unsur bahasa
1.3.3 Untuk memahami pemerolehan bahasa anak
1.3.4 Untuk mengetahui aspek-aspek berbahasa anak
1.3.5 Untuk memahami lingkungan yang kondusif terhadap pemerolehan bahasa anak
1.3.6 Untuk mengetahui implikasi bagi pembelajaran lebih dari satu bahasa dalam
perkembangan bahasa anak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini,
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan
menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.

Bahasa merupakan anugerah dari Tuhan yang dengannya manusia dapat mengenal
atau memahami dirinya, sesama manusia, alam dan penciptaan-Nya serta mampu
memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengemmbangkan budayanya.

Untuk memahami karakteristik utama bahasa, Santrock dan Yussen (Semiawan,


1999:109-110) mengidentifikasi sebagai berikut yaitu:

⮚ Setiap bahasa mempunyai kata-kata (words). Kata-kata yang dimaksud biasanya


merujuk kepada objek-objek, orang, aktivitas, kejadian dan bahkan ide-ide yang
abstrak. Suatu kata dapat saja menggambarkan sesuatu yang biasanya disetujui oleh
kelompok pengguna bahasa tersebut. Oleh karena itulah untuk bahasa yang berbeda
mempunyai nama yang berbeda untuk menunjuk sesuatu yang sama. Misalnya, suatu
tempat yang digunakan untuk belajar anak-anak dalam bahasa Indonesia disebut
sekolah, dalam bahasa inggris disebut school, dan dalam bahasa arab disebut
madrasatun. Dengan demikian, penggunaan kata dalam setiap bahasa sepenuhnya
sangat tergantung pada konvensi.
⮚ Urutan kata-kata (Sequencing) merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam
suatu bahasa. Urutan kata-kata sangat dibutuhkan dalam membentuk suatu kalimat
yang utuh, lengkap dan memiliki makna
⮚ Infinity atau generativity yaitu sesuatu kemampuan individu dalam menghasilkan
sejumlah kalimat bermakna dan terbatas dan menggunakan suatu himpunan kata serta
aturan yang terbatas, sehingga menjadikan bahasa sebagai sarana yang sangat kreatif.
Dengan demikian, secara sederhana dalam hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa
adalah suatu alat yang produktif dan kreatif.

3
4

⮚ Displacement adalah penggunaan bahasa untuk mengkomunikasikan informasi


tentang suatu tempat dan waktu yang lain, walaupun kita menggunakan bahasa untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi dilingkungan kita
⮚ Rule system merupakan aspek yang sangat penting sebagai karakteristik suatu bahasa.
Sistem ini disebut juga tata bahasa (grammar). Tata bahasa adalah suatu himpunan
terbatas terdiri dari prinsip-prinsip operasional yang menjelaskan hubungan antara
simbol-simbol yang membentuk struktur suatu bahasa.

Berdasarkan karakter tersebut diatas, kiranya dapat dirumuskan bahwa bahasa adalah
suatu alat berupa sistem simbol dan urutan kata-kata, yang digunakan dalam komunikasi
dengan orang lain yang melibatkan di dalamnya infinite generativity, displacement, dan rule
sistem.

Menurut Robert Owen (Semiawan, 1999:111) menjelaskan bahwa Language can be


defined as a socially shared code or conventional system for representing concepts through
the use of arbitrary and rule-governed combinations of those symbols. (Bahasa dapat
didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk
menyampaikan konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi
simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).

Dari kedua definisi diatas dapat dirumuskan bahwa bahasa merupakan kode atau simbol
dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep
atau ide-ide dan komunikasi melalui penggunaan simbol-simbol yang disepakati dan
dikombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan yang ada.

Pada dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga
dapat diwujudkan dengan tanda isyarat atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan
sendiri. Diperkirakan sekitar 50 bahasa isyarat dipergunakan di seluruh dunia. Penggunaan
bahasa isyarat diduga mempengaruhi pemrosesan informasi dan belajar. Individu yang sudah
familiar dengan bahasa isyarat dapat berkomunikasi dengan mudahnya, sebaliknya mereka
yang belum menguasainya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan
dengan penggunaan bahasa isyarat.
5

2.2Unsur-unsur Bahasa

Sebagai suatu alat komunikasi, bahasa memiliki seperangkat sistem yang satu sama lain
saling mempengaruhi yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan pragmatic.

⮚ Fonologi merupakan salah satu bagian dari tata bahasa yang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Fonologi mempelajari fungsi dari system
pembeda bunyi dalam suatu bahasa, mencoba menetapkan aturan-aturan untuk
menentukan dan membedakan fonem satu dengan yang lain dan bagaimana ia
dapat berfungsi di dalam sistematika bahasa, sehingga komunikasi dapat terjadi
lebih efektif (Mar’at. 2001:60).
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti. Fonem-fonem
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fonem-fonem segmental dan
suprasegmental. Fonem segmental dapat dibagi dalam fonem vokal dan konsonan,
sedangkan fonem suprasegmental terdiri dari nada, tekan dan panjang jeda.
Contoh : fonem /p/ dan /g/ dalam kata payung dan gayung atau piring dan giring.
Disini terlihat bahwa /p/ dan /g/ dalam lingkungan yang sama dapat membentuk
dua kata yang berbeda (payung dan gayung atau piring dan giring) dengan arti
yang berbeda pula. Oleh karena itu /p/ dan /g/ disebut fonem suatu satuan bunyi
terkecil yang membentuk arti.

Jadi secara konkret, dalam fonologi dipelajari bagaimana bunyi itu disusun
menjadi kata, dan bagaimana urutannya bila ingin menggabungkan bunyi menjadi
kata dan dimana memberi tekanan dan intonasi pada waktu membunyikan
kata-kata agar makna dapat lebih mudah ditangkap oleh lawan bicaranya.

Contoh : seorang anak yang baru belajar bahasa, harus belajar membedakan
bunyi-bunyi dan pola-pola intonasi yang menghasilkan makna yang berbeda-beda.

⮚ Morfologi adalah ilmu yang membicarakan morfem serta bagaimana morfem


itu dibentuk menjadi kata (Mar’at, 2001:61). Morfem adalah bentuk linguistic yang
paling kecil, misalnya : tidur, jalan, ber-, ke-,an, panas dan sebagainya. Morfologi
dapat juga diartikan sebagai struktur gramatikal dari suatu kata.
Menurut Yus Badudu (Mar’at. 2001:61) dijelaskan bahwa morfem dalam bahasa
Indonesia dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut:
6

1. Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, yaitu morfem bebas seperti
batu, telur, lima dan pergi.
2. Morfem yang tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu terikat pada morfem
lain yang disebut imbuhan (afiks), disebut morfem terikat morfologis,
misalnya :me-, pe-an, ke-an, per- dan sebagainya.
3. Morfem yang tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu terikat dengan morfem
yang lain dalam suatu frase, klausa atau kalimat disebut morfem terikat
sintaksis. Contohnya : (belia) pada muda belia, atau (siur) pada simpang siur.
Kata sambung (konjungsi) termasuk juga morfem terikat sintaksis seperti :
tetapi, karena, sehingga, juga kata depan (preposisi) seperti : di, ke, dari, dan
untuk.
4. Morfem yang unik selalu terikat baik secara morfologis maupun sintaksis,
tetapi bukan termasuk imbuhan. Contohnya :
Juang pada berjuang, semangat juang
Temu pada pertemuan, penemuan, bertemu
Tawa pada tertawa, tertawa-tawa

⮚ Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan
proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa (Mar’at, 2001:63).
Untuk mempelajari kalimat diperlukan kata-kata. Ada beberapa kategori kata
(menurut tata bahasa tradisional) yaitu sebagai berikut:
a. Kata benda atau noun
b. Kata kerja atau verb
c. Kata sifat atau adjective
d. Kata ganti atau pronoun
e. Kata bilangan atau number
f. Kata keterangan atau adverb
g. Kata sambung atau conjunction
h. Kata depan atau preposition
i. Kata sandang atau article
j. Kata seru atau interjection
7

Penggolongan oleh ahli-ahli linguistik yang berdasarkan struktur morfologinya,


dikelompokkan kedalam 4 kata yaitu sebagai berikut :

a. Kata benda atau nomina substantive


b. Kata kerja atau verbal
c. Kata tugas atau function words
d. Kata sifat atau adjektiva

Kadang-kadang nampak perbedaan dalam penggolongan kategori pada berbagai


bahasa. Antara bahasa Indonesia dengan bahasa barat juga terlihat perbedaan karena
keduanya berasal dari rumpun yang berbeda. Meskipun masing-masing bahasa
mempunyai struktur gramatikal yang berbeda, namun pada umumnya semua bahasa
tentu memiliki kategori kata kerja dan kategori benda yang berbeda secara jelas
antara keduanya.

Kedua kategori ini adalah suatu kategori yang universal artinya bahwa selalu
menunjuk tentang sesuatu yang kita bicarakan dan kata kerja menunjuk tentang apa
yang sedang terjadi dengan sesuatu tersebut. Setelah mengetahui kategori
kata-kata, maka kita dapat menyusun kata-kata menjadi struktur kalimat menurut
aturan-aturan tertentu.

⮚ Semantik adalah studi mengenai arti suatu perkataan atau kalimat. Ada
bermacam-macam teori tentang semantic, yang berbeda-beda dengan semantic
permasalahannya. Dari teori yang banyak itu dapat digolongkan menjadi kelompok
yang besar yaitu:
1. Teori Referensi, yaitu teori yang mempelajari kaitan antara kata dengan
objeknya/bendanya yang dirujuk (that is refers). Contohnya : perkataan
“sepatu” akan merujuk pada suatu sepatu apa saja yang ada di dunia.
Menurut teori ini hubungan antara kata dengan objeknya disebut hubungan
referensi artinya merujuk pada kata benda
2. Teori Pengertian (sense), yaitu teori yang mempelajari hubungan antara
kata dengan konsepnya. Contohnya : kata “sepatu” tadi menimbulkan suatu
konsep tentang sepatu, yaitu suatu benda yang dipakai sebagai alas kaki.
Jadi orang tidak melihat dari bendanya dulu untuk mengetahui seperti apa
itu sepatu
8

⮚ Pragmatik adalah penggunaan bahasa yang mengekspresikan tujuan seseorang


mengerjakan sesuatu. Pragmatik meliputi aturan-aturan berbahasa baik bila sedang
berada di dalam suatu pertemuan atau dalam saat santai/bermain-main. Juga ketika
sedang diundang makan malam bersama-sama orang lain.

2.3 Perolehan Bahasa Pada Anak


Ada tiga teori utama yang menjelaskan tentang pemerolehan dan perkembangan
bahasa pada anak-anak, yaitu teori Behaviorist, teori Linguistik dan teori Kognitif.
Penjelasan tiap-tiap teori diuraikan sebagai berikut:
● Teori Behaviorist
Inti pandangan model ini adalah Language is a means of
reinforcement. Orang tua dan guru mengajar anak berbicara dengan
memberikan reinforcement (penguatan) sebagai prinsip pendekatan behaviorist
terhadap tingkah laku verbal. Dengan pemberian penguatan ini anak belajar
memberi nama pada benda-benda secara tepat, sehingga anak mengetahui arti
kata-kata. Hal ini dapat terjadi karena setiap kali anak berbuat suatu kesalahan,
akan segera dikoreksi oleh guru dan juga orang tuanya atau masyarakat verbal
lainnya, melalui penguatan yang selektif.
● Teori Linguistik
Tokoh utama teori ini adalah Chomsky. Menurut Chomsky anak
dilahirkan sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui
kontak dengan lingkungan sosial, kemampuan bahasa tersebut akan tampak
dalam perilaku berbahasa.
Dari sudut pandang ini, bahasa adalah suatu kemampuan yang khas
yang dimiliki manusia. Selain itu, Chomsky dan kawan-kawan menganggap
bahwa pemerolehan bahasa tidak dengan cara induksi seperti yang dijelaskan
oleh Mazhab empiris, melainkan karena manusia secara biologis memang
sudah diprogramkan (pre-programmed) untuk memperoleh bahasa. Hampir
semua anak memformulasikan data-data bahasa yang diperoleh melalui
hipotesis testing dan lambat laun anak menguasai teori tentang gramatik.
Menurut Chomsky, seorang anak bukanlah suatu tabula rasa,
melainkan telah mempunyai faculty of language (faculty adalah kemampuan
untuk berkembang atau untuk belajar). Faculty ini adalah khas manusia
9

sedangkan binatang tidak memiliki faculty tersebut. Faculty ini berdiri sendiri,
tidak tergantung pada faculty lain seperti berpikir, pengamatan dan
sebagainya. Faculty ini semata-mata berupa factor linguistic dan berbeda
dengan bentuk-bentuk berpikir yang primitif seperti pada hewan. Selanjutnya,
dikatakan dalam seorang anak memiliki faculty of language, maka semua anak
didunia ini akan mengembangkan tipe-tipe bahasa yang sama, yang berarti
ada suatu ciri universal dalam segala macam bahasa.
Faculty of language ini telah mengandung berbagai aturan tata bahasa,
sehingga anak tidak mengalami kesukaran dalam belajar bahasa. Faktor
linguistik bawaan ini oleh Chomsky disebut innate mechanism. Bahwa anak
mempunyai innate mechanism dibuktikan dari cara mereka menyusun
kalimat-kalimat dengan aturan-aturannya sendiri, yang mustahil didapatkan
dari luar (orang tua, guru dan masyarakat) karena kalimat-kalimat yang
didengarnya tidak demikian bentuknya.
Lagi pula input bahasa yang didapatkan relatif masih sedikit untuk
induksikan dari pada aturan gramatika. Dalam kenyataan sehari-hari bahasa itu
hanya terlihat struktur luarnya (surface structure)saja, sedangkan struktur
dalam atau (deep structure)masih merupakan tanda tanya.
● Teori kognitif
Kelompok ini diwakili oleh Piaget, Brunner dan Vigotsky (Mar’at, 2001:86).
Model ketiga ini adalah pandangan terbaru mengenai tentang pemerolehan
bahasa pada anak. Pandangannya disebut dengan model proses (process
model) atau analisis strategi (strategy analysis).
Inti dari pendekatan baru ini adalah suatu model kognitif untuk bahasa,
yang mencoba menjelaskan bagaimana bahasa itu diproses secara kognitif dan
bagaimana manifestasinya dalam tingkah laku. Model ini berusaha
menghubungkan segi performance dengan segi competence, hal mana
diungkapkan hubungannya oleh kedua pendekatan yang terdahulu.
Para ahli dan praktisi di dunia pendidikan khususnya dewasa ini lebih
menyukai model ketiga ini, yaitu yang memandang bahasa dari sudut
prosesnya (in process terms) hubungan antara bahasa dan perkembangan
ditinjau dari perspektif psikolinguistik dewasa ini diterangkan sebagai berikut:
Bahwa anak-anak dapat belajar memang berkat adanya hal-hal innate
ini bukanlah a set of ideas seperti yang diungkapkan oleh aliran rasionalis
10

(Chomsky), melainkan berupa kapasitas kognitif dan kapasitas untuk belajar.


Kedua kapasitas itu lebih umum dan predetermining, sifatnya tidak sederhana
seperti yang diungkapkan oleh aliran empiris (Skinnerism).
Kemampuan umum (general) berarti bahwa anak-anak menemukan
pola-pola linguistik seperti halnya mereka menemukan pola-pola persepsi
dalam dunia pengindraan. Kedua proses ini merupakan bagian dari
perkembangan kognitif umum. Jadi, dikatakan bahwa seorang individu itu
berkembang baik linguistik maupun perseptual adalah hasil dari prosedur dan
kesimpulan kognitif yang bersifat innate. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa yang disebut Chomsky sebagai suatu universalitas bahasa tidak lain
dari hasil prose-proses kognitif yang diasumsikan universal sifatnya. Dengan
demikian, transformasi yang dibicarakan oleh transformational generative
grammar (TTG) dari Chomsky sebenarnya adalah suatu operasi kognitif yang
bukan hanya direfleksikan dalam bahasa, akan tetapi juga persepsi visual.
Contohnya : bahwa orang dapat membedakan antara kata benda
dengan kata kerja dalam suatu bahasa merupakan hasil dari strategi kognitif
dalam membedakan antara objek dan hubungan antara objek.

2.4 Aspek-aspek Berbahasa Anak


Ada empat aspek dalam berbahasa (Mar’at, 2001), keempat aspek tersebut dipaparkan
sebagai berikut:
● Kemampuan menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang lain agar mau
melakukan sesuatu. Aspek ini seperti yang dimiliki oleh para pemimpin dan
politikus
● Potensi yang membantu mengingat dan menghafal, yaitu adanya kapasitas
untuk menggunakan alat bantu mengingat informasi, memberi jarak dan suatu
urutan menjadi aturan permainan atau dari suatu perintah menjadi prosedur
menggerakkan sesuatu misalnya mesin.
● Penjelasan yaitu menjelaskan secara oral, membuat syair, mengumpulkan
pepatah atau peribahasa dan penjelasan singkat kemudian meningkat sampai
pada menggunakan kata-kata untuk menyusun sebuah tulisan
11

● Berbahasa untuk menjelaskan bahasa itu sendiri, kemampuan menggunakan


bahasa untuk merefleksi bahasa itu sendiri, dan menggunakan analisa
metalinguistik
Aspek bahasa lainnya adalah semantic (arti kata) dan pragmatis (memandang
sesuai kegunaannya) yaitu dapat memanfaatkan dengan baik mekanisme
pemrosesan informasi secara lebih luas, dikaitkan dengan organ berbicara.

2.5 Lingkungan yang Kondusif terhadap Pemerolehan Bahasa Anak


Mar’at (2001) menjelaskan beberapa pendekatan yang dipandang bermanfaat bagi
perkembangan bahasa anak, pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
● Menggunakan Pendekatan Informal
Pendekatan ini artinya mengajarkan bahasa kepada anak dalam situasi rileks,
kadang-kadang sambil bermain-main. Contohnya ketika masih usia balita, orang tua
mengajak berbicara pada waktu anak sedang dimandikan, diberi makan, atau
peristiwa-peristiwa lainnya. Dengan bertambah usia, bahasa yang digunakan orang tua
memang lebih dikontrol, namun tetap dikaitkan dengan konteks kegiatan yang dilakukan
anak.
● Memfokuskan Diri pada Maksud Pembicara
Orang tua, pengasuh atau guru pada umumnya dalam menanggapi ucapan-ucapan
bahasa anak lebih memfokuskan perhatiannya pada apa yang diinginkan anak daripada
memperhatikan benar tidaknya ucapan.
Pada gilirannya nanti ia akan menemukan dirinya sendiri pola-pola struktur
kalimat yang benar, sejalan dengan perkembangan kognisinya, yaitu tatkala ia mampu
membuat konseptualisasi hubungan antara agen-action-object/location. Pada dasarnya
belajar bahasa lebih dikendalikan oleh pembelajarannya sendiri daripada rewards dari
lingkungan.
● Harapan dan Keberhasilan
Semua orang tua dan guru mengharapkan anaknya akan mampu berbicara dengan
baik waktu mereka sudah besar. Mereka tidak terlalu mengkhawatirkan bila
mendapatkan anaknya yang masih balita berbicara cadel atau kalimatnya tidak
sempurna. Mereka percaya bahwa hambatan-hambatan ini hanya bersifat sementara,
tidak menetap dan hanya merupakan bagian dari proses belajar bahasa. Dari hari ke hari
bahasa akan bertambah baik, bentuk-bentuk yang tidak semestinya akan hilang dan
12

diganti dengn bentuk-bentuk yang matang, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang
berlaku di lingkungan.
● Bercirikan Kreativitas
Seorang anak belajar bahasa selalu menggunakan kemampuan kreatifnya, mereka
menciptakan kata-kata atau frasa-frasa baru, akan tetapi pada saat yang sama mereka
akan kembali ke aturan-aturan yang sudah baku, terutama bila mereka menyadari bahwa
kata-kata/frasa-frasa yang diciptakannya gagal mengkomunikasikan apa yang mereka
maksud/inginkan.
● Menghargai Keberhasilan
Guru dan orang tua akan berhasil mengajarkan kepada anak, apabila mereka
menggunakan bahasa itu dalam situasi kehidupan yang real tanpa suatu niat khusus
untuk “mengajar” bahasa dan menerima ketidaksempurnaan serta menghargai
keberhasilan anak serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi dengan
kata-kata.

2.6 Implikasinya Bagi Kegiatan Pembelajaran


Menurut para pakar pendidikan keuntungan anak yang Bilingual sebagai berikut:
1. Banyak mengerti struktur dari dua bahasa atau lebih yang memudahkan mereka
melakukan komunikasi (Diaz,1985; Matlin,1994:322)
2. Lebih waspada menetapkan pengertian yang dapat berubah dalam kedua bahasa tersebut
(Bialystok 1987,1988;Hakuta,1886 dalam Matlin,1994:322)
3. Lebih peka dalam beberapa aspek pragmatis dari dua bahasa tersebut (Genesee,et.
Al.,1975 dalam Matlin,1994:322)
4. Cenderung fleksibel dan kreatif serta menunjukan kelebihan pada tes kecerdasan
nonverbal yang membutuhkan pengaturan ulang dari petunjuk yang dapat dilihat dan pada
tugas dalam konsep yang membutuhkan fleksibilitas mental (Matlin,1994:322)
5. Memperlihatkan orientasi analisis yang lebih baik daripada anak yang monolingual
(Cummins,1978, BenZeev,1977).
6. Menggunakan hermenutik (prompt) dalam menafsirkan kalimat-kalimat yang
mengandung makna ganda (ambiguity) lebih baik daripada anak yang monolingual
(Cummins & Mulchahy,1978).
Kerugian anak yang bilingual adalah mereka memerlukan energi lebih banyak untuk
menghaluskan pengucapan dan biasanya mereka agak lambat dalam membuat keputusan
13

tentang bahasa, meskipun hal ini tidak menghalangi komunikasi. Namun dapat disimpulkan
bahwa kerugian anak yang bilingual jauh lebih sedikit daripada keuntungan dengan
menguasai lebih dari satu bahasa seperti pendapat Taylor & Taylor(1990:340):
“ Bilinguals may experience a slight disadvantage in language processing
speed over monolinguals, but this advantage is far outweighed by the
advantages of being able to function in two languages ”.

Pendapat Taylor & Taylor tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada salahnya
anak-anak mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa kedua di sekolah. Masalahnya,
pengajaran bahasa inggris di sekolah biasanya mempersyaratkan keformalan prosedural dan
metodologis, misalnya, ada beban untuk evaluasi, ada daftar kehadiran, membuat grammar
sebagai pedoman secara ketat, dan lain-lain. Menurut Jefferson (1922:148):
“The brain effort required to master the two languages instead of one certainly
diminishes the child’s power of learning other things which might and ought to
be learn”.

Bahwa kemampuan otak untuk menguasai dan mengingat dua bahasa akan
mengurangi kemampuan anak mempelajari hal-hal lain yang mungkin dan sebaiknya
dipelajari, Penjelasan Jefferson tersebut mengisyaratkan bahwa kapasitas berpikir seorang
anak itu terbatas, dan pemikirannya kurang efektif karena otak menyimpan dua sistem ilmu
bahasa.
Berbeda dengan Jefferson, hasil penelitian Gage & Berliner (1975); Sapir &
Nitzburg (1973); memperoleh dua kesimpulan yaitu: Anak-anak yang bilingual:
1.Cenderung berpengaruh kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah, meskipun tidak
berpengaruh negatif terhadap perkembangan tingkat kecerdasan (IQ).
2. Memberi pengaruh yang kurang menguntungkan bagi perkembangan kepribadian dan
sikap sosial anak usia SD yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.
Perbedaan pandangan yang tidak setuju dengan pengajaran bahasa Inggris untuk
anak SD mungkin sebagai sikap antisipatif akan beban yang terlampau berat untuk
anak-anak yang masih belia yang sedang mengalami tumbuh kembang. Kekhawatiran
tersebut perlu mendapat respon, namun kelebihan beban itu tidak harus hanya ditimpakan
kepada bahasa Inggris.
14

Berdasarkan data yang ada bahwa kurikulum di Indonesia terlalu membebani peserta
didik sehingga para pakar pendidikan menyadari perlu perampingan kurikulum. Selain itu
terdapat faktor lain yang menitipkan pesan dan misinya melalui kurikulum, misalnya,
sebuah SD Islam di Bekasi menerapkan empat bahasa yaitu bahasa Inggris, Arab, Sunda dan
Indonesia, di samping pelajaran lainnya.
15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi dengan orang lain. Bahasa juga merupakan kode
atau simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan
konsep-konsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui penggunaan simbol-simbol yang
disepakati dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan yang ada.
Unsur –unsur bahasa yaitu meliputi: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Dan
pragmatik.
Pemerolehan bahasa pada anak meliputi teori behaviorist, linguistik dan kognitif.
Dan aspek-aspek berbahasa anak meliputi:
● Kemampuan menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang lain
● Potensi yang membantu mengingat dan menghafal
● Penjelasan
● Berbahasa untuk menjelaskan bahasa itu sendiri

Lingkungan yang kondusif terhadap pemerolehan bahasa anak terdiri dari empat
pendekatan yaitu:

● Menggunakan pendekatan informal


● Memfokuskan diri dari pada maksud pembicara
● Harapan akan keberhasilan
● Bercirikan kreativitas
● Menghargai keberhasilan

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis menyarankan kepada setiap guru SD untuk lebih
menerapkan lagi proses pembelajaran perkembangan bahasa anak SD, agar nantinya bahasa
yang diperoleh dapat lebih baik dan lebih sempurna dari bahasa-bahasa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga

Cummins, J. & Swain, M. Bilingualism in Education. London:Longman. 1986.

Efendi, Mohammad. 1993. Problem, Bicara, Bahasa dan Pembinaannya. Malang: IKIP

Gage, N.L & Berliner, L. Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin. 1984.

Johnson, J.s & Newport, E.L. Critical Affect in Second Language Learning: The Influence of
Maturational State on the Acqisition of English as Second Language” Cognitive
Psychology.1989. Matlin, M. Cognition. 5th Edition. New York: Wiley,2002.

Kasiram, Mohammad. 1983. Ilmu Jiwa Perkembangan, Bagian Ilmu Jiwa anak. Surabaya:
Usaha Nasional

Hurlock, Elizabeth B. 1993. Human Devrlopment: A life-Span Perspective. New York:


Erlangga

Anda mungkin juga menyukai