Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Bimbingan dan konseling untuk optimalisasi perkembangan bahasa remaja


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BK Sekolah Dasar (SD)
Dosen Pengampu: Tuti Alawiyah. M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 6 A2BK :

Nurul Qomariah (20010203)


Risti Nurfaizah
Robi Ilham Sugara
Siti Anisa

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
INSTITUT PERGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
kemampuan berempati, mata kuliah Bimbingan & Konseling Entrepreneurship oleh dosen
pengampu Donna Fitri Anisa, M.Pd. Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan informasi bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa program studi Bimbingan Konseling (BK). Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan
kemampuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya penyusun dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat memberikan sedikit ilmu bagi para pembaca.

Cimahi, 30 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang perkembangan bahasa anak usia dini sangat membantu


tercapainya pembelajaran keterampilan dasar bahasa yang baik. Bagi orang tua dan
guru, pemahaman tentang perkembangan bahasa anak usia dini sangat membantu
dalam meningkatkan perkembangan kemampuan bahasa anak.

Dengan mengenalkan teori-teori pengembangan bahasa, anak mampu


meningkatkanperkembangan bahasa secara optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak dan menerapkan
kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan anak usia dini. Selain itu, lingkungan juga
merupakan salah satu faktor yang mempunyai daya ungkit yang cukup besar bagi
perkembangan bahasa anak. Karena dengan lingkungan maka ia dapat menjalankan
rutinitasnya dengan baik tanpa kesulitan dalam berinteraksi. Stimulus yang diperoleh
anak melalui lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Stimulus
yang diterima secara perlahan akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Rangsangan dari orang tua terdekatnya akan diproses oleh sang anak sehingga
menjadikan anak seperti itu matang dalam pola pikir, pola, dan pola tutur. Peran orang
tua yang begitu penting menuntut orang tua untuk berhati-hati dan cermat dalam
mendidik anaknya. Orang tua perlu memahami langkah-langkah perkembangan
bahasa pada anak untuk dapat memberikan stimulus pada tahap perkembangan yang
sesuai dengan usianya.

Pada manusia, bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi


dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan daya cipta tersebut
manusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang bermakna dengan
menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas. Dengan demikian, bahasa
pada manusia merupakan upaya kreatif yang tidak pernah berhenti. Beberapa ahli
mengemukakan pendapat tentang kepemilikan manusia dalam bahasa. Berdasarkan
penelitian mereka terhadap beberapa spesies hewan tertentu, diketahui bahwa banyak
spesies hewan yang memiliki cara yang kompleks dan cerdas untuk memberi sinyal
bahaya maupun mengomunikasikan berbagai kebutuhan dasar mereka, seperti makan
dan berhubungan seks. Para ahli sepakat bahwa semua hewan dapat berkomunikasi
satu sama lain dan beberapa spesies dapat dilatih untuk memanipulasi simbol-simbol
yang mirip dengan bahasa. Namun demikian simbol-simbol tersebut jauh lebih rendah
dibandingkan bahasa pada manusia.

Penelitian terhadap bahasa yang digunakan antar simpanse tidak membawa


hasil sebaik yang dilakukan oleh manusia melalui bahasa isyarat. Dalam penelitian
tersebut tidak ada simpanse yang dapat memahami lebih dari seratus kosa kata.
Terrace (dalam Dworetzky, 1984) mengadakan penelitian terhadap beberapa
simpanse dan membuktikan bahwa simpanse-simpanse tersebut dapat memahami
banyak kosa kata, namun mereka tidak dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
orisinil. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut diasumsikan bahwa bahasa adalah
alat komunikasi sosial bagi ras manusia, bukan spesies lain.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai :
1. Apa itu pengertian Bahasa ?
2. Apa itu pengertian Hakikat Perkembangan Bahasa Pada Anak ?
3. Bagaimana Karakteristik Bahasa Pada Anak ?
4. Apa saja Aspek Bahasa Pada Anak ?
5. Apa itu Fungsi Bahasa Pada Anak?
6. Bagaimana Pengoptimalan Bahasa Pada Anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan bahasa
2. Untuk mengetahui yang di maksud dengan karakteristik bahasa pada anak
3. Untuk mengetahui karakteristim bahasa pada anak
4. Untuk mengetahui aspek bahasa pada anak
5. Untuk mengetahui fungsi bahasa pada anak
6. Untuk mengetahui cara pengoptimalan bahasa pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah salah satu faktor mendasar yang membedakan manusia dengan
hewan. Bahasa sebagai anugerah dari Sang Pencipta memungkinkan individu
dapat hidup bersama dengan orang lain, membantu memecahkan masalah, dan
memposisikan diri sebagai makhluk yang berbudaya.
Pada manusia, bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi
dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan daya cipta
tersebut manusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang bermakna
dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas. Dengan
demikian, bahasa pada manusia merupakan upaya kreatif yang tidak pernah
berhenti.
Beberapa ahli sepakat bahwa bahasa mencakup cara untuk berkomunikasi,
pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol,
seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan
untuk mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi
memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti,
perasaan, dan pengalaman. Badudu (1989) menyatakan bahwa bahasa adalah alat
penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri atas
individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bahasa
sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitier (manasuka) digunakan
masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengindentifikasikan diri. Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan
pengetahuan individu tentang adat dan sopan santun. Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang yang
digunakan sebagai alat komunikasi oleh anggota masyarakat yang bersifat arbitier
dan manusiawi.
Sedangkan Bromley (1992) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol
yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri atas
simbol-simbol visual maupun verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat,
ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan
didengar. Anak dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara
sesuai dengan kemampuan berpikirnya.

B. Hakikat Perkembangan Bahasa Pada Anak


Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di semuajenispendidikan
danjenjang sekolah, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi di Indonesia. OIeh
karena fungsi tersebut, maka bahasa memegang peranan penting
daIampembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya di TK, fungsi
bahasa ini dijelaskan dalam Oepdikbud (1996) bahwa pengembangan kemampuan
berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasisecara lisan
dengan lingkungannya. Selanjutnya, dinyatakan lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan ternan sebaya, ternan
bermain, orang dewasa, baik yang ada di rumah, di sekolah, maupun dengan
tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang
perkembangan bahasa anak tidakboleh diabaikan begitu saja oleh guru. Guru
harus memiliki wawasan tentang perkembangan bahasa tersebut, diharapkan
menjadi dasar dan rambu-rambu pada saat guru melaksanakan program
pembelajarannya. Jadi pengertian pengembangan bahasaAnak Usia Oini (AUO)
dalam tulisan ini adalah upaya guru dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
AUD ( anak usia dini) dalam mengembangkan bahasanya, yakni yang lebih
difokuskan pada ruang lingkup pengembangan bahasa yangtertuang dalam satuan
pendidikan TK. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pemahaman guru tentang
berbahasa khususnya menyimak dan berbicara perlulah dipahami secara baik.
C. Karakteristik Bahasa Pada Anak
Santrock (1995) berpendapat bahwa meskipun setiap kebudayaan manusia
memiliki berbagai variasi dalam bahasa. Namun, terdapat beberapa karakteristik
umum berkenaan dengan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan adanya
daya cipta individu yang kreatif. Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Sistem aturan bahasa terdiri atas fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi adalah studi tentang
sistem bunyi-bunyian bahasa. Morfologi berkenaan dengan ketentuan-ketentuan
pengombinasian morfem. Morfem adalah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang
memberi makna pada apa yang diucapkan dan didengarkan individu. Sintaksis
mencakup cara kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan
kalimat yang dapat diterima. Semantik mengacu pada makna kata dan kalimat.
Pragmatik adalah kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang
sesuai dengan maksud dan keinginan. Bahasa memiliki karakteristik yang
menjadikannya sebagai aspek khas komunikasi. Ada beberapa karakteristik
bahasa sebagai berikut.
1. Sistematis, artinya bahasa merupakan suatu cara menggabungkan bunyibunyian
maupun tulisan yang bersifat teratur, standar, dan konsisten. Setiap bahasa
memiliki tipe konsistensi yang bersifat khas. Bahasa Inggris memiliki sejumlah
variasi pola konsisten yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan pola yang
tidak konsisten. Bahasa Indonesia juga memiliki jenis pola keteraturan tertentu.
2. Arbitier, yaitu bahwa bahasa terdiri dari hubungan-hubungan antara berbagai
macam suara dan visual, objek, maupun gagasan. Setiap bahasa memiliki kata-
kata yang berbeda dalam memberi simbol pada angkaangka tertentu. Sebagai
contoh kata satu dalam bahasa Indonesia dan kata one dalam bahasa Inggris
merupakan simbol yang memiliki kesamaan konsep. Beberapa bahasa di dunia
memiliki dua puluh enam jenis huruf alfabet, tetapi negara seperti Cina
menggunakan sistem yangberbeda yang memiliki sekitar tiga ribu karakter.
Keputusan yang bersifat arbitier (mana suka) akan menentukan cara membaca
suatu bahasa. Dalam membaca bahasa tertentu, Anda harus membacanya
berdasarkan kolom dari atas halaman ke bawah halaman, dari kanan halaman ke
kiri halaman, ataupun dari kiri halaman ke kanan halaman.
3. Fleksibel, artinya bahasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Kosa kata terus bertambah mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penambahan ribuan kosa kata tersebut terdiri atas berbagai kata baru yang
berkenaan dengan istilah teknologi, berbagai singkatan, maupun bahasa jargon
yang cukup banyak digunakan oleh kelompok tertentu.
4. Beragam artinya dalam hal pengucapan, bahasa memiliki berbagai variasi
dialek atau cara. Perbedaan dialek terjadi dalam pengucapan, kosa kata, dan
sintaks. Semula, perbedaan dialek ditentukan oleh daerah geografisnya, namun
sekarang ini kelompok sosial yang berbeda dalam suatu masyarakat menggunakan
dialek yang berbeda pula. Sebagai contoh Indonesia dengan berbagai budayanya
memiliki ratusan dialek yang digunakan oleh masyarakat. India memiliki lebih
dari dua puluh bahasa dan delapan puluh dialek.
5. Kompleks, yaitu bahwa kemampuan berpikir dan bernalar dipengaruhi oleh
kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai konsep, ide,
maupun hubungan-hubungan yang dapat dimanipulasikan saat berpikir dan
bernalar.
D. Aspek Bahasa Pada Anak Usia Dini
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan
suatu cara merespons orang lain. Bromley (1992) menyebutkan empat aspek
bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan
berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem
tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan
berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang
bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh
bahasa reseptif adalah mendengarkan dan membaca suatu informasi, sedangkan
contoh bahasa ekspresif adalah berbicara dan menuliskan informasi untuk
dikomunikasikan kepada orang lain. Anak menerima dan mengekspresikan bahasa
dengan berbagai cara. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan
keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini makna bahasa
diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Ketika anak menyimak
dan membaca, mereka memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan
pengalaman mereka. Dengan demikian, menyimak dan membaca juga merupakan
proses pemahaman (comprehending process). Berbicara dan menulis merupakan
keterampilan bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui simbol
visual dan verbal yang diproses dan diekspresikan anak. Ketika anak berbicara
dan menulis, mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti. Dengan demikian,
berbicara dan menulis adalah proses penyusunan (composing process).
E. FUNGSI BAHASA PADA ANAK USIA DINI
Bahasa diperoleh dan dipelajari secara alamiah bagi anak-anak untuk memenuhi
kebutuhan dalam lingkungan. Bahasa mampu mengubah dan mengontrol perilaku
tidak hanya pada anak, tetapi tingkah laku yang lain. Sebagai alat sosial, bahasa
menjadi cara bereaksi terhadap orang lain. Bahasa juga memfasilitasi dan kadang-
kadang bertanggung jawab untuk pertumbuhan kognitif. Bahasa juga
memungkinkan untuk mengekspresikan keunikan kita sendiri sebagai individu.
Bahasa sebagai alat komunikasi bagi anak memiliki banyak fungsi. Di bawah ini
akan membahas tentang fungsi bahasa bagi anak usia dini memadukan pendapat
Bromley (1992) dan Halliday (1993).
1. Bahasa sebagai Fungsi Instrumental
Pada awal kehidupan seorang anak, belajar menggunakan bahasa dipakai dalam
memahami tentang air, makanan, mainan tertentu, atau popok kering. Anak kecil
segera belajar kata-kata yang berhubungan dengan pemenuhan keinginan dan
kebutuhan primer. Pencapaian keinginan terpenuhi dengan menggunakan kata-
kata. Misalnya, anak yang haus akan mengatakan “mi-mi” agar lebih cepat
menerima air daripada anak yang hanya menangis karena dia haus. Ketika seorang
anak menerima minum setelah mengatakan "mi-mi", hal ini akan memperkuat
pembelajaran dan penggunaan kata air.
Pada bayi walaupun belum berbahasa (pralinguistik), ia mampu mengungkapkan
keinginannya melalui tangisan. Bayi adalah makhluk yang luar biasa dalam
mengungkap keinginan-keinginannya. Tidak ada satu tangispun dengan nada yang
sama dalam mengungkapkan keinginan maupun perasaan. Untuk bayi, tangisan
adalah alat (instrumental) untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya. Bagi
kanak-kanak/toddler dan anak prasekolah juga demikian dalam menyatakan
keinginan dan perasaannya dengan bahasa. Bahasa memudahkan orang lain untuk
mengerti kita.
2. Bahasa sebagai Fungsi Regulatif
Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali, atau pengatur
peristiwa; atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur orang lain. Pada
fungsi regulatif anak belajar menggunakan bahasa karena ada pengaruh dari
lingkungan dan kontrol perilaku dari orang dewasa di sekitar mereka. Anak kecil
mengatakan "ciluk ba" akan mendatangkan respon dari orang dewasa. Orang
dewasa dan anak sangat menikmati dari kata tersebut dan hal itu merupakan
perubahan yang dihasilkan dalam perilaku. Anak mendapat ide berbicara karena
mendengar percakapan orang di sekitarnya. Bahasa yang didengar anak mengubah
perilaku anak ketika ia belajar untuk berbicara. Anak yang melakukan kesalahan,
agar orang dewasa yakin bahwa ia tidak melakukan kesalahan lagi, ia mencoba
mengguna bahasa yang sesuai untuk mengontrol perilaku dan lingkungan.
3. Bahasa sebagai Fungsi Heuristik
Fungsi ini melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan mempelajari seluk beluk lingkungannya. Fungsi
heuristik ini mengingatkan pada apa yang secara umum dikenal dengan
pertanyaan sebab fungsi ini sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang menuntut jawaban. Secara khusus, anak-anak sering
memanfaatkan penggunaan fungsi heuristik ini dengan berbagai pertanyaan "apa”,
"mengapa”, dan “bagaimana” yang tidak putus-putusnya mengenai dunia
sekeliling atau alam sekitar mereka.
Pada masa usia dini, sejak bayi sudah mengeksplorasi lingkungannya. Pendidik
atau orang dewasa sangat mudah menemukan bahasa sebagai heuristik. Anak usia
dini akan banyak bertanya karena keingintahuan dan menjelajahi dunia sekitar
sehingga membuat mereka banyak bertanya. Katakata yang keluar dari mulutnya
“tu pa” (itu apa), “pa ni” (apa ini) atau “tu..” sambil tangannya menunjuk ke arah
objek pada saat ia melihat cicak di dinding atau apa saja yang menarik
perhatiannya.

Bahasa secara simbolis mengidentifikasi baik berwujud dan tidak berwujud.


Memori yang ada akan membuat koneksi dengan informasi yang baru diperoleh.
Hal ini juga memungkinkan kita untuk berspekulasi dan menggeneralisasikan
tentang masa lalu, sekarang, dan masa depan. Bahasa adalah sistem yang
membantu anak mengumpulkan pengetahuan melalui pengalaman dan
pembelajaran. Hal ini memungkinkan anak untuk menyimpan dan memilah
informasi yang akan digunakan untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah.
Ketika anak menulis atau berbicara tentang suatu topik, kita mengklarifikasi ide-
ide dan menghasilkan pengetahuan baru.
4. Bahasa sebagai Fungsi Interaksional
Dalam hal ini, bahasa berfungsi menjamin dan memantapkan ketahanan dan
keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi sosial. Bahasa
memungkinkan anak untuk membangun dan memelihara hubungan dengan orang-
orang di sekitarnya. Anak dapat menetapkan dan mengeksplorasi pikiran,
perasaan, dan tindakan dengan orang lain melalui penggunaan bahasa. Anak
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan peduli pada kelompoknya sendiri
dan berpartisipasi dalam struktur sosial. Bahasa memainkan peran sebagai pusat
dalam fungsi sosial yang sukses bagi anak.
5. Bahasa sebagai Fungsi Personal
Fungsi ini memberi kesempatan kepada pembicara untuk mengekspresikan
perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam. Anak berbagi
pendapat dan perasaan dengan cara yang khas dan spesial. Mudah terlihat pada
anak-anak yang sering mengomunikasikan pengetahuan, pemahaman, dan
pendapat mereka dengan cara yang unik dan berbeda. Cara-cara yang
mencerminkan pengembangan kepribadian individu. Pentingnya pemahaman
tentang fungsi-fungsi perkembangan untuk guru anak usia dini dalam memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk

pertumbuhan fungsi bahasa. Anak-anak harus dibantu untuk menemukan dan


mengeksplorasi kekuatan bahasa di lingkungannya baik di rumah maupun di
sekolah. Anak-anak perlu belajar untuk menyusun makna melalui berbicara dan
menulis serta memahami makna melalui mendengarkan dan membaca. Anak yang
sudah mampu menulis, ia akan tuangkan perasaannya dalam buku harian, menulis
puisi atau syair.
6. Bahasa sebagai Fungsi Imajinatif
Dalam hal ini, bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan, atau kisah yang
imajinatif. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita-cerita, dongeng-
dongeng, membacakan lelucon atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.
Melalui bahasa kita bebas menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil, sekalipun
jika yang kita inginkan memang seperti itu. Dengan bahasa kita mengekspresikan
perasaan dalam bentuk puisi yang indah. Pendek kata dengan bahasa kita bebas
berimajinasi. Pada anak usia dini, bahasa sebagai fungsi imajinatif adalah pada
saat anak bermain peran atau bermain pura-pura. Anak-anak senang sekali
memerankan kejadian atau kondisi yang ada di sekitarnya, misalnya bermain
boneka, pasar-pasaran, dokter-dokteran, dan rumah-rumahan.
7. Bahasa sebagai Fungsi Representasi
Dalam hal ini bahasa berfungsi untuk membuat pernyataan-pernyataan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan
realitas sebenarnya sebagaimana yang dilihat atau dialami orang. Fungsi ini
terlihat pada saat anak ingin menyampaikan sesuatu yang ia temukan di halaman
sekolah atau menceritakan pengalaman selama hari libur di desa.
Hasil kunjungan lapangan dibuat laporan, untuk anak usia dini yang belum
mampu menulis ia dapat menyampaikan laporannya dengan bercerita. Fungsi
bahasa tidak sekaligus dirasakan dan dimanfaatkan anak sekaligus, tetapi secara
bertahap. Waktu bayi, ia membutuhkan fungsi bahasa instrumental, regulasi, dan
interaksional. Tiga fungsi bahasa ini disampaikan untuk mendapatkan barang atau
jasa yang ia dibutuhkan (instrumental), untuk mempengaruhi perilaku orang-orang
paling dekat dengannya (peraturan), untuk mempertahankan ikatan emosional
dengan mereka (interaksional), dan seterusnya. Arti bahwa ia dapat
mengungkapkan pada tahap ini - jumlah hal berbeda yang dia bisa meminta,
misalnya - secara alami sangat terbatas, tetapi ia telah diinternalisasi kenyataan
bahwa bahasa melayani tujuan-tujuan ini, pada saat ia mencapai usia 18-bulan,
anak mampu menggunakan bahasa secara efektif dalam instrumental, peraturan,
fungsi intraksional dan pribadi, serta mulai menggunakannya untuk bermain pura-
pura (yang imajinatif fungsi), dan juga heuristik, untuk tujuan eksplorasi
lingkungan. Dengan bertambahnya usia semua fungsi bahasa dapat digunakan
dengan sempurna.
F. CARA MENGOPTIMALKAN BAHASA PADA ANAK
Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak ada lima
macam menurut Sunarto & Hartono (2013) sebagai berikut ini: umur anak,
kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, kondisi
fisik.
Salah satu perkembangan bahasa yang harus di stimulasi dan di rangsang ialah
kemampuan menyimak, karena merupakan kemampuan dasar dan awal dalam
perkembangan bahasa agar dapat berlanjut ke tahapan berkembangan bahasa yang
selanjutnya. Selaras yang dikemukakan oleh (Kautsar dkk, 2019) kemampuan
menyimak merupakan dasar yang harus dimiliki anak agar dapat mampu berbicara
dengan baik. Kemampuan menyimak adalah kegiatan yang disengaja dengan cara
mendengarkan dengan seksama, penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, agar
dapat memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan tersebut. Jika
kemampuan menyimak anak sudah berkembang dengan baik, maka anak tersebut
akan dapat memberikan respon yang positif dengan lawan berbicaranya.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan memperhatikan lambang-lambang dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lain (Tarigan, 2008:
28; Jumiyanti dkk, 2015).
Didalam metode pembelajaran, ada beberapa yang dapat diterapkan pada anak
usia dini (AUD), seperti yang telah dikemukakan oleh Isjoni (Rahmat &
Mamonto, 2016) terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan
pada anak usia dini ( AUD) , di antaranya yaitu seperti metode bermain, metode
karya wisata, metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi,
metode proyek, dan metode pemberian tugas.

Berdasarkan dari metode pembelajaran diatas, salah satu metode yang dapat
diterapkan ialah metode cerita. Karena metode cerita memiliki manfaat untuk
perkembangan anak, tidak membuat anak menjadi bosan, dan membuat anak
menjadi aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sehingga
perkembangan anak bisa berkembang dengan optimal, baik, dan sesuai dengan
usianya.
Metode cerita adalah metode dalam proses belajar mengajar di mana seorang guru
menyampaikan cerita secara lisan kepada sejumlah murid yang pada umumnya
bersifat pasif (Akbar, 2020). Lalu adapun menurut Mulyatno, Sujana and Hafidah
(Chandra & Eliza, 2020) bercerita adalah proses komunikasi yang terjadi antara
pencerita dengan pendengar cerita.
Sejalan dengan Gunarti (Jr dkk, 2018) menyatakan bahwa bercerita adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi
atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis.
Pada penelitian ini dilatar belakangi dan didasari oleh permasalahan yang telah
dipaparkan diatas, juga untuk mendeskripsikan tentang penerapan metode
bercerita untuk mengoptimalkan kemampuan menyimak pada anak usia dini.
Menurut Anderson (Setiani dkk, 2021) pada kemampuan menyimak memiliki
makna mendengarkan yang disertai penghayatan dan penuh perhatian disertai
dengan suatu apresiasi. Selanjutnya menurut Tarigan (Jumiyanti dkk, 2015)
menyimak adalah mendengar dengan penuh pemahaman dan perhatian serta
apresiasi. Berdasarkan Permendikbud 137 tahun 2013 memahami bahasa
(menyimak) pada anak usia 4-5 tahun terdapat lima macam tingkat pencapaian
perkembangan anak, yakni:
1) menyimak perkataan orang (bahasa ibu atau bahasa lainnya)
2) mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
3) memahami cerita yang dibacakan
4) mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati,
berani, baik, jelek, dsb)
5) mendengar dan membedakan bunyi-bunyian dalam Bahasa Indonesia (contoh
bunyi dan ucapan harus sama).
Dalam kemampuan menyimak pada anak-anak, terdapat fase-fase dan tahapan
yang dilalui yakni:
a.) auditory perception ialah sebuah kemampuan dalam merasakan dan memahami
apa saja yang telah didengar
b.) auditory discrimination ialah suatu kemampuan untuk membedakan sebuah
suara yang didengarnya, seperti suara teman, guru, orang-orang yang berada
disekitarnya, dan hewan
c.) auditory memory yakni suatu kemampuan dalam mengingat sebuah rangkaian
suara dalam kalimat atau kata-kata yang didengarnya
d.) auditory association yang dimana anak telah bisa dan mampu untuk
menghubungkan kata atau suara yang didengar dengan pengalaman yang dipunyai
atau objek, pikiran, dan perasaannya
e.) rhyming skills ialah anak telah bisa dan mampu dalam mengenali sebuah suara
dan kemudian memproduksi suara yang bersajak (Adiyani, 2013).
Menurut Hunt (Setiani dkk, 2021) bahwa menyimak memiliki fungsi yaitu seperti:
untuk memperoleh atau mendapatkan informasi, mempunyai hubungan antara
manusia yang baik, agar dapat merespon positif, dan sebagai pengumpul data
dalam mengambil keputusan yang rasional dan selaras.
Lalu adapun juga tujuan utama dalam menyimak adalah agar anak dapat
memperoleh dan mendapatkan pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belaja (Tarigan; Jr dkk, 2018).
Menurut Tarigan (Puspadini dkk, 2020) ada tahapan dalam proses menyimak ada
lima (5) yaitu: mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi dan
menanggapi.
Adapun manfaat dari cerita untuk anak yakni (Madyawati, 2016): membantu
pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan
fantasi, memacu kemampuan verbal anak, cerita dapat memacu kecerdasaan
linguistik anak, cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita tetapi
juga senang bercerita atau berbicara, anak belajar tata cara berdialog dan
bernarasi. Selaras dengan Mursid (2015) manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
bercerita atau mendongeng antara lain: mengembangkan imajinasi anak,
menambah pengalaman, melatih daya konsentrasi, menambah perbendaharaan
kata, menciptakan suasana yang akrab, melatih daya tangkap, mengembangkan
perasaan sosial, mengembangkan emosi anak, berlatih mendengarkan, mengenal
nilai-nilai yang positif dan negatif, menambah pengetahuan, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Yasmin, N. S., & Eliza, D. (2021). Penerapan Metode Bercerita Untuk
Mengoptimalkan Kemampuan Menyimak Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(3), 9547-9553.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Isna, A. (2019). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Al Athfal: Jurnal Kajian
Perkembangan Anak Dan Manajemen Pendidikan Usia Dini, 2(1), 62-69.

Sumaryanti, L. (2017). Peran lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak. Muaddib:


Studi Kependidikan dan Keislaman, 7(01), 72-89.

Dhieni, N., Fridani, L., & Psych, S. P. M. (2017). Hakikat Perkembangan Bahasa Anak.
Modul Paud diakses pada tanggal, 26.

Yasmin, N. S., & Eliza, D. (2021). Penerapan Metode Bercerita Untuk Mengoptimalkan
Kemampuan Menyimak Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3),
9547-9553.

Anda mungkin juga menyukai