Membaca-Menulis Permulaan
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Dr. Yusriadi, S.Ag. M.A. /
Resvan, M.Pd.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Membaca -Menulis
permulaan” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari bapak “Dr.Yusriadi, S.Ag. M.A. /Resvan,M.Pd.” pada mata
kuliah “Konsep Dasar dan Materi BI”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, bahwa
makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengarapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan baik lagi di masa mendatang.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................................16
B. Saran ................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut rukiyati dan sumayana (2014:72) Membaca dan menulis permulaan
(MMP) merupakan kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal bagi anak-anak yang baru
memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas I
MI/SD, MMP merupakan menu utama. Masa transisi dari TK atau dari lingkungan
rumahan (tidak mengalami masa TK) ke dunia sekolah adalah pengalaman pertama
bagi anak-anak. Hal dasar yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa
persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini
akan menjadi landasan
dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah (Rukiati dan
Sumayana, 2014:72).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian bahasa?
2. Bagaimakah bahasa dipelajari?
3. Bagaimanakah prinsip-prinsip pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran
bahasa abad ke-21?
4. Bagaimanakah permasalahan dalam pemerolehan bahasa pertama?
5. Bagaimanakah pengertian membaca?
6. Bagaimanakah peranan bahasa dalam membaca?
7. Bagaimanakah mengelola pembelajaran membaca di kelas awal?
8. Bagaimanakah media yang efektif dalam pembelajaran membaca di kelas awal?
9. Bagaimanakah cara menimbulkan minat baca pada anak?
10. Bagaimanakah cara memperluas minat baca anak?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian bahasa
2. Mendeskripsikan bagaimana bahasa dipelajari
3. Mendeskripsikan prinsip pembelajaran pada umumnya dan pada abad ke-21
4. Mendeskripsikan permasalahan dalam perolehan bahasa pertama
5. Mendeskripsikan pengertian membaca
4
6. Mendeskripsikan peran bahasa dalam membaca
7. Mendeskripsikan mengelola pembelajaran membaca kelas awal
8. Mendeskripsikan media yang efektif dalam pembelajaran membaca kelas awal
9. Mendeskripsikan cara menimbulkan minat baca anak
10. Mendeskripsikan cara memperluas minat baca anak
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. Pengertian Bahasa dipelajari
2. Keaktifan
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari
peserta didik dan pendidik. Dari segi pesera didik, belajar dialami sebagai suatu
proses, mereka mengalami proses mental dalam menghadapi bahan ajar. Dari
segi pendidik proses pembelajaran tersebut tampak sebagai perilaku belajar
tentang sesuatu hal. Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa
anak adalah mahluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Dimiyati dan Mudjiono
mengatakan bahwa ”belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri, peserta
didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadi proses belajar.
7
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam diri peserta didik terdapat banyak kemungkinan dan potensi yang akan
berkembang. Potensi yang dimiliki peserta didik berkembang ke arah tujuan
yang baik dan optimal, jika diarahkan dan punya kesempatan untuk
mengalaminya sendiri.
4. Pengulangan
Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu tindakan
atau perbuatan berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta didik
yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil pembelajarannya.
Pemantapan diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai usaha perluasan
yang dilakukan melalui pengulangan– pengulangan.
5. Tantangan
6. Perbedaan Individual
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang sama baik dari aspek fisik
maupun psikis. Dimiyati dan Mudiyono berpendapat bahwa “peserta didik
merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang peserta didik
yang sama persis, tiap peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain.
Perbedaan itu terdapat pula pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-
sifatnya.
8
(4) sekolah terintegrasi dengan masyarakat.
Keempat prinsip pembelajaran abad 21 tersebut diadaptasikan kedalam
pembelajaran oleh guru dengan:
a. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan
aktivitas siswa, guru, pemanfaatan media pembelajaran dan proses penilaian;
b. memperbarui pengetahuan sesuai perkembangan zaman;
c. menerapkan berbagai strategi pembelajaran untuk memberi variasi
pengalaman belajar; dan
d. meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa selalu tertarik ke sekolah. Mengembangkan keempat
kegiatan pembelajaran tersebut mendorong guru menciptakan pembelajaran
berasaskan prinsip pembelajaran abad 21. Namun, para guru tetap perlu untuk
menguasai teknologi yang terkait langsung terhadap pembelajarannya. Hal ini
dikarenakan perubahan adalah sebuah kepastian sekarang ataupun nanti. Oleh karena
itu, pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan mengupayakan pemerataan
bantuan TIK yang menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Membaca merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang anak apabila
ia masih duduk dibangku sekolah. Tanpa membaca tidak akan mungkin dapat
memperoleh informasi, menambah ilmu pengetahuan dan hasil belajar yang baik.
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Menurut
Farida Rahim ( 2008 ) mengemukakan defenisi membaca mencakup :
Definisi membaca juga dikemukakan oleh Gillet & Temple (1986). Keduanya
mengatakan Reading is making sense of written language. Membaca ialah memberi
makna terhadap bahasa tulis. Jadi menurut definisi ini kegiatan yang paling mendasar dari
proses membaca ialah membuat pengertian. Maksudnya ialah memperoleh dan
menciptakan gagasan, informasi, serta imaji mental dari segala sesuatu yang dicetak.
Memberi makna sering disebut 'memahami'. Supaya dapat memahami, kita harus
menjalani berbagai proses yang sering sekali berlangsung secara simultan. Dalam kajian
membaca, jenis membaca semacam ini digolongkan dalam membaca kritis serta
membaca kreatif.
10
Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan
kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa pengantar pada jenis
dan jenjang pendidikan, sebagai bahasa penghubung nasional dalam kaitan dengan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional, sebagai sarana pembinaan dan
pengembangan kebudayaan nasional.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara masih
harus terus dimantapkan dan dikaji ulang. Pada dasarnya peran atau fungsi bahasa
Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan tidak mengalami perubahan. Artinya,
rincian peran bahasa Indonesia, sekurang-kurangnya yang telah disinggung tadi, boleh
dikatakan berlaku sepanjang masa selama bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara. Yang perlu dipertimbangkan ialah kemungkinan
memberikan perhatian yang lebih khusus pada peran-peran tertentu, sesuai dengan
perkembangan iptek, dan sebagai sarana pembinaan kehidupan budaya bangsa.
McGeown, dkk. (2012) menyatakan bahwa kesuksesan membaca permulaan
dengan pendekatan eklektik, di sisi lain didukung oleh pengetahuan kosakata, karena
sebagian besar pembelajaran kata permulaan anak dilakukan melalui buku-buku besar
dan aktivitas cerita. Oleh karena itu, sumber bahan yang dimiliki guru juga iktu
berperan dalam kesuksesan pembelajaran membaca permulaan. Guru juga telah
merencanakan kegiatan pembelajaran atau skenario pembelajarannya.
11
Guru memberikan contoh cara membaca huruf-huruf di atas, dan siswa
menirukan.Mula-mula bersifat klasikal (seluruh kelas), kemudian dipecah-pecah lagi
menjadi separoh kelas, seperempat kelas, per dua bangku, akhirnya perorangan,
kembali dua bangku, seperempat kelas, separoh kelas, dan kembali ke seluruh
kelas.Siswa kelas I SD kemampuan mengingatnya sangat terbatas. Sebab itu proses
pengenalan huruf ini sebaiknya diatur. Pada awal pertemuan, jangan terlalu banyak
huruf yang dikenalkan. Cukup tiga hingga lima huruf. Jangan berpindah ke huruf lain
sebelum huruf yang dikenalkan benar-benar dipahami oleh siswa. Ini penting; sebab,
jika siswa belum paham kemudian guru menambah dengan huruf lain, maka siswa
justru tidak akan bisa memahami apa-apa. Mereka menjadi cuek, tak mau lagi
memperhatikan guru. Apabila guru sering menegur anak-anak ini (yang belum paham
dan berubah menjadi cuek), maka mereka akan frustrasi, dan mungkin tak mau lagi
berangkat ke sekolah.
Nah, jika terjadi demikian, maka guru akan merasa sangat bersalah karena tidak
berhasil membelajarkan siswa. Apabila pengenalan huruf tadi sudah lancar, maka
guru mulai bisa menugaskan beberapa siswa untuk mengambil huruf-huruf tertentu
dari kartu-kartu huruf yang tersedia. Biarkan siswa mengenal huruf-huruf itu tanpa
makna karena tujuannya adalah mengenal dan memahami huruf (abjad). Lakukan
kegiatan ini berulang-ulang sehingga siswa benar-benar mengenal dan memahami
huruf-huruf itu.
12
Setelah siswa bisa membaca gabungan dua huruf konsonan-vokal, susunan bisa
diganti menjadi vokal-konsonan. Misalnya: am, an, as, dan lain-lain. Setelah ini baru
bisa dilanjutkan dengan tiga huruf (konsonan-vokal-konsonan).
Misalnya: man, dan, bas, dan lain-lain.
13
dapat lebih efektif dan berhasil, sebuah Big book sebaiknya memiliki ketentuan antara lain;
(a) ceritanya singkat (10-15 halaman), (b) Pola kalimat jelas, (c) Gambar memiliki makna, (d)
Jenis dan ukuran huruf jelas terbaca, (e) Jalan cerita mudah dipahami. Dalam praktek
pemanfaatan media big book, banyak ragam cara yang dapat digunakan oleh guru. Guru
dapat berimprovisasi secara mandiri dalam menggunakan media big book di kelas.
Malas pergi ke perpustakaan sekolah bukan berarti siswa tersebut memang tidak
memiliki minat membaca. Bisa saja ada faktor tertentu yang membuat siswa enggan dan
malas walaupun sebenarnya dia suka membaca buku. Salah satunya adalah minimnya koleksi
buku yang menarik di perpustakaan.
Suasana yang menyenangkan tersebut bisa dibuat dengan menata rak buku
sedemikian rupa agar space terlihat lebih leluasa, memberikan tempat duduk yang nyaman,
lampu penerangan yang cukup dan sebagainya. Kalau perlu tambahkan juga beberapa poster
yang menarik yang isinya kutipan-kutipan dari tokoh terkenal ataupun kalimat-kalimat
motivasi.
Siswa akan lebih termotivasi untuk membaca kalau mereka tahu bahwa gurunya
juga senang melakukan hal yang sama. Oleh sebab itu tidak ada salahnya jika dalam materi
pelajaran diselipkan jam untuk ke perpustakaan, membaca buku dengan topik tertentu
kemudian dibahas bersama antara siswa dengan guru.
Cara meningkatkan minat baca siswa di sekolah bisa menjadi sesuatu yang tidak
terlalu sulit kalau pihak sekolah maupun guru mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak
didik. Siswa tentunya akan lebih senang membaca buku dengan topik beragam di tempat
yang nyaman.
15
J. cara memperluas minat baca anak
Tugas pendidik dan keluarga harus ada hubungan yang demokratis dalam
mendidik anak-anak. Dengan membiasakan diri anak membaca dan mendiskusikan
segala sesuatu kebutuhan anak serta mengurangi frekuensi menonton TV tentu si-anak
merasa dihargai. Disamping itu, pendidik memfasilitasi kebutuhan bahan bacaan yang
direkomendasikan diperpustakaan agar timbul minat membaca bagi anakanak di
lingkungan sekolah. Lingkungan atau masyarakat, juga harus dikondisikan dengan
membuat sejenis peraturan lingkungan yang terkait dengan program penentuan waktu
belajar, sehingga masyarakat akan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan
dilingkungan masyarakat tersebut. Untuk meningkatkan minat membaca anak-anak,
ada beberapa pihak yang ikut campur tangan, yaitu (1). Pendidik, (2). Orangtua
(keluarga), pustakawan,dan pemerintah.
1. Peran guru
Setiap guru dalam semua kajian mata pelajaran harus dapat memainkan
perannya sebagai motivator agar siswa bergairah dan berminat banyak
membaca buku-buku penunjang atau bahan lainnya. Misalnya dengan
memberi tugas-tugas rumah setiap kali pertemuan dalam proses
pembelajaran. Dengan system ini secara kontinu maka membaca menjadi
kebiasaan dan kebutuhan siswa.
2. Peran orang tua
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama atas
pendidikan anak dirumah. Orangtua bertanggung jawab atas kemajuan
pendidikan anaknya. Orang tua harus mendidik anak agar menjadi anak yang
baik, bertanggung jawab, berdisiplin, berakhlak mulia, taat atas peraturan
yang ditetapkan, Orang tua harus sebagai contoh dan panutan bagi anak-
anak mereka. Orang tua juga harus dapat mendidik, mengajar,
mendisiplinkan, mendorong (memotivasi ) anak-anaknya agar anaknya dapat
dewasa, bertanggung jawab, berdisiplin. Orangtua juga harus dapat
menetapkan tugas-tugas yang harus dikerjakan anaknya dirumah sebagai
suatu aktivitas rutin agar anaknya terbiasa mengerjakannya tanpa disuruh.
3. Peran pustakawan
Dihampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kondisi
perpustakaan sekolah belum sepenuhnya berfungsi, jumlah bukubuku
perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai
16
basis pendidikan serta peralatan dan tenaga yang tidak sesuai dengan
kebutuhan. Pada hal perpustakaan sekolah merupakan sumber informasi dan
sumber belajar sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung
oleh para guru kelas sedapat mungkin harus dapat menciptakan kemauan
dan minat para peserta didik untuk banyak membaca dan meminjam buku-
buku diperpustakaan. Sistim promosi perpustakaan harus diadakan dan
diproritaskan secara kontinu agar perpustakaan dikenal, apa fungsi, arti,
kegunaan dan fasilitas yang dapat diberikannya. Dengan promosi ini, peserta
didik akan mengenal dan dapat berminat untuk memanfaatkannya dalam
menambah ilmu pengetahuan dengan membaca dan meminjam buku-buku
atau bahan bacaan lainnya. Pustakawan juga harus dapat menciptakan ruang
baca dengan mengatur buku-buku sedemikian rupa sehingga benar-benar
menarik minat baca dan menyenangkan bagi anak-anak.
4. Peran pemerintah
Peranan pemerintah daerah dibantu kalangan dunia pendidikan, media
massa, gerakan masyarakat cinta buku untuk bersama-sama merangkul
pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa untuk membantu dalam pengadaan buku-buku, alat-alat
dan fasilitas lain untuk perpustakaan sehingga kebutuhan akan buku-buku
dan bahan bacaan lain semakin lama semakin terpenuhi dan lengkap.
Tersedianya buku-buku dan bahan bacaan lainnya dapat merangsang
kemauan dan minat baca seseorang terutama anak-anak pada usia sekolah
yang sangat membutuhkannya.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang di
tulis. Membaca merupakan kegiatan yang membutuhkan keseimbangan yang baik,
dimulai dari mulai gerakan mata dan pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk
menerima informasi dan menelaah informasi tersebut.
Membaca , menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat
anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku di
kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama.
Menurut (Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran di kelas rendah akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Metode Eja
2. Metode suku kata dan metode kata
3. Metode Global
4. Metode Struktural Sisntesis (SAS)
5. Metode Demonstrasi
6. Metode Diskusi
7. Metode Ceramah
8. Metode Penugasan
9. Metode Tanya Jawab
18
10. Metode Abjad dan Bunyi
B. SARAN
Harris. A Larry 1986. Reading Instruction Diagnostic Teaching in the classroom New York:
Macmillan Publishing Company
Laily, E. K., & Gunansyah, G. (2018). Penggunaan media big book terhadap kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas v sdn rangkah 1 surabaya. Jurnal Penelitian
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(10).
Madyawati. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada Group.
McGeown, S.P., Johnston, R.S., & Medford, E. 2012. “Reading instruction affects the cognitive
skills supporting early reading development”. Learning and Individual Differences, Vol. 22
(2012), pp. 360–364.
Rahim, Farida. 2008. Pengajajaran Membaca Disekolah Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Rukiyati, dkk. (2014). Penanaman Nilai Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama Terintegrasi
Dalam Perkuliahan Ilmu Pendidikan.
19