Disusun oleh:
pg. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pembelajaran Pengajaran Bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan kekurangan, maka kami berharap tegur dan sapa dalam saran, evaluasi, dan kritik,
khususnya kepada dosen dan para pembaca semuanya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat memperluas wawasan kita, Amin.
Penyusun
pg. 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Kesimpulan..................................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
pg. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri dan pastinya memerlukan orang lain untuk mengisi dan
membantu kehidupan sehari-hari, tanpa adanya bahasa kita tidak bisa berkomunikasi
maupun berinteraksi dengan orang lain. Selain merupakan alat komunikasi, bahasa
berfungsi sebagai “pakaian” dari sebuah negara, bahasa merupakan sebuah identitas
yang melekat pada sebuah negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan landasan pengajaran bahasa?
2. Apa saja aspek-aspek yang ada dalam pengajaran suatu bahasa?
3. Bagaimanakah penerapan pengajaran bahasa di sebuah institusi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat memahami mengenai Landasan Pengajaran Bahasa.
2. Kita dapat mengerti tentang aspek-aspek dalam Pengajaran Bahasa.
3. Kita dapat mengetahui mengenai penerapan pengajaran bahasa.
pg. 4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat belajar
2. Hakikat Bahasa
3. Hakikat Pembelajaran
Usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri atas komponen pengajaran,
tujuan pengajaran, peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media
pengajaran, dan faktor administrasi serta biaya proses belajar secara optimal;
pg. 5
Prinsip proses pembelajaran meliputi : (1) Membentuk kreasi lingkungan yang
dapat membentuk struktur kognitif siswa; (2)Tipe pengetahuan yang harus
dipelajari; (3) Melibatkan peran lingkungan sosial.
pg. 6
Peserta didik dengan intelegensi tinggi mampu menangkap dan memahami
lebih cepat dibandingkan dengan peserta didik yang tingkat kecerdasannya
sedang atau rendah, hal ini merupakan tantangan bagi pengajar agar materi
yang diajarkan dapat diterima oleh seluruh peserta didik dengan jelas dan
menyenangkan.
2. Aspek Eksternal
Aspek eksternal merupakan aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran
bahasa dari luar diri peserta didik. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009)
menjelaskan beberapa hal mengenai aspek eksternal, antara lain:
a) Lingkungan Formal
Lingkungan formal adalah lingkungan bahasa yang sengaja diciptakan untuk
membantu pesarta didik dalam mempelajari bahasa.
1. Lingkungan Formal
1) Lingkungan Kelas
pg. 7
Lingkungan kelas dapat mempengaruhi siswa atau peserta didik dalam
proses pembelajaran bahasa asing. Lingkungan yang nyaman dan kondusif
dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
2) Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana belajar adalah segala sesuatu yang langsung dapat dipakai peserta
didik dalam belajar untuk mencapai kompetensi dasar tertentu. Misal:
buku paket, kamus, ensiklopedia, peta, alat peraga. Sedangkan prasarana
adalah sesuatu yang berfungsi sebagai penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Hal ini dapat berbentuk tempat seperti
laboratorium bahasa, perpustakaan bahasa atau media-media yang bisa
digunakan peserta didik untuk belajar bahasa asing di dalam sekolah. 54
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang disediakan oleh sekolah
guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Fasilitas (Sarana dan
Prasarana) yang baik dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap proses pembelajaran bahasa asing oleh peserta didik.
3) Guru (Pengajar)
Guru sebagai pengajar, merupakan tenaga kependidikan yang
berprofesi mengelola kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang lebih efektif. Dalam
proses pembelajaran, pengajar mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi pembelajar untuk
mencapai tujuan.
5) Lingkungan Informal
Lingkungan informal merupakan lingkungan yang berada di luar kelas,
yakni segala hal yang didengar dan diamati oleh peserta didik
sehubungan dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Yang
pg. 8
termasuk dalam lingkungan di luar kelas antara lain situasi di pasar, di
hotel, di sekolah, atau dalam bentuk percakapan dengan teman, ketika
menonton televisi, membaca media massa, membaca buku pelajaran
dan sebagainya.
A. Pendekatan Struktural
b. Tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu pemberian materi diikuti dengan
pemberian tugas.
c. Unit mendasar adalah kalimat, kaidah atau latihan berfokus pada kalimat -
kalimat lepas.
Kelebihan
a. Peserta didik dapat menyusun kalimat dengan benar sesuai dengan kaidah
bahasa.
Kekurangan
pg. 9
a. Peserta didik kurang memahami penggunaan struktur kebahasaan dalam
kehidupan sehari - hari
B. Pendekatan Komunikatif
b. Dimensi yang berkitan dengan jenis kegiatan belajar, dimana peserta didik
diharapkan mampu menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari - hari secara
spontan.
Kelebihan
a. Peserta didik akan lebih mudah berkomunikasi secara lisan dengan baik.
Kekurangan
pg. 10
a. Pendidik dituntut untuk menjadi kreatif dalam menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi untuk menjadiaktif dan
interaktif.
b. Peserta didik akan cenderung menjadi pasif jika tidak memiliki pengetahuan
interaksi dan komunikasi yang baik.
2. Metode
Metode pengajaran adalah pola-pola tindakan pembelajaran yang dirancang
untuk mendapatkan hasil pembelajaran tertentu. Tiap-tiap metode pengajaran
menggunakan asumsi tertentu tentang sifat bahasa, proses belajar, peran guru dan
peran pembelajar, serta jenis-jenis kegiatan pembelajaran dan meteri pengajaran
(Ghazali, 2010:91). Metodologi pengajaran, menurut Richard (dikutip Ghazali,
2010:92), mencakup: kegiatan, tugas dan pengalaman belajar yang digunakan
oleh guru dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Metodologi pengajaran
bukanlah sederet prinsip atau prosedur pengajaran yang baku atau pasti,
melainkan sebuah proses yang dinamis dan kreatif yang mencerminkan asumsi
tertentu tentang bahasa (bagaimana kita dapat menggambarkan atau berbicara
tentang bahasa?), tentang profisiensi (apa yang dimaksud dengan menguasai
bahasa?), dan pembelajaran (bagaimana mengajarkan bahasa?).
Terdapat beberapa metode dalam mengajarkan bahasa, antara lain :
A. Metode Terjemahan Tata Bahasa
Metode terjemahan tata bahasa merupakan metode yang diwarisi dari
pola-pola pengajaran bahasa latin. Metode ini menekankan pada bagaimana
membuat siswa menguasai aturan-aturan tatabahasa dan kosa kata dengan
memberikan daftar kosakata dan artinya kepada siswa untuk digunakan
didalam membaca teks tertulis dalam pelajaran. Aturan-aturan tatabahasa ini
dipelajari secara deduktif (diberikan penjelasan dulu tentang maknanya baru
kemudian diterapkan dalam praktek membaca/menulis). Para siswa
menerjemahkan wacana-wacana dari bahasa target kebahasa pertama yang
sudah ia kuasai dan sebaliknya. Dalam metode ini, kemampuan menyimak
dan berbicara tidak dikembangkan (Ghazali, 2010:93).
B. Metode Langsung
Gerakan metode langsung (ML) atau direct method dalam pengajaran
bahasa sebagaimana dipelopori para pendidik seperti Berlitz dan Jespersen
pg. 11
bermula pada abad 19. Para pelopor metode aktif ini percaya bahwa para
siswa belajar memahami suatu bahasa dengan cara menyimak dengan
kuantitas yang besar. Mereka belajar berbicara dengan cara berbicara. Pada
hakekatnya metodologi ini didasarkan pada cara anak-anak mempelajari
bahasa ibu mereka: bahasa dipelajari melalui asosiasi “langsung” kata-kata
atau frasa-frasa dan objek-objek dan tindakan-tindakan, tanpa penggunaan
bahasa ibu sebagai variable penghalang (Tarigan, 1986:231).
C. Metode Audio Lingual
Metode audio-lingual (MAL) didasari oleh teori yang berakar pada dua
aliran pemikiran yang sejajar dalam psikologi dan linguistic. Metode ini
menekankan pada pentingnya pola bahasa dalam pengajaran serta
memandang bahasa lisan sebagai bentuk komunikasi yang paling utama.
Metode ini memanfaatkan prinsip-prinsip yang diambil dari psikologi
behavioral yang nampak pada kegiatan-kegiatan seperti menghafalkan dialog,
mengulang kalimat secara bersama-sama dan latihan berulang-ulang (drill)
untuk menguasai pola-pola kalimat. Siswa belajar bahasa sebagai kebiasaan
dengan cara mempraktekkan pola-pola kalimat, seperti lewat latihan berulang
(repetition drill, latihan yang persis dengan model yang diberikan oleh guru),
dan latihan transformasi (latihan yang berbeda dari model yang diberikan
guru; siswa diminta untuk melakukan operasi seperti penggantian,
pengulangan kembali, pengisian, ekspansi, meringkas atau mengintegrasikan)
(Ghazali, 2010:94).
D. Metode Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa
anak mengemukakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik itu
bergantung pada perkembangan kognitif sang anak. Maksudnya, urutan-
urutan perkembangan tersebut lebih banyak ditentukan oleh kerumitan
semantik daripada oleh kerumitan struktural.
pg. 12
dewasa belajar bahasa dengan cara yang persis sama seperti yang dilakukan
oleh seorang anak (Tarigan, 1986:243), karenanya dibuatlah variasi-variasi
dalam pola pengajarannya.
pg. 13
pemahaman dan bantuan dalam proses pemenuhan nilai-nilai dan tujuan-
tujuan pribadi (Tarigan, 1986:255).
J. Cara Diam
Metode Cara Diam atau The Silent Way yang diperkenalkan oleh
Gattegno ini dalam orientasinya dapat diklasifikasikan sebagai kognitivis.
Dalam pandangan Gattegno, pikiran merupakan agen, wali, atau perantara
aktif yang mampu membangun kriteria intinya sendiri buat belajar. Ketiga
kata kunci filisofi yang berada di belakang pendekatan ini adalah kebebasan
(independence), otonomi (autonomy), dan pertanggungjawaban
(responsibility). Metode Cara Diam beranggapan bahwa para pelajar bekerja
dengan sumber-sumber dalam diri mereka (yaitu struktur kognitif yang ada,
pengalaman, perasaan, pengetahuan mengenai dunia, dsb) (Tarigan,
1986:257).
K. Sugestopedia
Metode Sugestopedia adalah metode pengajaran yang menggunakan teknik-
teknik relaksasi dan konsentrasi untuk merangsang pembelajar agar
menggunakan daya pikir bawah sadarnya untuk menambah kemampuannya
mengingat lebih banyak kosakata dan struktur (Lazanov dikutip Ghazali,
2010:100). Ciri utama dari pendekatan ini adalah penciptaan suasana
pembelajaran yang "sugestif", merangsang pikiran bawah sadar dengan
menggunakan cahaya yang lembut, musik barok, tempat duduk yang nyaman,
dan teknik-teknik dramatis yang dilakukan guru untuk menyajikan materi
bahasa.
pg. 14
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Orientasi pembelajaran bahasa di sekolah hanya bertujuan untuk mencapai
target penguasaan materi semata, sementara keterampilan berbahasa yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa agar terampil dan mampu
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan terabaikan. Selama ini pembelajaran
bahasa cenderung konvensional yaitu bersifat hafalan dan penuh dengan teori
kebahasaan yang terkadang sulit untuk dipahami oleh siswa.
Lamanya pengajaran bahasa asing disekolah konvensional nyatanya tidak
memberikan pengaruh besar dalam pengembangan pengetahuan peserta didik.
Di sekolah berbagai macam rumus penyusunan kata tanpa tahu maksud dan
penggunaan kalimat tersebut. Peserta didik diberikan berbagai tugas tanpa
adanya aplikasi speaking (berbicara) dalam kehidupan sehari-hari.
Saat seluruh dunia menuntut kemampuan berbahasa inggris, kurikulum
2013 justru tidak memasukkan pelajaran bahasa inggris dalam mata pelajaran
wajib di tingkat sekolah dasar. Tindakan ini merupakan bentuk kekhawatiran
terhadap beban kognitif peserta didik di sekolah serta kekhawatiran siswa
sekolah dasar menjadi tidak fokus bahasa nasional. Tidak adanya keharusan
adanya pembelajaran bahasa inggris di sekolah dasar tentu menjadi sebuah
kepincangan. Tanpa adanya pengajaran alphabet tingkat dasar, peserta didik
dituntut untuk bisa merangkai kalimat di tingkat menengah. Terjadi
ketimpangan dan kebingungan sehingga memunculkan persepsi negatif yang
menyebutkan pelajaran bahasa inggris tidak menyenangkan. Pendidikan yang
seharusnya menyenangkan menjadi tidak menarik karena tidak adanya
pengetahuan mendasar yang ditanamkan di tingkat dasar. Bahasa kembali
terikat dalam satu konteks menjemukan. Bahasa daerah dianggap kampungan
dan tertinggal, bahasa Indonesia disepelekan, sementara bahasa asing
dikacaukan dengan kata “susah”.
pg. 15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam proses pembelajaran pengajaran bahasa, diperlukan keterampilan tulis
dan lisan untuk menunjang pencapaian di bidang tersebut. Aspek yang harus
diperhatikan meliputi aspek internal dan aspek eksternal, untuk peserta didik pada
umumnya kondisi lingkungan, motivasi dan semangat, minat serta tingkat
intelektual peserta didik sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
pengajaran bahasa.
Pendidik memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerapkan pengajaran
bahasa, karena di dalam satu ruang kelas pendidik akan menghadapi peserta didik
yang tentunya berbeda. Maka dari itu pendidik perlu memperhatikan metode
pengajaran, cara pendekatan, dan kondisi lingkungan. Dengan demikian, proses
pembelajaran pengajaran bahasa akan mencapai indikator yang sudah
direncanakan sebelum kegiatan dimulai.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi para pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.
pg. 16
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Dadan. 2008. Studi Tentang Penerapan Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan
Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI SD Negeri Sukamaju Kabupaten
Sumedang. Terdapat pada
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_10-
Oktober_2008/Studi_Tentang_Penerapan_Pendekatan_Komunikatif_dan_Pendekatan_Terpa
du_dalamPembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_Kelas_VI_SD_Negeri_Sukamaju_Kabupaten_
Sumedang.pdfDiakses pada (17 Februari 2021).
Sumardi, Muljanto.1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
pg. 17