Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEMINAR PEMBELAJARAN PENGAJARAN BAHASA

LANDASAN PENGAJARAN BAHASA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pembelajaran Pengajaran Bahasa
berupa makalah yang dibina oleh Dra. Fahmi Wahyuningsih, M. Pd. program studi
Pendidikan Bahasa Jerman 2018 semester genap tahun 2020/2021.

Disusun oleh:

Lailatur Rohmah Agustina 18020094007


Christian Yoshia Putra 18020094022
Annas Muslimin 18020094023
Shelvia Kusumadewi 18020094026
Okky Bagus Hardiansyah 18020094032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021

pg. 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pembelajaran Pengajaran Bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan kekurangan, maka kami berharap tegur dan sapa dalam saran, evaluasi, dan kritik,
khususnya kepada dosen dan para pembaca semuanya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat memperluas wawasan kita, Amin.

Surabaya, 18 Februari 2021

Penyusun

pg. 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Landasan Pengajaran Bahasa..........................................................................................5

B. Aspek-aspek dalam Pengajaran Bahasa.........................................................................6

C.Penerapan Pengajaran Bahasa..........................................................................................9

BAB III PENUTUP.................................................................................................................14

A. Kesimpulan..................................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

pg. 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri dan pastinya memerlukan orang lain untuk mengisi dan
membantu kehidupan sehari-hari, tanpa adanya bahasa kita tidak bisa berkomunikasi
maupun berinteraksi dengan orang lain. Selain merupakan alat komunikasi, bahasa
berfungsi sebagai “pakaian” dari sebuah negara, bahasa merupakan sebuah identitas
yang melekat pada sebuah negara.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan kognisi, sosial-


emosional, dan bahasa anak. Selain itu, kemampuan berbahasa merupakan penunjang
keberhasilan dalam memepelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu seseorang dalam mengenal identitas diri , budaya, dan budaya
orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan landasan pengajaran bahasa?
2. Apa saja aspek-aspek yang ada dalam pengajaran suatu bahasa?
3. Bagaimanakah penerapan pengajaran bahasa di sebuah institusi pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat memahami mengenai Landasan Pengajaran Bahasa.
2. Kita dapat mengerti tentang aspek-aspek dalam Pengajaran Bahasa.
3. Kita dapat mengetahui mengenai penerapan pengajaran bahasa.

pg. 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Pengajaran Bahasa

Sebelum menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita melalui proses


yang dinamakan dengan belajar bahasa – yang juga berarti belajar komunikasi.
Sehingga, dalam proses pembelajaran bahasa kita harus bisa menggunakan bahasa
yang baik, karena tujuan dari bahasa di sini adalah sebagai cara untuk saling
berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain.

1. Hakikat belajar

` Suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan , meningkatkan


ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap,dan mengokohkan kepribadian. Usaha
atau rekayasa pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental untuk menghasilkan perubahan yang posiftif.

2. Hakikat Bahasa

Pengertian orang tentang bahasa sangat beranekaragam bergantung kepada


teori apa yanng di pakai. Karena setiap teori yang dipakai mempunyai definisi
yang berbeda anatara yang satu dengan yang lain. (Soeparno, 2002) ;

Bahasa merupakan identitas suatu bangsa;

Bahasa merupakan alat komunikasi;

Bahasa merupakan alat pemersatu.

3. Hakikat Pembelajaran
Usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri atas komponen pengajaran,
tujuan pengajaran, peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media
pengajaran, dan faktor administrasi serta biaya proses belajar secara optimal;

Proses mendidik atau membelajarkan peserta didik untuk membantu


menumbuhkan, mentranformasikan nilai – nilai positif, memberdayakan, dan
mengembangkan potensi kepribadian peserta didik.

pg. 5
Prinsip proses pembelajaran meliputi : (1) Membentuk kreasi lingkungan yang
dapat membentuk struktur kognitif siswa; (2)Tipe pengetahuan yang harus
dipelajari; (3) Melibatkan peran lingkungan sosial.

Prinsip pengelolaan pembelajaran meliputi : (1) Interaktif (proses pembelajaran


melalui proses iteraksi guru – siswa; (2) Inspiratif (proses yang memungkinkan
siswa mencoba dan melakukan sesuatu); (3) Meyenangkan (proses yang dapat
mengembangkan seluruh potensi siswa dan terbebas dari rasa takut dan
menegangkan) ; (4) Menantang (proses yg menatang siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir) Contoh : guru menyuruh siswa untuk
presentasi ; (5) Motivasi (dorongan yg memungkinkan siswa untuk bertindak.)

B. Aspek-aspek dalam Pengajaran Bahasa


1. Aspek Internal

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009) menjelaskan aspek internal


sebagai faktor psikologis peserta didik, yakni aspek yang berada di dalam diri
peserta didik itu sendiri. Aspek psikologis perlu diperhatikan oleh pengajar agar
pembelajaran bahasa asing dapat dilakukan dari kedua belak pihak.Terdapat
beberapa aspek yang dikemukakan, antara lain:

a) Motivasi Belajar Peserta Didik

Tanpa adanya motivasi, proses belajar akan kurang berhasil. Meskipun


seorang peserta didik mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, ia akan
kurang berhasil dalam belajarnya jika motivasinya lemah. Motivasi
merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran bahasa asing,
peserta didik yang mempunyai motivasi yang lebih dalam belajar bahasa asing
akan mempunyai penguasaan yang baik.

b) Tingkat Kecerdasan Peserta Didik

Tingkat kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap


orang. Dalam kegiatan belajar mengajar, tingkat kecerdasan peserta didik
dapat diamati dari kemampuan belajarnya, yaitu cepat, tepat, dan akurat.
Tingkat kecerdasan disebut juga intelegensi, hal ini dapat mempengaruhi pada
saat terjadinya proses stimulus dan respons dari pengajar ke peserta didik.

pg. 6
Peserta didik dengan intelegensi tinggi mampu menangkap dan memahami
lebih cepat dibandingkan dengan peserta didik yang tingkat kecerdasannya
sedang atau rendah, hal ini merupakan tantangan bagi pengajar agar materi
yang diajarkan dapat diterima oleh seluruh peserta didik dengan jelas dan
menyenangkan.

c) Kreativitas Peserta Didik

Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang


baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreatifitas seseorang ditandai oleh
kemampuannya dalam mencetuskan gagasan-gagasan yang relatif baru,
misalnya dalam cara pemecahan masalah, dapat menguaraikan sesuatu secara
lancar dengan bahasa dan istilah yang kaya dan bervariasi, serta kemampuan
untuk beralih dari suatu persoalan ke persoalan lain secara luwes.

d) Minat Peserta Didik

Minat merupakan ketertarikan terhadap hal tertentu, minat merupakan dasar


pembentukan suatu kebiasaan. Minat tiap peserta didik berbeda, sehingga
pengajar mempunyai tantangan untuk meng-akomodasi perbedaan 53 minat
tersebut tanpa mengabaikan usaha untuk membimbing murid sehingga
menguasai secara merata materi pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2. Aspek Eksternal
Aspek eksternal merupakan aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran
bahasa dari luar diri peserta didik. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009)
menjelaskan beberapa hal mengenai aspek eksternal, antara lain:
a) Lingkungan Formal
Lingkungan formal adalah lingkungan bahasa yang sengaja diciptakan untuk
membantu pesarta didik dalam mempelajari bahasa.
1. Lingkungan Formal

Lingkungan formal adalah lingkungan bahasa yang sengaja diciptakan


untuk membantu pesarta didik dalam mempelajari bahasa.

1) Lingkungan Kelas

pg. 7
Lingkungan kelas dapat mempengaruhi siswa atau peserta didik dalam
proses pembelajaran bahasa asing. Lingkungan yang nyaman dan kondusif
dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
2) Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana belajar adalah segala sesuatu yang langsung dapat dipakai peserta
didik dalam belajar untuk mencapai kompetensi dasar tertentu. Misal:
buku paket, kamus, ensiklopedia, peta, alat peraga. Sedangkan prasarana
adalah sesuatu yang berfungsi sebagai penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Hal ini dapat berbentuk tempat seperti
laboratorium bahasa, perpustakaan bahasa atau media-media yang bisa
digunakan peserta didik untuk belajar bahasa asing di dalam sekolah. 54
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang disediakan oleh sekolah
guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Fasilitas (Sarana dan
Prasarana) yang baik dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap proses pembelajaran bahasa asing oleh peserta didik.

3) Guru (Pengajar)
Guru sebagai pengajar, merupakan tenaga kependidikan yang
berprofesi mengelola kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang lebih efektif. Dalam
proses pembelajaran, pengajar mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi pembelajar untuk
mencapai tujuan.

4) Waktu yang Tersedia


Dalam kurikulum pembelajaran bahasa yang berlaku saat ini, terdapat
sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dalam
kurun waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu tahun ajaran.

5) Lingkungan Informal
Lingkungan informal merupakan lingkungan yang berada di luar kelas,
yakni segala hal yang didengar dan diamati oleh peserta didik
sehubungan dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Yang

pg. 8
termasuk dalam lingkungan di luar kelas antara lain situasi di pasar, di
hotel, di sekolah, atau dalam bentuk percakapan dengan teman, ketika
menonton televisi, membaca media massa, membaca buku pelajaran
dan sebagainya.

C. Penerapan Pengajaran Bahasa


1. Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa

Pendekatan merupakan asumsi atau hipotesa yang saling berkaitan tentang


sifat alami bahasa dan proses pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar
teoritis untuk menentukan metode apakah yang akan dipakai dalam proses belajar
mengajar.

A. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa merupakan suatu


perangkat komunikasi yang memiliki kaidah, norma, dan aturan secara struktural.
Oleh karena itu, titik berat pembelajaran bahasa dengan pendekatan ini terletak
pada aspek kogntif yang menekankan pada penguasaan ketatabahasaan.
Pengetahuan linguistik seperti fonologi, morfologi, dan sintaks akan menjadi
pusat perhatian dalam proses pembelajaran.

Menurut Dendy Sugono (1996: 8) ciri pendekatan struktural adalah :

a. Inti pengajaran merupakan penghafalan kaidah - kaidah ketatabahasaan

b. Tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu pemberian materi diikuti dengan
pemberian tugas.

c. Unit mendasar adalah kalimat, kaidah atau latihan berfokus pada kalimat -
kalimat lepas.

Kelebihan

a. Peserta didik dapat menyusun kalimat dengan benar sesuai dengan kaidah
bahasa.

Kekurangan

pg. 9
a. Peserta didik kurang memahami penggunaan struktur kebahasaan dalam
kehidupan sehari - hari

B. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif dilandasi oleh asumsi bahwa tujuan dalam


pembelajaran bahasa ialah kemampuan dalam menggunaan bahasa sebagai alat
untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari - hari. Tujuan dari pendekatan ini
ialah memaksimalkan 4 kompetensi bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) peserta didik dalam berkomunikasi. 4 Ketrrampilan tersebut akan
diaplikasikan dalam bentuk bercerita, memberi tanggapan atas suatu masalah,
serta menggungkapkan pikirannya, dsb. Oleh sebab itu, penerapan pendekatan
komunikatif dilakukan oleh peserta didik sedangkan pendidik hanya akan menjadi
fasilitator. Dengan ini pendekatan komunikatf mengubah perspektif fungsi bahasa
dari struktural menjadi fungsional.

Terdapat 2 dimensi yang perlu diperhatikan ketika menggunakan pendekatan


komunikatif, yaitu :

a. Dimensi yang bertkaitan dengan tujuan ketrampilan yang diperlukan tidak


hanya terbatas secara struktural saja namun juga menghubungkan struktur dan
fungsi dari bahasa dalam tujuan berkomunikasi sesuai dengan situasi tertentu.

b. Dimensi yang berkitan dengan jenis kegiatan belajar, dimana peserta didik
diharapkan mampu menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari - hari secara
spontan.

Kelebihan

a. Peserta didik akan lebih mudah berkomunikasi secara lisan dengan baik.

b. Peserta didik lebih mudah berinteraksi dalam kehidupan sosial.

Kekurangan

pg. 10
a. Pendidik dituntut untuk menjadi kreatif dalam menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi untuk menjadiaktif dan
interaktif.

b. Peserta didik akan cenderung menjadi pasif jika tidak memiliki pengetahuan
interaksi dan komunikasi yang baik.

2. Metode
Metode pengajaran adalah pola-pola tindakan pembelajaran yang dirancang
untuk mendapatkan hasil pembelajaran tertentu. Tiap-tiap metode pengajaran
menggunakan asumsi tertentu tentang sifat bahasa, proses belajar, peran guru dan
peran pembelajar, serta jenis-jenis kegiatan pembelajaran dan meteri pengajaran
(Ghazali, 2010:91). Metodologi pengajaran, menurut Richard (dikutip Ghazali,
2010:92), mencakup: kegiatan, tugas dan pengalaman belajar yang digunakan
oleh guru dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Metodologi pengajaran
bukanlah sederet prinsip atau prosedur pengajaran yang baku atau pasti,
melainkan sebuah proses yang dinamis dan kreatif yang mencerminkan asumsi
tertentu tentang bahasa (bagaimana kita dapat menggambarkan atau berbicara
tentang bahasa?), tentang profisiensi (apa yang dimaksud dengan menguasai
bahasa?), dan pembelajaran (bagaimana mengajarkan bahasa?).
Terdapat beberapa metode dalam mengajarkan bahasa, antara lain :
A. Metode Terjemahan Tata Bahasa
Metode terjemahan tata bahasa merupakan metode yang diwarisi dari
pola-pola pengajaran bahasa latin. Metode ini menekankan pada bagaimana
membuat siswa menguasai aturan-aturan tatabahasa dan kosa kata dengan
memberikan daftar kosakata dan artinya kepada siswa untuk digunakan
didalam membaca teks tertulis dalam pelajaran. Aturan-aturan tatabahasa ini
dipelajari secara deduktif (diberikan penjelasan dulu tentang maknanya baru
kemudian diterapkan dalam praktek membaca/menulis). Para siswa
menerjemahkan wacana-wacana dari bahasa target kebahasa pertama yang
sudah ia kuasai dan sebaliknya. Dalam metode ini, kemampuan menyimak
dan berbicara tidak dikembangkan (Ghazali, 2010:93).
B. Metode Langsung
Gerakan metode langsung (ML) atau direct method dalam pengajaran
bahasa sebagaimana dipelopori para pendidik seperti Berlitz dan Jespersen

pg. 11
bermula pada abad 19. Para pelopor metode aktif ini percaya bahwa para
siswa belajar memahami suatu bahasa dengan cara menyimak dengan
kuantitas yang besar. Mereka belajar berbicara dengan cara berbicara. Pada
hakekatnya metodologi ini didasarkan pada cara anak-anak mempelajari
bahasa ibu mereka: bahasa dipelajari melalui asosiasi “langsung” kata-kata
atau frasa-frasa dan objek-objek dan tindakan-tindakan, tanpa penggunaan
bahasa ibu sebagai variable penghalang (Tarigan, 1986:231).
C. Metode Audio Lingual
Metode audio-lingual (MAL) didasari oleh teori yang berakar pada dua
aliran pemikiran yang sejajar dalam psikologi dan linguistic. Metode ini
menekankan pada pentingnya pola bahasa dalam pengajaran serta
memandang bahasa lisan sebagai bentuk komunikasi yang paling utama.
Metode ini memanfaatkan prinsip-prinsip yang diambil dari psikologi
behavioral yang nampak pada kegiatan-kegiatan seperti menghafalkan dialog,
mengulang kalimat secara bersama-sama dan latihan berulang-ulang (drill)
untuk menguasai pola-pola kalimat. Siswa belajar bahasa sebagai kebiasaan
dengan cara mempraktekkan pola-pola kalimat, seperti lewat latihan berulang
(repetition drill, latihan yang persis dengan model yang diberikan oleh guru),
dan latihan transformasi (latihan yang berbeda dari model yang diberikan
guru; siswa diminta untuk melakukan operasi seperti penggantian,
pengulangan kembali, pengisian, ekspansi, meringkas atau mengintegrasikan)
(Ghazali, 2010:94).
D. Metode Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa
anak mengemukakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik itu
bergantung pada perkembangan kognitif sang anak. Maksudnya, urutan-
urutan perkembangan tersebut lebih banyak ditentukan oleh kerumitan
semantik daripada oleh kerumitan struktural.

E. Metode Pendekatan Ganda


Para pendukung pendekatan ganda atau multiple Approach dewasa ini
menganjurkan menggunakan suatu metodologi yang didasarkan pada rencana
Cleveland ataupun multiple Approach Methode yang diperkenalkan oleh de
Sauza pada tahun 1920-an. Pendekatan ini tidaklah beranggapan bahwa orang

pg. 12
dewasa belajar bahasa dengan cara yang persis sama seperti yang dilakukan
oleh seorang anak (Tarigan, 1986:243), karenanya dibuatlah variasi-variasi
dalam pola pengajarannya.

F. Responsi Fisik Total


Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa pemahaman
menyimak haruslah dikembangkan secara penuh, seperti halnya dengan anak-
anak belajar bahasa ibu mereka, sebelum ada partisipasi lisan aktif dari para
siswa yang dapat diharapkan. (Tarigan, 1986:247).
G. Metode Responsi Fisik Total atau Total Physical Response (TPR)
(Asher, 1982) menggunakan perintah-perintah lisan yang harus
dilakukan siswa agar dapat menunjukkan pemahaman mereka terhadap
maksud dari perintah-perintah lisan itu. Guru memberikan contoh gerakan
atau tindakan yang diperintahkan itu sehingga siswa secara tidak langsung
mendapatkan struktur tatabahasa dan kosakata dari bahasa target (Ghazali,
2010:97).
H. Pendekatan Alamiah
Pendekatan Alamiah atau The Natural Approach dalam pengajaran
bahasa diperkenalkan dan dikembangkan oleh Terrel (1977:1982)
berdasarkan teori Krasen mengenai PB2. Premis utama yang dikemukakan
oleh Terrel ialah bahwa “adalah mungkin bagi para siswa dalam suatu
situasi kelas belajar berkomunikasi dalam bahasa kedua”(1977:325). Tujuan
pendekatan alamiah adalah seperangkat kecakapan atau kemampuan tingkat
menengah atau lanjutan dalam B2, paling tidak dalam keterampilan-
keterampilan oral. Hal ini akan mempunyai beberapa implikasi penting bagi
praktek kelas.
I. Belajar Bahasa Masyarakat
Belajar Bahasa Masyarakata (Community Language Learning) adalah
sebuah pendekatan dalam pengajaran bahasa yang memberi penekanan pada
peranan ranah afektif dalam mempromosikan belajar kognitif. Community
Language Learning atau bisa juga disebut Counseling-Learning
dikembangkan oleh Charles Curran (1976) berdasarkan teknik-teknik yang
dipinjam dari penyuluhan psikologis. Yang menjadi premis teoritis dasar bagi
pendekatan ini ialah bahwa insan secara individual membutuhkan

pg. 13
pemahaman dan bantuan dalam proses pemenuhan nilai-nilai dan tujuan-
tujuan pribadi (Tarigan, 1986:255).
J. Cara Diam
Metode Cara Diam atau The Silent Way yang diperkenalkan oleh
Gattegno ini dalam orientasinya dapat diklasifikasikan sebagai kognitivis.
Dalam pandangan Gattegno, pikiran merupakan agen, wali, atau perantara
aktif yang mampu membangun kriteria intinya sendiri buat belajar. Ketiga
kata kunci filisofi yang berada di belakang pendekatan ini adalah kebebasan
(independence), otonomi (autonomy), dan pertanggungjawaban
(responsibility). Metode Cara Diam beranggapan bahwa para pelajar bekerja
dengan sumber-sumber dalam diri mereka (yaitu struktur kognitif yang ada,
pengalaman, perasaan, pengetahuan mengenai dunia, dsb) (Tarigan,
1986:257).
K. Sugestopedia
Metode Sugestopedia adalah metode pengajaran yang menggunakan teknik-
teknik relaksasi dan konsentrasi untuk merangsang pembelajar agar
menggunakan daya pikir bawah sadarnya untuk menambah kemampuannya
mengingat lebih banyak kosakata dan struktur (Lazanov dikutip Ghazali,
2010:100). Ciri utama dari pendekatan ini adalah penciptaan suasana
pembelajaran yang "sugestif", merangsang pikiran bawah sadar dengan
menggunakan cahaya yang lembut, musik barok, tempat duduk yang nyaman,
dan teknik-teknik dramatis yang dilakukan guru untuk menyajikan materi
bahasa.

3. Realita Penerapan Pengajaran Bahasa


Pembelajaran dan pengajaran bahasa tidak lepas dari penggunaan
kurikulum yang berlaku, karena secara langsung keduannya saling berkaitan.
Pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No.65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan
menengah menjelaskan bahwa dalam mengimplementasikan proses
pembelajaran di Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan harus
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

pg. 14
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Orientasi pembelajaran bahasa di sekolah hanya bertujuan untuk mencapai
target penguasaan materi semata, sementara keterampilan berbahasa yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa agar terampil dan mampu
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan terabaikan. Selama ini pembelajaran
bahasa cenderung konvensional yaitu bersifat hafalan dan penuh dengan teori
kebahasaan yang terkadang sulit untuk dipahami oleh siswa.
Lamanya pengajaran bahasa asing disekolah konvensional nyatanya tidak
memberikan pengaruh besar dalam pengembangan pengetahuan peserta didik.
Di sekolah berbagai macam rumus penyusunan kata tanpa tahu maksud dan
penggunaan kalimat tersebut. Peserta didik diberikan berbagai tugas tanpa
adanya aplikasi speaking (berbicara) dalam kehidupan sehari-hari.
Saat seluruh dunia menuntut kemampuan berbahasa inggris, kurikulum
2013 justru tidak memasukkan pelajaran bahasa inggris dalam mata pelajaran
wajib di tingkat sekolah dasar. Tindakan ini merupakan bentuk kekhawatiran
terhadap beban kognitif peserta didik di sekolah serta kekhawatiran siswa
sekolah dasar menjadi tidak fokus bahasa nasional. Tidak adanya keharusan
adanya pembelajaran bahasa inggris di sekolah dasar tentu menjadi sebuah
kepincangan. Tanpa adanya pengajaran alphabet tingkat dasar, peserta didik
dituntut untuk bisa merangkai kalimat di tingkat menengah. Terjadi
ketimpangan dan kebingungan sehingga memunculkan persepsi negatif yang
menyebutkan pelajaran bahasa inggris tidak menyenangkan. Pendidikan yang
seharusnya menyenangkan menjadi tidak menarik karena tidak adanya
pengetahuan mendasar yang ditanamkan di tingkat dasar. Bahasa kembali
terikat dalam satu konteks menjemukan. Bahasa daerah dianggap kampungan
dan tertinggal, bahasa Indonesia disepelekan, sementara bahasa asing
dikacaukan dengan kata “susah”.

pg. 15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam proses pembelajaran pengajaran bahasa, diperlukan keterampilan tulis
dan lisan untuk menunjang pencapaian di bidang tersebut. Aspek yang harus
diperhatikan meliputi aspek internal dan aspek eksternal, untuk peserta didik pada
umumnya kondisi lingkungan, motivasi dan semangat, minat serta tingkat
intelektual peserta didik sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
pengajaran bahasa.
Pendidik memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerapkan pengajaran
bahasa, karena di dalam satu ruang kelas pendidik akan menghadapi peserta didik
yang tentunya berbeda. Maka dari itu pendidik perlu memperhatikan metode
pengajaran, cara pendekatan, dan kondisi lingkungan. Dengan demikian, proses
pembelajaran pengajaran bahasa akan mencapai indikator yang sudah
direncanakan sebelum kegiatan dimulai.

B. SARAN

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi para pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.

pg. 16
DAFTAR PUSTAKA

Resmini, dkk. (2006).Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia.Bandung: UPI PRESS

Djuanda, Dadan. 2008. Studi Tentang Penerapan Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan
Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI SD Negeri Sukamaju Kabupaten
Sumedang. Terdapat pada
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_10-
Oktober_2008/Studi_Tentang_Penerapan_Pendekatan_Komunikatif_dan_Pendekatan_Terpa
du_dalamPembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_Kelas_VI_SD_Negeri_Sukamaju_Kabupaten_
Sumedang.pdfDiakses pada (17 Februari 2021).

Sumardi, Muljanto.1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

pg. 17

Anda mungkin juga menyukai