Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DALAM BERBASIS KARAKTER

Oleh:

Kelompok 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasihNya
yang telah dilimpahkanNya kepada kami dari kelompok 4 sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah kami ini yang berjudul “Pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran bahasa dan
sastra dalam berbasis karakter” Walaupun ada banyak hambatan yang kami lalui dalam
menyusun makalah kami ini, namun kami dapat menyelesaikannya bersama-sama.

Kami sadar bahwa makalah kami ini tidaklah sempurna. Untuk itu saran, kritikan, dan
tanggapan tetap kami harapkan dari Bapak Dosen Pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
Kelas Tinggi dan juga kepada teman-teman, demi memperbaiki agar dapat lebih baik ke
depannya.

Sekian yang dapat kami sampaikan, akhir kata kami ucapkan Terimakasih.

Medan, 12 Desember 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………………

1. LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………………………………………


2. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………………………………………………………….
3. TUJUAN MASALAH ………………………………………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………………………………

1. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR …………………………………………………………………………………………….


2. HAKIKAT PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA …………………………………………………………………..
3. PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA …………………………………………………………………….
4. BENTUK BAHAN AJAR/MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA …………………………………..

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………………………………………………….

1. SIMPULAN…………………………………….............................................................................................
2. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Pembelajaran sastra harus lebih mengutamakan pada pembentukan karakter dengan
memilih karya sastra yang mengandung nilai-nilai positif yang dapat diinternalisasi dalam
kepribadian siswa. Beberapa definisi tersebut menggambarkan bahwa sastra merupakan
karya yang mengandung pesan moral sebagai sarana dalam pembentukan karakter siswa.
Berbagai kehidupan tokoh yang baik dan buruk digambarkan dalam karya sastra agar
pembaca bisa berkontemplasi terhadap nilai-nilai positif yang tercermin melalui karya sastra.

Bahasa sebagai alat komunikasi ialah salah satu sarana kita untuk merumuskan
maksud dan tujuan, ketika menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah
memiliki tujuan tertentu. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain, manusia dapat
menggunakan beberapa cara untuk berkomunikasi yaitu melalui verbal dan non-verbal.
Melalui bahasa kita dapat mengetahui cerminan pribadi seseorang, sudut pandang, asal-usul
bahasa dan negara, pemahaman, pendidikan, dan karakter watak atau pribadi seseorang dapat
ditelaah dari ujaran bahasa yang diucapkan. Pendidikan karakter dengan proses pembelajaran
bahasa Indonesia memiliki korelasi satu dengan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengembangan bahan ajar dalam berbasis karakter?


2. Bagaimana hakikat pembelajaran bahasa dan sastra?
3. Apa saja Prinsip Pembelajaran Bahasa dan Sastra?
4. Bagaimana bentuk bahan ajar/media pembelajaran bahasa dan sastra?

1.3Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian pengembangan bahan ajar dalam
berbasis karakter.
2. Agar dapat mengetahui dan menjelaskan hakikat pembelajaran bahasa dan sastra.
3. Agar dapat mengetahui dan menjalaskan prinsip pembelajaran bahasa dan sastra.
4. Untuk mengetahui bahan ajar/media pembelajaran bahasa dan sastra

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengembangan Bahan Ajar


Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang
diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis
maupun tidak tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/National
Center for Competency Based Training) (dalam Abdul Majid, 2007:174). Berdasarkan
website Dikmenjur dalam http://www.dikmenum.go.id “Bahan ajar merupakan seperangkat
materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis,
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran”.

Tomlinson (1998:2) mengatakan, bahan ajar adalah sesuatu yang digunakan guru atau
siswa untuk memudahkan belajar bahasa, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
berbahasa. bahan ajar menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, bahan ajar merupakan 28 unsur penting dari
kurikulum. Jika silabus ditentukan arah dan tujuan suatu isi dan pengalaman belajar bahasa
sebagai kerangka, maka bahan ajar merupakan daging yang mengisi kerangka tersebut (Agus
Trianto, 2005:8).

Peran bahan ajar dalam pembelajar menurut Cunningsworth adalah penyajian bahan
belajar, sumber kegiatan bagi siswa untuk berlatih berkomunikasi secara interaktif, rujukan
informasi kebahasaan, sumber stimulant, gagasan suatu kegiatan kelas, silabus, dan bantuan
bagi guru yang kurang berpengalaman untuk menumbuhkan keparcayaan diri
(Cunningsworth, 1995:7). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahan
ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan kurikulum
yang disusun secara sistematis dan utuh sehingga tercipta lingkungan belajar yang
menyenangkan, memudahkan siswa belajar, dan guru mengajar.

2.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Dan Sastra


Karakteristik Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia bertujuan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun
tertulis.

Kemampuan berkomunikasi yang mendasar ialah kemampuan menangkap makna dan


pesan, termasuk menafsirkan dan menilai, serta mengekspresikan diri dengan bahasa.
Sehingga mempertajam kepekaan dan meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan
daya kreativitas.

Konteks komunikasi mengisyaratkan adanya interaksi atau kegiatan timbal balik.


Dalam komunikasi bahasa lisan lebih mudah ditangkap karena ada kegiatan timbal balik
antara pembicara dan mitra bicara. Sedangkan komunikasi dalam bahasa tulis, juga adanya
interaksi timbal balik antara isi yang ada di dalam pikiran pembaca dengan isi bacaan.
Menurut Brown, H. Douglas (2000: 266-267) ada empat karakteristik dalam pelajaran
bahasa yang komunikatif, yakni:

a. Tujuan kelas difokuskan pada semua komponen kompetensi komunikatif (struktur


pengetahuan, kompetensi bahasa, kompetensi strategis, mekanisme psikologis, dan konteks
situasi) dan tidak terbatas pada kompetensi gramatikal atau linguistik.

b. Teknik bahasa adalah keterlibatan pembelajar dalam penggunaan bahasa yang


pragmatis, otentik, dan fungsional untuk tujuan yang bermakna. Bentuk bahasa organisasi
bukanlah fokus utama melainkan aspek bahasa yang memungkinkan pembelajar mencapai
tujuan tersebut.

c. Kelancaran dan akurasi dipandang sebagai prinsip pelengkap yang mendasari


teknik komunikatif. Kadang-kadang kefasihan mungkin harus lebih dipentingkan daripada
akurasi agar pembelajar tetap terlibat secara bermakna dalam penggunaan bahasa.

d. Di kelas komunikatif, siswa pada akhirnya harus menggunakan bahasa, secara


produktif dan reseptif, dalam konteks yang tidak terlatih.

Karakteristik pelajaran bahasa yang komunikatif tersebut, menekankan pada:

a) tujuan pelajaran difokuskan pada semua kompetensi komunikasi (knowledge


structures, language compotence, strategic compotence, psysiological mechanisms, and
context of situation) dan tidak dibatasi pada kompetensi struktur bahasa atau linguistik;

b) cara pelajaran didesain untuk mengajak siswa dalam menggunakan bahasa yang
fungsional, otentik, dan pragmatis untuk tujuan yang mempunyai makna tertentu. Bentuk-
bentuk bahasa yang teratur bukan menjadi penekanan utamanya, tetapi pada aspek-aspek
bahasa yang membuat siswa dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut;

c) kelancaran dan ketepatan dipandang sebagai prinsip-prinsip pelengkap yang


mendasari teknik-teknik komunikatif. Kadang-kadang kelancaran mungkin harus dapat
ditekankan dari pada ketepatan, agar siswa dapat menggunakan bahasa sesuai dengan makna
yang diharapkan.

d) dalam kelas yang komunikatif, siswa pada hakikatnya harus menggunakan bahasa
secara produktif dan dapat diterima dalam konteks tanpa latihan atau persiapan.

Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia menekankan pada aspek kinerja dan kemahiran
berbahasa Indonesia sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yaitu komunikatif yang
mencerminkan ciri khas pelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, pelajaran tidak
bertitik tolak pada sistem bahasa, melainkan bertitik tolak pada bagaimana menggunakan
bahasa secara baik dan benar sesuai dengan sistem bahasa itu. Dengan kata lain pelajaran
bahasa Indonesia haruslah lebih menekankan pada fungsi bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dari pada sistem bahasa Indonesia. Artinya sistem bahasa Indonesia
(kebahasaan) tidak dibahas secara terpisah, tetapi diajarkan secara terpadu dengan
kompetensi yang lainnya dalam pelajaran yang sedang berlangsung. Selanjutnya
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus mencerminkan keterkaitan antaraspek
keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, mambaca, dan menulis) yang dipanyungi
dalam satu tema (Depdiknas, 2007:4).

2.3Prinsip Pembelajaran Bahasa dan Sastra


Prinsip yang mendasari guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah
keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada
kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dengan siswa.
Prinsip pertama, menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang diperoleh,
berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar dihindari
penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam komunikasi sehari-
hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis. Prinsip
kedua, menekankan bahwa melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu
menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta
mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.
Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan. Prinsip ketiga,
mengharapkan agar di kelas bahasa tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang
produktif. Tidak ada peran guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai ‘pemicu’ kegiatan
berbahasa lisan dan tulis. Peran guru sebagai pemberi informasi pengetahuan bahasa
Indonesia agar dihindari.

Gambaran tujuan dan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia


di atas, saat ini masih jauh penerapannya di sekolah/kelas (Depdiknas, 2004:8). Diharapkan
dengan pelajaran bahasa Indonesia siswa dapat membaca dengan baik, menulis dengan
lancar, dan berbicara dengan sopan, baik, dan berani, masih ‘jauh panggang dari api’.
Sebagian besar guru masih berkutat pada penyampaian teori yang tak relevan dengan
kebutuhan berkomunikasi. Permasalahan yang dihadapi pengajaran bahasa Indonesia masih
kompleks dan perlu pembinaan terus-menerus. Masukan-masukan yang berupa laporan yang
berasal dari keadaan nyata di sekolah akan sangat berarti bagi penentu kebijakan.

Saat ini, bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa pertama bagi sebagian besar siswa di
Indonesia. Artinya, ketika masuk sekolah, siswa mulai memasuki lingkungan berbahasa
Indonesia, karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan bahasa Indonesia. Tugas
guru adalah meningkatkan kemampuan itu melalui kegiatan berbahasa Indonesia nyata,
bukan mengajarkan ilmu tentang bahasa Indonesia. Hanya, yang terjadi kemudian adalah (1)
guru lebih banyak menerangkan tentang bahasa (form-focus), (2) tata bahasa sebagai bahan
yang diajarkan, (3) keterampilan berbahasa nyata kurang diperhatkan, (4) membaca dan
menulis sebagai sesuatu yang diajarkan, bukan sebagai media berkomunikasi dan
berekspresi.

2.4Bentuk bahan ajar/media pembelajaran bahasa dan sastra


Media pembelajaran dapat dipahami sebagai, segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif (Yudhi Munadi, 2013:8).

Bentuk bahan ajar/media pembelajaran yang digunakan, antara lain:

(1) bahan cetak, yakni: buku, lembar kerja siswa, komik, koran, majalah, dan brosur,

(2) audio visual, yakni: video/film,VCD, dan LCD,

(3) visual, yakni: foto, gambar, model/maket.

Selanjutnya, media pembelajran menurut Harjanto (2005:237) dikelompokkan


menjadi tiga jenis, yakni:

(1) media dua dimensi (grafis), seperti: gambar, foto, grafik, bagan, poster kartun, dan komik.

(2) media tiga dimensi, seperti: model padat (solid model), model penempang, dan model

susun.

(3) media proyeksi, seperti: film, OHP (Over Head Projektor).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai