Anda di halaman 1dari 26

Tugas Ke-2

“MEMAHAMI KONSEP DASAR KETERAMPILAN BERBAHASA


INDONESIA SD”

Oleh:

NIKMATULLOH
NPM: 210102395

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama tama penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat sehat dan sempat sehingga penulis bisa menjalankan
proses Pendidikan di bangku perkuliahan dan berkat Allah SWT makalah ini bisa
terselesaikan Alhamdulillah.

Kedua kalinya sholawat dan salam tak lupa pula penulis curahkan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih kepada bapak dosen pengampu


mata kuliah “Keterampilan Berbahasa Indonesia”, yang telah memberikan penulis
tugas makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Tidak dapat dipungkiri, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah


ini masih banyak kekurangan dan kesalahan terlebih penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari Bapak dosen dan pembaca. Semoga kita sama-sama dapat
mengambil hal yang baik dan membuang hal yang buruk dari isi makalah ini.
Sekian dari penulis lebih dan kurangnya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pancor, 23 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3
D. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

A. Hakikat Keterampilan Berbahasa Indonesia Di SD ............................. 4


B. Definisi Keterampilan Berbahasa Indonesia ........................................ 4
C. Manfaat Keterampilan Berbahasa Indonesia ....................................... 6
D. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia ............................... 8
E. Keterkaitan Antar Aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia ............. 18

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 22

A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang


perlu dikuasai oleh setiap orang, sehingga dengan terampilnya seseorang
berbahasa wawasan berpikir akan lebih luas. Kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan pikirannya akan terlihat ketika menyampaikannya melalui
komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keinginan untuk mengutarakan sesuatu, seperti menerangkan,
melukiskan.

Keterampilan berbahasa terdiri atas menyimak, berbicara,


membaca, menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, yang harus dikuasai oleh siswa karena merupakan
keterampilan dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan ini termasuk dalam kemampuan orasi yaitu kemampuan
seseorang dalam hal lisan dan literasi yaitu kemampuan seseorang dalam
hal tulis. Kemampuan menyimak (orasi) dan membaca (literasi) adalah
kemampuan reseptif dan kemampuan berbicara (orasi) dan menulis (literasi)
adalah kemampuan yang termasuk dalam kemampuan ekspresif. Keempat
kemampuan berbahasa diatas adalah kemampuan yang harus dikuasai
siswa.

Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk


mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan
berbagi informasi. Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan
kata-kata merupakan untuk mengekspresikannya. Berbicara merupakan
proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan
sosial. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama
dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan
mode ekspresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan

1
pertama yang biasanya dipelajari anak-anak. (3) merupakan tipe
kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Oleh karena itu,
keterampilan berbicara sangat penting untuk ditingkatkan dalam praktik
persekolahan, terutama di Sekolah Dasar.

Selanjutnya, pembelajaran menulis di sekolah dasar merupakan


salah satu wujud konkret, bahwa kurikulum dikembangkan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Hal ini sesuai dengan
perkembangan intelektual siswa sekolah dasar yang rata-rata berada pada
tahap perkembangan operasial konkret, pada tahap ini anak
mengembangkan pemikiran logis, masih terkait pada fakta-fakta perceptual,
sejalan dengan pernyataan Piaget (Nurihsan, 2011: 16) bahwa anak usia 7-
11 tahun merupakan tahap operasional konkret, memahami konsep
percakapan, mengorganisasikan objek menjadi klasifikasi dan
menempatkan objek dalam urutan-urutan yang teratur serialissasi. Salah
satu keterampilan berbahasa adalah menulis. Dengan menulis diharapkan
para siswa mampu mengembangkan ekspresi berbahsa dan bersastra.

Seorang anak dituntut untuk memiliki kemampuan menyimak,


berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
asing. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi. Oleh karen
itu, dalam makalah ini akan dibahan konsep dasar keterampilan berbahasa
Indonesia SD.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Hakikat Keterampilan Berbahasa Indonesia Di SD?
2. Apa Definisi Keterampilan Berbahasa Indonesia?
3. Apa saja Manfaat Keterampilan Berbahasa Indonesia?
4. Apa saja Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia?
5. Bagaimana Keterkaitan Antar Aspek Keterampilan Berbahasa
Indonesia?

2
C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan, tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa hakikat keterampilan berbahasa
Indonesia di SD
2. Untuk mengetahui apa itu keterampilan berbahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui manfaat-manfaat dari keterampilan
berbahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui aspek-aspek keterampilan berbahasa
Indonesia
5. Untuk mengetahui keterkaitan antar aspek keterampilan
berbahasa Indonesia
D. Manfaat

Makalah ini dibuat untuk memberikan manfaat bagi pendidik


maupun peserta didik dalam memahami konsep dasar keterampilan
berbahasa Indonesia. Bagi pendidik, makalah ini diharapkan sebagai sarana
untuk mengetahui bagaimana mengembangkan keterampilan peserta didik
dalam berbahasa indonesia. Sedangkan bagi peserta didik, diharapkan
mampi mengembangkan dan mampu terampil dalam berbahasa Indonesia
yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD


Sebagai seorang guru, kita memerlukan media bahasa dalam upaya
membelajarkan para siswa, dalam menjalani profesi dan kehidupan sehari-
hari. Kita perlu membaca buku-buku, jurnal, ensiklopedia, dan laporan-
laporan yang bermanfaat sebagai sumber materi ajar. Pada kesempatan yang
sama, kita perlu membuat catatan-catatan mengenai isi bacaan tersebut dan
mungkin pada kesempatan lain kita harus menulis persiapan mengajar,
menulis laporan, atau mungkin menulis makalah. Dalam berbagai kegiatan,
seperti rapat guru, di kelas, dan dalam berbagai kesempatan, kita perlu
mendengarkan pembicaraan guru lain, para siswa, relasi, dan orang-orang
yang berinteraksi dengan kita.
Tentu saja pada konteks tertentu kita perlu pula menyampaikan
pikiran, perasaan, fakta atau hal lainnya melalui berbicara. Jadi, jelas sekali
bahwa kita perlu memiliki keterampilan berbahasa yang memadai dalam
beraktivitas sebagai guru dan sebagai anggota masyarakat.
Keterampilan dalam berbahasa indonesia sangat diperlukan baik
seorang pendidik dan lebih-lebih pada peserta didik. Begitu juga pada
jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Diharapkan anak-anak sekolah dasar
mampu memiliki keterampilan berbahasa Indonesia agar bisa
berkomunikasi dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan
kelak saat sudah keluar dari bangku sekolahan.

B. Definisi Keterampilan Berbahasa Indonesia


Keterampilan memiliki arti kecakapan atau pandai dalam
melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan benar. Sama hal nya seperti
pendapat Muzni Ramanto dkk. (1991:2) bahwa “keterampilan dapat
disamakan dengan kata kecekatan. Orang yang dapat dikatakanmsebagai

4
orang terampil adalah orang yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaannya secara cepat dan benar.
Namun, apabila orang tersebut mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaanya dengan cepat tetapi hasilnya tidak sesuai atau salah maka orang
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai orang yang terampil. Apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan dengan benar dan sesuai apa yang
diperintahkan, tetapi lambat dalam menyelesaikannya, maka orang tersebut
dapat disimpulkan sebagai orang yang terampil”.
Walija (1996:4) berpendapat bahwa “bahasa adalah komunikasi
yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
perasaan dan pendapat kepada orang lain”. D.P. Tambulan (1994:3) juga
menyatakan bahwa “bahasa adalah untuk memahami pikiran dan perasaan,
serta menyatakan pikiran dan perasaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2016), bahasa memiliki arti sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Keterampilan merupakan
kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan benar.
Bahasa disebut juga alat komunikasi yang merupakan kemampuan
seseorang dalam berinteraksi terhadap orang lain. Bahasa juga memiliki
peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan, yaitu bahasa
indonesia (Saputri,2010). Kedudukan bahasa adalah startus realatif bahasa
sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial
yang dikaitkan dengan bahasa yang bersangkutan, sedangkan fungsi bahasa
adalah nilai pemakaian atau peranan bahasa yang bersangkutan dalam
masyarakat pemakaiannya (Halim,1980; Alwi dan Sugono,2003). Fungsi
bahasa adalah untuk komunikasi.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan
berbahasa adalah kepandaian yang dimiliki oleh seseorang dalam
menyampaikan ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa

5
dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa
yang diungkapkan.
Dari beberapa pengertian tentang keterampilan berbahasa, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa adalah keahlian, kepandaian
atau kecakapan seseorang dalam menyampaikan suatu ungkapan dengan
maksud tertentu dimana ungkapan tersebut dapat dengan jelas dipahami
oleh si penerima, baik dilakukan secara lisan maupun tuulisan.
Keterampilan berbahasa Indonesia harus dimiliki oleh setiap
pendidik maupun peserta didik diberbagai jenjang pendidikan mulai dari
Sekolah Dasar, Sekolah Mnengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas.
Melalui keterampilan dalam berbahasa Indonesia, peserta didik akan
memahami bagaimana pentingnya keterampilan berbahasa serta bagaimana
cara untuk memenuhi semua aspek-aspek yang ada dalam keterampilan
berbahasa. Ketika peserta didik sudah paham bagaimana keterampilan
berbahasa, maka ia akan dapat berkomunikasi dengan baik dan benar baik
secara lisan maupun tulisan.

C. Manfaat Keterampilan Berbahasa Indonesia


Bahasa bisa berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran
atau perasaan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa menjadi
komunikasi, disamping sebagai ekspresi diri. Siti Sulistyani, dkk (2021)
menyatakan bahwa keterampilan berbahasa adalah sarana dalam
berkomunikasi. Tingkat keterampilan berbahasa setiap orang berbeda-beda.
Ada yang memiliki keterampilan berbahasa optimal, ada juga yang lemah.
Apabila seseorang tidak memiliki kemampuan berbahasa, ia tidak
dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, tidak
dapat menyatakan kehendak, atau melaporkan fakta-fakta yang diamatinya.
Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan
fakta yang disampaikan oleh orang lain kepada kita. Jangankan tidak
memiliki kemampuan seperti yang dikemukakan di atas, kita pun akan

6
mengalami berbagai kesulitan apabila keterampilan berbahasa yang kita
miliki tergolong rendah. Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam
menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik bila keterampilan
berbicara yang kita miliki tidak memadai.
Di pihak lain, para siswa pun akan mengalami kesulitan dalam
menangkap dan memahami pelajaran yang disampaikan gurunya. Guru
tidak memiliki keterampilan berbicara yang memadai, sebaliknya siswa
tidak memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik maka proses
komunikasi pun gagal dilakukan.
Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat
disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada
generasi berikutnya apabila kita tidak memiliki keterampilan menulis.
Sebaliknya, kita tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang
disampaikan para pakar terdahulu apabila kita tidak memiliki keterampilan
membaca yang memadai. Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa
pentingnya keterampilan berbahasa dalam kehidupan.
Bagi seorang manajer misalnya, keterampilan berbicara memegang
peran penting. Ia hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau
organisasi yang dipimpinnya apabila ia memiliki keterampilan berbicara.
Kepemimpinannya pun baru akan berhasil bila didukung pula oleh
keterampilan mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan
dengan profesinya. Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan
pernah dapat diraih apabila yang bersangkutan tidak dapat meyakinkan
otoritas yang berkaitan melalui keterampilannya berbicara dan menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat,
pemasaran/penjualan, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara) adalah
contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya
keterampilan berbahasa, baik aspek berbicara, menyimak, membaca, dan
menulis. Masih banyak lagi contoh lain yang tidak dapat disebutkan satu per
satu di sini, yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan berbahasa
bagi berbagai aspek kehidupan.

7
Dilansir dari buku Keterampilan Berbahasa Indonesia SD (2007)
oleh Yeti Mulyati, seseorang yang memiliki keterampilan bahasa memiliki
manfaat sebagai berikut:
1. Dapat menyampaikan atau mampu mengungkapkan pikirannya
dengan baik dan jelas
2. Dapat mengekspresikan perasaan
3. Dapat menyatakan kehendak
4. Bisa melaporkan fakta-fakta yang diamati dengan baik dan jelas
serta mudah dipahami
5. Memperoleh pengetahuan yang sangat luas dari berbagai sumber

Dari berbagai sumber terkait manfaat yang bisa kita ambil dari
keterampilan berbahasa indonesia dapat disimpulkan bahwa manfaat yang
paling penting dan utama terkait keterampilan berbahasa Indonesia adalah
bagaimana seseorang bisa mengkomunikasikan tentang suatu maksud atau
tujuan kepada orang lain dengan baik dan benar sampai si penerima
menangkap apa yang disampaikan itu baik itu secara lisan maupun tulisan.

D. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia


Keterampilan berbahasa mempunyai kedudukan yang sangat
penting. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan baik
secara lisan maupun tulisan dalam mengungkapkan ide atau gagasan kepada
orang lain. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berikut penjelasan keempat
aspek tersebut:
a. Mendengarkan/Menyimak
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan
yang bersifat reseptif. Yang dimaksud dengan keterampilan
mendengarkan di sini bukan berarti hanya sekadar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat
pendengarannya, melainkan sekaligus memahami maksudnya.

8
Oleh karena itu, istilah mendengarkan sering diidentikkan
dengan menyimak. Istilah mendengarkan/menyimak berbeda
dari istilah mendengar. Meskipun sama-sama menggunakan alat
pendengaran, mendengarkan berbeda dengan mendengar.
Pada kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan,
konsentrasi, atau bahkan pemahaman. Sementara pada kegiatan
mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan, dilakukan
dengan penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh
pemahaman yang memadai.
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan
yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan
sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus
memahaminya. Dalam pendapatnya Tarigan (1991:4) bahwa
“menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya”. Menyimak melibatkan penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai
bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam
menentukan maknanya.
Menurut Anderson (1994: 28) Menyimak adalah proses
besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan
lambang-lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta
apresiasi (Russell & Russell; Anderson, 1994: 28).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

9
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh
keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita
sadari yang disebut dengan proses aquisition (pemerolehan),
bukan melalui proses learning (pembelajaran).
Oleh karena itu, kita pun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengarkan
tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan deskripsi mengenai
aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa
yang kita dengarkan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi
mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara
noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang
sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara
bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara.
Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna
memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa
yang diucapkan olehnya, atau mungkin memintanya berbicara
agak lebih lambat.
Contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau mendengarkan
dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan
noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari
pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa yang
diucapkannya, dan tidak bisa meminta pembicaraan
diperlambat.
Menurut Setiawan (2001: 11–12) manfaat menyimak antara
lain sebagai berikut:

10
a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup
yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak
memiliki nilai informatif yaitu memberikan
masukan–masukan tertentu yang menjadikan kita
lebih berpengalaman.
b. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam
penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu.
c. Memperkaya kosakata kita, menambah
perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan
puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya
menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan
lebih variatif.
d. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan
hidup, serta membina sifat terbuka dan obyektif.
e. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.

Adapun tujuan menyimak adalah sebagai berikut: (1)


Menyimak untuk belajar, yaitu untuk memperoleh pengetahuan
dari ujaran pembicara. (2) Menyimak untuk menikmati
keindahan audial, yaitu menyimak dengan menekankan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau
yang diperdengarkan. (3) Menyimak untuk mengevaluasi.
Menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang
dia simak (baik-buruk, indah-jelek, dan lain-lain). (4)
Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. Orang
menyimak agar dapat menikmati atau menghargai apa-apa yang
disimaknya.

Menyimak terdiri dari berbagai macam jenis. Setiap jenis


tersebut dibedakan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu
berdasarkan sumber suara, berdasarkan bahan simak, dan

11
berdasarkan pada titik pandang aktivitas menyimak. Berikut
pembagian beserta penjelasannya.

i. Berdasarkan Sumber Suara


Jenis menyimak berdasarkan jenis sumber suara yang
disimak terbagi atas dua jenis yaitu Intrapersonal listening
ialah sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita
sendiri. Sedang, interperonal listening adalah sumber suara
yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak.
ii. Berdasarkan Cara Penyimakan
Berdasarkan cara penyimakannya, menyimak dibagi
menjadi dua jenis, yakni: 1) Menyimak Intensif, adalah
kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan
ketelitian shingga penyimak memahami secara mendalam.
Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan
penyimakan dengan penuh ketelitian dan ketekunan,
sehingga penyimak memahami secara luas bahan
simakannya. 2) Menyimak Ekstensif, adalah proses
menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang,
pengumuman dan sebagainya. Menyimak seperti ini sering
diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan
dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa.
iii. Berdasarkan Titik Pandang Aktivitas Menyimak

Menyimak berdasarkan pada titik pandang aktivitas


penyimak dapat diklarifikasikan menjadi 2 jenis, yakni: 1)
Kegiatan Menyimak bertaraf rendah, berupa penyimak baru
sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan
menunjang pembicaraan. 2) Kegiatan Menyimak Bertaraf
Tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakn kembali isi
bahan simakan.

12
iv. Berdasarkan Taraf Hasil Simakan
Berdasarkan taraf hasil simakan, terdapat beberapa
jenis menyimak yaitu: 1) Menyimak Terpusat, adalah
menyimak suatu aba-aba atau perintah untuk mengetahui
kapan harus mulai melaksanakan sesuatu yang
diperintahkan; 2) Menyimak untuk Membandingkan,
penyimak menyimak pesan tersebut kemudian
membandingkan isi pesan tersebut dengan pengalaman dan
pengetahuam penyimak yang relevan; 3) Menyimak
Organisasi Materi, mengetahui organisasi pikiran yang
disampaikan pembaca, baik ide pokoknya mauppun ide
penunjangnya; 4) Menyimak Kritis, adalah sejenis kegiatan
menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau
kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berat dan
ujaran seorang pembicara alasan-alasan yang kuat yang
dapat diterima oleh akal sehat; 5) Menyimak Kreatif dan
Apresiatif, menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam
menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
gerakan serta perasaan-perasaan kinestetik.
v. Berdasarkan Tujuan
Menyimak ada 6 macam ragam menyimak
berdasarkan tujuan menyimak, yakni: 1) Menyimak
Sederhana, terjadi dalam percakapan dengan teman atau
percakapan melalui telepon; 2) Menyimak Deskriminatif,
menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara;
3) Menyimak Santai, menyimak untuk tujuan kesenangan; 4)
Menyimak Informatif, menyimak untuk mencari informasi;
5) Menyimak literatur, menyimak untuk mengorganisasikan
gagasan; 6) Menyimak Kritis, menyimak untuk menganalisis
tujuan pembicara.

13
b. Berbicara
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan,merefleksikan
pengalaman, dan berbagi informasi. Tarigan (1985)
menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara
merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audioble)
yang terlihat (fisible).
Hakikat Berbicara secara umum dapat diartikan suatu
penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud,
1984/1985:7). Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan
pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan
(pendengar). Komunikator seseorang yang memiliki pesan,
pesan tersebut dapat berupa simbol yang dapat dimengerti oleh
pendengar.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbicara merupakan bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Saat berbicara
seseorang memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain
seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan
dalam berbicara.
Stabilitas emosi, misalnya tidak saja berpengaruh terhadap
kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga
berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan.
Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam berbagai

14
kehidupan keseharian kita. Oleh karena itu, kemampuan ini
perlu dilatihkan secara rekursif sejak jenjang pendidikan
sekolah dasar.
Dalam proses berbicara mereka sudah dapat
mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum
sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya
semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan
sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak
secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan
wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. Bentuk aktivitas
yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain: memberikan
pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita, menggambarkan
orang/barang, menggambarkan posisi, menggambarkan proses,
memberikan penjelasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam membina
keefektifan berbicara menurut Arsyad ada dua aspek, yakni:
aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan
ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat, dan aspek non-
kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b)
kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e)
penalaran, (f) santun berbicara.
Jalongo (1992) menyatakan pendapatnya bahwa dalam
praktik berbahasa baik dalam bentuk reseptif maupun
produktif/ekspresif komponen kebahasaan akan selalu muncul.
Komponen kebahasaan tersebut adalah: (a) fonologi, (b)
sintaktis, (c) semantik, dan (d) pragmatik.
c. Membaca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengaan
melisankan atau hanya di hati), sedangkan, secara sederhana

15
pengertian membaca adalah mengenali huruf-huruf dan
kumpulan huruf yang memiliki arti tertentu yang
mengekspresikan ide secara tertulis atau tercetak (Ratna
Susanti, 2002:88).
Jadi dapat disimpulkan membaca merupakan suatu aktivitas
kompleks yang merupakan penggabungan proses visual dan
proses berpikir untuk memperoleh informasi atau pesan yang
terkandung dari isi bacaan. Diperlukan keterampilan-
keterampilan yang meliputi keterampilan mengenal ortografi
suatu teks, keterampilan mengambil kesimpulan, keterampilan
memahami kesimpulan, keterampilan informasi dan makna
konseptual.
Tujuan dari membaca menurut Farida Rahim (2009:11- 12)
mengemukakan bahwa tujuan membaca mencakup hal-hal
meliputi: kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring,
menggunakan strategi tertentu, memperbaharui pengetahuan
tentang suatu topik. Selain itu, membaca juga untuk mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah diketahui,
memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,
mengkonfirmasi atau menolak prediksi, menampilkan suatu
eksperimen, atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh
dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari
tentang struktur teks, serta untuk menjawab berbagai pertanyaan
yang spesifik.
Henry Guntur Tarigan (2008:13) menyampaikan jenis-jenis
membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2)
membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a)
membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey,
membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca
intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca
telaah bahasa.

16
Berkaitan dengan pendapat ahli tentang jenis-jenis membaca
yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
jenis-jenis membaca terdiri dari membaca nyaring dan
membaca dalam hati. Jika ditinjau dari tingkat kecepatan
membaca, kecepatan membaca dalam hati lebih tinggi
dibandingkan dengan kecepatan membaca nyaring. Sehingga
untuk dapat memahami teks dengan cepat maka lebih efektif
jika dilakukan dengan membaca dalam hati.
d. Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Menurut
pendapat Saleh Abbas (2006: 125), keterampilan menulis adalah
kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan
kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam
komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat yaitu (a)
penulis sebagai penyampai pesan, (b) isi tulisan atau pesan, (c)
saluran atau medianya berupa tulisan dan (d) pembaca sebagai
penerima pesan, Menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001:
273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui
media bahasa.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang
memegang peranan strategis dalam upaya memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan. Kemampuan menulis perlu
dikembangkan karena merupakan keterampilan dasar yang
secara mutlak harus dikuasai siswa untuk mecurahkan ide dan
gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Selain itu, dengan
mengacu kepada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa
buku sebagai gudang ilmu pengetahuan, maka dapat
disimpulkan bahwa menulis dan penulis adalah tempat atau
orang yang memproduksi isi gudang itu. Dengan demikian

17
dapat diartikan pula bahwa tanpa adanya keterampilan menulis,
maka gudang itu akan kosong.
E. Keterkaitan Antar Aspek Keterampilan Berbahasa Indonesia
Secara sederhana kita dapat merenungkan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini, untuk melihat keterkaitan antaraspek keterampilan berbahasa
dalam kegiatan berkomunikasi. Mungkinkah kita melakukan aktivitas
mendengarkan tanpa ada yang berbicara (pembicara)? Mungkinkah kita
melakukan aktivitas membaca tanpa ada yang menulis (penulis)? Apakah
pengalaman kita dalam menyimak dapat membantu kita dalam melakukan
aktivitas berbicara dan pengalaman membaca dapat membantu kita dalam
menulis? Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana itu,
perlu kita perhatikan hubungan di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa
dimaksud.
1. Hubungan berbicara dengan mendengarkan/menyimak
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan
mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat
langsung. Kegiatan komunikasi interaktif seperti, terjadi antarteman,
antara pembeli dan penjual, atau dalam suatu diskusi kelompok. Dalam
hal ini, A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara
dan A mendengarkan. Namun, ada pula dalam suatu konteks komunikasi
itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang
berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara
berbicara dan mendengarkan, sebagai berikut: (1) Ujaran biasanya
dipelajari melalui proses mendengarkan dan proses meniru. Dengan
demikian, materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan
berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang, (2) Ujaran
seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi,
kosakata, dan pola-pola kalimat. (3) Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti pula membantu

18
meningkatkan kualitas berbicara. (4) Bunyi suara yang didengar
merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan
berbicara seseorang (terutama anak-anak).
Oleh karena itu, suara dan materi pembicaraan yang berkualitas
baik yang didengar dari seorang guru, tokoh-tokoh, atau dari pemuka-
pemuka agama, dari rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang bernilai
tinggi, sangat membantu anak atau seseorang yang sedang belajar
berbicara.
2. Hubungan Menyimak Dengan Membaca
Mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan
keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan
dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan
aktivitas berbahasa ragam tulis.
Kedua keterampilan tersebut sama-sama merupakan
keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada
objek yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada
mendengarkan fokus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi),
sedangkan pada membaca adalah lambang tulisan. Kemudian, baik
penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian
terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan)
maupun berupa tulisan (dalam membaca), yang selanjutnya diikuti
dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep,
ide atau informasi sebagaimana yang dimaksudkan oleh si
penyampainya.
Dari uraian diatas, bisa penulis simpulkan bahwa
mendengar/menyimak dengan berbicara erat kaitannya, dimana ketika
seseorang menyimak tentu membutuhkan seseorang yang berbicara
sebagai bahan simakannya, bagitupun sebaliknya saat seseorang
berbicara memerlukan orang lain untuk mendegarkan/menyimaknya.

19
3. Hubungan Membaca Dengan Menulis
Baik membaca maupun menulis merupakan aktivitas berbahasa
ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat
produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan,
perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang
membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang
disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Dalam menuangkan gagasan melalui kegiatan menulis, paling
tidak terdapat tiga tahapan yang dilakukan penulis, yakni perencanaan,
penulisan, dan revisi. Ketika si penulis menyusun perencanaan mengenai
apa yang hendak ditulisnya, sering kali dibutuhkan banyak informasi
untuk bahan tulisannya itu. Salah satu cara menghimpun informasi itu
dilakukan melalui aktivitas membaca. Selanjutnya, dalam proses
penulisan si penulis acap kali pula melakukan bongkar-pasang untuk
tulisannya itu. Di sana-sini dilakukan revisi untuk bagian-bagian tulisan
yang dirasanya tidak sesuai dengan gagasan yang akan disampaikannya.
Kegiatan bongkar-pasang tulisan ini diperlukan aktivitas membaca, lalu
menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak jelas bahwa
kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis (Wray,
1994:96-97).
4. Hubungan menulis dengan berbicara
Sebagian besar orang tentu sering menghadiri acara seminar,
bahkan mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara
dalam seminar biasanya diminta menulis sebuah makalah terlebih dulu.
Kemudian, yang bersangkutan diminta menyajikan makalah itu secara
lisan dalam suatu forum. Selanjutnya, peserta seminar akan menanggapi
isi pembicaraan si pemakalah tersebut.
Dalam berpidato pun (salah satu jenis aktivitas berbicara)
seseorang dituntut membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Untuk
pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup

20
menuliskan secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan itu
sebagai persiapan. Dalam suatu pidato resmi (misalnya pidato
kenegaraan), pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara
lengkap. Pidato kenegaraan biasanya dilakukan melalui pembacaan teks
naskah pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam kedua jenis
aktivitas berbicara seperti yang dikemukakan di atas, tampak jelas
keterkaitan antara aktivitas menulis dan berbicara. Kegiatan menulis
dilakukan guna mendukung aktivitas berbicara.

Dari keterkaitan keempat aspek keterampilan berbahasa yang sudah


diuraikan tersebut, bisa penulis simpulkan bahwa setiap aspek keterampilan
bisa berkaitan atau saling membutuhkan dengan aspek keterampilan lainnya
dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi yang sudah dipaparkan dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan bahasa merupakan keterampilan yang harus dimiliki setiap
orang karena untuk menambah wawasan memerlukan keterampilan
berbahasa yang baik. Keterampilan dalam berbahasa indonesia sangat
diperlukan baik seorang pendidik dan lebih-lebih pada peserta didik. Begitu
juga pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Diharapkan anak-anak
sekolah dasar mampu memiliki keterampilan berbahasa Indonesia agar bisa
berkomunikasi dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan
kelak saat sudah keluar dari bangku sekolahan.
Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, dan harus dikuasai oleh setiap orang karena
merupakan keterampilan dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari baik secara lisan maupun tulisan.

B. Saran
Melalui makalah yang penulis buat ini, para guru lebih
memperhatikan bagaimana keterampilan berbahasa yang ada pada dirinya
agar mampu menyampaikan materi-materi ajar di sekolah dengan lancar,
dan keterampilan berbahasa pada siswa, kemudian mulai meningkatkan
agar keterampilan berbahasa yang dimiliki bisa lebih baik untuk digunakan
dikehidupan sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Munajah, R. 2019. Konsep dasar bahasa indonesia (meningkatkan kemampuan


berbahasa indonesia di Sekolah Dasar). Universitas Trilogi.

Rohana & Syamsuddin. 2021. Keterampilan Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar.


Universitas Negeri Makassar.

Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Penerbit Angkasa.

Yanti, N., Suhartono, & Kurniawan, R. 2018. Penguasaan Materi Pembelajaran

Keterampilan Berbahasa Indonesia Mahasiswa S1 Program Studi


Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fkip Universitas
Bengkulu. Jurnal Ilmiah Korpus. 1(II) 72-79

23

Anda mungkin juga menyukai