Anda di halaman 1dari 26

Tugas Ke-4

“KETERAMPILAN BERBICARA”

Oleh:

NIKMATULLOH
NPM: 210102395

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama tama penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat sehat dan sempat sehingga penulis bisa
menjalankan proses Pendidikan di bangku perkuliahan dan berkat Allah SWT
makalah ini bisa terselesaikan Alhamdulillah.

Kedua kalinya sholawat dan salam tak lupa pula penulis curahkan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih kepada bapak dosen pengampu


mata kuliah “Keterampilan Berbahasa Indonesia”, yang telah memberikan
penulis tugas makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Tidak dapat dipungkiri, penulis menyadari bahwa dalam penulisan


makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan terlebih penulis masih
dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari Bapak dosen dan pembaca. Semoga kita sama-
sama dapat mengambil hal yang baik dan membuang hal yang bururk dari isi
makalah ini. Sekian dari penulis lebih dan kurangnya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pancor, 20 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Tujuan ..................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

A. Definisi Keterampilan Berbicara..........................................................4


B. Tujuan Keterampilan Berbicara............................................................6
C. Manfaat Keterampilan Berbicara..........................................................8
D. Pembelajaran Berbicara di SD..............................................................10
E. Berbicara Estetik (Aesthetic Talk)........................................................16
F. Berbicara Seksama (Efferent Talk)......................................................19
G. Kegiatan Drama (Dramatic Activities).................................................20

BAB III PENUTUP..........................................................................................22

A. Kesimpulan...........................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan adalah kebutuhan bangsa yang ingin


maju. Pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala
bidang. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang besar
agar bangsa Indonesia dapat mengejar ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mempercepat
pembangunan dewasa ini.

Pendidikan yang bermutu perlu mendapat perhatian serius dari


pemerintah. Dalam proses peningkatan mutu pendidikan, guru memegang
peranan penting secara fundamental dengan penanaman nilai-nilai yang
baik kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, karena guru
sebagai pendidik selain membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, guru juga harus dapat mentransformasikan nilai-nilai yang dapat
membentuk watak siswa serta kepribadian yang baik pula. Guru harus
mampu mengaplikasikan semua kompetensinya untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu dalam semua mata pelajaran termasuk mata
pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pengantar dalam
kehidupan sehari-hari di negara Indonesia. Salah satu tujuan pengajaran
bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki disiplin dalam
berpikir dan berbahasa. Kebiasaan seseorang berpikir logis akan sangat
membantu dalam pengajaran bahasa. Dalam pengajaran bahasa dikenal
adanya empat keterampilan berbahasa yang perlu dicapai siswa, yaitu
keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis.

Aspek keterampilan bahasa yang perlu dikuasai dan dipahami oleh


seorang siswa setelah mendengarkan yakni keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena

1
manusia merupakan makhluk sosial yang berbicara dengan orang lain
setiap hari. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang dibawa dari
rumah. Anak sudah mampu berbicara sebelum mereka mulai belajar
membaca dan menulis. Baik siswa maupun guru pasti lebih banyak
menggunakan cara komunikasi ini dibandingkan dengan menulis.
Tompkins dan Hosskisson (1995:120) mengungkapkan bahwa berbiacara
merupakan model pengekspresian bahasa yang paling utama. Kemampuan
mengucapkan bunyi atau mengartikulasikan kata untuk mengungkapkan,
mengungkapkan pikiran, ide dan perasaan disebut berbicara. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Agung (dalam Fatimah Nurul A dkk, 2020)
yang mengartikan bahwa berbicara merupakan kegiatan kehidupan
manusia normal yang sangat penting karena dengan berbicara kita dapat
berkomunikasi dengan manusia, mengemukakan pendapat, menyampaikan
gagasan dan pesan, mengekspresikan perasaan dalam semua kondisi
emosional, dll. Dengan kata lain, berbicara dapat menjadi sarana
komunikasi untuk menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.

Senada dengan itu, Nurjamal, Sumirat, dan Darwis (dalam


Fatimah, dkk, 2020) berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan
seseorang untuk menyampaikan gagasan, pendapat, dan sudut pandang
secara verbal langsung kepada orang lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung, misalnya melalui radio, televisi.

Keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh siswa sekolah dasar


karena keterampilan ini terkait langsung dengan seluruh proses
pembelajaran. Keberhasilan belajar siswa di sekolah sangat ditentukan
oleh penguasaan keterampilan lisannya. Siswa yang belum mampu
berbicara dengan benar dan baik akan kesulitan mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran (Kurniasih, dalam Fatimah,
dkk, 2020). Artinya pembelajaran keterampilan berbicara menjadi penting
karena melalui keterampilan tersebut siswa akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir, membaca, menulis dan mendengarkan.

2
B. Rumusan Masalah
A. Apa definisi keterampilan berbicara?
B. Apa saja tujuan keterampilan berbicara?
C. Apa manfaat keterampilan berbicara?
D. Bagaimana pembelajaran berbicara di SD?
E. Apa itu berbicara estetik (aesthetic talk)?
F. Apa itu berbicara seksama (efferent talk)?
G. Apa itu kegiatan drama (dramatic avtivities)?
C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang sudah disebutkan dapat kita ketahui


tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

A. Untuk mengetahui definisi keterampilan berbicara


B. Untuk mengetahui tujuan keterampilan berbicara
C. Untuk mengetahui manfaat keterampilan berbicara
D. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran berbicara di SD
E. Untuk mengetahui apa itu berbicara estetik (aesthetic talk)
F. Untuk mengetahui apa itu berbicara seksama (efferent talk)
G. Untuk mengetahui apa itu kegiatan drama (dramatic activities)
D. Manfaat

Makalah ini dibuat untuk memberikan pemahaman untuk penulis


khususnya dan pembaca pada umumnya bahwa bagaimana keterampilan
berbicara itu sangat penting bagi seorang siswa apalagi seorang pendidik.
Sangat perlu kita mengetahui mulai dari definisi keterampilan berbicara,
tujuan, manfaat serta jenis-jenis nya dan masih banyak lagi untuk menjadi
bekal kita kelak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keterampilan Berbicara


Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Scara luas berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan
yang dapat dilihat (visible) dengan memanfaatkan sejumlah otot tubuh
manusia demi menyampapikan maksud, gagasan-gagasan, dan ide-ide
pembicara. Berdasarkan hal tersebut, berbicara lebih dari sekedar
pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata, tetapi berbicara adalah alat untuk
mengemas ide dan gagasan agar dapat diterima oleh penyimak.
Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang bertujuan
untuk komunikasi. Tujuan berkomunikasi tersebut juga dapat dilihat dari
pengertian bahasa menurut Kridalaksana, bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Selain
itu, menurut Dori Wuwur Hendrikus (dalam Elvi S, 2019), berbicara
berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan (misalnya memberikan informasi atau
memberi motivasi). Berdasarkan hal tersebut, jelas dikatakan bahwa
berbicara merupakan kemampuan berbahasa manusia untuk
menyampaikan ide dan gagasan secara langsung.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistik.
Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam
berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui
proses latihan.
Iskandarwassaid dan Dadang Sunendar menjelaskan keterampilan
berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan

4
keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap
seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkan untuk
memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada,
kesenyapan, dan lagu bicara.
Keterampilan berbicara pada anak, menurut Hurlock dalam Lilis
harus didukung dengan perbendaharaan kata atau kosakata yang sesuai
dengan tingkat perkembangan bahasa.
Muhsin dalam Elvi S berpendapat bahwa keterampilan berbicara
pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksikan arus sistem
bunyi artikulasi untk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan
keinginan kepada orang lain.
Berbicara pada wilayahnya dibagi menjadi dua bidang, antara lain:
1. Berbicara sebagai ilmu, yaitu membahas mekanisme berbicara, bunyi-
bunyi bahasa, rangkaian suara, dan organ-organ articular.
2. Berbicara sebagai seni, yaitu berbicara dibahas melalui perspektif
fungsinya untuk berkomunikasi dan sebagai keterampilan berbahasa.
Prinsip umum terjadinya kegiatan berbicara:
1. Membutuhkan paling sedikit dua orang
2. Menggunakan satu bahasa yang dipahami bersama
3. Membahas topik yang umum
4. Adanya pertukaran posisi (pembicara bertukar dengan penyimak,
begitu sebaliknya)
5. Terjadi timbal balik (interaksi)
6. Menggunakan suara atau bunyi bahasa
7. Ada fakta dan opini
8. Terjadi saat itu juga

Di sisi lain, penguasaan keterampilan berbicara dalam bahasa


Inggris adalah prioritas bagi banyak penutur kedua atau asing pembelajar
bahasa. Oleh karena itu, peserta didik sering mengevaluasi keberhasilan
mereka dalam pembelajaran bahasa serta efektivitas kursus bahasa Inggris
mereka atas dasar seberapa baik mereka meningkatkan kemampuan bahasa

5
lisan mereka. Keterampilan lisan hampir tidak pernah diabaikan dalam
kursus EFL/ESL (mengingat banyaknya jumlah buku-buku kursus
berbicara dan keterampilan lainnya di pasaran). Guru dan buku pelajaran
menggunakan berbagai macam pendekatan, mulai dari pendekatan
lengsung yang berfokus pada fitur khusus lisan interaksi (misalnya,
pengambilan giliran, manajemen topik, strategi bertanya).

B. Tujuan Keterampilan Berbicara


Tujuan utama dari berbicara adalah berkomunikasi. Pembicara
dapat menyampaikan pikirannya secara efektif dan mampu mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap para pendengar, serta mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perorangan.
Terhadap dua prinsip yang mendasari situasi pembicaraan yaitu
pembicaraan sebagai alat sosial atau pembicaraan sebagai alat professional
(pekerjaan), yang kemudian terpecah menjadi tiga maksud umum, yaitu:
1. Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
Berbicara untuk menginformasikan dan melaporkan, dilaksanakan
apabila seseorang ingin (1) menjelaskan proses, (2) menguraikan,
menafsirkan atau menginterpretasikan, (3) memberi dan menyebarkan
pengetahuan, (4) menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antarbenda, dan
peristiwa kepada pendengar.
2. Menjamu dan menghibur (to entertain)
Berbicara untuk menghibur dilakukan dengan cara pembicara menarik
perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor dan
spontanitas yang menggairahkan. Oleh karena itu, pembicara harus
dapat menciptakan suasana pembicaraan yang ramai dan penuh canda.
3. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
Berbicara untuk meyakinkan menuntut pembicara memiliki
kemampuan untuk meyakinkan pendengar tentang segala hal yang

6
dibicarakan sehingga pendengar percaya dan meyakini kebenaran
pembicaraan tersebut.
4. Menstimulasi Pendengar
Berbicara untuk menstimulasi berupaya untuk membangkitkan
inspirasi, kemauan, dan minat pendengar terhadap hal yang
diungkapkan pembicara.
5. Menggerakkan Pendengar
Fungsi berbicara untuk menggerakkan ini menuntut pendengar dapat
berbuat, bertindak/berinteraksi seperti yang dikehendaki pembicara.
Berbicara pada level ini merupakan kelanjutan, pertumbuhan, atau
perkembangan dari berbicara melaporkan.

Solchan (2014:11.20 – 11.22) menyatakan bahwa tujuan berbicara


di sekolah dasar kelas rendah adalah melatih keberanian siswa, melatih
siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya, melatih
menyampaikan pendapat,dan melatih siswa untuk bertanya. Sedangkan
tujuan berbicara di sekolah dasar kelas tinggi adalah memupuk keberanian
siswa, menceritakan pengetahuan dan wawasan siswa, melatih siswa
menyanggah/ menolak pendapat orang lain, melatih berpikir kritis dan
logis, serta melatih siswa menghargai pendapat orang lain.

Pembicaraan sebagai alat sosial berarti suatu pembicaraan itu


muncul karena adanya niat untuk bersosial, pembicaraan ini biasanya
terjadi secara suka rela. Pembicaraan sebagai alat professional berarti
suatu pembicaraan diciptakan secara suka rela. Pembicaraan sebagai alat
professional berarti suatu pembicaraan diciptakan secara sengaja untuk
tujuan tertentu, seperti menghasut, mengarahkan, atau manipulasi lawan
bicara. Seseorang yang ahli berbicara akan mudah memainkan maksud-
maksud berbicara sesuai dengan situasi yang diinginkannya. Oleh karena
itu, sangat penting bagi sang pembicara untuk melatih kekmampuan
berbicara agar dapat menyampaikan pikirannya secara efektif dan secara
kondisi.

7
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga
bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang
dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara
pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi
menjadi lebih efektif dan efisien.

C. Manfaat Keterampilan Berbicara

Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting


dalam kehidupan sehari-hari, dengan kemampuan berbicara siswa dapat
menyampaikan ide, pikiran, gagasan dan perasaan kepada siswa lain.
Berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa, berikut manfaat dari
berbicara. Adapun manfaat berbicara menurut Tarigan (2008:88) yaitu:

a. Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi karena komunikasi


mempersatukan para individu menciptakan serta mengawetkan
suatu ikatan kepentingan umum, mempererat suatu persuadaraan,
dan menetapkan suatu tindakan.
b. Berbicara bermanfaat sebagai seni dan ilmu dikatakan demikian
karena pengetahuan mengenai ilmu dan teori berbicara akan sangat
bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni
atau praktek berbicara, itulah sebabnya maka dperlukan pendidikan
berbicara.
c. Berbicara bermanfaat untuk melaporkan atau memberi informasi
yaitu memberi dan menanamkan pengetahuan, menerangkan atau
menjelaskan suatu proses, dan menafsirkan suatu persetujuan
ataupun menguraikan suatu tulisan.
d. Berbicara bermanfaat untuk meyakinkan yaitu untuk memperoleh
aksi, maka kemauan orang atau pribadi haruslah ditimbulkan untuk

8
memahami serta membayangkan aksi tersebut seperti yang
diinginkan karena tidak akan ada pendengar yang tertarik serta
terpikat kalau mereka tidak mempunyai keyakinan pada karakter
sang pembicara.
e. Berbicara bermanfaat untuk membandingkan yaitu untuk membuat
suatu keputusan dan rencana. Berbicara mempunyai bermacam-
macam manfaat satu diantaranya adalah untuk membuat pendengar
tertarik serta terpikat dengan cerita yang sedang dibicarakan.

Menurut Sudarminah (2009: 90) berbicara digunakan untuk


menyampaikan: 1) berbagai macam informasi, 2) kemauan dan keinginan,
3) pengungkapan berbagai perasaan. Manfaat berbicara diatas untuk
membangun kemampuan siswa untuk menghasilkan ide. Yunus
(2012:131) “berbicara bermanfaat membangun kemampuan siswa untuk
menghasilkan ide, melatih kemampuan berbicara untuk berbagai tujuan,
dan membina kreatifitas siswa dalam berbicara”.

Kemudian manfaat yang harus dicapai dalam pembelajaran


berbicara adalah melatih siswa agar memiliki kemampuan berbicara untuk
berbagai tujuan. Dalam hal ini pembelajaran harus diarahkan agar siswa
mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki menjadi sebuah kekuatan
dalam berbicara. Dan membina kreatifitas siswa berbicara mampu
menangkap berbagai sumber ide, mengemas ide, dan selanjutnya terampil
dalam menyajikan ide tersebut. Menurut Suharyanti (2011:6) berbicara
adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir secara langsung, apakah pembicara memahami atau tidaknya
bahan pembicaraannya maupun penyimaknya, apakah dia bersikap tenang
ketika dia menyampaikan gagasan-gagasannya.

Menurut pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat


berbicara adalah suatu alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang

9
pembicara untuk menyampaikan gagasan dan perasaannya agar dapat
diterima oleh penyimak. Serta untuk menghasilkan ide dan melatih
keterampilan berbicara dengan tujuan tertentu.

D. Pembelajaran Berbicara di SD
Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan
dan tidak boleh dia-baikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa
diharapkan mampu mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat,
ide, gagasan, atau perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai de-ngan tujuan
pembelajaran berbicara di sekolah yaitu agar siswa dapat berkomunikasi
dalam berbagai situasi secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa
Indonesia lisan untuk mengemukakan pemikiran, pendapat, perasaan, dan
pengalaman, serta menjalin komunikasi, melakukan interaksi sosial
dengan anggota masyarakat yang lain.
Akan tetapi, Pembelajaran berbicara di sekolah diyakini belum
diajarkan degan maksimal sesuai tuntutan kurikulum. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sarono (2002:2) yang menyatakan bahwa guru yang
kurang memberi perhatian khusus pada pembelajaran bercerita yang dapat
dilihat dari materi dan metode pembelajaran yang kurang bermakna dan
menyentuh. Penelitian tersebut diperkuat oleh Galda (dalam Supriyadi,
2005:180) yang menyebutkan bahwa guru hanya memberikan perhatian
sedikit pada aspek pengembangan bahasa lisan/berbicara.
Kemampuan berbicara yang diharapkan dari pembelajaran di
sekolah adalah agar siswa terampil berbicara. Keterampilanberbicara yang
diharapkan adalah kemampuan mengungkapkan pendapat, ide, gagasan,
pemikiran, atau perasaannya di muka umum dalam bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Kemampuan berbicara dalam segala situasi inilah yang
belum dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Untuk penyampaian suatu ide/gagasan, pendapat, atau menjelasan
suatu permasalahan di depan umum, tidak semua orang mampu

10
melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau
kecakapan mumpuni. Agar kemampuan berbicara dapat dimiliki oleh
pembelajar bahasa Indonesia maka dibutuhkan proses latihan yang cukup.
Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan genetik yang diwariskan
secara turun-temurun. Akan tetapi, kemampuan berbicara yang
dimaksudkan dalam tulisan ini tidak dimiliki oleh setiap orang. Untuk
memperoleh kemampuan tersebut harus melalui segala bentuk ujian dalam
bentuk latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif.
Materi pembelajaran berbicara yang akan diajarkan di sekolah
adalah kegiatan berbicarabukan teori-teori berbicara. Kundharu Saddhono
dan St. Y. Slamet (2012:59) mencatat bahwa materi pembelajaran
berbicara yang tertera dalam kurikulum mencakup kegiatan, (1)
berceramah, (2) berdebat, (3) bercakap-cakap, (4) berkhotbah, (5)
bertelepon, (6) bercerita, (7) berpidato, (8) bertukar pikiran, (9) bertanya,
(10) bermain peran, (11) berwawancara, (12) berdiskusi, (13)
berkampanye, (14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan, (15)
melaporkan, (16) menanggapi, (17) menyanggah pendapat, (18) menolak
permintaan, tawaran, ajakan, (19) menjawab pertanyaan, (20) menyatakan
sikap, (21) menginformasikan, (22) membahasa, (23) melisankan isi
drama, (24) menguraikan cara membuat sesuatu, (25) menawarkan
sesuatu, (26) meminta maaf, (27) member petunjuk, (28) memperkenalkan
diri, (29) menyapa, (30) mengajak, (31) mengundang, (32)
memperingatkan, (33) mengoreksi, dan (34) tanya-jawab.
Materi-materi di atas diajarkan agar siswa mampu melakukan
kegiatan-kegiatan berbicara. Siswa dilatih supaya mampu berceramah,
berdebat, bercakap-cakap, berkhotbah, bertelepon, bercerita, berpidato,
bertukar pikiran, bertanya, bermain peran, berwawancara, berdiskusi,
berkampanye, menyampaikan sambutan, menyampaikan selamat, atau
menyampaikan pesan, melaporkan, menanggapi, menyanggah pendapat,
menolak permintaan, menolak tawaran, atau menolak ajakan, menjawab
pertanyaan, menyatakan sikap, menginformasikan, membahasa,

11
melisankan isi drama, menguraikan cara membuat sesuatu, menawarkan
sesuatu, meminta maaf, memberi petunjuk, memperkenalkan diri,
menyapa, mengajak, mengundang, memperingatkan, mengoreksi, dan
tanya-jawab.
Materi di atas dapat diajarkan dengan menerapkan metode-metode
berikut yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran. Metode-metode
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara adalah:
1. Metode Ulang Ucap
Penerapan metode ulang ucap dilakukan guru
memperdengarkan suaranya sendiri atau rekaman suara tertentu kepada
siswa.Kemudian siswa diminta mengucapkan kembali sesuai dengan
model suara yang didengarnya. Suara yang diperdengarkan boleh
berupa kalimat sederhana, misalnya: Guru“ini buku baru”. Selanjutnya
siswa mengulangi: Siswa ”ini buku baru”.
2. Metode Lihat Ucap
Metode lihat ucap dilakukan dengan cara guru memperlihatkan
gambar atau benda tertentu, lalu siswa diminta menyebutkan nama
benda yang ada di gambar. Misalnya, Guru meperlihatkan gambar
“laptop” dan bertanya “Ini gambar apa?” Siswa secara serentak
mengucapkan: ”itu gambar laptop”. Cara ini dapat juga ditanyakan
secara satu persatu kepada siswa dengan menunjukkan gambar atau
benda yang berbeda kepada setiap siswa.
3. Metode Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan perincian suatu benda atau
kegiatan. Pemberian perincian dapat berupa struktur suatu benda atau
langkah-langkah suatu kegiatan. Sebagai contoh, siswa disuruh
memperhatikan suatu benda atau gambar. Selanjutnya siswa diminta
memerikan atau membuat perincian tentang apa yang diperlihatkan
guru kepada mereka. Misalnya, guru memperlihatkan “tiga alat tulis”.
Maka siswa menyebutkan alat tulis dilihatnya, “pensil, buku,
penghapus”.

12
4. Metode Mejawab Pertanyaan
Metode ini memancing siswa untuk berani bertanya jawab.
Misalnya, guru dapat meminta seorang siswa untuk memperkenalkan
diri kepada siswa lain secara bergantian. Metode ini dapat juga
dilakukan dengan cara guru mengajukan sejumlah pertanyaan kepda
siswa tentang nama, alamat, atau hobi masing-masing siswa. Setiap
siswa diharapkan dapat menjawab setiap pertanyaan guru.
5. Metode Bertanya
Metode bertanya dapat dilakukan dengan caranya meminta
siswa mengajukan pertanyaan berbagai hal tentang suatu benda, di
antaranya mengenai gunanya, cara membuat dimana benda itu,
dijualnya dimana, terbuat dari apa. Misalnya tentang pensil,dimana
pensil dibuat, dimana dijual, dan apa kegunaannya. Untuk menerapkan
metode ini, sebaiknya guru terlebih memberikan contoh untuk
mengajukan pertanyaan.
6. Metode Pertanyaan Menggali
Metode pertanyaan menggali dapat dimanfaatkan untuk
menggali, mengetahui keluasan dan kedalaman pemahaman atau
pengetahuan siswa terhadap suatu masalah atau hal. Misalnya, guru
memperlihatkan sebuah benda kepada siswa. Kemudian guru
menanyakan sejumlah pertanyaan kepada siswa sehubungan dengan
benda tersebut, sepertinya namanya dan kegunaannya. Selain itu, guru
dapat juga menyanyakan materi pembelajaran yang telah diikuti
sebelumnya. Misalnya guru dapat mengatakan, “Kemarin kita telah
belajar IPA dengan materi gaya. Sebutkan jenis-jenis gaya yang kamu
pelajari itu”. Metode ini dapat ditujukan kepada siswa secara orang per
orang.
7. Metode Reka Cerita Gambar
Metode reka cerita gambar dapat diterapkan dengan cara, guru
memperlihatkan sebuah gambar atau serangkaian gambar. Siswa

13
ditugaskan memperhatikan gambar tersebut. Selanjut-nya, guru
menyuruh siswa bercerita tetang gambar tersebut.
8. Metode Bercerita
Misalnya siswa disuruh bercerita tentang pengalamannya,
kenangan atau peristiwa yang pernah dialami atau kejadian yang
direkayasa. Misalnya, guru menyuruh seorang siswa di depan kelas
untuk menceritakan kegiatan upacara bendera yang dilakukan pada
hari Senin yang lewat.
9. Metode Melaporkan
Metode melaporkan dilakukan dengan cara menugaskan siswa
untuk melakukan melihat suatu peristiwa atau kegiatan, misalnya
melihat siswa kelas lain mengikuti pelajaran olah raga bermain kasti
dilapangan. Kemudian siswa membuat laporan tentang permainan kasti
tersebut dengan menyampaikan, berapa orang pemainnya, siapa saja
yang bermain, tim siapa yang menang dan tim siapa yang kalah.
10. Metode Bermain Peran
Metode ini dapat dilakukan dengan cara menugaskan siswa
memainkan peran dari salah seorang tokoh terkenal. Jadi siswa
diajarkan untuk bermain peran tentang peran tokoh tersebut dan gaya
bicaranya.
Suyatno (2014:112 – 121) mencatat dalam bukunya Teknik
Pembelajaran Bahasa dan Sastra bahwa teknik pembelajaran berbicara
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
a. Wawancara
b. Cerita Berpasangan
c. Pidato Tanpa Teks
d. Pidato dengan Teks
e. Mengomentari Film/Sinetron/Cerpen/Novel
f. Debat
g. Menjadi Pembawa Acara
h. Memimpin Rapat

14
i. Menerangkan Penggunaan Obat/Makanan/Minuman/Benda lainnya
j. Bermain Peran

k. Info Berantai l. Cerita Berangkai

Keterampilan berbicara sangat kompleks karena tidak hanya


menuntut pemahaman terhadap masalah yang akan diinformasikan, tetapi
juga menuntut kemampuan menggunakan perangkat kebahasaan dan non-
kebahasaan. Oleh karena itu, banyak sekali aspek atau faktor yang harus
diidentifikasi dalam penilaian pembelajaran berbicara. Namun demikian,
upaya melaksanakan penilaian dalam pembelajaran berbicara harus
digalakkan dan dilaksanakan meskipun banyak kendalanya. Ada tiga jenis
tes penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur kemampuan
berbicara para siswanya, yaitu:

1) Tes respons terbatas ini digunakan untuk mengukur kemampuan


berbicara siswa secara terbatas atau secara singkat, yang termasuk ke
dalam jenis tes ini adalah (a) tes respons terarah, siswa
dimintamenirukan isyarat yang disampaikan gurunya, (b) tes isyarat
atau penanda gambar tujuannya untuk mengetahui kemampuan berbica
siswanya pada kelas rendah dengan menggunakan gambar sederhana
sebagai dasar untuk bertanya, (c) tes berbicara nyaring, guru meminta
siswa membaca dengan bersuara mengenai kalimat atau paragraf yang
disediakan berupa kalimat-kalimat lepas dan berupa sebuah paragraf
yang utuh.
2) Tes terpandu, kadaang-kadang panduan perlu diberikan guru untuk
mendorong siswa menampilkan kemampuan berbicaranya. Tes
terpandu meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran
terpandu.
3) Tes wawancara ini tidak hanya sebatas menanyakan nama siswa, usia,
pekerjaan kepada orang yang diwawancarai. Penilaian keterampilan
berbicara dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pembelajar

15
dalam menggunakan bahasa secara lisan untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan keberadaannya.

Dalam menilai keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya


penilai harus memperha-tikan lima faktor, yaitu.

a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vocal atau konsonan) diucapkan


dengan tepat?
b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta rekaman
suku kata memuaskan?
c. Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internal memahami bahasa yang digunakan?
d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang
tepat?
e. Sejauh manakah “kewajaran” dan “kelancaran” ataupun “ke-
nativespeaker-an” yang tecermin bila sesorang berbicara?

Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara


siswa dilakukan melalui tugas bercerita. Untuk mengevaluasi kemampuan
berbicara siswa dibutuhkan format penilaian berbicara.

Dari penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa


pembelajaran berbicara di SD memuat beberapa materi yang harus
dikuasai, di samping itu ada metode-metode yang bisa diterapkan agar
tercapainya penguasaan materi yang sudah disediakan, dan kemudian
mengevaluasi atau menilai kemampuan yang dimiliki siswa dalam
berbicara.

E. Berbicara Estetik (Aesthetic Talk)


Berbicara Estetik (aesthetic talk) memiliki kesamaan dengan
aesthetic listening. Di dalam percakapan estetik, semua dapat
meningkatkan kemampuan berbicara melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-
kegiatan iini akan mendukung siswa untuk meningkatkan keterampilan

16
berbicara. Sehingga siswa mampu berpendapat dan maupun
mempertahankan argumennya. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa
seperti mendiskusikan literatur, menceritakan sebuah cerita, maupun
membaca teks drama.
1) Percakapan tentang literatur
Siswa dapat mendiskusikan kembali literatur yang mereka
baca, yang mereka dengarkan dari guru, ataupun yang mereka
bicarakan dengan anggota kelompoknya. Mereka dapat mendukung
ataupun menolak pendapat yang mereka bicarakan. Mereka dapat
melakukan semua itu dengan melakukan diskusi di dalam kelompok
kecil. Guru memberikan fasilitas agar siswa dapat melakukan hal itu.
Guru sebagai fasilitator dalam diskusi tersebut, mengawasi
kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa. Guru juga harus
menunjukkan kepada siswa langkah-langkah dalam berdiskusi. Berikut
langkah-langkah dalam mendiskusikan literatur.
a. Meeting Groufs
Siswa bertemu dengan siswa lainnya dalam kelompok kecil yang
dibuat oleh guru. Ketika mereka sudah duduk membentuk
lingkaran, kemudian mereka mulai menentukan topik diskusi
literatur yang akan dilakukan.
b. Sharing Responses
Setelah menentukan tofik yang didiskusikan, siswa dapat memulai
diskusi dengan menanyakan pendapat anggota kelompoknya
terhadapt literatur yang dibaca atau yang didengar. Mereka dapat
bertukar pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang seragam
tentang literatur tersebut.
c. Asking Questions
Setelah siswa melakukan tukar fikiran dengan anggota lainnya,
kemudian mereka dapat mengajukan pertanyaan kembali untuk
mengklarifikasi terhadap pendapat anggota lainnya. Sehingga dari

17
serangkaian kegiatan diskusi yang dilakukan mereka mendapatkan
kesimpulan yang seragam.

literatur untuk meningkatkan kemampuan aesthetic talk


memiliki manfaat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Eeds dan Wells pada tahun 1989 tentang manfaat dari conversation
about literature. Mereka menemukan peningkatan berbicara, siswa
memahami apa yang mereka baca dan mampu memahaminya.

2) Bercerita (story telling)


Menceritakan kembali cerita yang mereka baca, dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam hal berbicara. Untuk menceritakan kembali
cerita yang dibaca, terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan,
yakni:
a. Memilih cerita. Pemilihan cerita dalam hal ini sangat
diperlukan. Biasanya cerita yang dipilih adalah cerita-cerita
rakyat yang penuh dengan makna. Selain siswa mampu
meningkatkan kemampuan berbicaranya siswa juga bisa
mendapatkan pelajaran dari apa yang mereka ceritakan.
b. Persiapan untuk bercerita. Setelah memilih cerita, siswa juga
harus melakukan persiapan untuk meneritakan cerita yang
mereka pilih. Siswa membuat rencana tentang bagaiman Ia
akan menvceritakan cerita yang dipilih. Karena dengan
perencanaan dan persiapan, hasil yang diperoleh akan lebih
baik dan kemamoouan berbicara siswa juga lebih sistematis.
c. Tekhnik bercerita. Dalam menceritakan sebuah cerita siswa
dapat menggunakan berbagai macam teknik untuk menjadikan
cerita tersebut lebih hidup.
d. Menceritakan cerita. Setelah melakukan berbagai persiapan dan
latihan saatnya siswa mulai bercerita tentang cerita yang sudah
mereka pilih.

18
F. Berbicara Seksama (Efferent Talk)
Berbicara seksama (efferent talk) igunakan oleh siswa untuk
memberikan informasi kepada orang lain dan membujuk orang lain.
Artinya bahwa berbicara efferent itu adalah strategi berbicara yang
digunakan untuk mengajak orang lain mengikuti perkataan kita. Dalam
menggunakan percakapan efferent para siswa dapat menggunakan
berbagai strategi seperti, show-tell, oral reports, interview, dan debates.
a. Menampilkan dan Menceritakan (show and tell)
Strategi menampilkan dan menceritakan ini
mengkolaborasikan pengalaman siswa di rumah dan di sekolah.
Strategi ini juga efektif untuk mengajarkan siswa bagaimana
berbicara di depan orang lain.
b. Laporan Lisan (Oral Report)
Belajar bagaimana mempersiapkan dan mempersentasikan
suatu laporan sangat penting dalam percakapan efferent. Jika kita
fokus tentang bagaimana mempersiapkan dan memperssentasikan
laporan kita, ada dua tipe jenis pengujian laporan yang dikenal.
Yang pertama laporan yang dimasukkan ke dalam social studies
dan siciao sciences. Dan yang kedua, yang dimasukkan ke dalam
pembicaraan yang terdapat dalam siaran TV atau film. Oral report
memiliki fungsi untuk memberikan informasi dan mengajak.
c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang memiliki
banyak manfaat. Selain untuk mendapatkan informasi, interview
atau wawancara juga sangat membantu siswa dalam mengasah
keterampilan berbahasanya. Karena, ketika kita melakukan
interview, kita tidak hanya melatih kemampuan berbicara untuk
mengungkapkan berbagai pertanyaan yang kita miliki. Ketika kita
melakukan wawancara mulai dari kemampuan menyimak,

19
berbicara, membaca, dan menulis kita gunakan. Karena itulah
wawancara digunakan dalam strategi berbicara efferent.
d. Debat (Debates)
Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik
persengketaan atau kontroversi. Debat merupakan suatu argumen
untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung
oleh satu pihak yang disebut pendukung (afirmatif), dan ditolak,
disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal.

G. Kegiatan Drama (Dramatic Activities)


Dalam kegiatan drama, siswa menggunakan dua bahasa yakni
bahasa verbal dan bahasa non-verbal, di dalam berbagai kondisi. Aktivitas
drama tidak hanya sekedar alat untuk berkomunikasi namun juga sebagai
alat untuk menyampaikan pengetahuan. Untuk meningkatkan keterampilan
bericara dengan strategi drama, dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya:
1. Bermain Peran
Bermain peran merupakan salah satu cara yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pelaksanaannya.
Bermain peran ini digunakan untuk berkomunikasi ataupun
menyampaikan pengetahuan yang terdapat dalam buku ataupun
cerita melalui permainan peran.
2. Wayang golek dan pertunjukan lainnya
Wayang golek juga dapat digunakan untuk melatih
kemampuan berbicara siswa. Dengan metode ini, siswa dapat
memerankan berbagai karakter yang terdapat dalam wayang
titik pertunjukan wayang ini dapat berupa boneka tangan titik
di mana siswa dapat memainkan beberapa boneka dengan
diiringi oleh suara dari siswa itu sendiri.
3. Pertunjukan teater

20
Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan
menulis lakon atau theatrical. Dalam penulisan lakon atau teks
drama, akan membutuhkan pengenalan struktur dari drama
tersebut titik untuk menggabungkan dua buah cerita naratif
dalam suatu teks drama menjadi hal yang menarik dalam
sebuah drama titik artinya siswa tidak hanya mengolah suatu
cerita untuk dilakukannya tetapi mereka mencoba bagaimana
untuk menggabungkan dua buah cerita yang dikolaborasikan.
4. Film dan video scrift
Naskah film ataupun video yang dibuat oleh siswa,
akan membantu siswa untuk menyusun penggunaan kata
ataupun kalimat yang sesuai dengan tema yang dipilih titik
naskah ini juga menjadi pedoman untuk siswa aktif berbicara
dalam pembuatan video.
Produk naskah yang dihasilkan beberapa dengan naskah
yang digunakan pada permainan aksi, boneka tangan, maupun
animasi titik setelah membuat naskah film ataupun video kok
mahasiswa akan langsung mempersiapkan segala kebutuhan
yang digunakan saat mengambil film atau video. Properti yang
dibutuhkan tidak sebanyak properti yang digunakan pada
drama.
Keempat metode yang digunakan dalam strategi aktivitas drama
membuat siswa untuk melatih kemampuan berbicara dan daya ingat siswa
terhadap naskah yang di yang sudah dibuat dengan langsung
memperhatikan apa yang sudah ditulisnya, siswa akan mencoba untuk
berbicara atau bercakap dengan orang lain. Sehingga tidak hanya
kemampuan berpikir yang diolah, namun kemampuan merangkai kata juga
ikut dikembangkan.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek keterampilan bahasa yang perlu dikuasai dan dipahami oleh
seorang siswa setelah mendengarkan yakni keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
manusia merupakan makhluk sosial yang berbicara dengan orang lain
setiap hari. Keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh siswa sekolah dasar
karena keterampilan ini terkait langsung dengan seluruh proses
pembelajaran. Keberhasilan belajar siswa di sekolah sangat ditentukan
oleh penguasaan keterampilan lisannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama dari
berbicara adalah berkomunikasi. Pembicara dapat menyampaikan
pikirannya secara efektif dan mampu mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para pendengar, serta mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Manfaat yang harus dicapai dalam pembelajaran berbicara adalah
melatih siswa agar memiliki kemampuan berbicara untuk berbagai tujuan.
Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan dan tidak
boleh dia-baikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa diharapkan
mampu mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan,
atau perasaannya dengan baik.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam
pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun
contoh dari setiap materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru

22
maupun calon guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui
metode-metode yang sudah penuis paparkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aufa, F. N, dkk. 2020. Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar Melalui

Visualisasi Poster Sederhana. Jurnal Ilmiah Pendidikan. V0l 1 (2): 86-92.

Hamdi, Z. (2021). Keterampilan Bahasa Indonesia SD.

Iskandarwassid & Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Nurjamal, D., Warta S, Riadi D. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta

Nurwida, M. 2016. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Story

Telling Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”.No 2: 1-


8

Susanti, E. (2019). Keterampilan Berbicara. Depok: PT Raja Grafindo Persada

Tambunan, P. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Sekolah Dasar.


Universitas

Quality

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

23

Anda mungkin juga menyukai