Anda di halaman 1dari 22

BAHASA INDONESIA

DIKSI ATAU PILIHAN KATA DAN BAHASA INDONESIA BAKU

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh kelompok II

Clara Erika( 841191004 )

Ananda( 841191011 )

Dosen Pengampu : Nisma, M. Kes

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMESTER 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK


TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia tentang Diksi
atau Pilihan kata Bahasa Indonesia Baku yang mana referensinya berasal dari internet.

Maksud dan tujuan dari pebuatan makalah ini adalah guna mengetahui penjelasan
tentang Diksi atau Pilihan Kata Bahasa Indonesia Baku dan semua yang berhubungan
dengan Diksi atau Pilihan Kata tersebut.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini namun tentu saja makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan saran-saran positif yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga bagi
penulis pada khususnya, sekian dan terima kasih.

Pontianak, 28 oktober 2019

Kelompok

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DARTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................2
D. Manfaat penulisan ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi ..............................................................................................4


B. Fungsi Diksi ..............................................................................................4
C. Syarat pemilihan kata dalam diksi ..........................................................................5
D. Pembentukan kata dalam diksi ...............................................................................6
E. Pilihan kata dan penggunaan diksi..........................................................................7
F. Pengertian Bahasa Baku .........................................................................................8
G. Fungsi Bahasa Baku ..............................................................................................9
H. Pengertian Bahasa Indonesia Baku .........................................................................10
I. Ciri-ciri Bahasa Baku ............................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................15
B. Saran ..............................................................................................15

DAFTAR PURTAKA ..............................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi.
Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa indonesia
yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan
wacana.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat indonesia sejak dahulu jauh sebelum belanda menjajah
Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
berawal dari pernyataan sekap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah
pemuda. Menurut Sugono(2007) sikap politik pemuda nusantara yang menyatakan
“menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia merupakan pengakuan terhadap
banyaknya bahasa di Indonesia sebanyak 746 bahasa. Dalam kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnik
yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa
Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan
antar etnik di Indonesia.
Sedangkan dalam kedudukan sebagai bahasa Negara yang ditetapkan sehari
setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam pasal 36 UUD 1945, sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi
yang digunakan dalam mengelola negara dalam situasi formal, seperti interaksi di
kantor-kantor, di sekolah-sekolah, pidato dan sceramah serta secara tertulis dalam
buku. Namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang
benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak
sesuai dengan ejaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup
penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa

1
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita
sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik
penggunaan diksi atau pemilihan kata di rasakan sangat penting, bahkan mungkin
fital, terutama untuk menghindari kealahpahaman dalam berkomunikasi.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukungdan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih
memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap
makna dan informasi yang ingin disampaikan.
Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya
bahasa, ungkapan, kata kajian, kata populer, kata sapaan dan kata serapan.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian diksi ?
2. Apa fungsi dari diksi ?
3. Apa saja syarat pemilihan kata dalam diksi ?
4. Bagaimana pembentukan kata dalam diksi ?
5. Bagaimana pilihan kata dan penggunaan diksi ?

2
C. Tujuan penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari diksi
2. Mengetahui fungsi dari diksi
3. Mengetahui syarat pemilihan kata dalam diksi
4. Mengetahui pembentukan kata dalam diksi .
5. Mengetahui pilihan kata dan penggunaan diksi

D. Manfaat penulisan
1. Manfaat teoretis
a       Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
penelitian korelasi terkait penguasaan diksi dan sikap berbahasa dengan
keterampilan menulis.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam mengaplikasikan
teori penelitian korelasi dalam bidang linguistik dan pengajarannya.

2)   Manfaat praktis
a.       Bagi dosen
Sebagai bahan masukan pentingnya meningkatkan kualitas mengajar
sehingga dapat mengarahkan mahasiswa dalam meningkatkan kreativitas
menulis karya tulis ilmiah.
b.      Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat mengembangkan kreativitas menulis mahasiswa dalam
karya tulis ilmiah.
c.       Bagi kampus
Merupakan bahan masukan sebagai sumbangan pemikiran pentingnya
keterampilan menulis karya tulis ilmiah untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan ilmiah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras
untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek
tertentu. Pilihan kata merupakan suatu unsur sangat penting, baik dalam dunia
karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian
diksi diantaranya adalah membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar
dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis,
untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan gaagasan yang
diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat
resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Moeliono, Anton M. 1982
Diksi dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “ diksi “ yang lebih umum digambarkan
dengan kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan
pengucapan dan intonasi, dari pada pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984)
dalam kamus Linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan
lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara didalam karang-mengarang.
Dalam KBBI (2002) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaanya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis
dalam karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

B. Fungsi diksi
Fungsi pilihan kata atau diksi adalah untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan membaca atau
mendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana.

4
Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah
dan juga dengan adanya diksi oleh paragraf berfungsi untuk mendukung jalan cerita
agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut. Sugono, Dedy, 2003

C. Syarat pemilihan kata dalam diksi


Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu
dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Disamping itu,
ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca
sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis untuk memenuhi persyaratan
ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :
a. Kaidah kelompok kata/frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang

Hal ini dijelaskan satu persatu, sebagai berikut :

a. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase


Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase,
seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat, seksama, lazim, dan benar.
- Tepat contohnya : makna kata lihat dengan kat pandang biasanya
bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan
dengan lihatan mata.
- Seksama contohnya : kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk
kata-kata bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar,
tetapi kita tidak mengatakan hari hari agung, hari akbar, ataupun hari
tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat dgantikan dengan
jaksa besar ataupun jaksa raya, ataupun jaksa tinggi karena kata tersebut
tidak seksama.

5
b. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
Jenis Makna

Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu :


 
1. Makna Leksikal adalah makna kamus a tau makna yang terdapat didalam
kamus. Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik,
buku
2. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca
indera dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga
sebagai makna sebenarnya.
Contoh :
- kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- besi : logam yang sangat keras
3. Makna Konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
panca indera dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga
sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar/jempol
Berdasarkan wujudnya dibedakan atas :
(1) Makna riferensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang
kongkret, contoh : Meja, Baju, Membaca, Menulis
(2) Makna iferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan atau
konkret. Contoh : baik, indah, sedih, gembira

Perubahan makna

Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas

(1) Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas dari pada sebelumnya
misalnya :
Kata : berlayar
Dulu : mengarungi laut dengan memakai kapal layar
Sekarang : mengarungi lautan dengan apa saja

6
(2) Menyempit, cakupan makna sekaarang lebih sempit daripada makna
dahulu misalnya :
Kata : madrasah
Dulu : sekolah
Sekarang : sekolah mempelajari ilmu agama islam

Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas.

1. Amenliorasi adalah perubahan makna ketingkat yang lebih tinggi. Artinya


baru dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya contoh :
a. Kata wanita dirasakan lebih baik dari nilainya dari pada perempuan
b. Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik dari pada kata bini
2. Payorasi adalah perubahan makna tingkat yang lebih rendah. Arti baru
dirasakan lebih rendah nilaimya daripada sebelumnya, contoh :
a. Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
b. Kata bini sekarang dikatakan kasar

Pergeseran makna dibedakan atas dua macam

1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya peramaan


sifat, contoh : tasya menyikat giginya sampai bersih
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan
antara dua indera yang berbeda, contoh : sayur itu rasanya pedas sekali

D. Pembentukan kata dalam diksi


Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa
indonesia. Dari dalam bahasa indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata
yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
a. Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau
konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu diperhatikan
adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan.

7
Contoh definisi :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang,
tumbuhan, dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah
punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia.
b. Kata serapan
Kata serapan adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai
dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa
indonesia. Bahasa indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur
kosakata. Bahasa asing yang masukdan memberi pengaruh terhadap
kosakata bahasa indonesia antara lain dari bahasa sang skerta, bahasa
belanda, bahasa arab, bahasa inggris dan ada juga bahasa tionghoa.
E. Kata ilmiah, kata populer, kata jargon dan slang
1) Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing dapat diterjemahkan
ke dalam bahasa indonesia.
2) Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari hari
masyarakat umum
3) Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialeg,atau
tutur yang dianggap aneh, kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia
untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia, ilmuan dan
seterusnya). Contohnya : populasi, volume, abses, H2O, dan sebagainya.
4) Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa
pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna lain. Kata-
kata ini bersifat sementara, kalau sudah hilang atau menjadi kata-kata biasa.
Contohnya : asoi, manatahan, dan sesuatu yah.

F. Pilihan kata dan penggunaan diksi


1. Kata dari dan daripada
Contoh :
- Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)

8
- Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan
sebab)
- buku itu ditulis dari pengalamannya selama di jerman (menyatakan
alasan)

2. Kata pada dan kepada


Contoh :
- Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
- Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)

3. Kata di dan ke
Contoh :
- Atika sedang berada di luar kota (fungsi kata depan di)
- Di saat usianya sudah lanjut, orang itu semakin malas belajar
(keterangan waktu)

4. Kata dan dan dengan


Contoh :
- Ayah dan ibu pergi ke jakarta kemarin
- Ibu memotong kue dengan pisau

5. Kata antar dan antara


Contoh :
- Kabar ibu belum pasti, antara benar dan tidak (menyatakan pemilihan)
- Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)
G. Pengertian bahasa baku
Bahasa baku ialah suatu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman
dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli Linguistik Einar Haugen. Ia
dikatakan sebagai loghat “ yang paling betul “ bagi suatu bahasa.
Menurut Tasai, S. Amran (1948) mengatakan bahwa bahasa baku adalah
ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagaian masyarakat, dipakai

9
sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan
penggunaannya.
Menurut Zodarmanto, M (1977) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam
bahasa secara sosial lebih digandrungi, seringkali lebih berdasarkan pada ujaran
orang-orang yang berpendidikan di dalam dan disekitar pusat kebudayaan dan
politik suatu masyarakat.
Menurut Maelino, Anton M (1975) mengatakan bahwa bahasa baku adalah
dialeg suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi
dialeg-dialeg lainnya, dan disepakati penutur dialeg-dialeg lain sebagai bentuk
bahasa yang paling sempurna.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa inggris.
Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan
kebahasaan untuk dijadikan norma didalam bahasa masalah kodifikasi berkaitan
dengan masalah ketentuan atau ketepatan norma kebahasaan. Norma-norma
kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode
kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan peranggapan bahwa bahasa
baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku
agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi
kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan
pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan
ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan
demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian
bahasa baku.
Didalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusdiana
berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang
dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat yang bahasa lebih
luas. Didalam tata bahasa rujukan bahasa indonesia untuk tingkatan pendidikan
menengah, Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa adalah bahasa yang
dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu.
Menurut keraf, G (1991) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai
dengan aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagi ilmu,
termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku

10
sebenarnya merupakan bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat
resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
H. Fungsi bahasa baku
Secara umum fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut:
1. Sebagai fungsi pemersatu, Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah.
Jika setiap masyarakat mengguakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu.
2. Sebagai fungsi pemberu kekhasan, suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari
bahasa yang lain atau suatu negara dengan negara lain berbeda karena itu
digunakan sebagai salah satu ciri dari suatu negara.
3. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa
atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kederajatan dengan peradapan lain yang dikagumi lewat pemerolehan
bahasa baku sendiri.
4. Sebagai fungsi kerangka acuan bagi pemakai bahasa dengan adanya norma dan
kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah menjadu tolak ukur bagi
benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.

I. Pengertian Bahasa Indonesia Baku


Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model
oleh masyarakat indonesia secara luas. Contoh pada Undang-Undang Dasar :
Undang-Undang Dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.
Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku,
dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

J. Ciri-ciri Bahasa Baku


Secara umum, ciri-ciri bahasa baku antara lain :

11
- Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh : baku - tidak baku
Saya - gue
Ayah - bokap
Merasa – ngerasa
- Tidak dipengaruhi bahasa asing
Contoh : banyak guru – banyak guru-guru
Itu benar – itu adalah benar
- Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
Contoh : anak itu menangis – anak itu nangis
Ia mendengarkan radio – ia dengarkan radio
- Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Contoh : anak itu menangis – anak itu nangis
- Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Contoh : siapa namamu? – siapa namanya?
- Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu
Contoh : menghemat waktu – mempersingkat waktu
- Tidak mengandung hiperkorek
Contoh : khusus – husus
Akhir – ahir
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang paling sedikit memperlihatkan
ciri kedaerahan.
- Sistem bunyinya lebih kompleks
- Bahasa baku cenderung juga berbeda dari bahasa non baku dalam hal kaidah
pemberian tekanan pada kata.

Contoh- contoh Kesalahan Berbahasa


Menurut Tarigan ,Herry Guntur (1990), kesalahan berbahasa erat kaitannya
dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran
kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran
bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-
kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.

12
Ada empat pengklafikasikan atau taksonomi kesalahan berbagasa yang ditemukan
Tardigan (1997), antara lain :

a. Taksonimi kategori linguistik


b. Taksonomi siasat permukaan
c. Taksonomi komparatif
d. Taksonomi efek komunikasi

a. Taksonomi Kategori linguistik


Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau
unsur linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tardigan mengutarakan bahwa
kesalahan-kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi,
morfologi, sintaksis, dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi
bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan
imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa,
dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.
b. Taksonomi siasat permukaan
Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahas
perubahan. Para penutur bahasa mungkin saja :
1. Menghilangkan butir-butir penting (penghilang)
2. Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
3. Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
4. Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)
Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir
yang seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan
ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik
dan benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang
salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem
atau kelompok morfem.
a. Taksonomi komparatif
Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada
perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan

13
tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika menggunakan taksonomi
komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar indonesia yang
belajar Bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar
yang memperoleh Bahasa Inggris sebagai bahasa pertama. Contoh lainnya bila
seserang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa
sasarannya.
Dalam kepustakaan rise, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering
dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase
atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparatif taxonomy)
didasarkan pada perbandingan-perbandingan aantara struktur kesalahan-kesalahan
bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi lainnya.
Berdasarkan perbangingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat
dibedakan menjadi :

 Kesalahan Perkembangan (Development Errors)


Adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang
belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama.
Contoh :
Dalam Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan,
kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi
adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
 Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)
Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu
pada kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa
ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondisi-kondisi eksternal yang
menimbulkannya.
Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi
kalimat atau frasa yang berekuivalen secara sematik dalam bahasa ibu san pelajar.

14
Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni :
kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa
kedua.
 Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)
Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagai kesalahan
perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh : konstruksi yang
mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya medan) yang belajar bahasa
indonesia sebagai bahasa pertama mereka.
1. Menulis saya (saya menulis)
2. Tidur dia (dia tidur)
3. Pergi kami (kami pergi)
4. Yang berdiri di depan kakak ibu (yan berdiri di depan kakak/ibu)
Kalimat ini jika pengucapkannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan
yang berdiri didepan itu kakak dari ibu (paman/bibi)atau bisa juga ditafsirkan yang
berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
 Kesalahan Lain (Other Errors)
Menurut Suherianto (1981), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-
anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (unique errors) yang mengacu pada
keunikannya bagi para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan
bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual
dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun
bahasa kedua. Misalnya : anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam suatu
bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari
bahasa pertama maupun bahasa kedua.
 Taksonomi efek komunikasi
Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu
sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang sastra menghadapi kesalahan-
kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang
ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Global (Global errors)
2. Kesalahan Lokal (Local Errors)

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis
gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci
utama dalam menghasilkan tulisan yang indah,dapat dibaca serta ide yang ingin
disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga
harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai
persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya
tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan
penulis.

B. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan
makalah ini mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada
semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan
memperlajari diksi diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami
dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Moeliono, Anton M. 1982 “diksi atau pilihan kata : suatu spesifikasi didalam
kosakata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III. Nomor 3.
Jakarta : Bharata

Sugono, Dedy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta.

Amran, Tasai, 2010. Berbahasa Indonesia. Jakarta : CV Akademika pressindo

Adi, Tri. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Erlangga. Jakarta

Tasai, S. Amran. 1948. Pelajar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka


Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka
Maeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra. Bandung : Angkasa
Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Menengah, Gramedia, Jakarta
Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan
Benar, Widya Duta, Surakarta
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung :
Angkasa
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta : Depdikbud

17

Anda mungkin juga menyukai