Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TATA ISTILAH DAN DIKSI

DOSEN PENGAMPU :
LILIMIWIRDI, S.S., M.Hum.

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. DAFFA THORIQ PERDANA (1911041007)
2. AYU PITRI YENI (1911041008)
3. ILHAM JULVADILLAH ZEA (1911041010)
4. NABIL ALGHANIYYU IJLAL ZAIM (1911042012)

PRODI DIV TEKNIK MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI PADANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

1
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya.Dalam laporan penelitian ini kami membahas tentang tata
istilah dan diksi.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah
memberi dukungan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini.
Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan laporan ini.Kami berharap
laporan ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada
kelompok kami sendiri. Selain itu, semoga laporan penelitian ini dapat memberi
manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Padang, 21 Maret 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Batasan masalah..............................................................................................2
1.4 Tujuan.............................................................................................................2
1.5 Manfaat............................................................................................................2
BAB II Pembahasan.....................................................................................................4
2.1 Pengertian Diksi atau Pilihan Kata.......................................................4
2.2 Syarat-Syarat Diksi atau Pemilihan Kata............................................5
2.3 Pembentukan Diksi atau Pilihan Kata..................................................7
2.4 Pengertian Istilah.......................................................................................17
2.5 Persyaratan Istilah yang Santun dan Benar.......................................17
2.6 Penyerapan Istilah......................................................................................17
2.7 Macam-macam Istilah...............................................................................18
2.8 Sumber Istilah dan Kata Nama..................................................................19
2.9 Perbedaan Diksi dan Istilah.....................................................................20
BAB III Penutup........................................................................................................21
Kesimpulan..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22

iii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang[1]


Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase,

klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat

merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan kunci

utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata

dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan

seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang

digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan

wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan

sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan

dengan mengikuti kaidah- kaidah yang benar.

Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide

dalam bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif) serta

mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan

(ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis / mengarang

membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur

penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata

merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan

merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan

penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.

Di dalam istilah berisi kaidah yang mengatur bagaimana

menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana

menggambarkan hubungan antara lambang-lambang bunyi ujaran dan


bagaimana menggambarkan hubungan antara lambang-lambang itu baik

pemisahan atau penggabungan dalam suatu bahasa.

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk

menggambarkan “cerita” mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih

kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan /

menceritakan suatu peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,

ungkapan-ungkapan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pembentukan diksi atau pilihan kata?

b. Bagaimana penyerapan istilah?

1.3 Batasan masalah

Luas lingkup hanya meliputi diksi atau pilihan kata dan

peristilahan.

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

a. Memenuhi tugas yang di berikan pada mata kuliah Bahasa

Indonesia. 

b. Mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam Bahasa Indonesia. 

c. Menghasilkan tulisan yang indah dan enak di baca,

sehingga maknanya tepat pada setiap pilihan kata yang ingin

disampaikan. 

1.5 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini sebagai berikut:

2
a. Mahasiswa dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam

pengolahan kata.

b. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu

memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang

jelas, efektif dan mudah dimengerti.

3
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Diksi atau Pilihan Kata[1]


Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil dari upaya

memilih kata tertentu untuk dipakai dalam gagasan, kalimat, alenia, atau

wacana sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya

hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih

kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam

arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak

bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan

kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan

kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan

sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan

secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif

kepada pembaca atau pendengarnya.

Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah

konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah.

Adapun fungsi diksi antara lain :

a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.

c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.

d) Mencegah perbedaan penafsiran.

4
e) Mencagah salah pemahaman.

f) Mengefektifkan pencapaian target komunikas

2.2 Syarat-Syarat Diksi atau Pemilihan Kata[1] 

a) Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara

eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa

adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah

kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna

konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan

sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan

seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul

sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan

yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam

makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak

tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil

(denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam

hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata adalah

makna denotatif atau konotatif.

Contoh lain :

 Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi.

(Denotasi)

 Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)

5
b) Makna Umum dan Khusus

Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal

atau kelompok yang luas bidang lingkupnya atau mengacu ke hal

yang luas. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu

kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret atau

mengacu ke hal yang khusus.

Seperti kata ikan memiliki acuan yang lebih luas atau

bermakana umum daripada kata mujair atau tawes dan lain lain

yang bermakna khusus. Karena Ikan mencakup makna yang luas

bias berarti ikan mujair, gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila,

ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya pada saat kita mengatakan ikan

mujair berarti maknanya hanya sebatas ikan mujair saja karena

bermakana khusus yang tidak mencakup makna yang luas.

c) Kata Abstrak dan Kata Konkrit

Kata konkret adalah kata yang acuannya semakin mudah

diserap pancaindra atau mempunyai referensi objek yang diamati,

seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Kata

abstrak adalah jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap

pancaindra atau mempunyai referensi berupa konsep, seperti

gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk

mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan

secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika

6
kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu

karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

d) Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya

mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.

Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau

kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata

itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.

Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna

denotatif dan makna konotatif suatu kata. 

e) Kata Ilmiah dan Kata Popular

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing

yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata

ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam

tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-

diskusi khusus. Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata

populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi

sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata

ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan.

Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah,

laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.

2.3 Pembentukan Diksi atau Pilihan Kata[2]


Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan

7
kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun

dalam bahasa tulisan. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah,

diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang merupakan

perbaikannya.

Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan

kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun

bahasa tulis, antara lain:

a. Penanggalan Awalan me-

Penanggalan awalan me- pada judul berita dalam surat kabar

diperbolehkan. Namun, dalam teks beritannya awalan me- harus

eksplisit. Di bawah ini diperlihatkan bentuk yan salah dan bentuk

yang benar.

Contoh:

Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)

Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia.(benar)

b. Penanggalan Awalan ber-

Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-.

Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini

dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya. 

Contoh :

Sampai jumpa lagi ( salah ).

Sampai berjumpa lagi ( benar ). 

8
c. Peluluhan bunyi /c/

Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila

mendapat awalan me- . Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh

apabila mendapat awalan me-. Di bawah ini diperlihatkan bentuk

salah dan bentuk benar.

Contoh:

Wakidi sedang menyuci mobil ( salah ).

Wakidi sedang mencuci mobil ( benar ).

d. Penyegauan Kata Dasar

Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan

kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam

ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan

ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam

pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan kata-kata, nyopet,

mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung,

nolak, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia buku tulis, kita

harus menggunakan kata-kata mencopet, memandang, mengantuk,

menabrak, menanam, menulis, mencubit, mengepung, menolak,

mencabut, menyuap, dan mencari.

e. Bunyi /s/ , /k/ , /p/ , dan /t/ yang Tidak Luluh

Kata dasar yang bunyi awalan /s/ , /k/ , /p/ , atau /t/ sering tidak

luluh jika mendapatkan awalan me- atau pe-. Padahal, menurut

kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di

9
bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam

pemakaian sehari-hari.

Contoh :

Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai

ke akar-akarnya. (salah)

Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke

akar-akarnya. (benar)

Kaidah peluluhan bunyi s,k,p, dan t tidak berlaku pada kata-kata

yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi

awalan me-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata

proklamasi apabila diberi awalan me-, kata itu akan menjadi

memproklamasikan.

f. Awalan ke- yang Keliru

Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan

ter- sering diberi awalan ke-. Hal ini disebabkan oleh

kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umunya,

kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Di

bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam

pemakaian awalan.

Contoh :

Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini.

(salah )

10
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.

(benar )

Perlu diketahui awalan ke- hanya dapat menempel pada kata

bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan tidak dapat dipakai.

Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak dan ketua. Oleh

sebab itu kata ketawa,kecantol,keseleo,kebawa,ketabrak bukanlah

bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk yang benar

ialah kedua,ketiga,keempat,kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.

g. Pemakaian Akhiran  –i  r

Pemakaian akhiran  –i r sangat produktif dalam penggunaan bahasa

Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk

padanan akhiran – ir adalah – asi atau – isasi. Di bawah ini

diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.

Contoh:

Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)

Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (benar)

Perlu diperhatikan, akhiran – asi¬ atau – isasi pada kata-kata

lelenisasi, turinisasi, neonisasi,radionisasi,pompanisasi, dan

koranisasi merupakan bentuk yang salah karena dasarnya bukan

untuk kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus

diungkapkan menjadi usaha perternakan lele, usaha penanaman

turi,usaha pemasangan neon,gerakan memasyarakatkan radio,gerakan

pemasangan pomp, dan usaha memasyarakatkan koran.

11
h. Padanan yang Tidak Serasi

Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang

serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan

yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah

bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini

dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam memakai

ungkapan penghubung intrakalimat.

Contoh :

Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha

lemah memperoleh kredit. ( salah )

Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah

memperoleh kredit. (benar)

Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan

oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalu saja tanpa

diikuti maka, atau maka saja tanpa didahului oleh

karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi

saja tanpa didahului meskipun.

i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan

terhadap

Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di,ke,dari,bagi, dan

daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar

dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.

Contoh :

12
Meja ini terbuat daripada kayu. ( salah )

Meja ini terbuat dari kayu. ( benar )

j. Pemakain Akronim (Singkatan)

Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk singkat”  .

yang di maksud dengan singkatan adalah PLO,UI,dan lain-lain. Yang

dimaksud dengan bentuk singkat lab, memo, dan lain-lain.

Pemakainan akronim dan singkatan dalam bahasa kadang- kadang

tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu

internasional boxing federation dan international badminton

federation. Oleh sebab itu pemakain akronim dan singkatann

sesedapatmugkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran

terhadap akronim dan singkatan itu.

k.   Penggunaan kesimpulan , keputusan , penalaran dan

pemukiman

Kata-kata kesimpulan besaing maknanya dengan simpulan ;

kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan.

Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat?

Apakah yang tepat adalah kesimpulan dan yang salah adalah

simpulan, ataukah sebaliknya. Pembentukan kata dalam bahasa

sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita

perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki

hubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain

terdapat korelasi diantara bentukan tersebut. Perhatikanlah

13
keteraturan pembentukan kata berikut.

Contoh :

Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan

kesimpulan. (kurang rapi)

Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan

simpulan. (rapi)

l. Pengguaan Kata yang Tepat

Salah satu ciri pemakain bahasa yang efektif adalah pemakaian

bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi

sehari-hari seering di jumpai pemakaian kata yang tidak hemat

(boros). Berikut contoh pemakaian kata yang hemat dan tidak hemat

(boros).

Contoh:

Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka

diperlukan tenaga dorong buatan untuk produksi minyak lebih besar.

(boros, salah)

Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak,

diperlukan tenaga dorong buatan untuk produksi minyak lebih besar.

(hemat , benar)

m. Analogi

Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju

berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti orang yang

biasa bertinju, bukan orang yang biasa meninju. Dewasa ini dapat

14
dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan

petinju,seperti pesenam , pesilat , pegolf , peterjun, dan peboling.

Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama

dengan pembentukan kata petinju ? jika harus dilakukan demikian,

akan tercipta bentukan seperti ini .

Contoh :

Petinju ‘orang yang bertinju’ Pesenam ‘orang yang bersenam’ Kata

bertinju, bersenam dann bersilat mungki bisa digunakan akan

tetapi, kata bergolf, berterjun dan bertenis bukan kata yang lazim.

O leh sebab itu, muculnya kata pesky, peselancar,dan peboling

pada dasarnya tidak terbentuk dari berski, berboling, berselancar,

dan bertenis.

n. Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia

Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah

menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia. Sehingga

terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa

Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.

 Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang

bersangkutan seperti: Kuda-kuda, meja-meja, dan buku-

buku. 

 Bentuk jamak dengann menambah kata bilangan seperti:

beberapa meja, sekalian tamu, semua buku, dan dua

tempat. 

 Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti:

15
para tamu. 

 Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti:

mereka kita. 

Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih

bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa

Indonesia. Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan tunggal dari

bahasa asing.

Bentuk tunggal: datum, alumnus, alim.

Bentuk jamak: data, alumni, ulama.

Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap

baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim

dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang masing-masing

sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu , tidak salah kalau ada

bentuk: beberapa data, tiga alumni, dan seterusnya.

o. Ungkapan Idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa

yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan ataau diganti.

Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom

yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.

Ungkapan yag bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yag

dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.

Contoh:

Menteri dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur.(salah)

Menteri dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur. (benar)

16
2.4 Pengertian Istilah[3]
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau

lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,

keadaan, atau sifat yang has dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni.

2.5 Persyaratan Istilah yang Santun dan Benar[3]


Persyaratan Istilah yang santun dan benar, yaitu:

1) Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat

untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak

menyimpang dari makna itu

2) Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling

singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai

rujukan sama.

3) Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang

bernilai rasa (konotasi) baik.

4) Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang

sedap didengar (eufonik).

5) Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang

bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.

2.6 Penyerapan Istilah[3]


Penyerapan istilah, yaitu:

1)  Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan

bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik

(intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.

17
2) Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman

teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih

dahulu.

3) Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika

dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.

4) Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan

antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak

sinonimnya.

5) Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena

tidak mengandung konotasi buruk.

2.7 Macam-macam Istilah[3]


Istilah terdiri dari dua macam yaitu istilah umum dan istilah khusus.

Istilah umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang

digunakan secara umum.

Contoh:

Anggaran belanja. Penilaian.

Daya. Radio.

Nikah. Takwa.

Istilah khusus adalah istilah yang pemakaiannya dan maknanya

terbatas pada suatu bidang tertentu.

Contoh:

18
Apendektomi Kurtosis

Bipatride Pleisosen

2.8 Sumber Istilah dan Kata Nama[3]

a) Kosakata Bahasa Indonesia

Kata Nama Istilah

Bumi Siliwangi apotek hidup

Kota Bunga daya angkut

b) Kosakata Bahasa Serumpun

Asing Bahasa Serumpun

Peat gambut

Pain nyeri

c) Kosakata Bahasa Asing

Istilah Terjemahan

Asing Indonesia

Samenwerking kerjasama

Balanced budget anggaran berimbang

Istilah Serapan

19
Asing Indonesia

Agent agen

Atom atom

Istilah Serapan Terjemahan

Asing Indonesia

Bound morphem morfem terikat

Clay collid koloid lempung

2.9 Perbedaan Diksi dan Istilah[3]


Perbedaanya terdapat dalam jumlah makna. Dalam kata terdapat

banyak makna. Misalnya saya adalah pemenang. Kata saya

mempunyai banyak makna. Bisa bermakna sanh pembaca, sang

penulis, atau yang lain. Sedangkan istilah mempunyai satu makna.

Misalnya embrio adalah salah satu ilmu yang di pelajari dalam

biologi. Istilah embrio mempunyai arti satu yaitu janin. Meskipun

kita membuat 10 kalimat dengan istilah embrio, maknanya akan

tetap. Kesimpulannya semua kata tidak dapat menjadi istilah, tetapi

semua istilah dapat menjadi kata. 

20
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Kreatifitas dalam memilih kata merupakan kunci utama bagi

seorang pengarang maupun untuk penulisan gagasan serta ungkapan.

Penguasaan dalam mengolah kata juga menjadi faktor penting untuk

menghasilkan tulisan yang indah dan enak di baca. sehingga makna

dengan tepat pada setiap pilihan kata yang ingin disampaikan.

Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan kata agar

dalam pembacaan dan pengertiannya tepat. Kata ilmiah adalah kata-

kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang

mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas

dalam bidang tertentu. Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari

bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD. Istilah adalah kata atau

frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat

mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang

has dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

21
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/diksi.html

[2] http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html

[3] http://fikaliya.blogspot.com/2013/01/diksi-dan-peristilahan.html

22

Anda mungkin juga menyukai