Anda di halaman 1dari 18

TOPIK DAN PEMBATASANNYA

SERTA KERANGKA DAN PEMBATASANNYA

KELOMPOK :3 (TIGA)
NAMA ANGGOTA : FATHONA SAPTARA
FATMA CAHYANI
HERLIFIA
NURUL KOMARIAH
KELAS : : 3.EG.A ( 3 ENERGI A)

DOSEN PEMBIMBING : M.YUSUF

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala,
karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
Topik dan Pembatasannya Setra Kerangka dan Pembatasannya . Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Palembang, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... .... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ........................................................................... ... 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Topik dan Pembahasannya ................................................................... 3
2.2 Solusi yang Pernah Dilakukan ............................................................. 4
2.3 Gagasan yang Diajukan ....................................................................... 4
2.4 Pihak-pihak yang Terkait ..................................................................... 7
2.5 Prediksi Hasil yang Diperoleh .............................................................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Pengumpulan Data ............................................................................... 8
3.2 Pengolahan Data................................................................................... 8
3.3 Analisis-Sintesis ................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
TOPIK DAN PEMBATASANNYA

1. Pengertian topik
2. Kriteria pemilihan topik
3. Cara membatasi topik
4. Hubungan topik dan judul

1. Pengertian Topik
Tulisan ilmiah, seperti makalah, tidak dapat dilakukan sekali jadi, tetapi
melalui tahap (1) prapenulisan,(2) penulisan, dan (3) pascapenulisan. Kegiatan
prapenulisan terdiri atas (1) menentukan topik,(2) menentukan tujuan,dan memilih
bahan.
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat,
dalam tulis menulis bearti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan
penulisan suatu artikel.Secara sempit topik dapat disebut sebagai hal pokok yang
dibicarakan.Secara luas dapat dinyatakan sebagai hal pokok yang dituliskan atau
diungkapkan dalam karangan.Topik biasanya dikembangkan menjadi sebuah
tulisan yang sebelumnya harus di identifikasi terlebih dahulu, agar maksud yang
ingin disampaikan dibalik topik yang kita pilih dapat tersampaikan dengan
baik.Kita harus memilih salah satu pokok pembicaraan, agar kita bisa mengontrol
dan membatasi topik agar tidak keluar dari jalur diskusi yang sedang di
perbincangkan dalam suatu paragraf.
Kalimat topik dibagi menjadi dua bagian yaitu topik tunggal dan topik
ganda.Apabila topik yang di bicarakan hanya mencakup satu masalah saja, disebut
topik tunggal.Sedangkan topik yang membahas suatu masalah yang kemudian
dikembangkan lagi sehingga mengacu kepada masalah lainnya disebut multi topik
atau topik ganda.

2. Kriteria Pemilihan Topik


Sejurang-kurangnya ada lima hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan
topik tulisan. Kelima hal itu adalah :
1) Kemanfaatan dan kelayakan
Dalam menentukan topik karangan, penulis harus mempertimbangkan
manfaat tulisannya bagi pembaca.Dalam hal ini, penulis tentu saja harus
melekukan analisis kebutuhan pembaca. Sebuah topikakan bermanfaat
bagi pembaca apabila topik itu berkaitan dengan kebutuhan
pembacanya. Selain itu, kemanfaatan dapat pula dilihat dari sumbangan
topik itu bagi pengembangan ilmu atau propesi yang ditekuni.
Selain itu, topik yang dipilih harus layak dibahas.Kelayakan ini
baik dipandang dari sudut penulis maupun sudut
pembacanya.Kelayakan dapat pula dikaitkan dengan kenyataan bahwa
topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang
yang ditekuni.
Contohnya : kerja bakti untuk membersihkan lingkungan Bukan topik
yang layak dibahas mahasiswa sedangkan pelestarian sumber daya
perairan lebih layak dibahas.
2) Kemenarikan
Selain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus menarik.Diharapkan
topik yang dipilih tidak saja menarik bagi penulis, tetapi lebih penting
lagi adalah bahwa topik itu menarik bagi pembaca.Kemenarikan ini
beraitan erat dengan kemanfaatan. Pembaca akan tertarik pada sebuah
tulisan jika tulisan itu dirasakan oleh pembaca dan bermanfaat bagi
dirinya.
Contoh : Hal yang bermanfaat bagi para petani dipedesaan adalah cara
meningkatkan produksi pertanian.
3) Keaktualan
Selain bermanfaat dan menarik, topik yang dipilih juga harus bersifat
akktual.Artinya, topik itu merupakan hal yang hangat dibicarakan.Oleh
sebab itu, topik terkini merupakan topik pilihan utama.
Minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis
walaupun yang menarik minat itu amat tergantung pada situasi dan latar
belakang pembaca itu sendiri,namun hal-hal berikut merupakan sesuatu
yang diminati masyarakat secara umum:yang aktual, penting, penuh
konflik,rahasia,humor,atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
4) Dikenal dengan baik
Topik yang dipilih hendaklah merupakan topik yang tidak asing bagi
penulis. Hal ini menyangkut penguasaan terhadap topik yang akan
ditulisnya. Dengan dikenalnya topik itu oleh penulis, diharapkan
penulis mengetahui segala sesuatu tentang topik itu.
5) Ketersediaan bahan
Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan mengingat bahan
merupakan hal yang penting dalam menulis.Ketersediaan bahan
memungkinkan penulis mengembangkan topik itu kedalam tulisan
secara luas dan dalam. Sebaliknya, jika topik didukung oleh
ketersediaan bahan, penulis akan mengalami kesulitan dalam
pengembangan.
6) Tidak terlalu luas atau terlalu sempit
Topik yang terlalu luas akan menyulitkan penulis.
Konsekwensinya penulis harus memiliki pengetahuan yang sebanyak-
banyaknya tentang topik itu.Jika tidak, tulisannya menjadi tidak dalam
dan luas sehingga membosankan pembaca. Sebaliknya, topik yang
terlalu sempit juga harus dihindari karena penulis akan membahas topik
itu secara berulang-ulang sehingga pembaca juga akan mengalami
kebosanan.

3. Membatasi Topik
Topik harus terbatas. Pembatasan sebuah topik mencangkup: konsep,
variabel, data, lokasi(lembaga) pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data.
Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan
tidak tuntas.Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang
ditulis atau dibaca.Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak
berisi.Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak
(kurang) bermanfaat bagi pembacanya.Selain itu, karangan menjadi sulit
dikembangkan, hubungan variabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau
dibaca. Oleh Karena itu, pembahasan topik harus dilakukan secara cermat, sesuai
dengan kemampuan dana, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat
siterima oleh pembacanya.
Cara Membatasi Topik
1) Menggunakan diagram jarum jam
Diagram ini disebut diagram jarum karena bentuk pembatasannya
menyeruoai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topik yang
menyerupai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topic yang
masih luas sebagai pusatnya.Di sekelilingnya ditempatkan topik-topik yang
merupakan pembatasan topic itu ditinjau dari berbagai sudut.

Diagram jarum jam

Ilmu kelautan

Kekayaan di lautan Laut sebagai sumber


energi

Laut sebagai lapangan Laut Laut atlantik


kerja

Kehidupan dalam Kandungan


laut kimia air laut
Peranan laut
dalam
hubungan
antarbangsa

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram jarum


jam itu, anda dapat melihat delapan topik yang lebih terbatas tentang laut.
Bila anda merasa subtopiknya masih terlalu luas.Anda pun dapat
membatasinya lagi.Dengan demikian topic terasa lebih spesifik dan mudah
dibahas secara luas dan mendalam.
2) Menggunakan diagram pohon
Membatasi topik dengan diagram pohon dapat dilakukan dengan
meggambarkan sebagai cabang-cabang dan ranting-ranting pohon yang
terbalik seperti contoh berikut:

Diagram Pohon
Lautan

Lautan sebagai
lapangan kerja yang Kekayaan di lautan
Laut sebagai
potensial
sumber energi

Fauna mineral
flora

Udang
Ikan Kerang mutiara

Pemasarannya
Pembudidayanya

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram


pohon itu, anda memperoleh topik yang lebih spesifik dari topik lautan,
yaitu :
(1) pembudidayaan kerang mutiara
(2) pemasaran kerang mutiara
Yang lebih mudah dikembangkan dalam bentuk tulisan yang luas dan dalam
kajiannya.
3) Menggunakan Diagram Piramida Terbalik
Cara membatasi topik dengan cara ini hamper sama dengan
menggunakan diagram pohon karena topik dapat dibatasi tahap demi tahap
sehingga terbentuk topik yang lebih spesifik.
Piramida Terbalik

Laut

Lautan Indonesia

Kekayaan Laut Indonesia

Fauna

Kerang

Pembudidayaan
kerang mutiara

Di Maluku
Selatan

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram


pohon piramida terbalik di atas, anda memperoleh sebuah topik yang lebih
kecil dan lebih spesifik,yaitu pembudidayaan kerang mutiara di Maluku
Selatan.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa topik yang terlalu luas
menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak
tuntas.Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama
yang ditulis atau dibaca.Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun
tidak berisi.Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan
yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya.Selain itu, karangan
menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas ataupun
dibaca.Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai
dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat
terima oleh pembacanya.Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep,
variabel, data, lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data.

4. Hubungan Topik dan Judul


Judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik atau
judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan,judul
berfungsi sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai
gambaran isi karangan.Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan
atau variabel yang akan dibahas.
Pada tulisan atau karangan nonfiksi boleh saja judulnya sama dengan topik,
seperti topik pembudayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan. Pada karangan-
karangan/tulisan fiksi, judul tidak harus sama dengan topiknya. Misalnya, novel
Siti Nurbaya karya Marah Rusli, topiknya tidak hanya tentang kehidupan seorang
gadis bernama Siti Nurbaya, tetapi tentang cinta yang tidak sampai karena
pengaruh adat.
Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Relevan, ada hubungan dengan isi karanagan (topik)
b. Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca
c. Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat
d. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa (banda) bukan dalam
bentuk kalimat.
Contoh :
Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan.(frasa)
Kerang Mutiara di Maluku Selatan Perlu dibudidayakan(kalimat)
e. Judul harus diusahakan sesingkat mungkin
f. Judul harus dinyatakan secara jelas, dalam arti judul itu tidak dinyatakan
dalam bahasa kias dan tidak menggunakan kata-kata yang mempunyai
tafisiran ganda.
g. Judul dapat dibuat setelah tulisan selesai.

Perbedaan Topik dan Judul Dalam Membuat Kerangka Karangan:

1.Tema tithenai (Yunani) : menempatkan/meletakkan, suatu amanat


utama yang disampaikan penulis melalui
karangannya
Topik topoi (Yunani) : tempat, pokok
pembicaraan

2.Topik : Umum, Belum menggambarkan sudut pandang penulis.

3. Judul: Spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan


terarah. Pembuatan judul berawal dari topik.

Persamaan Topik dan Judul


Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan.

Syarat judul karangan:

a. Singkat dan padat


b. Menarik perhatian
c. Menggambarkan inti pembahsan
d. Antraktif, bombastis,dan menarik perhatian (berita dan iklan)
KERANGKA DAN PEMBATASANNYA

1. Pengertian Kerangka Karangan


Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-
garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan
agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.
Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis
pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam
melanjutkan tulisannya.
Mengapa metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis,
terutama kepada mereka yang baru mulai menulis? Karena metode ini
akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan- kesalahan
yang tidak perlu dilakukan atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa
outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal hal
berikut :
1.Untuk menyusun karangan secara teratur .
2.Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda beda .
3.Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih .
4.Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu .
Kerangka karangan merupakan miniatur atau dari sebuah karangan.
Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, di analisis, dan
dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas lepas.
Dengan demikian : tesis / pengungkapan maksud = kerangka karangan =
karangan = ringkasan.

2. Syarat Syarat Kerangka Karangan


Terlepas dari besar kecilnya kerangka karangan yang di buat, tiap
kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan persyaratan
berikut :
1.Tesis atau Pengungkapan Maksud Harus Jelas
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari kerangka
karangan yang akan di garap. Sebab itu perumusan tesis atau
pengungkapan maksud harus di rumuskan dengan jelas dalam struktur
kalimat yang baik, jelas menampilkan topic mana yang di jadikan landasan
uraian dan tujuan mana yang akan di capai oleh landasan tadi. Tesis atau
pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu.

2.Tiap Unit Kerangka Karangan Hanya Mengandung Satu Gagasan


Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan
maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan
pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang di rumuskan dalam dua
kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk
bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok di
masukkan bersama sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan
strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka
unit itu harus segera di revisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam
keadaan setara, maka masing masingnya harus di tempatkan dalam
urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan gagasan yang
tidak setara, maka ide ide yang berbeda tingkatnya itu harus di
tempatkan dalam simbol simbol yang berlainan derajatnya.
Kerangka karangan yang di susun secara logis dan teratur
mempersoalkan tiga hal, yaitu :
(1) apakah tiap unit yang lebih tinggi telah di perinci secara
maksimal
(2) apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan
unit atasan langsungnya
(3) apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur

3. Harus Mempergunakan Pasangan Simbol Yang Konsisten


Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal
yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan
unit unitnya, tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda
tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan.
Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan
unit unit kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut :
(1) Angka Romawi : I, II, III, IV, dsb. Di pakai untuk Tingkatan
pertama.
(2) Huruf Kapital : A, B, C, D, dsb. Di pakai untuk Tingkat ke dua.
(3) Angka Arab : 1, 2, 3, 4, dsb. Di pakai untuk menandai Tingkat
ke tiga.
(4) Huruf Kecil : a, b, c, d, e, dsb. Di pakai untuk menandai tingkat
ke empat.
(5) Angka Arab dalam kurung : (1), (2), (3), (4), dsb. Di pakai
untuk menandai tingkat ke lima.
(6) Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb. Di pakai untuk
menandai tingkatan ke enam.
Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah : semakin
penting atau tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya. Semakin
berkurang kepentingan unitnya, semakin ke kanan tempatnya.
Namun ada satu hal yang tidak boleh di lakukan yaitu merubah
nilai simbol simbol itu di tengah tengah kerangka karangan. Pokok
pokok yang memiliki kepentingan atau tingkatan yang sama harus
mempergunakan simbol yang sama, sedangkan pokok pokok yang
berbeda kepentingannya tidak boleh mempergunakan simbol tadi.

3. Bentuk-Bentuk Kerangka Karangan

a. Berdasarkan Perincian
Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat
di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan
formal.

Kerangka Karangan Sementara


Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah
penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk
penelitian kembali guna mengadakan perombakan perombakan yang di anggap
perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di
susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka
karangan, maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya
secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada
penyusunan kalimat kalimat, alinea alinea atau bagian bagian tanpa
mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan
bagian bagiannya.

Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari tesis dan
pokok pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk
menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa topik yang tidak
kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

Kerangka Karangan Formal


Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan
bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang
sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.

Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama


seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat,
kemudian di pecah pecah menjadi bagian bagian bawahan ( sub ordinasi )
yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub bagian
dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sejauh di
perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas jelasnya. Dengan perincian
yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga
tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.

Supaya tingkatan tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama
lain, maka di pergunakan pula simbol simbol dan tipografi yang konsisten bagi
tingkatan yang sederajat. Pokok pokok utama yang merupakan perincian
langsung dari tesis di tandai dengan angka angka Romawi : I, II, III, IV, dst.
Tiap topik utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang
dalam hal ini di tandai dengan huruf huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik
tingkat II dapat di perinci masing masingnya menjadi topik tingkat III yang di
tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan
: a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst.
Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf
kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst.

b) Berdasarkan Perumusan teksnya

Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah kerangka
karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan atas kerangka karangan
kalimat dan kerangka karangan topik.

Kerangka Kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk
merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan
unit unit utama dan unit unit bawahannya. Perumusan tesis dapat
mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap
unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal. Penggunaan kerangka kalimat
mempunyai beberapa manfaat antara lain :

1.Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topic yang akan di uraikan.
2.Perumusan topic topic dalam unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat
bertahun-tahun.
3.Kalimat yang di rumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapa pun,
seperti bagi pengarangnya sendiri.

Kerangka Topik
Kerangka topic di mulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang
lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok pokok utama maupun pokok
pokok bawahan, di rumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak
mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topic di rumuskan dengan
mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangka topic tidak begitu jelas dan
cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topic manfaatnya kurang bila di
bandingkan dengan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara
perencanaan kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.

Kerangka topik mengikuti persyaratan yang sama seperti sebuah kerangka


kalimat, misalnya dalam pembagiannya, penggunaan simbol, sub ordinasinya,
dan sebagainya.

Tasai (2000:135), mengemukakan bahwa secara garis besar teknik pengembangan


kerangka karangan menjadi karangan ada dua macam. Pertama, dengan ilusrasi.
Apa yang menjadi topik dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat
penjelas sehingga dalam karangan itu tergambar dengan nyata apa maksud
penulis. Kedua, dengan analisis. Apa yang dinyatakan dalam kalimat topik
dianalisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang
meyakinkan.

Untuk karangan deskripsi lebih jelasnya dapat dirinci :


1) Menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2) Menentukan tujuan
3) Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan
pengamatan
4) Susunlah aspek-aspek tersebut kedalam urutan yang baik apakah urutan lokasi,
urutan waktu atau urutan menurut kepentingan.
5) Kembangkan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi

Penilaian Kemampuan Mengarang


Penilaian kemampuan mengarang adalah penilaian hasil kegiatan mengarang
menurut pengamatan pengamat atau penyimak berdasarkan kriteria-kriteria
penilaian tertentu. Adapun aspek penilaian yang digunakan adalah
(1) aspek penilaian kesatuan,
(2) aspek penilaian kepaduan,
(3) aspek penilaian ketepatan diksi,
(4) aspek penilaian urutan isi karangan,
(5) aspek penilaian ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan.

Setiap butir penilaian memiliki skor yang berbeda sebagaimana yang tercantum
dalam tabel aspek penilaian kesatuan, aspek penilaian kepaduan, aspek penilaian
ketepatan diksi, aspek penilaian urutan isi karangan dan aspek penilaian ketepatan
Ejaan Yang Disempurnakan yang menjadi prioritas dalam butir penilaian karena
kelima butir penilaian ini menjadi kunci utama dalam menilai keberhasilan suatu
karangan.

Aspek penilaian kesatuan


Karangan atau paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam
paragraf selalu relevan dengan judul. Semua kalimat terfokus pada judul dan
mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Kesatuan menitikberatkan pada
hubungan antara kerangka karangan dalam setiap paragraf dengan kalimat-kalimat
yang membangun paragraf itu.

Aspek penilaian kepaduan


Kepaduan merupakan kekompakkan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
yang lain dalam membentuk suatu paragraf. Setiap kalimat mempunyai hubungan
timbal balik dengan kalimat lainnya, saling kait mengait sehingga menghasilkan
urutan pikiran yang teratur dan menghasilkan kepaduan.

Aspek penilaian ketepatan diksi


Pilihan kata yang tepat menjadi hal yang penting dengan alasan bahwa seseorang
yang mengarang harus memperhatikan setiap kata yang digunakan untuk
keberhasilan suatu karangan. Perbendaharaan kata yang luas juga harus
diperhatikan agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pembaca. Biasanya siswa
lebih banyak menggunakan diksi yang masih dipengaruhi oleh bahasa daerah
setempat dan ada pula yang menggunakan diksi yang berlebihan.

Aspek penilaian urutan isi karangan.


Urutan isi karangan yang dimaksud adalah urutan-urutan isi karangan yang
dibuat tersusun secara wajar, yakni dimulai dari pendahuluan, isi, dan penutup.

Aspek penilaian ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan


Sistem penulisan yang dimaksud adalah bagaimana ejaan-ejaan yang digunakan
dalam membuat karangan harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan,
sehingga karangan tersebut mudah dimengerti.
Daftar Pustaka

http://blogkublogku.blogspot.com/2009/11/syarat-topik-yang-baik-
pembatasan.html)
http://arie5758.blogspot.com/2012/06/pembatasan-topik-untuk-karangan-
tulisan.html#ixzz2MirS4klQ
(http://rororizky.blogspot.com/2012/11/tugas-bahasa-indonesia-topik-judul-
dan.html)
http://pyia.wordpress.com/2010/11/06/tematopikjudul-dalam-bahasa-
indonesia/http://shintaambarwaty.blogspot.com/2010/10/topiktema-dan-
judul_31.html

http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/struktur-karangan-ilmiah/

Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai