Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM SATUAN OPERASI

PENUKAR KALOR (HEAT EXCHANGER)

OLEH :

Alda Pramaesti (06154041546)


Ali Satria Wijaya (06154041547)
Ariska Sapni Putri (06154041548)
Daud Ifadah (06154041549)
Devi Triana (06154041551)
Efransyah (06154041552)
Fathona Saptara (06154041553)
Fatma Cahyani (06154041554)
Herlifia (06154041555)
Nurul Komariah (06154041563)
Kelas : 7 EGA
Instruktur : Ibnu Hajar, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018
PENUKAR KALOR
(HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui prinsip kerja Alat Penukar Kalor dan mempelajari karakteristik yang
dihasilkan dari perpindahan kalor antara fluida panas dan fluida dingin.

II. ALAT DAN BAHAN


- SeperangkatalatHeat Exchanger Type Double Pipe
- Cooler
- Pompa

III. DASAR TEORI


Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam proses
industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas
menuju fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan
mendinginkan fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida dimasukan
terlebih dahulu kedalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi
jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat
yang berperan dalam berbagai unit operasi, misalnya dalam industry obat-obatan
farmasi, industry perminyakan, industry makanan-minuman dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan
lebih memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai
macam hal yang menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat
diterapkan pada skala yang lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal
yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung
lewat tiga cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya.
Adapun perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi
dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung.
Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas
ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust, 1980).
Beberapa jenis heat exchanger :
1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang
ditunjukkan pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar
1 mengalir dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam
pipa. Cairan yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat
pemanas ini dapat dibuat dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga
membentuk U. Double pipe heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan
untuk aliran dengan laju aliran yang kecil (Geankoplis, 1983).
A Cold fluit in

B A’

Hot fluit out

Cold fluit out B’

Gambar 1.Alirandouble pipe heat exchanger

Gambar 2.Hairpin heat exchanger


(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang
moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger tersedia dalam :
- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell
(multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan
dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas
yang besar.Ukuran standar dari tees dan return head diberikan pada tabel 1.
Tabel 1. Double Pipe Exchanger fittings
Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
3 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang
efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi
perpindahan panasdan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger
section.(Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam
type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida
panas ada padainner pipe dan fluida dingin padaannulus pipe.
T2 T1 T1 T2

t1 t2 t2
t1

T T

T1
T1

T2 T2
t2

t1
L L
(a) (b)

T
T

T1

t2
T2
t1

L L
(c) (d)

Gambar 3. Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes)
maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang.
Sedangkan pada aliran countercurrent, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam
annulus masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar
5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Gambar 5.Double-pipe heat exchangers in series–parallel


Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:
a) Keuntungan
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat exchanger
untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area
permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.
3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan dengan
konstruksi pipa -U.
4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b) Kerugian
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak dibangun
untuk industry standar dimana pun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan single
shell dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus.
(Kern, 1983).

2. Shell And Tube Heat Exchanger


Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif
tinggi, yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus
dengan rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida
mengalir di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara
fluida dengan dinding annulus misalnya triangular pitch dan square pitch (Anonim1,
2009).

(a) (b)

Gambar 6. Shell and Tube, (a) Square pitch dan(b)Triangular pitch

Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan
pressure drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)
(Kern, 1983).

Gambar7.shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:


1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan
bentuk atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material
yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui oleh
para operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu kesatuan
yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
(Sitompul,1993).
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar
jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit
perawatannya
(Kern, 1983).
3. Plate Type Heat Exchanger
Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti stainless steel
atau tembaga. Plate dibuat dengandesign khusus dimana tekstur permukaan plate saling
berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit antara dua plate yang
berdekatan. Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti berlapis-lapis, susunan
plate-plate tersebut tertekan dan bersama-sama membentuk saluran alir untuk fluida.
Area total untuk perpindahan panas tergantung pada jumlah plate yang dipasang
bersama-sama seperti gambar dibawah:

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent


(Allan, 1981).

4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer


Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air
panas, instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam vessel
dipanaskan dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas. Pengaduk dan
baffle disediakan untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi tangki dapat
divariasikan dengan pengaturan tinggi pipa overflow. Temperatur diukur pada inlet dan
outlet fluida panas, vessel inlet dan isi vessel
Hot inlet

Hot outlet

Hot outlet Hot inlet

Cold Cold
inlet outlet

Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer


(Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).

Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:


1. Panas Konduksi Melalui Dinding Plat
Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara umum
dapat ditulis:
k.A
qk  (T1  T2 )
l
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

L
T1
qk
T2

Gambar 10. Konduksi Panas Melalui Dinding


2. Transfer Panas Konveksi
Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu tinggi ke
fluida yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan persamaan berikut:

qc  hc . A.Ts  T 

Fluid

T∞
hc qc

Gambar 11. Konveksi dari Permukaan ke Fluida


Kecepatan transfer panas konveksi bisa ditulis sebagai berikut:

Ts  T T
qc  
1 Rc
hc . A

3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang datar,
dapat dihitung dengan persamaan:

Q = U . A. (Ta – Tb)

Ta  Tb
U.A.(Ta – Tb) = 1 1
 
hc, a . A k.A hc ,b . A
1 1
U.A = 
1
L
1 R
hc, a . A hc,b . A
1
U=
1 L 1
 
hc , a k hc ,b .
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
4. Fouling Factor (Faktor Pengotor)
Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat adanya
timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh scale, karat, dan
sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa menetapkan kecepatan
penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat exchanger. Fouling factor
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1 1
Rf  
Ud U
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

Tabel 2.Fouling factors (coefficients), typical values

(source : Coulson, “Chemical Engineering”, vol 6, page : 640)


5. Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Ta L h c ,b
T1 q
fluida b
fluida a k
T2 Tb
hc,a

Gambar 12. Transfer Panas dari Fluida a ke b


Jika Ta> Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding sebelah kiri
dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara konduksi dari
permukaan sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.
Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding sebelah kiri
Tb.

q  hc.a . A (Ta  T1 )
q
 Ta  T1
h c.a A

Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.
k.A
q (T1  T2 )
L
q
 T1  T2
k.A L

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke fluida b.

q  hc.b . A.(T2  Tb )
q
 T2  Tb
hc.b . A

Penjumlahannya adalah:
 
 
Ta  Tb
q  T  T
 1 L 1  a b
   
 hc , a kA hc ,b 
Ta  Tb T
q 
1

L

1 R
h c , a kA h c ,b
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
6. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan
dulu nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan
keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic mean overall
temperature difference-LMTD) depat dihitung dengan formula berikut :

LMTD 
ΔTa  ΔTb 
ΔTa
ln
ΔTb
(Kern, 1983).

Untuk aliran countercurrent ;

a b
dTh
Th, in
mh
T dTc Th, out

Ta
Tb

mc
Tc, in dA
Tc, out

0 Atotal
Area

Gambar13. LMTD untuk alirancounter current

LMTD 
T1  t2   T2  t1
ln
T1  t2 
T2  t1

Untuk aliran cocurrent;


a b

Th, in
mh
dTh
Th, out

Ta T

Tc, out
dTc
mc
Tc, in dA

0 Atotal
Area

Gambar14. LMTD untukaliranconcurrent


LMTD 
T1  t1  T2  t2 
ln
T1  t1
T2  t2 

7. Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas aktual
dengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.
Keefektifan heat exchanger (ε)

q act mcp 1h.Th,in  Th,out 


ε 
q max mcp min Th,in  Tc,in 

q act mcp 1h.Tc,out  Tc,in 


ε 
q max mcp min Th,in  Tc,in 

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa menentukan
kecepatan transfer panas:
q  q act  ε.q max

q  ε.mcp min Th,in  Tc,in 


IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menghidupkan alat penukar kalor, kemudian melanjutkan dengan
menghidupkan pompa dan cooler.
2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater.
3. Mengatur salah satu laju alir dari fluida panas dan dingin konstan.
4. Mencatat temperatur yang terlihat pada display setiap 2 menit sebanyak 3
kali.
5. Mematikan pamanas tangki difluida panas setelah selesai.
6. Mematikan aliran fluida dingin pada cooler setelah 2 menit dahulu dari
fluida panas.
7. Mematikan peralatan penukar kalor.
V. DATA PENGAMATAN

Percobaan Minggu ke-1

Tabel 1. Aliran Co-Currrent

T1 (oC) T4 (oC) T3 (oC) T6 (oC)


No Laju alir (l/min)
(Hot Water) (Cold Water) (Hot Water) (Cold Water)

1 2 49,9 18,1 43,27 22,4

2 2,5 49,86 21,6 44,43 25,93

3 3 49,9 26,46 45,67 30,43

4 3,5 50,1 29,3 46,63 33,2

5 4 50,3 31,5 47,36 35,13

6 4,5 50,7 33,33 48,16 36,8

7 5 51,1 34,83 48,83 38,16

8 5,5 51,53 36,06 49,4 39,33

9 6 51,9 37 49,93 40,16

10 6,5 52,3 37,83 50,5 41


Percobaan Minggu ke-2

Tabel 2. Aliran Counter Currrent

T1 (oC) T4 (oC) T3 (oC) T6 (oC)


No Laju alir (l/min)
(Hot Water) (Cold Water) (Hot Water) (Cold Water)

1 2 50,03 23,16 43,06 18,96

2 2,5 49,8 27,83 44,6 23,8

3 3 49,86 30,73 45,6 27,1

4 3,5 50 33,1 46,53 29,6

5 4 50,2 34,9 47,3 21,6

6 4,5 50,56 36,5 47,96 33,33

7 5 50,93 37,76 48,53 34,7

8 5,5 51,3 38,8 49,16 35,73

9 6 51,7 39,8 49,8 36,83

10 6,5 52 40,52 50,2 37,6


Tabel 3. Data Hasil Perhitungan

Laju Jenis
No
Alir Co Currrent Counter Current

LMTD A UD RD LMTD A UD RD

1 2 46,72 1,24 66,22 2,89E-03 45,67 0,68 106,73 1,96E-05

2 2,5 42 0,82 111,2 2,56E-03 37,89 0,69 153,06 1,71E-03

3 3 51,88 1,12 105,08 1,82E-03 35,67 0,80 102,08 1,83E-03

4 3,5 30,26 1,07 112,22 2,24E-03 30,44 0,98 99,26 3,26E-03

5 4 27,56 1,03 113,63 2,04E-03 36,41 0,97 90 3,51E-03

6 4,5 25,47 1,23 115,81 1,02E-03 38,04 0,95 141,82 2,68E-03

7 5 27,2 1,11 105,8 1,90E-03 23,46 0,94 175,34 2,00E-03

8 5,5 23,4 1,10 130,7 1,94E-03 36,53 0,48 105,08 1,80E-03

9 6 21,88 1,09 124,695 2,06E-03 22,28 0,97 143,87 1,31E-03

10 6,5 21,36 0,98 143,87 1,40E-05 21,65 1,009 116,68 1,99E-03


VI. DATA PERHITUNGAN
a. Co-Current
Diketahui :
Laju alir = 2 L/min
T1 (Hot) = 49,9 oC
T4 (Cold) = 18,1 oC
T3 (Hot) = 43,27 oC
T6 (Cold) = 22,4 oC
- Fluida Panas
1 𝑚3 1 𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 35,315 𝑓𝑡 3 60 𝑚𝑖𝑛
Q = 2 L/min × × × ×
1𝐿 103 𝑑𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 𝑚3 1 ℎ𝑟

= 4,2378 ft3/hr
9
Tin = ( 5 × 49,9 oC) + 32 = 121,82 oF
9
Tout = ( 5 × 43,27 oC) + 32 = 109,89 oF

- Fluida Dingin
1 𝑚3 1 𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 35,315 𝑓𝑡 3 60 𝑚𝑖𝑛
Q = 4 L/min × × × ×
1𝐿 103 𝑑𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 𝑚3 1 ℎ𝑟

= 8,47 ft3/hr
9
tin = ( 5 × 18,1 oC) + 32 = 64,58 oF
9
tout = ( 5 × 22,4 oC) + 32 = 72,32 oF

1 × ½ in IPS pipe
cp air = 1 Btu/lb oF
2,205 𝑙𝑏 1 𝑚3
ρair = 997 kg/m3 × × = 62,2507 lb/ft3
1 𝑘𝑔 35,315 𝑓𝑡 3

- Laju alir massa fluida panas (mh)


𝑚
ρ = 𝑣

mh =ρ×v
= 62,2507 lb/ft3 × 4,2378 ft3/hr
= 263,806 lb/hr
- Laju alir massa fluida dingin (mc)
𝑚
ρ = 𝑣

mh =ρ×v
= 62,2507 lb/ft3 × 8,47 ft3/hr
= 527,61 lb/hr

1. Neraca Panas
 Qh = m × cp × ∆T
1 𝐵𝑡𝑢
= 263,806 lb/hr × × (121,82 – 109,89)oF
𝑙𝑏 ℉

= 3147,21 Btu/hr

 Qc = m × cp × ∆T
1 𝐵𝑡𝑢
= 527,61 lb/hr × × (72,32 – 64,58)oF
𝑙𝑏 ℉

= 4083,70 Btu/hr

2. LMTD
T1
121,82 oF
T1
109,89 oF

T2
72,32 oF
t1
64,58 oF

∆𝑡2 − ∆𝑡1 (𝑇1 − 𝑡1 )−(𝑇2 − 𝑡2 )


LMTD = ∆𝑡 = (𝑇 − 𝑡1 )
ln( 2 ) ln[(𝑇1 ]
∆𝑡1 2 − 𝑡2 )

(121,82 − 64,58)−(109,89 − 72,32)


= (121,82 − 64,58)
ln[(109,89 ]
− 72,32)

= 46,72 oF
3. Temperature Average (Tav)
(64,58+72,32)
(121,82+109,89)
tav = 2
Tav = = 68,45oF
2
= 115,86 oF Fluida Dingin (Inner)
Fluida Panas (Annulus)
4. Flow Area
4. Flow Area 1 𝑓𝑡
1 𝑓𝑡
D = 0,622 in |12 𝑖𝑛|
D2 = 1,049 in |12 𝑖𝑛|
=0,0518 ft
= 0,0874 ft
1 𝑓𝑡
D1 = 0,84 in |12 𝑖𝑛| = 0,07 𝑓𝑡 𝜋 𝐷2
𝑎𝑝 = 4
𝜋 (𝐷2 2 − 𝐷1 2 )
𝑎𝑜 = 3,14 (0,0518 𝑓𝑡)2
4 = 4
3,14 [(0,0874 𝑓𝑡)2 − (0,07𝑓𝑡)2 ]
= = 2,1063 × 10-3 ft3
4

= 2,1499 × 10-3 ft3


Equiv Diam
𝐷2 2 − 𝐷1 2 )
De = 𝐷1

[(0,0874 𝑓𝑡)2 − (0,07𝑓𝑡)2 ]


= 0,07 𝑓𝑡

= 0,0391 ft
5. Mass Velocity
𝑊
Ga = 𝑎
𝑜

263,806 𝑙𝑏/ℎ𝑟
= 2,1499 × 10−3 𝑓𝑡 2

= 122706,17 lb/hr ft2 5. Mass Velocity


𝑊
Ga = 𝑎
𝑝
o
6. Pada Tav = 115,86 F (Fig.14) 527,61 𝑙𝑏/ℎ𝑟
= 2,1063 × 10−3 𝑓𝑡 2
𝜇 = 0,62 cp
2,42 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟 = 250492,33 lb/hr ft2
0,62 cp | |
1 𝑐𝑝

= 1,50 lb/ft hr 6. Pada Tav = 68,45 oF (Fig.14)


𝜇 = 1,05 cp
2,42 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟
1,05 cp | |
1 𝑐𝑝

= 2,54 lb/ft hr
Reynold Number Reynold Number
𝐷𝑒 × 𝐺𝑎 𝐷𝑒 × 𝐺𝑝
Re = Re =
𝜇 𝜇
0,0391 𝑓𝑡 × 122706 𝑙𝑏/ℎ𝑟 𝑓𝑡 0,0518 𝑓𝑡 × 250492,33 𝑙𝑏/ℎ𝑟 𝑓𝑡
= =
1,50 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟 2,54 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟

= 3198,54 = 5108,47

7. jH = 10 (Fig.24) 7. jH = 18 (Fig.24)

8. Pada 115,86 oF, 8. Pada 68,45oF,


cp = 1,0 Btu/lb oF (Fig.2) cp = 1,1 Btu/lb oF (Fig.2)
115,86−86 68,45−32
k = 0,356 + ( ) k = 0,330 + ( )
140−86 86−32

(0,381-0,356) (0,356-0,330)
= 0,3698 Btu/hr ft2oF = 0,3476 Btu/hr ft2oF
(Tabel 4) (Tabel 4)
𝑐𝜇 1/3 1,0 × 1,50 1/3 𝑐𝜇 1/3 1,1 × 2,54 1/3
(𝑘) =( ) = 1,595 (𝑘) =( ) = 2,003
0,3698 0,3476

𝑘 𝑐𝜇 1/3 𝜇 0,14 𝑘 𝑐𝜇 1/3


9. ho= jH× ×( ) ×( ) 9. hi = jH × ×( ) ×
𝐷𝑒 𝑘 𝜇𝑤 𝐷𝑒 𝑘

𝜇 0,14
0,3698 (𝜇 )
= 10 × 0,0391 × 1,595 × 1,0 𝑤

0,3476
= 150,85 = 10 × 0,0581 × 2,003 × 1,0

= 241,94

10. Correct hi to the surface at the


Do
𝐼𝐷
hio = hi × 𝑂𝐷
0,622
= 241,94 × 0,840

= 179,15
11. Clean overall coefficient
ℎ ×ℎ
Uc = ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
𝑖𝑜 𝑜

179,15 ×150,85
= 179,15+150,85

= 81,89

12. Design overall cofficient


1 1
= + 𝑅𝑑
𝑈𝐷 𝑈𝑐
Rd = 0,002 (Required by problem)
1 1
= + 𝑅𝑑
𝑈𝐷 𝑈𝑐
81,89
UD= 1+0,16378

= 70,37

13. Required surface


Q = UD × A × ∆T
𝑄
A =𝑈
𝐷 × ∆𝑡

4083,70
Surface = 70,37 × 46,72

= 1,24 ft2
1,24
Required length = 0,22= 5,63 ≈ 6

14. The surface supplied will actually be 6 × 0,220 = 1,32 ft2


4083,70
UD =
1,32 × 46,72

= 66,22 Btu/hr ft2oF

𝑈𝑐 − 𝑈𝐷 81,89 − 66,22
Rd = = 81,89 × 66,22 = 2,89 × 10-3hr ft2oF/Btu
𝑈𝑐 ×𝑈𝐷
b. Counter Current
Diketahui :
Laju alir = 6 L/min
T1 (Hot) = 51,7 oC
T4 (Cold) = 39,8 oC
T3 (Hot) = 49,8 oC
T6 (Cold) = 36,85 oC

- Fluida Panas
1 𝑚3 1 𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 35,315 𝑓𝑡 3 60 𝑚𝑖𝑛
Q = 6 L/min × × × ×
1𝐿 103 𝑑𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 𝑚3 1 ℎ𝑟

= 12,71 ft3/hr
9
Tin = ( 5 × 51,7 oC) + 32 = 125,06 oF
9
Tout = ( 5 × 49,8 oC) + 32 = 121,64 oF

- Fluida Dingin
1 𝑚3 1 𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 35,315 𝑓𝑡 3 60 𝑚𝑖𝑛
Q = 4 L/min × × × ×
1𝐿 103 𝑑𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 𝑚3 1 ℎ𝑟

= 8,47 ft3/hr
9
tout = ( 5 × 39,8 oC) + 32 = 103,64 oF
9
tin = ( 5 × 36,85 oC) + 32 = 98,29 oF

1 × ½ in IPS pipe
cp air = 1 Btu/lb oF
2,205 𝑙𝑏 1 𝑚3
ρair = 997 kg/m3 × × = 62,2507 lb/ft3
1 𝑘𝑔 35,315 𝑓𝑡 3

- Laju alir massa fluida panas (mh)


𝑚
ρ = 𝑣

mh =ρ×v
= 62,2507 lb/ft3 × 12,71 ft3/hr
= 791,206 lb/hr
- Laju alir massa fluida dingin (mc)
𝑚
ρ = 𝑣

mc =ρ×v
= 62,2507 lb/ft3 × 8,47 ft3/hr
= 527,61 lb/hr

3. Neraca Panas
 Qh = m × cp × ∆T
1 𝐵𝑡𝑢
= 791,206 lb/hr × × (125,06 – 121,64)oF
𝑙𝑏 ℉

= 2705,924 Btu/hr

 Qc = m × cp × ∆T
1 𝐵𝑡𝑢
= 527,61 lb/hr × × (103,64 – 98,29)oF
𝑙𝑏 ℉

= 2820,857 Btu/hr

4. LMTD
T1
125˚F T2
121,64˚F
125,0
t2
6 125,06
103,67˚F
t1
125,06 98,29˚F

125,06
∆𝑡2 − ∆𝑡1 (𝑇1 − 𝑡2 )−(𝑇2 − 𝑡1 )
LMTD = ∆𝑡 = (𝑇 − 𝑡2 )
ln( 2 ) ln[(𝑇1 ]
∆𝑡1 2 − 𝑡1 )

(125,06 – 103,64)−(121,64 – 98,29)


= (125,06 – 103,64)
ln[ (121,64 ]
– 98,29)

= 22,28 oF
4. Temperature Average (Tav)
(103,64+98,29)
(125,06+121,64)
tav = 2
Tav = = 100.96 oF
2
= 123,35 oF Fluida Dingin (Inner)
Fluida Panas (Annulus)
9. Flow Area
9. Flow Area 1 𝑓𝑡
1 𝑓𝑡
D = 0,622 in |12 𝑖𝑛|
D2 = 1,049 in |12 𝑖𝑛|
=0,0518 ft
= 0,0874 ft
1 𝑓𝑡
D1 = 0,84 in |12 𝑖𝑛| = 0,07 𝑓𝑡 𝜋 𝐷2
𝑎𝑝 = 4
𝜋 (𝐷2 2 − 𝐷1 2 )
𝑎𝑜 = 3,14 (0,0518 𝑓𝑡)2
4 = 4
3,14 [(0,0874 𝑓𝑡)2 − (0,07𝑓𝑡)2 ]
= = 2,1063 × 10-3 ft3
4

= 2,1499 × 10-3 ft3


Equiv Diam
𝐷2 2 − 𝐷1 2 )
De = 𝐷1

[(0,0874 𝑓𝑡)2 − (0,07𝑓𝑡)2 ]


= 0,07 𝑓𝑡

= 0,0391 ft
10. Mass Velocity
𝑊
Ga = 𝑎
𝑜

791,206 𝑙𝑏/ℎ𝑟
= 2,1499 × 10−3 𝑓𝑡 2

= 368174,03 lb/hr ft2 10. Mass Velocity


𝑊
Ga = 𝑎
𝑝
o
11. Pada Tav = 123,35 F (Fig.14) 527,61 𝑙𝑏/ℎ𝑟
= 2,1063 × 10−3 𝑓𝑡 2
𝜇 = 0,59 cp
2,42 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟 = 250492,33 lb/hr ft2
0,59 cp | |
1 𝑐𝑝

= 1,4278 lb/ft hr 11. Pada Tav = 100,96oF (Fig.14)


𝜇 = 0,68 cp
2,42 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟
0,68 cp | |
1 𝑐𝑝

= 1,6456 lb/ft hr
Reynold Number Reynold Number
𝐷𝑒 × 𝐺𝑎 𝐷𝑒 × 𝐺𝑝
Re = Re =
𝜇 𝜇
0,0391 𝑓𝑡 × 368174,03 𝑙𝑏/ℎ𝑟 𝑓𝑡 0,0518 𝑓𝑡 × 250492,33 𝑙𝑏/ℎ𝑟 𝑓𝑡
= =
1,4278 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟 1,6456 𝑙𝑏/𝑓𝑡ℎ𝑟

= 10082,36 = 7884,96

12. jH = 40 (Fig.24) 12. jH = 29 (Fig.24)

13. Pada 123,35 oF, 13. Pada 100,96 oF,


cp = 1,0 Btu/lb oF (Fig.2) cp = 1,05 Btu/lboF (Fig.2)
123,35−86 100,96−86
k = 0,356 + ( ) k = 0,356 + ( )
140−86 140−86

(0,381-0,356) (0,381-0,356)
= 0,373 Btu/hr ft2 oF = 0,362 Btu/hr ft2 oF
(Tabel 4) (Tabel 4)
𝑐𝜇 1/3 1,0 × 1,4278 1/3 𝑐𝜇 1/3 1,05 × 1,6456 1/3
(𝑘) =( ) = 1,563 (𝑘) =( ) = 1,682
0,373 0,362

𝑘 𝑐𝜇 1/3 𝜇 0,14 𝑘 𝑐𝜇 1/3


10. ho = jH× ×( ) ×( ) 10. hi = jH × ×( ) ×
𝐷𝑒 𝑘 𝜇𝑤 𝐷𝑒 𝑘

𝜇 0,14
0,373 (𝜇 )
= 40 × 0,0391 × 1,563 × 1,0 𝑤

0,362
= 596,42 = 29 × 0,0518 × 1,682 × 1,0

= 340,88

11. Correct hi to the surface at the


Do
𝐼𝐷
hio = hi × 𝑂𝐷
0,622
= 340,88 × 0,840

= 252,41
12. Clean overall coefficient
ℎ ×ℎ
Uc = ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
𝑖𝑜 𝑜

252,41 ×596,42
= 252,41+596,42

= 177,33

13. Design overall cofficient


1 1
= + 𝑅𝑑
𝑈𝐷 𝑈𝑐
Rd = 0,002 (Required by problem)
1 1
= + 𝑅𝑑
𝑈𝐷 𝑈𝑐
1 1
= + 0,002
𝑈𝐷 177,33
UD = 130,90

14. Required surface


Q = UD × A × ∆T
𝑄
A =𝑈
𝐷 × ∆𝑡

2820,857
Surface = 130,90 × 22,28

= 0,967 ft2
0,967
Required length = = 4,3 ≈ 4
0,22

15. The surface supplied will actually be 4 × 0,220 = 0,88 ft2


2820,857
UD =
0,88 × 22,28

= 143,87 Btu/hr ft2 oF

𝑈 −𝑈 177,33 – 143,87
Rd = 𝑈𝑐 × 𝑈𝐷 = 177,33 × 143,87 = 1,31 × 10-3 hr ft2
𝑐 𝐷
o
F/Btu
VII. ANALISA DATA

Pada percobaan ini dilakukan pertukaran panas antara fluida panas dan fluida
dingin, yaitu air sebagai fluida kerjanya. Untuk fluida dingin disuplai dari cooler
sedangkan fluida panas dari heater. Adapun peralatan penukar panas memakai double
pipe heat exchanger dengan 2 minggu percobaan yang berbeda. Perbedaan percobaan
yang dilakukan adalah jenis aliran yaitu co-current dan counter current. Pada co-
current fluida dingin didalam tube sebelah dalam (inner tube) dan fluida panas di luar
tube (annulus) yang artinya satu lintasan tanpa cabang. Untuk melakukan percobaan
co-current valve yang harus dibuka adalah V1, V3, dan V4, untuk valve yang ditutup
adalah V2, V5, V6, dan V7. Percobaan dilakukan dengan temperatur dari fluida panas
±50˚C dan fluida dingin pada ±18˚C. Dilakukan pengambilan data untuk variasi laju
alir fluida panas dimulai dari 2L/min sampai 6,5 L/min dengan pengamatan sebanyak
3 kali tiap laju alir selama 2 menit sekali. Untuk fluida dingin ditetapkan laju alirnya
sebesar 4 L/min secara konstan.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui terjadi pertukaran panas
dimana fluida panas temperaturnya menurun dan fluida dingin temperaturnya
meningkat. Variasi laju alir juga mempengaruhi kenaikan temperature pada fluida
kerja. Untuk percobaan di minggu ke-2 dilakukan dengan aliran counter current yang
artinya aliran dari fluida dingin dan panasnya berlawanan arah sehingga terjadi proses
pertukaran panas. Untuk langkah percobaan ini masih sama seperti minggu pertama
dengan melakukan variasi laju alir fluida panas dan mencatat temperature fluida.
Namun terjadi perbedaan yaitu pada valve yang dibuka adalah V1, V2, dan V6.
Sedangkan pada V3, V4, V5, dan V7 ditutup.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Panas berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
2. HE tipe double pipe memiliki 2 bagian yakni annulus dan inner pipe.
3. Perpindahan panas menggunakan HE tipe double pipe dapat melalui 2 aliran
yakni Co-Current dan Counter Current.
4. Semakin besar laju alir fluida panas maka Tout fluida dingin semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Kasie Laboratorium Satuan Operasi.2018.Penuntun Praktikum Satuan
Operasi.Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Kern, Donald Q. 1950. Process Heat Exchanger. Mc. Graw-Hill Book Co: New
York.
GAMBAR ALAT

SeperangkatalatPenukarKalor
Heat Exchanger Type Double Pipe

Anda mungkin juga menyukai