1. TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan Double Pipe Heat Exchanger ini bertujuan untuk alat penukar
kalor jenis pipa ganda (double pipe HE) dengan menghitung koefisien
perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas dan perbandingan untuk aliran
searah (co-current) dan berlawanan arah (counter current).
Air panas
Air dingin
3. DASAR TEORI
3.1 Pengertian Heat Exchanger
Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger)
berfungsi mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua
bidang batas. Bidang batas pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang
terbuat dari berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat
tersebut.
Pada percobaan ini akan dilakukan pengamatan unjuk kerja alat
penukar kalor pipa ganda (double pipe exchanger) yang terdiri dari dua pipa
konsentris. Pipa berada di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan
bagian dalam dikenal sebagai pipa (tube).
1
ini, terdapat dari dua pipa konsentris, yaitu: annulus/shell (pipa yang berada
di luar) dan tube (pipa yang berada di dalam).
Pararel Flow
Kedua fluida mengalir dalam heat exchangerdengan aliran yang
searah. Kedua fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu yang
besar. Perbedaan temperatur yang besar akan berkurang seiring
dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur keluaran dari
fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
Counter Flow
Berlawanan dengan parallel flow, kedua aliran fluida yang mengalir
dalam HE masuk dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang
fluida dingin ini suhunya mendekati suhu dari masukan fluida panas
sehingga hasil suhu yang didapat lebih efektif dari paralel flow.
Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel
flow, dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-
state:
dQ=U(T-t)a”dL (1)
dQ=WCdT=wcdt (2)
Crossflow Heat Exchanger
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain.
Biasa dipakai untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya
sistem condenser uap (tube abd shell heat exchanger), dimana uap
memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan menyerap
panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
2
2. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang
disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya
menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube-tube menjadi
tube bundle dan sebagai pemisah antara tubeside dengan shellside.
3. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube, menahan
vibrasi yang disebabkan oleh aliran fluida , dan mengatur aliran turbulen
sehingga perpindahan panas lebih sempurna. Jenis baffle yaitu baffle
melintang (segmental, dish and doughnut) dan baffle memanjang.
4. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di
bagian paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar
jarak antara baffle yang satu dengan yang lainnya tetap.
A Cold fluit in
B A’
3
Gambar 2.Hairpin heat exchanger
Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk
extreme temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan
surface area yang moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat
exchanger tersedia dalam :
Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin
shell (multitube),
Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
Straight tubes,
Fixed tube sheets
4
3 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft
Panjang efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di
mana terjadi perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang
menonjol melewati the exchanger section.(Kern, 1983).
T2 T1 T1 T2
t1 t2 t2
t1
T T
T1
T1
T2 T2
t2
t1
L L
(a) (b)
T
T
T1
t2
T2
t1
L L
(c) (d)
Gambar 3Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current
5
sebelah dalam dan fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai
cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.
a) Keuntungan
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat
exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat
transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface
area permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature
cross.
3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam
kaitan dengan konstruksi pipa-U.
4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.
b) Kerugian
6
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing
dengan single shell dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus.
(Kern, 1983).
(a) (b)
(Kern, 1983).
7
Gambar 7. shell and tube heat exchanger
8
(Kern, 1983).
(Allan, 1981).
9
Hot inlet
Hot outlet
Cold Cold
inlet outlet
k.A
qk (T1 T2 )
l
T1
qk
T2
10
2. Transfer Panas Konveksi
Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang
bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung
dengan persamaan berikut:
qc hc . A.Ts T
Fluid
T∞
qc
hc
Ts T T
qc
1 Rc
hc . A
Q = U . A. (Ta – Tb)
Ta Tb
U.A.(Ta – Tb) = 1 1
hc, a . A k.A hc ,b . A
1 1
U.A =
1
L
1 R
hc, a . A hc,b . A
11
1
U=
1 L 1
hc , a k hc ,b .
1 1
Rf
Ud U
12
Proses Pembentukan Fouling dan Faktor Pengotoran pada Pipa
Ta L h c ,b
T1
q
fluida b
fluida a k
T2 Tb
hc,a
q hc.a . A (Ta T1 )
q
Ta T1
h c.a A
k.A
q (T1 T2 )
L
13
q
T1 T2
k.A L
q hc.b . A.(T2 Tb )
q
T2 Tb
hc.b . A
Penjumlahannya adalah:
Ta Tb
q T T
1 L 1 a b
hc , a kA hc ,b
Ta Tb T
q
1
L
1 R
h c , a kA h c ,b
LMTD
ΔTa ΔTb
ΔTa
ln
ΔTb
(Kern, 1983).
14
Untuk aliran countercurrent ;
a b
dTh
Th, in
mh
T dTc Th, out
Ta
Tb
mc
Tc, in dA
Tc, out
0 Atotal
Area
LMTD
T1 t2 T2 t1
ln
T1 t2
T2 t1
a b
Th, in
mh
dTh
Th, out
Ta T
Tc, out
dTc
mc
Tc, in dA
0 Atotal
Area
15
LMTD
T1 t1 T2 t2
ln
T1 t1
T2 t2
7. Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas
aktual dengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.
16
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menghidupkan alat penukar kalor, kemudian melanjutkan dengan
menghidupkan pompa dan cooler
2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater
3. Mengatur salah satu laju alir dari fluida panas dan dingin konstan
4. Mencatat temperatur yang terlihat pada display
5. Mematikan pamanas tangki difluida panas setelah selesai
6. Mematikan aliran fluida dingin pada cooler setelah 2 menit dahulu
dari fluida panas
7. Mematikan peralatan penuakr kalor
5. Data Pengamatan
17
REAKTOR
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengoperasikan reaktor CSTR
Mahasiswa dapat menghitung konversi kedua reaktan
II. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan
Seperangkat alat continuous reactor
Labu ukur 1000 ml
Gelas kimia 500 ml
Pipet ukur 25 ml
b. Bahan yang digunakan
CuSO4
HCl
Aquadest
18
A. Definisi Reaktor Kimia
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia, nuklir, dan biologis dan bukan secara fisika.
Jenis reaktor sangat beragam, karena itulah pada makalah ini hanya dibahas salah
satu jen is reaktor, yaitu reaktor kimia.
Reaktor kimia adalah segala temoat terjadinya reaksi kimia, baik dalam
ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala
industri. Tidak seperti skala kecil dalam tabung reaksi, reaktor ukuran komersil
industri perlu perhitungan yang teliti karena menyangkut jumlah massa dan energi
yang sangat besar.
Perbedaan antara reaktor kimia dengan reaktor nuklir adalah pada reaktor
kimia, tidak ada perubahan massa selama reaksi dan hanya berubah dari satu
bahan ke bahan lain, sementara pada reaktor nuklir ada perubahan massa yang
berubah menjadi energi yang sangat besar.
19
e. Kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang
cukup untuk perpindahan panas
a. Waktu tinggal
b. Volum (V)
c. Temperatur (T)
d. Tekanan (P)
e. Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3,...,Cn
f. Koefisien perpindahan panas (h,U)
Pada dasarnya dalam merancang reaktor perlu diperhatikan faktor
neraca massa dan energinya. Secara garis besar umumnya reaktor
dianggap ideal atau beroperasi dalam keadaan steady state, dengan
kata lain besarnya massa yang masuk akan sama dengan massa yang
keluar ditambah akumulasi.
20
Sementara untuk menunjang energi yang diperlukan agar
terjadinya reaksi kimia tertentu dalam reaktor, biasanya dilakukan
penambahan atau pengambilan panas dari reaktor dengan
menggunakan tipe heat exchanger tertentu, antara lain :
Secara umum terdapat dua jenis utama reaktor kimia yang dibedakan
berdasarkan bentuknya, antara lain :
21
dioperasikan, misalnya: setelah perbaikan atau pembelian baru, dimana komponen
produk masih berubah terhadap waktu.
Biasanya bahan yang direaksikan dalam reaktor kimia adalah cairan dan
gas, namun kadang-kadang ada juga padatan yang diikutkan dalam reaksi,
misalanya: katalisator, reagentinert. Tentu saja perlakuan terhadap bahan yang
akan direaksikan akan berbeda-beda bergantung pada mekanisme reaksinya.
1. Reaktor Tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna,
sehingga komposisi dan suhu di dalam reaktor setiap saat selalu seragam.
Dapat dipakai untuk proses batch, semi batch, dan proses alir.
2. Reaktor Pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor alir
pipa.Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan,
mengalir didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
22
1. Reaktor isotermal
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.
2. Reaktor Adiabatis
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor
dan sekelilingnya.
Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi
dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. (K naik
dan-rA besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis
C. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Keadaan Proses
Keadaan proses dalam industri terdapat tiga jenis, yakni: Batch, Semi
batch, dan Kontinyu. Berdasarkan tiga jenis proses ini juga dapat
digunakan dalam membedakan jenis reaktor yang digunakan, antara lain:
1. Reaktor batch
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan,
pencampuran produk, Batch distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair,
farmasi dan fermentasi.
Reaktor jenis ini memiliki ciri tidak terdapat aliran inlet atau outlet
selama operasi, memiliki pengaduk untuk mencampur reaktan, dan dalam
prosesnya harus berutan (tidak dapat dilakukan bersamaan) antara
mengisi bahan baku, operasi, pengeluaran produk, cleaning, dan
conditioning untuk mengolah bahan baku berikutnya.
2. Reaktor semi-batch
Reaktor semi-batch umumnya berbentuk tangki berpengaduk, cara
operasinya adalah dengan jalan memasukan sebagian zat pereaksi ke
dalam reaktor, sedangkan zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukan
secara kontinyu ke dalam reaktor.
Ada material yang masuk selama operasi ytanpa dipindahkan.Reaktan
yang masuk bisa dihentikan, dan produk bisa dipindahkan selama operasi
waktu tertentu.Tidak beroperasi secara steady state.
Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi dimasukkan
sekali ke dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang dihasilkannya
dikeluarkan secara kontinyu.Contoh lainnya adalah klorinasi, suatu reaksi
23
cair-gas, gas digelembungkan secara kontinyu dari dasar tangki agar
bereaksi dengan cairan di tangki yang diam (batch).
3. Reaktor kontinyu
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukan dan keluaran
(inlet/outlet) yang terdiri dari campuran homogen/heterogen. Reaksi
kontinyu di operasikan pada kondisi steady, dimana arus aliran masuk
sama dengan arus aliran keluar.
Reaktor kontinyu dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu :
Reaktor AlirTangki Berpengaduk (RATB) atauContinous Stirred
Tank Reaktor (CSTR)
Biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi
pengadukan sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reactor
seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini
biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana semua bahan baku
dan katalisnya berfasa cair, atau reaksi antara cair dan gas dengan
katalis cair.
Kelebihan:
a. Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
24
b. Realtif murah dalam instalasi
c. Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
d. Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan
Kekurangan:
e. Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif
kecil bila dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu
lainnya.
25
PFR yang dipasang seri maka konversinya akan sama dengan
PFR tunggal yang panjangnya sama dengan jumlah dari panjang tiap
reaktor PFR penyusun, sementara untuk yang dipasang paralel tujuan
nya sama dengan CSTR, yakni meningkatkan kapasitas produksi
dengan konversi yang sama.
PFR memiliki aplikasi yang luas, baik dalam sistem fasa gas,
maupun fasa cair. Umumnya digunakan pada sintesis amoniak dari
unsur-unsur penyususnnya, dan oksidasi sulfur dioksida menjadi
sulful trioksida.
26
- Dekomposisi/Penguraian atau reaksi analisis
AB = A + B
- Reaksi Subtitusi Tunggal
A + BC = AC + B
- Reaksi Subtitusi Gabda/Metatesis
AB + CD = CB
27
5. Slurry Reaktor
Reaktor ini menggunakan liquid sebagai reaktan dan solid sebagai katalis.
Biasanya terdiri dari liquid stirred tank, pada beberapa keadaan, gas sebagai
reaktan juga diembunkan melalui reaktan. Keberadaan katalis sebagai slurry
membuat penambahan dan pengambilan katalis dalam proses menjadi mudah.
28
IV. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan larutan yang akan dihasilkan
2. Memasukkan larutan ke dalam feed tank 1 dan 2
3. Menghubungkan kabel ke soket dan menghidupkan switch ke posisi ON
4. Mematikan valve AF1 dan AF2 pada tangki terbuka dan Valve A31 dan A32
pada supply tank tertutup
5. Menghidupkan pump 1 dan pump 2 akan mengalir ke supply tank
6. Umpan akan mengalir ke float flowmeter, dan akan didistribusi ke tiap-tiap
reaktor
29
3. Reaktan akan naik ke kolom dan akan bereaksi sehingga kolom yang diisi
dengan packed
4. Apabila packed column telah terisi penuh, produk akan mengalir dari atas
kolom
5. Membuka valve A8 untuk mengeluarkan produk
6. Menganalisa produk
V. DATA PENGAMATAN
a) Penambahan CuSO4 secara perlahan
Waktu (sekon) Konduktivitas ( S) Suhu (°C)
30
EVAPORASI
I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja evaporasi
- Mahasiswa dapat mengoperasikan alat evaporasi
31
Perlu diperhatikan bahwa titik didih cairan murni dipengaruhi oleh
tekanan.Makin tinggi tekanan, maka titik didih juga semakin tinggi.
Hubungan antara titik didih dengan tekanan uapnya dapat dirumuskan
dengan persamaan Antoine :
B
log(P°) = A −
C+t
Titik didih larutan yang mengandung zat yang sulit menguap akan
tergantung pada tekanan dan kadar zat tersebut. Pada tekanan yang sama,
makin tinggi kadar zat, makin tinggi titik didih larutannya. Beda antara titik
didih larutan dengan titik didih pelarut murninya disebut kenaikan titik didih
(boiling point rise)
1. Konsentrasi
32
Walaupun cairan encer diumpankan ke dalam evaporator mungkin
cukup encer sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika
konsentrasinya meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual.
Densitas dan viskositasnya meningkat bersamaan dengan kandungan zat
padatnya, hingga larutan itu menjadi jenuh, atau jika tidak, menjadi terlalu
lamban sehingga tidak dapat melakukan perpindahan kalor yang memadai.
Jika zat cair jenuh dididihkan terus, maka akan terjadi pembentukan kristal,
dan kristal ini harus dipisahakan karena bisa menyebabkan tabung
evaporator tersumbat. Titik didih larutanpun dapat meningkat dengan sangat
bila kandungan zat padatnya bertambah, sehingga suhu didih larutan jenuh
mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih air pada tekanan yang sama.
2. Pembentukan Busa
Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat-zat organik, membusa (foam)
pada waktu diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama
uap, dan menyebabkan banyaknya bahan yang terbawa-ikut. Dalam hal-hal
yang ekstrem, keseluruhan massa zat cair itu mungkin meluap ke dalam
saluran uap keluar dan terbuang.
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan kerak pada permukaan
pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin
berkurang, sampai akhirnya operasi evaporator terpaksa dihentikan untuk
membersihkannya. Bila kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu
tidak mudah dan memakan biaya.
5. Bahan Konstruksi
33
Bilamana mungkin, evaporator itu dibuat dari baja. Akan tetapi,
banyak larutan yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi
terkontaminasi oleh bahan itu. Karena itu digunakan juga bahan-bahan
kondtruksi khusus, seperti tembaga, nikel, baja tahan karat, aluminium,
grafit tak tembus dan timbal. Oleh karena bahan-bahan ini relatif mahal,
maka laju perpindahan kalor harus harus tinggi agar dapat menurunkan
biaya pokok peralatan.
34
) dipisahkan dengan dari padatan pengotornya ( Padatan pengotor tidak
volatil ) dengan proses penguapan. Pada praktikum ini penekanannya pada
pengguaan neraca massa dan neraca energi untuk mengetahui performance
dari suatu unit operasi, dan mendapatkan kondisi optimal proses.
Entalpi ( H )
Isi panas dari satu satuan massa bahan dibandingkan dengan isi panas
dari bahan tersebut pada suhu referensinya.
Hl = Panas Sensibel
= Cp1( T – TR )
= Cp1 ( Tb – TR ) – λ . CpV ( T – Tb )
kJ
4,182
Kg 0 C
35
CpV = kapasitas panas bahan dalam keadan uap kJ , untuk uap air
Kg0C
λ = panas laten / panas penguapan bahan, untuk air pada suhu 100 °C
= 2260,16 kJ
Kg
FT=O + D……………………………………………………………( 1
)
36
Karena FB = V = D
O + FB = O + D = FT
Q = D . HV + Qloss ….……………………………………………..(
4)
37
3. Tekanan; semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi
terjadi. Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah
dikosongkan (tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara; pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang
yang sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu pergerakan
molekul air. Hal ini sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan; cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih
cepat daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan
titik didih 357°C lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik
didihnya 35°C.
Kalor sensibel adalah kalor yang dibuthkan untuk menaikan suhu air.
Bila kita memanaskan suhu air maka secara perlahan suhu air akan terus
naik dan pada suatu titik akan mendidih. Kalor sensibel bisa diliat pada
grafik di atas, yaitu garis yang semakin naik. Kalor sensibel bisa dicari
dengan menggunakan rumus :
Q = m c (T2-T1)
38
Dimana :
m = massa benda
c = panas jenis
Q=mL
Dimana :
m = massa benda
39
- Menghitung volume cairan hasil evaporasi
- Ketika semua proses selesai, tombol heater diatikan dengan memutar
tombol kearah kiri
- Mematikan main operator dengan memutarnya ke posisi off
- Mencabut kabel evaporator pada stop kontak
- Menunggu sampai kondisi evaporator dalam keadaan suhu ruang,
kemudian mematikan kondenser.
-
V. DATA PENGAMATAN
Tabel antar waktu dan suhu
Waktu (Menit) Suhu (°C)
Sampel
Destilat
Total
Panas Hilang
40
TRAY DRYER
1. Tujuan Percobaan
a. Mendapatkan produk silika gel sesuai dengan standar JIS-0701.
b. Menentukan laju perpindahan panas konveksi (qc) dan konduksi (qk)
dari proses pengeringan silika gel berbasis ampas tebu dengan
menggunakan alat pengering tipe tray dryer.
2. Teori
Silika adalah suatu mineral yang penyusun utamanya berupa silikon
dioksida (SiO2).Silika tersusun dari dua unsur yang terdiri dari silikon (Si)
dan oksigen (O2) dimana keduanya merupakan unsur yang paling banyak di
alam.Diperkirakan 60% dari kerak bumi ini tersusun dari silika.Silika yang
ada di bumi ini biasanya ditemukan dalam bentuk silikat (Lujan, 2007).
41
Penampilan Kristal transparan
b. Reaksi Basa
Silika dapat bereaksi dengan basa, terutama dengan basa kuat, seperti
dengan hidroksil alkali.
SiO2(s) + 2NaOH(aq) → Na2SiO3 + H2O …..(Vogel, 1985)
Silka Gel
Silika gel merupakan salah satu bentuk silika amorf yang paling luas
penggunaannya karena silika gel memiliki kemampuan menyerap air.Hal ini
42
disebabkan silika gel sangat berpori dan memiliki Gugus Si-OH dipermukaannya
sehingga mudah menyerap air. Partikel silika gel adalah inti yang terdiri dari atom
silikon yang terikat bersama silikon lain oleh adanya atom oksigen dengan ikatan
siloksan (Si– O–Si) sehingga pada permukaan tiap partikel primer terdapat gugus
−OH yang tidak terkondensasi yang berasal dari monomer asam silikat. Gugus
−OH yang kemudian dikenal dengan gugus silanol inilah yang memberikan sifat
polar pada silika gel dan merupakan sisi aktif silika gel (Ida, 2018).
Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2).Sol mirip agar – agar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang
bersifat tidak elastis.Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat
penyerap, pengering dan penopang katalis.Garam – garam kobalt dapat diabsorpsi
oleh gel ini.
Silika gel memiliki standar teknis untuk lembaga inspeksi nasional seperti MIL-
D3464E, JISS-0701, DIN 55473 dan sebagainya.Berikut ini adalah tabel
spesifikasi silica gel desicant sesuai standar JIS-0701.
Spesifikasi Silika Gel Standar JIS-0701
ITEM TEST Standar JIS-0701
43
Kelembaban:
Pengeringan
Pengeringan mempunyai pengertian aplikasi pemanasan melalui kondisi
yangteratur, sehingga dapat menghilangkan sebagian besar air dalam suatu bahan
dengan cara diuapkan. Penghilangan air dalam suatu bahan dengan cara
pengeringan mempunyai satuan operasi yang berbeda dengan dehidrasi. Dehidrasi
akan menurunkan aktivitas air yang terkandung dalam bahan dengan cara
mengeluarkan atau menghilangkan air dalam jumlah lebih banyak, sehingga umur
simpan bahan pangan menjadi lebih panjang atau lebih lama (Muarif,2013).
Mekanisme Pengeringan
Udara yang terdapat dalam proses pengeringan mempunyai fungsi sebagai
pemberi panas pada bahan, sehingga menyebabkan terjadinya penguapan air.
Fungsi lain dari udara adalah untuk mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh
bahan yang dikeringkan. Kecepatan pengeringan akan naik apabila kecepatan
udara ditingkatkan. Kadar air akhir apabila mulai mencapai kesetimbangannya,
maka akan membuat waktu pengeringan juga ikut naik atau dengan kata lain lebih
cepat (Muarif, 2013).
Faktor yang dapat mempengaruhi pengeringan suatu bahan pangan adalah:
(Buckle dkk., 1987):
Sifat fisik dan kimia dari bahanpangan.
44
Proses pemindahan dari media pemanas ke bahan yang dikeringkan
melalui dua
Tahapan proses selama pengeringanyaitu:
a. Proses perpindahan panas terjadinya penguapan air dari bahan yang
dikeringkan.
b. Proses perubahan air yang terkandung dalam media yang dikeringkan
menguapkan air menjadigas.
Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian, yaitu panas harus
diberikan pada bahan yang akan dikeringkan, dan air harus dikeluarkan dari dalam
bahan. Dua fenomena ini menyangkut perpindahan panas ke dalam dan
perpindahan massa keluar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kecepatan
pengeringanadalah:
Luas Permukaan
Perbedaan SuhuSekitar
Kecepatan AliranUdara
KelembabanUdara
LamaPengeringan
Tray Dryer
Tray dryer atau alat pengering tipe rak, mempunyai bentuk persegi
dandidalamnya berisi rak-rak, yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering
jenis ini rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat
pengeringnya. Bahan diletakan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam yang
45
berlubang. Kegunaan lubang-lubang tersebut untuk mengalirkan udara panas.
Ukuran yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200 cm2 dan
ada juga yang 400 cm2. Luas rak dan besar lubang-lubang rak tergantung pada
bahan yang dikeringkan. Apabila bahan yang akan dikeringkan berupa butiran
halus, maka lubangnya berukuran kecil. Pada alat pengering ini bahan selain
ditempatkan langsung pada rak-rak dapat juga ditebarkan pada wadah lainnya
misalnya pada baki dan nampan. Kemudian pada baki dan nampan ini disusun
diatas rak yang ada di dalam pengering. Selain alat pemanas udara, biasanya juga
digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering.
Udara yang telah melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat ini
udara dipanaskan lebih dulu kemudian dialurkan diantara rak-rak yang sudah
berisi bahan. Arah aliran udara panas didalam alat pengering bisa dari atas ke
bawah dan bisa juga dari bawah ke atas, sesuai dengan dengan ukuran bahan yang
dikeringkan. Untuk menentukan arah aliran udara panas ini maka letak kipas juga
harus disesuaikan (Unari Thaibdkk.,2008).
Perpindahan Panas
Dalam proses pengeringan terjadi proses perpindahan panas yang terbagi
menjadi konduksi (hantaran), dan konveksi.
46
medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi
terjajadi karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul yang cukup besar.Menurut teori kinetik, temperatur elemen suatu zat
sebanding dengan energi kinetik rata-rata molekul-molekul yang membentuk
elemen itu.Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh
kecepatan dan positif relativ molekul-molekulnya disebut energi dalam.Jadi,
semakin cepat molekul-molekul bergerak, semakin tinggi suhu maupun energi
dalam elemen zat.
Bila molekul-molekul di satu daerah memperoleh energi kinetik rata-rata
yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh molekul-molekul disuatu daerah
yang berdekatan, sebagaimana diwujudkan oleh adanya beda suhu, maka molekul-
molekul yang memiliki energi yang lebih besar itu akan memindahkan sebagian
energinya kepada molekul-molekul di daerah yang bersuhu lebih rendah.
Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat
padat yang tidak tembus cahaya.Konduksi penting pula dalam fluida-fluida, tetapi
di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi.
Jika media perpindahan panas konduksi berupa cairan, mekanisme
perpindahan panas yang terjadi sama dengan konduksi dengan media gas, hanya
kecepatan gerak molekul cairan lebih lambat daripada molekul gas. Tetapi jarak
antara molekul-molekul pada cairan lebih pendek dari pada jarak antara molekul-
molekul pada fase gas.Berikut persamaan dari laju perpindahan panas konduksi.
𝑞𝑘 = 𝑈𝑘 (𝑇 − 𝑇𝑠 )𝐴 ..... (Geankoplis, 1978)
Dimana:
qk =Laju perpindahan panas konduksi
A = Luas penampang
T = Temperatur udara
𝑇𝑠 = Temperatur pelat
1
𝑈𝑘 =
1⁄ + 𝑚⁄ + 𝑧𝑠⁄
𝑧
ℎ𝑐 𝑘𝑚 𝑘𝑠
zm(ketebalan pelat)zs(ketebalan bahan)
km(konduktivitas termal pelat)ks(konduktivitas termal bahan)
47
hc(koefisien perpindahan panas)
48
3. Bahan dan Alat
Seperangkat alat Tray Dryer
Tungku pembakar
Ph meter
Timbangan
Erlenmeyer
Kertas saring Whatman no 41
Vacuum Pump
Silica gel
NaOH 1 M
CH3COOH
4. Prosedur kerja
Menyiapkan bahan yang akan dikeringkan menggunakan tray
dryer.
Menyiapkan termometer bola basah, termometer bola kering dan
peralatan penunjang proses penelitian lainnya.
Menimbang berat awal hydrogel sebelum proses pengeringan.
Menyalakan kompresor.
Mengatur besarnya temperatur untuk proses pengeringan.
Memasukkan hydrogel kedalam rak pengeringan dan mengamati
proses pengeringan yang terjadi.
Mengukur temperatur bola basah, temperatur bola kering hydrogel
setelah pengeringan dari 0 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit,
210 menit, 240 menit, 300 menit, 330 menit, 360 menit.
Setelah proses pengeringan selesai, mematikan semua alat proses.
5. Data pengamatan
Berat awal umpan :
Berat akhir umpan :
Temperatur bola basah :
49
Temperatur bola kering :
Laju udara masuk :
Laju udara keluar :
6. Analisis percobaan
7. Tugas / perhitungan
Menghitung % penurunan kadar air dalam silika gel pada masing-
masing waktu pengeringan yang telah dilakukan.
Menghitung laju pengeringan silika gel setiap masing-masing
waktu.
Menentukan mekanisme laju pengeringan terhadap kadar
penurunan kadar air dalam silika gel sesuai standar
8. Kesimpulan
9. Gambar alat
50
MEMBRAN TERVAPORASI
1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan etanol dengan tingkat kemurnian mencapai 99% dan sesuai
dengan standar SNI
Menentukan kinerja membran pervaporasi terhadap etanol yang dihasilkan
Menentukan temperatur optimum terhadap kenaikan fluks dan penurunan
selektivitas
2. Teori
Membran merupakan alat pemisah berupa penghalang yang bersifat
selektif yang dapat memisahkan dua fase dari berbagai campuran. Campuran
tersebut dapat bersifat homogen atau heterogen dan dapat berupa padatan, cairan
atau gas.Transportasi pada membran terjadi karena adanya driving force yang
dapat berupa konveksi atau difusi dari masing-masing molekul, adanya tarik
menarik antar muatan komponen atau konsentrasi larutan, dan perbedaan suhu
atau tekanan (Pabby et al, 2009).
Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis,
bersifat semipermeabel yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran
molekuler (spesi) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang
lebih besar dari pori membran akan tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang
lebih kecil dari pori membran akan lolos menembus pori membran (Kesting, RE,
2000).
Menurut Mulder (1996), membran dapat diklasifikasikan berdasarkan
asalnya, struktur/morfologi, prinsip pemisahan, dan sifat listriknya.
51
d. Berdasarkan sifat listrik
Membrane bermuatan tetap
Membrane tidak bermuatan tetap
52
menjadi permeat. Untuk kasus dead end, resistan meningkat menurut ketebalan
lapisan fouling yang terbentuk pada permukaan membran.
Kinerja Membran
Kinerja atau efisiensi perpindahan didalam membran ditentukan oleh dua
parameter yaitu :
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat atau fluks
adalah jumlah volume permeat yang melewati satu satuan permukaan luas
membran dengan waktu tertentu dengan adannya gaya dorong dalam hal ini
berupa tekanan. Pada proses filtrasi, nilai fluks yang umum dipakai adalah fluks
volume yang dinyatakan sebagai volume larutan umpan yang dapat melewati
membran per satuan waktu per satuan luas membran. Faktor yang mempengaruhi
permeabilitas adalah jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran dan
larutan umpan, viskositas larutan serta tekanan dari luar.
Permeabilitas membran dilihat dari fluks, dimana fluks adalah kecepatan
aliran melewati membran yang dihitung dengan persamaan:
𝑉
J = 𝐴 .𝑡
Dalam hal ini, J adalah fluks cairan, sedangkan V adalah volume permeat,
dan t adalah waktu permeat, serta A adalah luas permukaan membran.
b. Selektivitas
Selektivitas suatu membran merupakan ukuran kemampuan suatu alat
membran keramik menahan suatu suspensi atau melewati suatu suspensi tertentu
lainnya. Faktor yang mempengaruhi selektivitas adalah besarnya ukuran partikel
yang akan melewatinya, interaksi antara membran, larutan umpan dan ukuran
pori. Parameter yang digunakan untuk menggambarkan selektivitas membran
adalah koefisien rejeksi (R), yaitu fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak
menembus membran.
53
Dalam hal ini, Cp adalah konsentrasi zat terlarut di dalam permeat dan Cb
adalah rata-rata konsentrasi zat terlarut di dalam umpan (feed) dan rentetat.
Ukuran pori juga berperan dalam menentukan selektifitas membran, dimana
membran yang memiliki ukuran pori kecil akan memberikan tolakan yang lebih
besar daripada membran yang mempunyai ukuran pori lebih besar (Mulder,
1991).
Teknologi Pervaporasi
54
parsial pada bagian permeat lebih rendah dari tekanan uap jenuh.Daya dorong
biasanya dikontrol dengan memberikan tekanan vakum. Alternatif lain, digunakan
gas inert sebagai pembawa seperti uap air atau udara, sehingga tekanan parsialnya
menurun dari komponen permeat (Rautenbach & Albrecht, 1989).
Pervaporasi merupakan proses pemisahan membran yang relatif baru,
dimana secara umum digunakan untuk pemisahan berdasarkan prinsip seperti
osmosa balik dan pemisahan gas membran. Dalam pervaporasi, campuran cairan
yang dipisahkan (umpan) ditempatkan berkontak pada salah satu sisi dari
membran dan produk yang diserap (permeat) dipisahkan sebagai uap bertekanan
rendah dari sisi yang lain. Uap permeat dapat dikondensasikan dan dihasilkan
sesuai yang diinginkan. Gradien potensial kimia yang melewati membran adalah
daya dorong untuk perpindahan massa. Daya dorong tersebut dapat diperoleh
dengan menggunakan pompa vakum atau pembawa inert (umumnya udara atau
uap) pada bagian permeat untuk menjaga tekanan uap permeat lebih rendah dari
tekanan parsial cairan umpan.
Penerapan pervaporasi dapat digolongkan menjadi tiga kategori :
a. Dehidrasi pelarut organik,
b. Pemisahan senyawa organik dari larutan,
c. Pemisahan dari campuran organic anhidrat.
Pemisahan pervaporasi ditentukan oleh sifat kimia dari penyusun membran,
struktur fisik dari membran, sifat fisikokimia dari campuran yang akan
dipisahkan, dan interaksi antara permeat-membran (Huang and Feng, 1997).
Proses pemisahan etanol dari komponen cair lainnya menggunakan teknik
konvensional yaitu distilasi (penyulingan) dengan memanfaatkan perbedaan titik
uap antara etanol dan komponen – komponen cair lainnya. Distilasi dapat
menghasilkan etanol yang lebih murni, tetapi maksimal hanya menghasilkan
konsentrasi sebesar 95,6 % (pada titik azeotropnya), proses pemisahan yang relatif
lama dan memerlukan energi yang relatif besar. Pada pervaporasi etanol-air,
membran yang digunakan harus bersifat hidrofilik dan selektif.
Selulosa nitrat merupakan suatu senyawa kimia buatan yang digunakan
dalam film fotografi.Secara kimia, selulosa nitrat adalah ester dari asam nitrat dan
selulosa.Selain pada film fotografi, senyawa ini juga digunakan sebagai
55
komponen dalam bahan perekat, serta sebagai serat sintetik.Selulosa nitrat, pada
dasarnya merupakan salah satu jenis polimer yang paling banyak digunakan untuk
industri.
Kebutuhan energi untuk dehidrasi etanol dengan berbagai metode
pemisahan dapat dilihat pada tabel
(kJ/kg)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pervaporasi merupakan pilihan yang
paling hemat energi dalam dehidrasi etanol – air (Huang, et al., 2006).
Peningkatan tekanan pada sisi bagian bawah membran dalam pervaporasi
dapat menurunkan selektivitas.Tekanan sisi bagian bawah membran ini
menentukan parameter fluks.Tetapi tekanan pada sisi atas membran hanya
memberikan pengaruh yang sangat sedikit.Ketika temperatur umpan dinaikkan,
fluks pervaporasi meningkat, pengaruh ini sangat penting karena selektivitas
menurun dengan meningkatnya temperatur umpan operasi. Karena kelarutan dan
defusivitas dari campuran yang akan dipisahkan merupakan fungsi dari
konsentrasi komponen yang terkandung di dalam campuran tersebut, maka fluks
dan selektivitas tergantung pada komposisi umpan (Bungay, et al., 1983).
Dalam pervaporasi, campuran cairan yang akan dipisahkan dikontakkan
dengan salah satu sisi membran dan permeatnya dikeluarkan pada tekanan uap
rendah dari sisi membran yang lain. Berdasarkan sifat difusi larutan, pervaporasi
berlangsung tiga tahap:
56
1. Penyerapan permean dari campuran cairan ke dalam membran;
2. Difusi permean melalui membran, dan
3. Desorpsi permean menjadi fasa uap
Pemisahan berdasarkan membran berpotensi penting karena lebih sedikit
energi yang digunakan dan lebih ekonomis dibandingkan dengan teknologi
pemisahan lainnya.Adapun mekanisme pemisahan dengan menggunakan
membran ditunjukkan pada gambar berikut.
57
Pemisahan dengan membran dilakukan dengan mengalirkan feed ke
dalam membran kemudian akan terpisah sesuai driving force yang digunakan.
Proses pemisahan dengan membran menghasilkan dua aliran yaitu permeate dan
retentate. Permeate merupakan hasil pemisahan yang diinginkan sedangkan
retentate merupakan hasil sisa (Pabby et al, 2009).
Besarnya fluks dihitung dari besarnya laju alir yang melewati setiap
luas permukaan membran. Semakin besar laju alir permeate dan semakin kecil
luas permukaan membran maka fluks yang dihasilkan semakin besar. Rejeksi
merupakan ukuran perbandingan konsentrasi permeate dan retentate yang berhasil
dipisahkan.
58
Aplikasi penggunaan : pervaporasi, permeasi gas, permeasi uap, dialisis,
dialisis-difusi. Selektivitas (𝞪) umumnya dinyatakan oleh satu dari dua parameter:
Retensi (R) atau Faktor Pemisahan (𝞪)
𝐶𝑓−𝐶𝑝 𝐶𝑝
R= = 1- 𝐶𝑓
𝐶𝑓
4. Prosedur Percobaan
Proses Pervaporasi
59
3. Memanaskan etanol pada suhu 1000C, sehingga air dalam etanol berubah
menjadi uap air. Mengatur tekanan konstan pada 600 mbar.
4. Meletakkan termos yang berisi es batu pada kedua tabung gelas sebagai
penampung uap air.
5. Uap air akan melewati membran, sedangkan etanol akan tertahan karena
membran yang digunakan tidak berpori.
6. Pompa vakum akan menyerap uap air, sehingga uap air masuk ke tabung
gelas dan terkondensasi kembali menjadi air sedangkan etanol akan
kembali ke tangki umpan.
7. Mengukur volume dan menganalisa produk etanol yang dihasilkan.
8. Mengulangi langkah 2-4 dengan variasi temperatur yaitu 1000C, 1050C,
1100C, 1150C, dan 1200C.
5. Data Pengamatan
Diameter membrane :
Ukuran pori :
Berat permeat :
Tekanan mula-mula :
Temperature mula-mula :
6. Analisis percobaan
7. Tugas / Perhitungan
Hitung fluks membrane
Hitung selektivitas membrane
8. Kesimpulan
9. Gambar alat
60
61