Anda di halaman 1dari 13

REVIEW ALAT PENUKAR KALOR/HEAT EXCHANGER

1. Hasil Kegiatan

Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam
proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida
panas menuju fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan
dan mendinginkan fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida
dimasukan terlebih dahulu ke dalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai
dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, heat
exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi,
misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri
makanan-minuman dan lain-lain. Beberapa jenis heat exchanger :

1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)

Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang
ditunjukkan pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada
gambar 1 mengalir dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang
mengalir di dalam pipa. Cairan yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau
countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat dari pipa yang panjang dan
dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe heat exchanger
merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang
kecil (Geankoplis, 1983).
A Cold fluit in

B A’

Hot fluit out

Cold fluit out B’

Gambar 1. Aliran double pipe heat exchanger

Gambar 2. Hairpin heat exchanger

1
Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk
extreme temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface
area yang moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger
tersedia dalam :

- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell
(multitube),

- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,

- Straight tubes,

- Fixed tube sheets

Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan
dan dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas
permukaan panas yang besar. Ukuran standar dari tees dan return head diberikan
pada tabel 1.

Tabel 1. double Pipe Exchanger fittings

Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS

3 1¼

2½ 1¼

3 2

4 3

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft
Panjang efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana
terjadi perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati
the exchanger section. (Kern, 1983).

Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran
dalam type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana
aliran fluida panas ada pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.

2
T2 T1 T1 T2

t1 t2 t2
t1

T T

T1
T1

T2 T2
t2

t1
L L
(a) (b)

T
T

T1

t2
T2
t1

L L
(c) (d)

Gambar 3 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner
tubes) maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa
cabang. Sedangkan pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan
fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada
gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Gambar 5. Double-pipe heat exchangers in series–parallel

Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:

a) Keuntungan

 Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat


exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat
transfer coefficient.

3
 Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface
area permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature
cross.

 Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam


kaitan dengan konstruksi pipa-U.

 Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b) Kerugian

 Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.

 Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing


dengan single shell dan tube heat exchanger.

 Desain penutup memerlukan gasket khusus.

2. Shell And Tube Heat Exchanger

Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan
relatif tinggi, yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu
annulus dengan rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang
optimal). Fluida mengalir di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi
perpindahan panas antara fluida dengan dinding annulus misalnya triangular
pitch dan square pitch (Anonim1, 2009).

(a) (b)

Gambar 6. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch

Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan
pressure drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)

4
Gambar 7. shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:

 Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar


dengan bentuk atau volume yang kecil.

 Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk


operasi bertekanan.

 Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).

 Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih


jenis material yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan
operasi.

 Mudah membersihkannya.

 Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).

 Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.

 Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti


(diketahui oleh para operator yang berlatar belakang pendidikan
rendah).

 Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan


satu kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang

Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar
jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit
perawatannya

5
3. Plate Type Heat Exchanger

Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti
stainless steel atau tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur
permukaan plate saling berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit
antara dua plate yang berdekatan. Jika menggabungkan plate-plate menjadi
seperti berlapis-lapis, susunan plate-plate tersebut tertekan dan bersama-sama
membentuk saluran alir untuk fluida. Area total untuk perpindahan panas
tergantung pada jumlah plate yang dipasang bersama-sama seperti gambar
dibawah

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent

4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer

Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air
panas, instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam
vessel dipanaskan dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas.
Pengaduk dan baffle disediakan untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi
tangki dapat divariasikan dengan pengaturan tinggi pipa overflow. Temperatur
diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi vessel

Hot inlet

Hot outlet

Hot outlet Hot inlet

Cold Cold
inlet outlet

Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer

6
Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:

1. Panas Konduksi Melalui Dinding Plat

Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara
umum dapat ditulis:

k. A
qk  (T1  T2 )
l

T1

qk

T2

Gambar 10. Konduksi Panas Melalui Dinding

2. Transfer Panas Konveksi

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu


tinggi ke fluida yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan
persamaan berikut:

qc  hc . A. Ts  T 

Fluid

T∞
hc qc

Gambar 11. Konveksi dari Permukaan ke Fluida

Kecepatan transfer panas konveksi bisa ditulis sebagai berikut:

Ts  T T
qc  
1 Rc
hc . A

7
3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)

Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang
datar, dapat dihitung dengan persamaan:

Q = U . A. (Ta – Tb)

Ta  Tb
U.A.(Ta – Tb) = 1 1
 
hc, a . A k.A hc,b . A
1 1
U.A = 
1
L
1 R
hc, a . A hc ,b . A

1
U=
1 L 1
 
hc , a k hc ,b .

4. Fouling Factor (Faktor Pengotor)

Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat


adanya timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh
scale, karat, dan sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa
menetapkan kecepatan penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat
exchanger. Fouling factor dapat didefinisikan sebagai berikut:

1 1
Rf  
Ud U

8
Tabel 2. Fouling factors (coefficients), typical values

5. Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Ta L hc ,b
T1 q
fluida b
fluida a k
T2 Tb
hc , a

Gambar 12. Transfer Panas dari Fluida a ke b

Jika Ta > Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding


sebelah kiri dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara
konduksi dari permukaan sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.

Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding


sebelah kiri Tb.

q  hc.a . A (Ta  T1 )

q
 Ta  T1
h c.a A

9
Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.

k.A
q (T1  T2 )
L

q
 T1  T2
k.A L

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke


fluida b.

q  hc.b . A.(T2  Tb )

q
 T2  Tb
hc.b . A

Penjumlahannya adalah:

 
 
Ta  Tb
q  T  T
 1 L 1  a b
   
 h c , a kA h c ,b 

Ta  Tb T
q 
1 L 1 R
 
hc , a kA hc ,b

6. Log Mean Temperature Difference (LMTD)

Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka


ditentukan dulu nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida
yang masuk dan keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic
mean overall temperature difference-LMTD) depat dihitung dengan formula
berikut :

LMTD 
ΔTa  ΔTb
ΔTa
ln
ΔTb

10
Untuk aliran countercurrent ;

a b
dTh
Th, in
mh
T dTc Th, out

Ta
Tb

mc
Tc, in dA
Tc, out

0 Atotal
Area

Gambar 13. LMTD untuk aliran countercurrent

LMTD 
T1  t2   T2  t1
ln
T1  t2 
T2  t1
Untuk aliran cocurrent;
a b

Th, in
mh
dTh
Th, out

Ta T

Tc, out
dTc
mc
Tc, in dA

0 Atotal
Area

Gambar 14. LMTD untuk aliran concurrent

LMTD 
T1  t1  T2  t2 
ln
T1  t1
T2  t2 
7. Keefektifan

Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas aktual


dengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.

Keefektifan heat exchanger (ε)

q act mcp1 h.Th,in  Th,out 


ε 
q max mcpmin Th,in  Tc,in 

11
q act mcp1 h.Tc,out  Tc,in 
ε 
q max mcpmin Th,in  Tc,in 

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa
menentukan kecepatan transfer panas:

q  q act  ε.q max

q  ε.mcpmin Th,in  Tc,in 

12
DAFTAR PUSTAKA

Allan, D. Kraus, 1981, Heat Transfer Fundamental, University of Akren, Ohio

Coulson, J.M., 1983, Chemical Engineering Volume 6, Pergamon Press, New


York.

Foust, 1980, Principles of Unit Operation, 2edJohn Willey and Sons, New York.

Geankoplis, J. C, 1983, Transport and Unit Operation, 2nd edition, Allyn and
Brown, Ind Massachusset.

Kern, D.Q, 1983,Process Heat Transfer, McGraw Hill Book Company, New
York.

13

Anda mungkin juga menyukai