Heat exchanger /
Alat Penukar Kalor
Objectives
Proses pertukaran kalor antara dua fluida yang berada pada suhu
berbeda dan dipisahkan oleh dinding solid terjadi pada banyak
aplikasi teknik.
Alat penukar kalor ini tidak mengijinkan dua fluida untuk bercampur.
Contoh : dalam radiator panas ditransfer dari air panas yang mengalir
melalui pipa-pipa radiator ke alira udara yang diletakkan berdekatan
dengan sebuah plat-plat tipis yang ditambahkan atau ditempelkan di
pipa-pipa
Heat Exchangers
Alat penukar kalor atau heat exchanger adalah perangkat yang
menyediakan pertukaran panas antara dua fluida yang berada pada suhu
berbeda dan dipisahkan oleh permukaan padat.
Untuk penukar kalor, kita membutuhkan aliran suhu tinggi dan aliran suhu
rendah.
Sebagai alternatif, fluida dapat bergerak dalam aliran silang (tegak lurus satu
sama lain), seperti yang ditunjukkan oleh penukar panas tubular bersirip dan
tubular tanpa sirip
22
Overall Heat Transfer Coefficient (U)
𝑞 = 𝑈𝐴 ∆𝑇𝑚
Kita akan menganalisis persamaan ini dengan membagi dalam dua bagian yaitu
UA dan ∆𝑻𝒎
Overall Heat Transfer Coefficient (U)
Bagian penting, dan seringkali yang paling tidak pasti, dari setiap analisis penukar panas
adalah penentuan dari koefisien perpindahan panas keseluruhan Overall Heat Transfer
Coefficient (U)
Untuk dinding yang memisahkan dua aliran fluida, koefisien perpindahan panas keseluruhan
dapat dinyatakan sebagai
Namun, penting untuk diketahui bahwa Persamaan 11.1a hanya berlaku untuk permukaan
yang bersih dan tanpa sirip
Dengan, dengan memasukkan efek pengotoran permukaan (fouling ) dan sirip, overall
heat transfer coefficient diubah sebagai berikut:
Meskipun perwakilan faktor pengotoran atau fouling (Rf ”) tercantum dalam Tabel 11.1,
faktor tersebut adalah variabel selama operasi penukar kalor (meningkat dari nol untuk
permukaan yang bersih, karena endapan menumpuk di permukaan).
Pada Persamaan 11.1b
di mana subskrip i dan o mengacu pada permukaan tabung dalam dan luar
(Ai DiL, Ao DoL),yang mungkin terkena cairan panas atau dingin.
III. Heat Exchanger Analysis:
Log Mean Temperature Difference
(LMTD)
Log Mean Temperature Difference (LMTD
Kesetimbangan energi keseluruhan untuk cairan panas dan dingin dari dua cairan penukar panas.
dimana
• i adalah entalpi fluida.
• Huruf h dan c mengacu pada
cairan panas dan dingin,
• subskrip i dan o menunjukkan
kondisi saluran masuk dan
Asumsikan perpindahan kalor dapat diabaikan antara penukar dan
lingkungannya serta energi potensial dan kinetik yang dapat diabaikan untuk
setiap fluida.
Jika fluida tidak mengalami perubahan fase dan diasumsikan panas spesifik
konstan, maka persamaan menjadi
Pada Persamaan 11.6 dan 11.7 mana suhu yang muncul dalam ekspresi
mengacu pada suhu fluida rata-rata pada lokasi yang ditentukan Dan tidak
Pernyataan berguna lainnya dapat diperoleh dengan menghubungkan laju
perpindahan kalor total q terhadap perbedaan suhu ∆T antara cairan panas
dan dingin, dimana
Neraca energi dan analisis selanjutnya adalah subjek dengan asumsi berikut.
1. Penukar panas diisolasi dari lingkungannya, dalam hal ini satu-satunya
pertukaran kalor antara cairan panas dan dingin.
2. Konduksi aksial sepanjang tabung dapat diabaikan.
3. Perubahan energi potensial dan kinetik dapat diabaikan.
4. Kalor jenis fluida konstan.
5. Koefisien perpindahan panas keseluruhan adalah konstan.
∆𝑻𝒎- Parallel-Flow Heat Exchanger
Suatu bentuk Hukum Pendinginan Newton
dapat diterapkan pada penukar panas oleh
menggunakan nilai rata-rata log dari
perbedaan suhu antara dua fluida:
∆𝑻𝒎- Counterflow Heat Exchanger
Distribusi suhu untuk penukar panas counterflow
Contoh 1
A counterflow, concentric tube heat exchanger is used to cool the lubricating oil for a
large industrial gas turbine engine. The flow rate of cooling water through the inner tube
(Di 25 mm) is 0.2 kg/s, while the flow rate of oil through the outer annulus (Do 45 mm) is
0.1 kg/s. The oil and water enter at temperatures of 100 and 30C, respectively.
How long must the tube be made if the outlet temperature of the oil is to be 60C?
Contoh 2
The counterflow, concentric tube heat exchanger of Example 1 is replaced with a compact, plate-type heat
exchanger that consists of a stack of thin metal sheets, separated by N gaps of width a. The oil and water
flows are subdivided into N/2 individual flow streams, with the oil and water moving in opposite directions
within alternating gaps. It is desirable for the stack to be of a cubical geometry, with a characteristic exterior
dimension L. Determine the exterior dimensions of the heat exchanger as a function of the number of gaps
if the flow rates, inlet temperatures, and desired oil outlet temperature are the same as in Example 1.
Compare the pressure drops of the water and oil streams within the plate-type heat exchanger to the
pressure drops of the flow streams in Example 1, if 60 gaps are specified.
IV. Heat Exchanger Analysis:
The Effectiveness–NTU Method
Heat Exchanger Analysis: The Effectiveness–NTU Method
Metode LMTD dapat diterapkan untuk masalah desain yang mana laju
aliran fluida dan suhu masuk, serta
suhu keluar yang diinginkan, telah diketahui.
Namun, jika hanya suhu masuk yang diketahui, penggunaan metode LMTD
memerlukan prosedur berulang yang tidak praktis. Oleh karena itu, lebih
disukai untuk menggunakan pendekatan alternatif yang disebut metode
efektivitas-NTU (atau NTU).
di mana Cmin sama dengan Cc atau Ch, mana saja yang lebih
kecil
Efektifitas adalah rasio dari laju perpindahan panas yang sebenarnya untuk penukar
panas terhadap laju perpindahan kalor maksimum yang mungkin
Untuk menentukan Efektifitas alat penukar kalor dapat dituliskan sebagai
mana Cmin / Cmaks sama dengan Cc / Ch atau Ch / Cc, tergantung pada besaran
relatif dari laju kapasitas panas fluida dingin dan fluida dingin.
Jumlah unit transfer (NTU) tidak berdimensi parameter yang banyak digunakan
untuk analisis penukar panas dan didefinisikan sebagai
Effectiveness–NTU Relations
Design calculation
Design calculation
Consider the heat exchanger design of Example 11.3, that is, a finned-tube,
cross-flow heat exchanger with a gas-side overall heat transfer coefficient and
area of 100 W/m2 K and 40 m2, respectively. The water flow rate and inlet
temperature remain at 1 kg/s and 35C. However, a change in operating
conditions for the hot gas generator causes the gases to now enter the heat
exchanger with a flow rate of 1.5 kg/s and a temperature of 250C. What is the
rate of heat transfer by the exchanger, and what are the gas and water outlet
temperatures?
Terima Kasih