Anda di halaman 1dari 8

MODUL

PENUKAR PANAS PELAT ( PLATE HEAT ECHANGER )

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penukar panas pelat (plate heat exchanger/PHE) akhir-akhir ini digunakan secara
ekstensif di industri makanan dan minuman, karena dapat dengan mudah dipisahkan untuk
pembersihan dan inspeksi, sehingga sangat higienis. Adanya turbulensi pada aliran di dalam
pelat dengan permukaan bergelombang menyebabkan nilai koefisien perpindahan panas ‘over
all’ PHE sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari shell-tube HE, sehingga kebutuhan ruang untuk
unit penukar panas sangat kecil.
Tujuan:
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. memahami konsep perpindahan panas pada penukar panas pelat
2. menghitung efisiensi perpindahan panas pada penukar panas pelat
3. menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan dari penukar panas pelat.
4. menghitung konduktivitas panas pelat dari koefisien perpindahan panas keseluruhan

Landasan Teori

Penukar panas pelat pertama kali diperkenalkan pada tahun 1930 yang digunakan
pada industri pengolahan susu karena kebutuhan higienis. Penukar panas pelat adalah alat
penukar panas yang terdiri dari setumpuk pelat tipis yang dijepit bersama dengan rapat dalam
bingkai. Sebuah gasket tipis menyekat pada tepi pelat. Tebal pelat biasanya antara 0,5 hingga
3 mm dan celah antar pelat 1,5 sampai 5 mm. Luas permukaan pelat berkisar antara 0,03
sampai 1,5 m2, dengan rasio panjang terhadap lebar pelat 2-4. Ukuran penukar panas pelat
bervariasi dari yang sangat kecil (0,03 m2), hingga sangat besar (1500 m2). Kecepatan aliran
maksimum fluida terbatas pada sekitar 2.500 m3/h. Setiap lempeng memiliki 4 port (lubang)
di sudut pelat dan gasket dengan pola alur tertentu yang berfungsi mengarahkan aliran dari
pelat ke pelat. Cairan panas dan cairan dingin mengalir berselang-seling di antara lempeng
pelat yang berdekatan, sehingga terjadi perpindahan panas. Pelat-pelat dilengkapi dengan
pola permukaan bergelombang (wringkle), yang berfungsi meningkatkan kekakuan pelat dan
meningkatkan turbulensi fluida sehingga memperbaiki kinerja perpindahan panas. Pelat
tersedia dalam berbagai bahan logam dan paduan (alloy); termasuk stainless steel, aluminium
dan titanium.

Tata letak pelat, bentuk permukaan pelat, dan penumpukan pelat ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 a. Konfigurasi Penukar Panas Pelat


b. Pola gelombang permukaan pelat.
c. Penumpukan pelat

Keunggulan dan kekurangan penukar panas pelat, dibandingkan dengan penukar shell and
tube konvensional:

Keunggulan
1. Penukar panas pelat memberikan koefisien pindah-panas overall yang tinggi karena
turbulensi yang tinggi.
2. Penukar panas pelat lebih menguntungkan untuk harga bahan yang tinggi, karena bentuk
alat yang kompak untuk kapasitas yang sama.
3. Maintenance penukar panas pelat lebih mudah karena pelat-pelat mudah dilepaskan dan
pembentukan kerak minimal (karena turbulensi tinggi).
4. Dapat digunakan pada beda suhu kecil, hingga 1 oC (bandingkan untuk penukar shell –
tube: 5 -10 oC).
4. Penukar panas pelat lebih fleksibel, mudah untuk menambahkan pelat ekstra.
5. Faktor koreksi suhu (Ft) pada PHE biasanya mendekati 1 karena aliran mendekati lawan
arah total.
6. Fouling pada penukar panas pelat sangat kecil.
7. Memungkinkan penukaran panas untuk lebih dari dua fluida, dengan konfigurasi pelat dan
gasket tertentu.
Kekurangan
1. Penukar panas pelat kurang baik untuk tekanan operasi lebih dari 30 bar, atau kondisi
vakum.
2. Penukar panas pelat kurang sesuai untuk bahan gas atau cairan yang sangat kental.
3. Pemilihan gasket yang sesuai sangat penting; lihat Tabel 1
4. Suhu operasi maksimum sekitar 250 oC, karena kinerja bahan gasket yang tersedia.

Tabel 1 Bahan Gasket dan Suhu Operasional Maksimum


Suhu
Bahan Gasket Operasional
Maksimum(oC)
Styrene Butadiene Rubber 80
Nitrile Rubber 140
Ethylene Propylene Rubber 150
Resin-cured Butyl Rubber 140
Fluorocarbon Rubber 180
Fluoro Elastomer (Viton) 100
Compressed Asbestos Fiber 269
Silicon Elastomers Low
Temperature

Perbandingan koefisien perpindahan panas ‘over all’ (U) antara PHE dan STHE ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Koefisien Perpindahan Panas pada Penukar Panas STHE dan PHE
Jenis HE Fluida dingin Fluida panas U (W/m2oC)
Shell-Tube air air 800-1.500
Plate HE Air pendingin Air proses 5.000-7.000

Persamaan umum perpindahan panas melewati suatu permukaan adalah:

𝑄 = 𝑈. 𝐴. 𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 .. .. (1)

dengan:

Q : laju perpindahan kalor (J/s)

U : koefisien perpindahan panas ‘overall’ (W/m2.oC)

A :luas permukaan perpindahan panas (m2)

TLMTD: log mean temperature difference (oC)


𝑇2 −𝑇1
𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = ln(𝑇2 /𝑇1 )
.. .. .. (2)

Jumlah ‘transfer unit’ dapat dihitung dengan persamaan:

NTU = (t0- ti)/ TLMTD .. .. .. (3)

ti : suhu aliran masuk, oC; to : suhu aliran keluar, oC; TLMTD :log mean temp difference, oC

Nilai NTU pada rentang 0,5-4, dan yang paling sering digunakan adalah antara 2,0-3,0.

Kecepatan tipikal pada penukar panas pelat untuk cairan seperti air dalam aliran
turbulen adalah 0,3-0,9 m/s, namun kecepatan sebenarnya di daerah tertentu bisa mencapai 4
kali lebih tinggi karena pengaruh geometri desain pelat. Semua hubungan perpindahan panas
dan penurunan tekanan didasarkan pada kecepatan yang dihitung dari celah lempeng rata-rata
atau pada laju aliran per lintasan.

Gambar 2 Faktor Koreksi TLMTD pada Penukar Panas Pelat (Raja-Chand, 1980)

Jenis pola aliran pada PHE:

Putaran-Z Serie Komplek

Gambar 3 Jenis Pola Aliran dalam Penukar Panas Pelat

Koefisien perpindahan panas pada satu sisi dapat dihitung dengan persamaan:

ℎ𝑝 𝐷𝑒 
= 0,26 𝑅𝑒  𝑃𝑟 0,4 ( ) 0,14 .. .. .. (4)
𝑘𝑓 𝑤
hp : koef. perpindahan panas pada film
𝐺𝑝 𝐷𝐻
Re: bilangan Reynold = 

Gp: laju alir massa per luas penampang = w/Af (kg.m-2.s-1)


w : laju alir massa per saluran (kg/s)
Af: luas penampang aliran (= 4.a.b ....m2)
up: kecepatan pada saluran (m/s)
DH: diameter hidrolik, m
 = 0,3 untuk aliran laminer, dan 0,64 untuk aliran turbulen

Diameter Hidrolik (DH)

Karena bentuk penampang aliran bukan berupa lingkaran, maka perlu penentuan diameter
hidrolik

4 𝑎𝑏 2 𝑎𝑏
𝐷𝐻 = = .. .. (5)
2(𝑎 + 𝑏) 𝑎+𝑏

Rejim transisi dari laminar ke turbulen terjadi antara Re 10 ~ 100 untuk pelat bergelombang,
sedangkan untuk pelat polos, rejim transisi terjadi pada Re lebih tinggi. Hubungan antara
koefisien perpindahan panas ‘over all’(U) dengan koefisien perpindahan panas elementer
adalah sbb:

1 1 𝑥 1
= + + .. .. . . (6)
𝑈 ℎℎ 𝐾𝑝 ℎ𝑐

dengan hh : koefisien perpindahan panas fluida panas


hc : koefisien perpindahan panas fluida dingin,
Kp :konduktivitas termal pelat
Δx : ketebalan pelat.
Untuk bahan penukar panas dan geometri tetap, maka tahanan dinding logam (Δx / Kp)
menjadi konstan. Begitu pula jika laju alir fluida tetap dan suhu rata-rata tidak berbeda jauh
dengan laju alir cairan panas yang berbeda. Resistensi fluida dingin akan tetap konstan.
Efisiensi perpindahan panas dapat dihitung dengan persamaan:
𝑄𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑚𝑑 𝐶𝑝𝑑 𝑇𝑑
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 () = = .. .. .. (7)
𝑄𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑚𝑝 𝐶𝑝𝑝 𝑇𝑝

Skema Peralatan


Pipa harus terisi penuh
dengan air,
pembacaan suhu
akurat

Pola Aliran pada unit PHE

Aliran
panas
Aliran
dingin

3 pass -3 pass, 1 pass = 4 channels, 25 plates, Aeff = 1 m2

Gambar 4 a. Skema Peralatan Perpindahan Panas, b Pola Aliran

Prosedur Percobaan.
1. Siapkan data sifat fisik air ( massa jenis, viskositas, konduktivitas panas, panas jenis/Cp
pada suhu 40-80 oC), data peralatan HE (dimensi lebar, panjang pelat, jarak antar pelat),
hitung diameter hidrolik.
2. Pelajari arah aliran air (panas dan dingin), alat ukur (flowmeter dan termometer), pemutar
keran (pastikan dapat diputar ke arah kanan/kiri). Pelajari cara menyalakan kompor,
mengurangi/memperbesar bukaan gas.
3. Isi kedua tangki penampung air (A dan B) dengan air keran.
4. Pastikan semua keran dalam keadaan tertutup. Nyalakan pompa air pada kedua aliran,
pastikan perpipaan penuh sehingga termometer tercelup sempurna; ukur suhu pada ke-
empat aliran (air dingin masuk dan keluar, air panas masuk dan keluar). Baca penunjukan
suhu, seharusnya termometer memberikan penunjukan suhu yang sama pada keempat
titik. Jika ada ketidak-samaan berarti ‘error’ pada termometer.
5. Lakukan kalibrasi rotameter (aliran dingin dan aliran panas) dengan menggunakan air
dingin. Buat kurva kalibrasi.
6. Nyalakan kompor (pemanas), lakukan pemanasan air hingga suhu air panas mencapai
70oC.
7. Ketika air panas mencapai suhu 70oC, nyalakan pompa air dingin (gunakan sarung tangan
– pelindung terhadap valve). Atur laju alir air dingin setengah harga maksimum
rotameter
8. Nyalakan pompa air panas, atur laju alir air panas = ..L/min)..untuk rejim laminar (Re <
10). Selama percobaan suhu air panas dipertahankan konstan (70oC) dengan mengatur
bukaan gas pada kompor.
9. Ketika penunjukan suhu air pada 4 titik telah konstan, lakukan pencatatan data suhu.
10. Ulangi langkah 8 dan 9 untuk laju alir air panas..... (Re = 50 dan 70)
11. Ulangi langkah 8 dan 9 untuk laju alir air panas..... (Re =150)
12. Jika waktu cukup lakukan langkah 11, 10, dan 9 (urutan dibalik).
13. Selalu jaga kebersihan tempat kerja, agar lantai tetap kering dan tidak ada debu untuk
mencegah terjadi kecelakaan karena terpeleset (anda bekerja dengan kompor gas yang
menyala)
14. Setelah pengambilan data, matikan pompa air panas terlebih dulu, tunggu selama
beberapa menit, baru kemudian matikan pompa air dingin.
15. Lakukan perhitungan untuk setiap laju alir air panas:
a. Efisiensi perpindahan panas (pers. 7)
b. Koefisien perpindahan panas overall (U) dengan pers.1 (Q= Qd, A = 1 m2 )
c. Buat kurva laju alir air panas vs U
d. Hitung hc, hh (dengan pers. 4).
e. Hitung konduktivitas panas logam/pelat (dengan pers.1, dan 6 )
f. Plot Nu vs Re

Keselamatan dan Kesehatan Kerja:


- Pakai jas lab
- Pakai sarung tangan –pelindung terhadap valve
- Selalu berhati-hati karena perpipaan terbuat dari gelas dan bekerja dengan cairan
bersuhu tinggi
Referens
Palen, J.W. Heat Exchanger Sourcebook, 1986, Hemisphere Publishing Corporation, p 536-
582.

Anda mungkin juga menyukai