Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA 2

PLATE HEAT EXCHANGER

Dosen Pembimbing: Rispiandi, S.T,.M.T.


Tanggal Praktikum : 15 Maret 2023
Kelas/Kelompok : 2A D-3 Teknik Kimia / kel. 8
Anggota : Shafa Afifah (211411029)
Teddy Tanuwijaya (211411031)
Teguh Aditya Nugraha (211411032)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penukar panas pelat (plate heat exchanger/PHE) akhir-akhir ini digunakan secara
ekstensif di industri makanan dan minuman, karena dapat dengan mudah dipisahkan untuk
pembersihan dan inspeksi, sehingga sangat higienis. Adanya turbulensi pada aliran di dalam
pelat dengan permukaan bergelombang menyebabkan nilai koefisien perpindahan panas
‘over all’ PHE sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari shell-tube HE, sehingga kebutuhan ruang
untuk unit penukar panas sangat kecil.

1.2 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. memahami konsep perpindahan panas pada penukar panas pelat

2. menghitung efisiensi perpindahan panas pada penukar panas pelat

3. menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan dari penukar panas pelat.

4. menghitung konduktivitas panas pelat dari koefisien perpindahan panas keseluruhan


BAB II

LANDASAN TEORI

Penukar panas pelat pertama kali diperkenalkan pada tahun 1930 yang digunakan
pada industri pengolahan susu karena kebutuhan higienis. Penukar panas pelat adalah alat
penukar panas yang terdiri dari setumpuk pelat tipis yang dijepit bersama dengan rapat dalam
bingkai. Sebuah gasket tipis menyekat pada tepi pelat. Tebal pelat biasanya antara 0,5 hingga
3 mm dan celah antar pelat 1,5 sampai 5 mm. Luas permukaan pelat berkisar antara 0,03
sampai 1,5 m2, dengan rasio panjang terhadap lebar pelat 2-4. Ukuran penukar panas pelat
bervariasi dari yang sangat kecil (0,03 m2), hingga sangat besar (1500 m2). Kecepatan aliran
maksimum fluida terbatas pada sekitar 2.500 m 3/h. Setiap lempeng memiliki 4 port (lubang)
di sudut pelat dan gasket dengan pola alur tertentu yang berfungsi mengarahkan aliran dari
pelat ke pelat. Cairan panas dan cairan dingin mengalir berselang-seling di antara lempeng
pelat yang berdekatan, sehingga terjadi perpindahan panas. Pelat-pelat dilengkapi dengan
pola permukaan bergelombang (wringkle), yang berfungsi meningkatkan kekakuan pelat dan
meningkatkan turbulensi fluida sehingga memperbaiki kinerja perpindahan panas. Pelat
tersedia dalam berbagai bahan logam dan paduan (alloy); termasuk stainless steel, aluminium
dan titanium.
Tata letak pelat, bentuk permukaan pelat, dan penumpukan pelat ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 a. Konfigurasi Penukar Panas Pelat


b. Pola gelombang permukaan pelat.
c. Penumpukan pelat
Keunggulan dan kekurangan penukar panas pelat, dibandingkan dengan penukar shell and
tube konvensional:
Keunggulan
1. Penukar panas pelat memberikan koefisien pindah-panas overall yang tinggi karena
turbulensi yang tinggi.
2. Penukar panas pelat lebih menguntungkan untuk harga bahan yang tinggi, karena bentuk
alat yang kompak untuk kapasitas yang sama.
3. Maintenance penukar panas pelat lebih mudah karena pelat-pelat mudah dilepaskan dan
pembentukan kerak minimal (karena turbulensi tinggi).
4. Dapat digunakan pada beda suhu kecil, hingga 1 oC (bandingkan untuk penukar shell –
tube: 5 -10 oC).
4. Penukar panas pelat lebih fleksibel, mudah untuk menambahkan pelat ekstra.

5. Faktor koreksi suhu (Ft) pada PHE biasanya mendekati 1 karena aliran mendekati lawan
arah total.
6. Fouling pada penukar panas pelat sangat kecil.

7. Memungkinkan penukaran panas untuk lebih dari dua fluida, dengan konfigurasi pelat dan
gasket tertentu.
Kekurangan

1. Penukar panas pelat kurang baik untuk tekanan operasi lebih dari 30 bar, atau kondisi
vakum.
2. Penukar panas pelat kurang sesuai untuk bahan gas atau cairan yang sangat kental.
3. Pemilihan gasket yang sesuai sangat penting; lihat Tabel 1

4. Suhu operasi maksimum sekitar 250 oC, karena kinerja bahan gasket yang tersedia.

Tabel 1 Bahan Gasket dan Suhu Operasional Maksimum


Bahan Gasket Suhu
Operasional
Maksimum(oC)
Styrene Butadiene Rubber 80
Nitrile Rubber 140
Ethylene Propylene Rubber 150
Resin-cured Butyl Rubber 140
Fluorocarbon Rubber 180
Fluoro Elastomer (Viton) 100
Compressed Asbestos Fiber 269
Silicon Elastomers Low
Temperature

Perbandingan koefisien perpindahan panas ‘over all’ (U) antara PHE dan STHE ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Koefisien Perpindahan Panas pada Penukar Panas STHE dan PHE
Jenis HE Fluida dingin Fluida panas U (W/m2oC)
Shell-Tube air air 800-1.500
Plate HE Air pendingin Air proses 5.000-7.000

Persamaan umum perpindahan panas melewati suatu permukaan adalah:

dengan:

Q : laju perpindahan kalor (J/s)

U : koefisien perpindahan panas ‘overall’ (W/m2.oC)

A :luas permukaan perpindahan panas (m2)

∆TLMTD: log mean temperature difference (oC)

.. .. .. (2)

Jumlah ‘transfer unit’ dapat dihitung dengan persamaan:


NTU = (t0- ti)/ ∆TLMTD .. .. .. (3)

ti : suhu aliran masuk, oC; to : suhu aliran keluar, oC; ∆TLMTD :log mean temp difference, oC
Nilai NTU pada rentang 0,5-4, dan yang paling sering digunakan adalah antara 2,0-3,0.
Kecepatan tipikal pada penukar panas pelat untuk cairan seperti air dalam aliran turbulen
adalah 0,3-0,9 m/s, namun kecepatan sebenarnya di daerah tertentu bisa mencapai 4 kali lebih
tinggi karena pengaruh geometri desain pelat. Semua hubungan perpindahan panas dan
penurunan tekanan didasarkan pada kecepatan yang dihitung dari celah lempeng rata-rata
atau pada laju aliran per lintasan.
Gambar 2 Faktor Koreksi TLMTD pada Penukar Panas Pelat (Raja-Chand, 1980) Jenis
pola aliran pada PHE:

Putaran-Z Serie Komplek

Gambar 3 Jenis Pola Aliran dalam Penukar Panas Pelat

Koefisien perpindahan panas pada satu sisi dapat dihitung dengan persamaan:

hp : koef. perpindahan panas pada film

Re: bilangan Reynold =

Gp: laju alir massa per luas penampang = w/Af (kg.m-2.s1)


w : laju alir massa per saluran (kg/s)
Af: luas penampang aliran (= 4.a.b ....m2)
up: kecepatan pada saluran (m/s)
DH: diameter hidrolik, m

𝛼 = 0,3 untuk aliran laminer, dan 0,64 untuk aliran turbulen


Diameter Hidrolik (DH)

Karena bentuk penampang aliran bukan berupa lingkaran, maka perlu penentuan diameter
hidrolik

Rejim transisi dari laminar ke turbulen terjadi antara R e 10 ~ 100 untuk pelat bergelombang,
sedangkan untuk pelat polos, rejim transisi terjadi pada Re lebih tinggi. Hubungan antara
koefisien perpindahan panas ‘over all’(U) dengan koefisien perpindahan panas elementer
adalah sbb:

dengan hh : koefisien perpindahan panas fluida panas


hc : koefisien perpindahan panas fluida dingin,
Kp :konduktivitas termal pelat
Δx : ketebalan pelat.
Untuk bahan penukar panas dan geometri tetap, maka tahanan dinding logam (Δx / Kp)
menjadi konstan. Begitu pula jika laju alir fluida tetap dan suhu rata-rata tidak berbeda jauh
dengan laju alir cairan panas yang berbeda. Resistensi fluida dingin akan tetap konstan.
Efisiensi perpindahan panas dapat dihitung dengan persamaan:
BAB III
METODOLOGI
3.1 Skema Peralatan


Pipa harus terisi penuh
dengan air,
→pembacaan suhu
akurat

3.2 Pola Aliran pada unit PHE

Aliran
panas
Aliran
dingin

3 pass -3 pass, 1 pass = 4 channels, 25 plates, Aeff = 1 m2

Gambar 4 a. Skema Peralatan Perpindahan Panas, b Pola Aliran


3.3 Prosedur Percobaan

Siapkan data sifat fisik air Nyalakan pompa air Ketika penunjukan suhu
( massa jenis, viskositas, panas, atur laju alir air
konduktivitas panas, panas
air pada 4 titik telah
jenis/Cp pada suhu 40-80 oC), panas = ..L/min)..untuk konstan, lakukan
data peralatan HE ( rejim laminar (Re < 10). pencatatan data suhu.

Pelajari arah aliran air (panas Ketika air panas mencapai Ketika penunjukan suhu
dan dingin), alat ukur suhu 70oC, nyalakan air pada 4 titik telah
(flowmeter dan termometer), pompa air dingin Atur laju
konstan, lakukan
pemutar keran (pastikan alir air dingin setengah
dapat diputar ke arah harga maksimum pencatatan data suhu.
kanan/kiri). rotameter

Selalu jaga kebersihan tempat


Nyalakan kompor kerja, agar lantai tetap kering dan
Isi kedua tangki (pemanas), lakukan tidak ada debu untuk mencegah
penampung air (A dan pemanasan air hingga terjadi kecelakaan karena
terpeleset
B) dengan air keran. suhu air panas
mencapai 70oC.

Pastikan semua keran dalam Setelah pengambilan data,


keadaan tertutup. Nyalakan Lakukan kalibrasi
matikan pompa air panas
pompa air pada kedua aliran, rotameter (aliran dingin terlebih dulu, tunggu selama
pastikan perpipaan penuh dan aliran panas) dengan beberapa menit, baru kemudian
sehingga termometer tercelup menggunakan air dingin. matikan pompa air dingin.
sempurna; ukur suhu pada
keempat aliran
Buat kurva kalibrasi.

3.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


- Memakai jas lab / Wearpack

- Memakai sarung tangan –pelindung terhadap valve

- Selalu berhati-hati karena perpipaan terbuat dari gelas dan bekerja dengan cairan
bersuhu tinggi
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan


Luas Penampang Plate = 1 m2

Volume Plate Heat Exchanger =

a. Pengamatan kalibrasi laju alir


Data kalibrasi laju alir air dingin :

Laju
Laju aktual Densitas Laju Alir
rotameter t(s) V (mL) t(h) v(L)
(m3/h) (kg/m3) Massa (kg/s)
(L/h)
0,00277
100 10 300 0,3 0,108
8 1000 0,03
0,00152
200 5,5 300 0,3 0,1963
8 1000 0,05454
300 2,7 300 0,00075 0,3 0,4 1000 0,1111
0,00046
400 1,69 300 0,3 0,6391
9 1000 0,1775
0,00043
500 1,56 300 0,3 0,6923
3 1000 0,1923
0,00040
600 1,46 300 0,3 0,7397
6 1000 0,2055

Data Kalibrasi laju alir air panas :

Laju Laju Densita Laju alir


V
rotamete t(s) t(h) v(L) aktual s massa
(mL)
r (L/h) (m3/h) (kg/m3) (kg/s)
0,00055
200 2 130 0,13 0,234
6 1000 0,065
0,00055
400 2 200 0,2 0,36
6 1000 0,1
0,00055
600 2 290 0,29 0,522
6 1000 0,145

b. Data pengamatan perubahan suhu air


RUN 1

Laju air panas


( )
3
m Thin Thout Tcin
( )
m3
h
Laju air dingin
h (OC) (OC) (OC)
Tcout (OC)

0,234 0,108 47 38,5 24 42


0,234 0,1963 47 34 24 38
0,234 0,4 49 31 24 34,5
0,234 0,6391 48 33 24 29
0,234 0,6923 48 32 24 29
0,234 0,7397 48 31 24 29

RUN 2

Laju air panas

( )
m3
h
Laju air dingin ( )
m3
h
Thin
(OC)
Thout
(OC)
Tcin
(OC)
Tcout (OC)

0,36 0,108 48,5 42 23 43


0,36 0,1963 48,5 39 24 40
0,36 0,4 48,5 38 24 39
0,36 0,6391 48 36 24 37
0,36 0,6923 47,5 34 24 35
0,36 0,7397 47 33 24 34

RUN 3

Laju air panas

( )
m3
h
Laju air dingin ( )
m3
h
Thin
(OC)
Thout
(OC)
Tcin
(OC)
Tcout (OC)

0,522 0,108 46 42 24 43
0,522 0,1963 46 40 24 41
0,522 0,4 46 39 24 39,5
0,522 0,6391 46 37,5 24 38
0,522 0,6923 45 36 24 36,5
0,522 0,7397 44 34 24 35

4.2 Pengolahan Data

a. Penentuan efisiensi perpindahan panas pada setiap laju alir


Qcairan dingin mc . Cp c . ∆ T c
Efisiensi( ɳ)= =
Q cairan panas mh . Cp h . ∆T h
RUN 1
Laju alir massa air panas = 0,065 kg/s
Laju alir massa air dingin = 0,03 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,1775 kg/s
Qcairan dingin Qcairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Qcairan panas Qcairan panas
m c . Cpc . ∆ T c m c . Cp c . ∆ T c
¿ ¿
m h . Cph . ∆ T h m h . Cp h . ∆ T h
0,03 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .( 42−24) ᵒC 0,1775 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(29−24)ᵒC
¿ ¿
0,065 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .( 47−38,5) ᵒC 0,065 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .( 48−33)ᵒC
¿ 0,98 ¿ 0,91

Laju alir massa air dingin = 0,05454 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,1923 kg/s
Q cairan dingin Q cairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Q cairan panas Q cairan panas
mc . Cpc . ∆ T c mc . Cpc . ∆ T c
¿ ¿
mh . Cph . ∆ T h mh . Cph . ∆ T h
0,05454 kg / s . 4,2 kj / kg ᵒC .(38−24)ᵒC 0,1923 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(29−24)ᵒC
¿ ¿
0,065 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(47−49) ᵒC 0,065 kg/ s . 4,2 kj/ kg ᵒC .( 48−32)ᵒC
¿ 0,90 ¿ 0,92

Laju alir massa air dingin = 0,1111 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,2055 kg/s
Qcairan dingin Qcairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Qcairan panas Qcairan panas
m c . Cpc . ∆ T c m c . Cp c . ∆ T c
¿ ¿
m h . Cph . ∆ T h m h . Cp h . ∆ T h
0,1111 kg/s . 4,2 kj/kg ᵒC .(34,5−24 )ᵒC 0,1923 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(29−24)ᵒC
¿ ¿
0,065 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .( 49−31)ᵒC 0,065 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .( 48−31)ᵒC
¿ 0,99 ¿ 0,93

RUN 2
Laju alir massa air panas = 0,1 kg/s

Laju alir massa air dingin = 0,03 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,1775 kg/s
Q cairan dingin Q cairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Q cairan panas Q cairan panas
mc . Cpc . ∆ T c mc . Cpc . ∆ T c
¿ ¿
mh . Cph . ∆ T h mh . Cph . ∆ T h
0,03 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(43−23) ᵒC 0,1775 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(37−24) ᵒC
¿ ¿
0,01 kg/s . 4,2 kj/ kg ᵒC .(48,5−42)ᵒC 0,1 kg/ s . 4,2 kj/ kg ᵒC .(48−36)ᵒC
¿ 0,92 ¿ 1,92

Laju alir massa air dingin = 0,05454 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,1923 kg/s
Qcairan dingin Qcairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Qcairan panas Qcairan panas
m c . Cpc . ∆ T c m c . Cp c . ∆ T c
¿ ¿
m h . Cph . ∆ T h m h . Cp h . ∆ T h
0,05454 kg /s . 4,2 kj/kg ᵒC .(40−24)ᵒC 0,1923 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(35−24)ᵒC
¿ ¿
0,1 kg /s . 4,2 kj/kg ᵒC .(48,5−39) ᵒC 0,1kg /s . 4,2 kj/kg ᵒC .(47,5−34) ᵒC
¿ 0,92 ¿ 1,57

Laju alir massa air dingin = 0,1111 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,2055 kg/s
Q cairan dingin Q cairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Q cairan panas Q cairan panas
mc . Cpc . ∆ T c mc . Cpc . ∆ T c
¿ ¿
mh . Cph . ∆ T h mh . Cph . ∆ T h
0,1111 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(39−24 )ᵒC 0,1923 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(34−24) ᵒC
¿ ¿
0,1 kg/s . 4,2 kj/ kg ᵒC .(48,5−39)ᵒC 0,1 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(47−33)ᵒC
¿ 1,59 ¿ 1,47

RUN 3
Laju alir massa air panas = 0,145 kg/s

Laju alir massa air dingin = 0,03 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,1775 kg/s
Qcairan dingin Qcairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Qcairan panas Qcairan panas
m c . Cpc . ∆ T c m c . Cp c . ∆ T c
¿ ¿
m h . Cph . ∆ T h m h . Cp h . ∆ T h
0,03 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(43−24) ᵒC 0,1775 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(38−24)ᵒC
¿ ¿
0,145 kg/ s . 4,2 kj/ kg ᵒC .(46−42) ᵒC 0,145 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .( 46−37,5) ᵒC
¿ 0,98 ¿ 2,01

Laju alir massa air dingin = 0,05454 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,1923 kg/s
Q cairan dingin Q cairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Q cairan panas Q cairan panas
mc . Cpc . ∆ T c mc . Cpc . ∆ T c
¿ ¿
mh . Cph . ∆ T h mh . Cph . ∆ T h
0,05454 kg / s . 4,2 kj / kg ᵒC .(41−24 )ᵒC 0,1923 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(36,5−24)ᵒC
¿ ¿
0,145 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(46−40)ᵒC 0,145 kg/ s . 4,2 kj /kg ᵒC .(45−36)ᵒC
¿ 1,06 ¿ 1,84

Laju alir massa air dingin = 0,1111 kg/s Laju alir massa air dingin = 0,2055 kg/s
Qcairan dingin Qcairan dingin
Efisiensi ( ɳ )= Efisiensi ( ɳ )=
Qcairan panas Qcairan panas
m c . Cpc . ∆ T c m c . Cp c . ∆ T c
¿ ¿
m h . Cph . ∆ T h m h . Cp h . ∆ T h
0,1111 kg/s . 4,2 kj/kg ᵒC .(39,5−24 )ᵒC 0,1923 kg/ s . 4,2 kj/kg ᵒC .(35−24)ᵒC
¿ ¿
0,145 kg/s . 4,2 kj/kg ᵒC .(46−39)ᵒC 0,145 kg /s . 4,2kj /kg ᵒC .(44−34) ᵒC
¿ 1,7 ¿ 1,56

b. Penentuan ∆TLMTD (log mean temperature difference (oC) )

.. .. .. (2)
RUN 1

Thin (OC) Thout (OC) Tcin (OC) Tcout (OC) ∆T1 ∆T2
47 38,5 24 42 23 3,5
47 34 24 38 23 4
49 31 24 34,5 25 3,5
48 33 24 29 24 4
48 32 24 29 24 3
48 31 24 29 24 2

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
3,5−23 4−24
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 3,5/23) ¿ ln (¿ 4/ 24) ¿
= 10,3572 = 11,1622

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
4−23 3−24
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 4/23) ¿ ln (¿ 3 /24) ¿
= 10,8621 = 10,0988

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
4−25 2−24
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 4/25) ¿ ln (¿ 2/24) ¿
= 10,9352 = 8,8534

RUN 2

Thin (OC) Thout (OC) Tcin (OC) Tcout (OC) ∆T1 ∆T2
48,5 42 23 43 25,5 1
48,5 39 24 40 24,5 1
48,5 38 24 39 24,5 1
48 36 24 37 24 1
47,5 34 24 35 23,5 1
47 33 24 34 23 1

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
1−25,5 1−24
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 1/25,5)¿ ln (¿ 1/24) ¿
= 7,5648 = 7,2371

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
1−24,5 1−23,5
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 1/24,5)¿ ln (¿ 1/23,5)¿
= 7,346796355 = 7,1270

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
1−24,5 1−23
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 1/24,5)¿ ln (¿ 1/23)¿
= 7,3467 = 7,0164

RUN 3

Thin (OC) Thout (OC) Tcin (OC) Tcout (OC) ∆T1 ∆T2
46 42 24 43 22 1
46 40 24 41 22 1
46 39 24 39,5 22 0,5
46 37,5 24 38 22 0,5
45 36 24 36,5 21 0,5
44 34 24 35 20 1

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
1−22 0,5−22
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 1/22)¿ ln (¿ 0,5 /22) ¿
= 6,7938 = 5,6815

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
1−22 0,5−21
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 1/22)¿ ln (¿ 0,5 /21) ¿
= 6,7938 = 5,4847

∆ T 2−∆ T 1 ∆ T 2−∆ T 1
 ∆TLMTD =  ∆TLMTD =
ln(¿ ∆T 2/∆ T 1)¿ ln (¿ ∆T 2/ ∆ T 1)¿
0,5−22 1−20
∆TLMTD = ∆TLMTD =
ln(¿ 0,5 /22) ¿ ln (¿ 1/20)¿
= 5,6815 = 6,3423

c. Penentuan koefisien perpindahan panas ‘overall’ (W/m2.oC)


Q
U=
A . ∆T LMTD
Luas Penampang Plate = 1 m2
RUN 1

Qdingi
∆T1 ∆T2 ∆TLMTD
n
8164,8 23 3,5 10,3572
11546,2 23 4 10,8621
17640 25 3,5 10,9352
13420,1 24 4 11,1622
14538,5 24 3 10,0988
15534,2 24 2 8,85345

Q Q
 U=  U=
A . ∆T LMTD A . ∆T LMTD
8164,8 13420,1
= =
1. 10,3572 1. 11,1622
= 788,3141 = 52,27302

Q Q
 U=  U=
A . ∆T LMTD A . ∆T LMTD
11546,2 14538,5
= =
1. 10,8621 1. 10,0988
= 46,2165 = 57,58469

Q Q
 U=  U=
A . ∆T LMTD A . ∆T LMTD
17640 15534,2
= =
1. 10,9352 1. 8,85345
= 70,13596 = 73,10802
RUN 2

Qdingi
∆T1 ∆T2 ∆TLMTD
n
8164,8 25,5 1 7,5648
14845,1 24,5 1 7,3467
25200 24,5 1 7,3467
34892,3 24 1 7,2371
31984,6 23,5 1 7,1270
31068,5 23 1 7,0164

Q
 U=
A . ∆T LMTD
8164,8
=
1. 7,5648 Q
 U=
= 1079,313 A . ∆T LMTD
34892,3
=
1. 7,2371
Q
 U= = 196,7872
A . ∆T LMTD
14845,1
=
1. 7,3467 Q
 U=
= 82,47438 A . ∆T LMTD
31984,6
=
1. 7,1270
Q
 U= = 183,1753
A . ∆T LMTD
25200
=
1. 7,3467 Q
 U=
= 134,5124 A . ∆T LMTD
31068,5
=
1. 7,0164
= 184,4983
RUN 3

Qdingi
∆T1 ∆T2 ∆TLMTD
n
8618,4 22 1 6,7938
14020,4 22 1 6,7938
25200 22 0,5 5,6815
37576,3 22 0,5 5,6815
34892,3 21 0,5 5,4847
34175,3 20 1 6,3423

Q
 U=
A . ∆T LMTD
Q
8618,4  U=
= A . ∆T LMTD
1. 7,5648
37576,3
= 1268,564 =
1. 5,6815
= 300,6255
Q
 U=
A . ∆T LMTD
Q
14020,4  U=
= A . ∆T LMTD
1. 6,7938
34892,3
= 93,80444 =
1. 5,4847
= 289,1705
Q
 U=
A . ∆T LMTD
Q
25200  U=
= A . ∆T LMTD
1. 5,6815
34175,3
= 201,6101 =
1. 6,3423
= 244,9283
Grafik Laju Alir Massa Air Dingin VS U
1400
1200
1000
800 RUN 1
RUN 2

U
600
RUN 3
400
200
0
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22
Laju Alir Massa (kg/h)

PEMBAHASAN

Shafa Afifah (211411029)


Pada praktikum yang telah dilaksanakan, dilakukan percobaan perindahan
panas pada air dengan menggunakan penukar panas pelat (Plate Heat Exchanger).
Prinsip dari penukar panas pelat ini adalah aliran dari dua atau lebih fluida diatur oleh
adanya gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing fluida
dapat mengalir di pelat-pelat yang berbeda. Gasket berfungsi sebagai pembagi aliran
fluida agar dapat mengalir ke pelat-pelat secara selang-seling. Perpindahan panas
dalam Plate Heat Exchanger terjadi secara tidak langsung karena perpindahan panas
terjadi melalui perantara berupa pelat logam. Mekanisme perpindahan panas yang
terjadi di dalam Plate Heat Exchanger adalah dengan cara konduksi dan konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi merupakan perpindahan panas yang dapat terjadi
dalam suatu medium padat, cair, atau gas di mana panas mengalir dari temperatur
tinggi ke temperatur rendah. Di dalam Plate Heat Exchanger perpindahan panas
secara konduksi terjadi pada pelat logam.. Sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya gerakan atau aliran pada fluida yang bergerak dalam
Plate Heat Exhanger sehingga panas dalam fluida dapat berpindah.

Pada praktikum kali ini dilakukan kalibrasi laju alir pada aliran fluida panas
dan aliran fluida dingin untuk mengetahui laju alir aktual pada aliran Plate Heat
Exchanger. Kalibrasi dilakukan dengan menampung aliran keluaran air dingin dan air
panas selama waktu yang telah ditentukan. Didapatkan laju alir air hasil kalibrasi
lebih kecil dibandingkan dengan laju yang ditunjukan pada rotameter. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya friksi pada saat menaikkan selang keluaran saat
menampung air.
Dari hasil pengolahan data yang didapatkan, dilakukan perhitungan efisiensi
perindahan panas yang terjadi pada Plate Heat Exchanger. Didapatkan bahwa efisiensi
perpindahan panas mengalami fluktuasi dengan laju alir massa air dingin yang
berbeda, hal ini dapat disebabka karena adanya panas yang hilang ke udara. Namun
dari hasil pengolahan dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir massanya maka akan
semakin besar juga kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air dingin tersebut. Hal
ini disebabkan karena semakin besar laju alirnya maka kontak antara air dingin dan
air panas semakin singkat sehingga perpindahan panas yang terjadi semakin sedikit.

Log Perbedaan suhu rata- rata juga dikenal dengan singkatan ∆TLMTD
digunakan untuk menentukan suhu yang berlaku untuk perpindahan panas dalam
sistem aliran. Semakin besar ∆TLMTD tersebut semakin banyak panas yang ditransfer.
Dari hasil percobaan, didapatkan bahwa semakin besar selisih suhu keluaran air
dingin dan suhu masuk maka akan semakin besar juga nilai ∆TLMTD nya. Hal ini
berpengaruh pada laju alir massa di mana semakan kecil laju alirnya maka nilai
∆TLMTD juga akan semakin besar begitu pula sebaliknya.

Selain itu diperoleh nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U0yang


berbanding lurus dengan laju alir massa fluida, artinya semakin tinggi laju alir flida
maka semakin besar pula nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan. Namun dari
data hasil pengolahan data, didapatkan nilai U mengalamii penurunan pada laju alir
massa air dingin 0,05454 kg/s. hal ini dapat disebabkan karena adanya panas yang
hilang ke lingkungan.

Berdasarkan hasil percobaan, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan


ketika menggunakan Plate Heat Exchanger sebagai alat penukar panas yaitu adanya
kalor yang berpindah ke lingkungan, laju alir fluida, luas permukaan plate, suhu fluida
yang diumpankan baik fluida panas ataupun fluida dingin, serta sifat dari fluidanya itu
sendiri
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Palen, J.W., 1986, Heat Exchanger Sourcebook, Hemisphere Publishing Corporation, p


536582.

Anda mungkin juga menyukai