Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Konsep Jati Diri Seorang Muslim


Setiap agama mempunyai tatacara yang mengatur hidup ummatnya. Setiap ideologi,
pun mengajarkan hal-hal yang berbeda dalam memandang kehidupan ini, lalu mewujudkan
sikap dan perilakunya masing-masing. Diantara sekian banyak tatanan nilai, cara pandang
dalam melihat kehidupan, kerangka yang menyusun peradaban dan budaya manusia, maka
Islam menjadi sumber nilai yang akan membentuk jati diri kaum muslimin.

Jati diri muslim, adalah nilai-nilai yang hidup dalam diri seorang muslim. Nilai-nilai
ini akan membentuk identitas diri seorang muslim, sekaligus akan menjadi ciri beda dengan
ummat lainnya. Perbedaan yang menampakkan keistimewaan dan keindahan diantara
identitas ummat lain. Nilai ini, berasal dari apa yang Allah turunkan melalui Rasul-Nya,
yakni Islam.
Islam lah yang mewarnai seluruh diri kaum muslimin. Islam adalah celupan istimewa
yang diberikan Allah SWT bagi kaum muslimin.

Dalam salah satu ayatnya, Allah Subbhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Shibghah Allah.
Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepadaNyalah kami
menyembah”. (QS. Al-Baqarah 138)

Celupan, begitulah Allah SWT mengistilahkan ajaran Islam dan keimanan seorang
muslim. Celupan ini, akan mewarnai “kain” seorang muslim. Celupan ini akan meresap ke
seluruh sendi-sendi, memasuki setiap serat-seratnya, lalu munculah penampakkan yang
indah, warna yang memikat serta corak yang istimewa. Begitulah gambaran seorang muslim
yang telah ter-shibghah oleh shibghah Allah. Shibghah itu sendiri adalah keimanan yang
penuh atas seluruh ajaran, nilai dan ketetapan Allah Subbhanahu Wa Ta’ala.

Sikap menerima seluruh ajaran Allah SWT, maka seorang muslim telah membuka diri
sepenuhnya untuk menerima celupan Allah. Keterbukaan yang sempurna, menjadikan
celupan yang utuh dan sempurna pula pada dirinya.

2.2 Sepuluh Muwashofat

Muwashofat adalah sifat-sifat atau karakter individu yang menjadi tujuan akhir
tarbiyah sesuai tahapannya. Muwashafat tarbiyah mencakup sepuluh poin ciri pribadi muslim
sebagai berikut :

2.2.1 Salimul Aqidah (Good Faith)

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap
muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada
Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan
ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan
menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya:

َ ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫قُلْ إِ َّن‬
َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا‬
yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan
semesta alam’ (QS Al-An'am :162).

Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:

1. Tidak mengkafirkan seorang muslim;


2. Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;
3. Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah;
4. Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;
5. Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan, dll

2.2.2 Shahihul Ibadah (Right Devotion)

Di dalam ayat Al Quran Allah swt berfirman:

َ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ‬
َ ُ‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬
‫ون‬
Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa (Q.S. Al-baqarah/2:21)

Sembahlah (u’budu) pada ayat di atas maksudnya adalah tunduklah kepada Tuhanmu.

Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:

1. Khusyu’ dalam shalat;

2. Bersedekah;

3. Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;

4. Menjaga tubuh (dari dosa);

5.Khusyu’ saat membaca Al Qur’an;

2.2.3 Matinul Khuluq (Strong Character)

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan
prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah
maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia
bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau
sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh
Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman:

ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫َوإِن‬
Artinya:"Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung" (QS 68:4).
Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara
lain:

1. Tidak ‘inad (membangkang);


2. Tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil;
3. Tidak hiqd (menyimpan kemarahan);
4. Tidak hasad;
5. Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan;
6. Menjalin hubungan baik dengan tetangga;dll.
7. Menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim);
8. Memuliakan tamu;
9. Mengumbar senyum di depan orang lain;
10. Menjawab salam.

2.2.4 Qowiyyul jismi ( Physical Power )

Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat
melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat
dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat
atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya (Jihad)
lainnya.

Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah


bersabda :

‫يف‬ َّ ‫ى َخ ْي ٌر َوأَ َح ُّب إِلَى هَّللا ِ ِم َن ا ْل ُم ْؤ ِم ِن ال‬


ِ ‫ض ِع‬ ُّ ‫ا ْل ُم ْؤ ِمنُ ا ْلقَ ِو‬
Artinya : “Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah” (HR. Muslim).

Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara
lain:

1. Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:

 Membersihkan peralatan makan dan minum;


 Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami
 Mengatur waktu-waktu makan;
 Mampu menyediakan makanan;

2. Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:

 Tidur 6 – 8 jam dan bangun sebelum fajar


 Berlatih 10 – 15 menit setiap hari
 Berjalan 2 – 3 jam setiap pekan
 Mengobati diri sendiri
 Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk

2.2.5. Mustaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)

Mustaqqaful fikri secara umum maknanya adalah kecakapan yang dimiliki seseorang
sehingga mampu memeroleh informasi dan keterampilan yang menjadikannya mengetahui
kebenaran segala sesuatu dan memanfaatkannya. Seorang muslim harus memiliki wawasan
keislaman dan keilmuan yang luas, karena tidak ada satupun perbuatan yang harus dilakukan
tanpa dimulai dengan berpikir terlebih dahulu. Untuk mencapai wawasan yang luas maka
manusia dituntut untuk mencari atau menuntut ilmu.

Aplikasi atau penerapan dari mustaqqoful fikri yang dapat dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain.

1. Mengaitkan antara Al-Qur’an dengan realita


2. Membaca tafsiran Al-Qur’an
3. Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah
4. Membaca buku setiap pekan di luar spesialisasinya
5. Mengkaji marhalah Madaniah dan menguasai karakteristiknya

2.2.6 Mujahidun Linafsihi (Continence)

Mujahidun linafsihi atau yang disebut juga berjuang melawan hawa nafsu merupakan
salah satu kepribadian yang harus ada pada muslim, karena setiap manusia memiliki
kecenderungan pada yang baik dan buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada
manakala seseorang berjuang melawan hawa nafsu.

Cara mengendalikan Jiwa


Mengendalikan jiwa termasuk amal saleh terbaik untuk mendekatkan diri
kepada Allah yang mengantarkan seseorang mencapai derajat tinggi di surga dan masuk
ke dalam golongan orang-orang yang berbuat baik (muhsinin).

Aplikasi atau penerapan mujahadatun linafsihi yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari antara lain.

1. Memerangi dorongan-dorongan nafsu


2. Tidak berlebihan dalam mengonsumsi yang mubah
3. Selalu menyertakan niat jihad
4. Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik
5. Sabar atas bencana

2.2.7 Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia.
Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-
Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti
wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni
24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak
sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik
kehilangan jam daripada kehilangan waktu. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan
tidak akan pernah kembali lagi. maka harus di manage dengan baik, Maka dari itu, diantara
yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum
datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum
tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain:

1. Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya;


2. Memelihara janji umum dan khusus;
3. Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.

Berikut salah satu kiat-kiat manajemen waktu dalam perspektif Islam dan dari
Rasulullah

1. Jadikan Shalat Fardu sebagai pola disiplin


Dengan manajemen waktu shalat fardu seperti halnya yang dilakukan Rasulllah SAW
ini dapat menjadikan kita disiplin dan tepat waktu sehingga segala aktivitas kita
terprogram dengan baik.

2. Terapkan pola berpikir investasi

Pola berpikir investasi bukanlah manajemen waktu yang instan, artinya jangan
mengelola waktu dengan instan atau hanya berpikir jangka pendek, Persiapkan segala hal
untuk masa depan kita sehingga natinya kita dapat memetik hasil terbaik dikemudian hari

3. Terus produktif, jangan biarkan waktu terbuang percuma


4. Gunakan aji mumpung

Yang dimaksud dengan aji mumpung disini adalah yang berarti bagaimana kita
memanfaatkan waktu peluang yang ada untuk mengambil kesempatan yang diberikan
oleh Allah SWT dengan sebaik mungkin.
5. Jauhi sikap menunda-nunda
Jangan suka menunda-nunda sesuatu kebaikan, niat baik atau pekerjaan-pekerjaan
yang mendatangkan manfaat apalagi sampai menuda-nunda ibadah, karena yang pertama
Allah dan Rasul sangat benci kelakuan kebiasaan menunda-nunda dan menjadikan
kebiasan buruk bagi diri kita.
6. Cepat, tapi bukan tergesa-gesa

Ketahuilah bahwa cepat itu bukan berarti terburu-buru atau tergesa-gesa. Namun
tetap teliti dan melakukan dengan segera bukan berarti lambat. Kira-kira itulah yang
diajarkan dalam hadist Rasulullah SAW

“Karena sifat tergesa-gesa itu halnya berasal dari setan.” ( HR Anas bin Malik).

7. Rutin melakukan evaluasi


Tanpa melakukan evaluasi, kita tidak akan pernah menyadari kelemahan dan
kekurangan pada diri kita, dan akibatnya kita akan terus melangkah dengan kesalahan
yang sama.

2.2.8 Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang


muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum
Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan
dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka
diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang
dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh,
bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan
diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

Sebagai mana dalam firman Allah Subbhanahu Wa Ta’ala : “Sesungguhnya Allah menyukai
orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash-Shaff: 4)
Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:

1. Shalat sebagai penata waktunya;


2. Teratur di dalam rumah dan kerjanya;
3. Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya;
4. Disiplin dalam bekerja;
5. Memberitahukan gurunya problematika yang muncul

Keteraturan ciptaan Allah ini adalah implementasi dari ketundukkan dan kepatuhannya
kepada sang pencipta yakni Allah SWT. Dan Ketundukan dan kepatuhan ini diciptakan Allah
hanya untuk manusia, sshingga kesimpulan akhirnya adalah kepatuhan melahirkan
keteraturan.

2.2.9 Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal
kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang
amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa
dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak
sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki
kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang
muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan
umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu
perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik
keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki
keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat
rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya
memerlukan skill atau ketrampilan.
Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-
hari, antara lain:

1. Bekerja dan berpenghasilan;


2. Tidak berambisi menjadi pegawai negeri;
3. Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis;
4. Berusaha memiliki spesialisasi;
5. Ekonomis dalam nafkah ;
6. Mengutamakan produk umat Islam;
7. Tidak membelanjakan harta kepada non muslim;
8. Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai

Ajaran islam menaruh perhatian terhadap pembinaan generasi muda. Nabi Muhammad
SAW misalnya mengingatkan dalam sabdanya sebagai berikut:

“Aku wasiat-amanatkan kepadamu terhadap pemuda-pemuda (angkatan muda) supaya


bersikap baik terhadap mereka. Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat halus. Maka
sesungguhnya Tuhan mengutus aku membawa berita gembira, dan membawa peringatan.
Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokong aku, sedangkan angkatan tua
menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi membaca ayat Tuhan yang berbunyi: “Maka sudah
terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati, sehingga hati mereka menjadi beku dan
kasar”.

Hadits tersebut paling kurang mengisyaratkan dua hal. Pertama, peringatan kepada
angkatan muda sekarang agar bersikap baik terhadap pemuda-pemuda. Karena merekalah
yang memegang zaman yang akan datang bagi bangsa dan negara. Kedua, pengakuan bahwa
angkatan muda memiliki hak partisipasi membentuk zaman sekarang dan yang akan datang.
Merekalah yang menyambut dan menyongsong kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam
menyambut perubahan yang dilakukan Nabi, pemudalah yang cepat tangkas membantunya,
sedangkan golongan tua karena ikatan tradisi yang sudah karatan enggan menyokongnya,
bahkan bersikap menolaknya.

2.2.10 Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada
setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia
berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan
sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya
semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain:

1. Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah;


2. Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);
3. Membantu istrinya;
4. Melaksanakan hak-ahak anak;
5. Memberi hadiah kepada tetangga;
6. Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;
7. Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;
8. Mendekati orang lain;
9. Mendorong orang lain berbuat baik;
10. Membantu yang membutuhkan;
11. Membantu yang kesulitan;
12. Membantu yang terkena musibah;
13. Menolong yang terzhalimi;
14. Berusaha memenuhi hajat orang lain
15. Bersemangat menda’wahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya
16. Memberi makan orang lain;
17. Mendo’akan yang bersin.
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh
seorang Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang
lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah
bagian dari implementasi konsep Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.

Selain itu, manfaat kita memberikan manfaatkan kepada orang lain, semuanya akan
kembali untuk kebaikan diri kita sendiri.

Sebagaimana firman Allah:

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri …” (QS
al-Isrâ/ 17: 7),

2.2 Tokoh Nasional Professional Muslim

2.2.1 Buya Hamka

Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah adalah seorang ulama dan sastrawan
Indonesia. Buya Hamka lahir pada 17 Februari 1908 atau 14 Muharram 1326 beliau
merupakan keturunan ulama ketermuka pada masanya, yaitu Haji Abdul Karim Amrullah.
Sementara ibunya bernama Siti Shofiyah Tanjung binti Haji Zakariya. Beliau dikenal sebagai
tokoh Masyumi dan ulama Muhammadiyah. Sepanjang hidupnya, Buya Hamka dikenal
sebagai sosok ulama besar yang gigih membela Islam dan sangat tegas dalam hal akidah.
Beliau merupakan anggota SI pimpinan HOS. Tjokroaminoto. Selain itu, beliau juga
bergabung menjadi anggota Persyarikatan Muhammadiyah.

Buya Hamka pernah menjabat sebagai ketua MUI, hingga pada Mei 1981. Pada
akhirnya, Ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua MUI.

Buya Hamka ialah seorang sastrawan yang sangat aktif. Beliau telah menghasilkan
banyak karya yang sangat luar biasa. menurut Prof. Andries Teeuw, pengamat sastra
Indonesia, Buya Hamka adalah penulis yang karyanya banyak tentang agama Islam. Terdapat
tiga karya yang wajib dibaca. Antara lain ada tiga karya yang amat penting untuk dibaca.
Karya tersebut ialah, Lembaga Hidup, Tasawuf Modern, dan Falsafah Hidup. Bahkan tiga
karya tersebut masih cetak ulang hingga saat ini. Puncak karya Buya Hamka yaitu Tafsir Al-
Azhar.

Salah satu karya dari Buya Hamka mengenai kepribadian yang berjudul Pribadi
Hebat, memberikan konsep tentang cara memunculkan karakter pribadi, menyeimbangkan
kekuatan lahir dan batin, dijelaskan pula kekuatan hubungan seseorang dengan Sang
Pencipta dalam pembentukan pribadi diri, dan hubungan individu dengan bangsa.

Setiap manusia memiliki potensi yang tertanam dalam dirinya. Potensi tersebut harus
dibina dan bahkan dikembangkan agar menjadi pribadi yang lebih baik dan hebat. Dengan
potensi-potensi yang luar biasa pada setiap manusia, maka akan melahirkan kepribadian
bangsa yang lebih baik dan hal itu akan berpengaruh kepada kepribadian setiap masyarakat.

Dalam buku yang berjudul Pribadi Hebat, dijelaskan bagaimana caranya menjadi
sosok manusia yang hebat dengan dapat melakukan jati diri berdasarkan tuntunan dari Al-
Quran atau ajaran Islam. Di buku keempat seri Mutiara Falsafah Buya Hamka ini, Buya
Hamka menguraikan beragam budi yang harus diketahui dan diamalkan oleh setiap manusia,
khususnya umat Islam. Menurut Prof. Dr. Hamka mendefinisikan pribadi yaitu kumpulan
sifat akal budi, kemauan, cita-cita, dan bentuk tubuh. Tinggi rendahnya pribadi seseorang
adalah karena usaha hidupnya, caranya berpikir, tepatnya berhitung, jauhnya memandang,
dan kuatnya semangat diri sendiri.

Aplikasi yang dapat diterapkan dalam menumbuhkan jati diri profesional muslim
yaitu:

1. Mengajarkan anak membaca Al-Quran.


Dalam Al-Quran terdapat ilmu-ilmu yang yang penting. Anak diharapkan dapat
mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran dan bahkan bisa
mengimplementasikan nilai-nilai positif tersebut dalam kehidupan.
2. Mengajarkan anak untuk sholat tepat waktu.

Dengan mengajari anak untuk sholat tepat waktu dapat melatih kedisiplinan anak, bila
kita mulai dari disiplin sholat maka kita akan terbiasa melakukan disiplin dalam kegiatan
yang lainnya.

3. Mengajarkan anak untuk bersabar dan ridho.

Dengan melatih anak bersikap sabar dan ridho, akan menumbuhkan sikap legowo
(lapang dada) ketika menghadapi suatu permasalahan dan lebih menerima. Entah itu
karena kemampuan orangtua yang kurang secara ekonomi, atau bersabar dalam
banyaknya pekerjaan dan tugas yang harus diemban, bersabar dalam kondisi dan situasi
yang sulit, bersabar menghadapi teman yang sering membuat masalah.
4. Mengajarkan kepada anak tentang arti penting mencintai Allah dan Rasulullah di atas
cinta kepada yang lain.

Sejak dini orangtua juga harus mengajarkan dan membiasakan kepada anak karakter-
karakter utama seperti sabar, qanaah, syukur, ikhlak, ridha, ikhtiar, dan tawakal kepada
Allah.

5. Melatih anak untuk senang bersedekah kepada fakir miskin, terutama dengan hartanya
sendiri, meskipun sekadarnya saja. Ini penting dilakukan untuk mewujudkan sifat
dermawan sejak dini pada diri anak.

2.2.2 BJ. Habibie

BJ. Habibie atau Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-pare (Sulawesi Selatan)
pada tanggal 25 Juni 1936 anak ke-4 dari delapan putra dan putri dari keluarga Alwi Abdul
Djalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspawordoyo.

Ia hanya kuliah selama satu tahun di Institut Teknologi Bandung (ITB), karena pada
tahun 1955 ia dikirim oleh ibunya untuk belajar di, Jerman. Pada tahun 1962, Habibie
menikah dengan Ibu Hasri Ainun Besari yang merupakan teman sekolahnya semasa SMA
dan melanjutkan study hingga S3. Tahun 1965, Habibie memperoleh gelar doktoralnya
Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan membiayai kuliah dan rumah tangganya sendiri di
Jerman.

Ia kemudian bekerja di Messerchmitt-Bölkow-Blohm di Hamburg pada 1965-1969


sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat Terbang dan
Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di
MBB. Ketika bekerja, Habibie melakukan banyak tugas riset, menghasilkan teori tentang
termodinamika, konstruksi, dan aerodinamika, yang dikenal sebagai Faktor Habibie, Habibie
Teorema, dan Metode Habibie.

Pada tahun 1974 BJ. Habibie kembali ke Indonesia dan memulai karirnya sebagai
penasihat pemerintah bidang teknologi tinggi pesawat terbang dan teknologi tinggi yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden Republik Indonesia.

Habibie sangat terkenal sebagai tokoh yang sangat jenius. Inilah beberapa bukti ke
jeniusannya atau pencapaiannya :

1. Dapat membuat pesawat terbang


Dia pernah mendapatkan kepercayaan yang sangat bergengsi, yaitu mendesain sebuah
pesawat utuh. Satu diantara buah karyanya adalah prototipe DO-31, pesawat baling-baling
tetap pertama yang mampu tinggal landas dan mendaratsecara vertikal, yang dikembangkan
HFB bersama industri Donier.

2. Pernah menjabat di MBB

Tahun 1969 Habibie dilirik oleh Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh


(MBB),industri pesawat terbesar yang bermarkas di Hamburg. tertinggi itu.

3. Mendapatkan penghargaan

Habibie menerima Award von Karman(1992) yang di bidang kedirgantaraan boleh


dibilang gengsinya hampir setara dengan Hadiah Nobel. Dan dua tahun kemudian menerima
penghargaan yakni Edward Warner Award. Beliau juga mendapat gelar Doktor Kehormatan
(Doctor of Honoris Causa) dari berbagai Universitasterkemuka dunia, antara lain Cranfield
Institute of Technology dan ChungbukUniversity.

4. Menjadi Presiden RI yang ke-3

Masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari. Meski sangat
singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu membawa bangsa Indonesia dari jurang
kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie berhasil memimpin negara keluar dari dalam
keadaan ultra-krisis, melaksanakan transisidari negara otorian menjadi demokrasi.

5. Menjadi Bapak Teknologi Indonesia

Tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio


dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan AsiaTenggara

B.J. Habibie juga seorang individu dengan nilai-nilai keteladanan yang pantas untuk
diteladani :

1. Disiplin bagi waktu

Dalam dua puluh empat jam, pria yang akrab dipanggil Eyang ini konsisten membagi
waktunya untuk ibadah, olahraga, aktivitas pribadi, atau berbincang dengan para tamunya.
Namun dari semuanya, ia paling banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis.
Total ia mengalokasikan waktu tujuh jam untuk kedua aktivitas tersebut.
2. Rasa ingin tahu

Dalam banyak kesempatan, B.J. Habibie mengaku sebagai orang dengan rasa ingin tahu
sangat tinggi. Panca inderanya aktif menangkap segala hal yang ada di sekelilingnya dan
berusaha menganalisa. Dirinya tak pernah berhenti berpikir.

Untuk memuaskan rasa ingin tahunya maka ia banyak membaca buku saat malam hari.
Hal ini berhubungan dengan kebiasaannya yang hanya tidur dalam waktu cukup singkat,
hanya lima jam.

3. Penuh pengabdian

Nama B.J. Habibie sangat dipandang di dunia Iptek internasional. Dirinya bahkan sempat
menjabat sebagai direktur perusahaan pesawat di Jerman. Namun, ketika panggilan untuk
menjadi Presiden RI datang, ia tanpa ragu memutuskan pulang ke Tanah Air.

Alasan yang mendorongnya ialah, tawaran tersebut merupakan kesempatan memberikan


segala ilmunya untuk kemajuan bangsa.

4. Peduli keluarga

Sudah bukan rahasia lagi bahwa B.J. Habibie adalah sosok yang sangat mencintai
mendiang istrinya, Hasri Ainun Besari. Bahkan, kisahnya pernah diangkat menjadi film layar
lebar. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa sudah sepatutnya kita membagi waktu seimbang
untuk pekerjaan dan keluarga.

2.2.3 Mohammad Natsir

Mohammad Natsir dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 17 Jumadil Akhir 1326 H. yang
bertepatan dengan tanggal 17 Juli 1908 M. di kampung Jembatan, Berukir Alahan Panjang
yang termasuk wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra
Barat. Ayahnya bernama Idris Sutan Saripado. Sedangkan Ibunya bernama Khadijah sebagai
keturunan Chaniago.

Pada masa kecilnya, Natsir mengenyam pendi dikan di Sekolah Rakyat Maninjau selama
dua tahun. Dia kemudian melanjutkan ke Hollandsch- Inlandsche School (HIS) Adabiyyah di
Padang. Ketika menimba ilmu di HIS, pada waktu yang sama, ia juga belajar ilmu agama di
Madrasah Diniah Solok pada 1916 hingga 1923.

Kemudian pada tahun 1927 hijrah ke Bandung untuk mengembangkan keagaman dan
keintelektualnya, sehingga pada tahun 1934. M. Natsir telah banyak mendapatkan
penghargaan beberapa diantaranya :

1. Bulan Januari 1957 menerima bintang Nicham Istikhar [Grand Gordon] dari
Presiden Tunisia, Lamine Bay.
2. Bulan Maret 1977 dari Komunitas Dunia Muslim mendapat gelar Prince
D’Islam [Pangeran Islam] atas kontribusinya dalam memerangi kelaparan
dan ketidakpedulian yang terjadi di dunia tanpa membeda-bedakan.
3. Bulan Febuari 1980 menerima penghargaan internasional (Jaa- izatul Malik
Faisal al-Alamiyah) dari lembaga Hadiah Internasioanal Malik Faisal di
Saudi Arabia, atas jasa-jasanya di bidang pengkhidmatan kepada Islam
untuk th.1400 H.
4. Tanggal 6 November 1998 menerima Bintang Republik Indonesia Adi
Pradana dari Pemerintah Republik Indonesia.
5. Tanggal 26 Mei 2005 menerima penghargaan dari Dewan Masjid Award
sebagai Tokoh Manajemen Mesjid Indonesia.

Dengan begitu banyak penghargaan M. Natsir bukan untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk kemajuan dan kebesaran bangsa Indoensia. Bahkan kehidupan Beliau sebagai putra
Indoensia yang sangat sederhana dan persahaja.

Dalam dunia politik, Natsir dikenal sebagai tokoh yang menghendaki Islam sebagai
landasan atau ideologi negara.  Dalam sebuah jurnal berjudul Pandangan Mohammad Natsir
Mengenai Islam Sebagai Ideologi Negara yang dipublikasikan Univer sitas Sumatra Utara
(USU).

Menurut jurnal yang diterbitkan USU, Natsir dinilai telah melampaui pemikiran Maududi
atau Ibnu Khaldun yang melihat sistem pemerintahan Nabi Muhammad SAW dan empat
khalifah setelahnya sebagai satu-satunya alternatif sistem pemerintahan negara Islam.
Pemikiran dan Karya Ilmiah M. Natsir

Pemikiran M. Natsir yang mendunia tidak lepas dari kehidupan keagamaan dan
keintelaktualnya pada masa mudanya dan masa dewasanya, baik pada masa di Padang
maupun di Bandung. Karena menurut M. Dzulfikriddin bahwa ada dua hal yang menjadi latar
belakang pemikiran dan aktivitas M. Natsir, yakni guru-gurunya, serta polimek masalah
keagamaan dan kebangsaan.

Pemikiran M. Natsir terlihat dalam karya-karya tulisnya, baik dalam bidang keislaman,
kedakwaan, kependidikan, kenegaraan, kepolitikan, maupun dalam segala aspeknya.

Di antara karya-karya ilmiah M. Natsir beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

[1] Islam Sebagai Ideologi [Jakarta: Pustaka Aida, 1951]

[2] Dakwah dan Pembangunan [Jakarta: Media Dakwah, th.]

[3] Indonesia di Persimpangan Jalan [Jakarta: t.p, 1984]

[4] Kapita Selekta II [Jakarta: Pustaka Pendis, 1957]

Anda mungkin juga menyukai