Ketika fluida atau gas mengalir dengan laju kecil pada kolom berisi unggun padatan
maka tekanan gas akan berkurang sepanjang unggun padatan. Apabila laju aliran gas
diperbesar terus maka besarnya penurunan tekanan gas sepanjang unggun juga akan
berambah, hingga pada suatu saat dimana butiran padatan tersebut terangkat oleh aliran gas
maka penurunan tekanan menjadi tetap. Keadaan dimana padatan terangkat sehingga tidak
lagi berupa unggun diam disebut terfluidisasi, artinya padatan tersuspensi dalam gas dan pada
keadaan ini sifat dari padatan tidak lagi seperti semula tetapi berubah seperti fluida, yaitu
dapat dialirkan melalui pipa maupun keran. Besarnya kecepatan minimum yang diperlukan
untuk membuat padatan unggun diam menjadi terfluidisasi tergantung beberapa faktor seperti
besarnya diameter padatan, porositas padatan, rapat massa padatan, dan faktor bentuk dari
butiran padat.
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena unggun diam (fixed bed) yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam.
2. Fenomena fluidisasi minimum (incipient fluidization) yang terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel-partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth / homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi aliran
fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga
ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung – gelembung pada unggun
terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat.Pada kondisi ini
terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.
7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum.
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. laju alir fluida dan jenis fluida
4. porositas unggun
5. distribusi aliran
1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan,
2. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam kondisi
isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya,
3. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan pemindahan
jumlah panas yang besar dalam reaktor,
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup tinggi,
5. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang baik
memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan kecil.
Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:
1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik
fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu,
2. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah tertentu
padatan,
3. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin,
Terjadinya chanelling dan slugging/penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi pada
reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Pada operasi fluidisasi :
Fluida dialirkan ke dalam kolom dengan kecepatan atas dasar kolom kosong, U 0. yang berarti
kecepatan rata-rata fluida dalam kolom kosong dengan luas penampang sama dengan
penampang unggun pada laju alir volume yang sama dengan laju alir fluida dalam unggun.
Sehingga,
U0 = Q/A
dengan Q : Laju alir volume (m3/s)
A: Luas penampang kolom kosong (m2)
Dengan peningkatan kecepatan fluida, tinggi unggun juga meningkat, tetapi
kehilangan tekanan (∆P) akan konstan. Dari kenyataan ini menunjukkan bahwa geometri
intern unggun berubah terutama mengenai porositas unggun (ε), yaitu fraksi ruang kosong
dalam unggun.
Menurut (Geldart,1973) tidak semua padatan dapat terfluidisasi , sifat dari padatan pada
fluidisasi bergantung pada ukuran partikel dan rapat massanya. Geldart mengklasifikasi
padatan dalam 4 bagian utama yaitu:
a. Kelompok A (areatable particles)
Material pada kelompok ini memiliki ukuran kecil (Dp<30nm) dan/atau densitas yang
rendah ( < 1,4 g/ml).Fluid cracking catalyst termasuk ke dalam kelompok ini. Padatan
terfluidisasi dengan mudah, dengan kecepatan rendah tanpa pembentukan gelembung.
Pada kecepatan yang lebih tinggi tercapai ketika gelembung mulai terbentuk maka tercapai
kecepatan gelembung minimum.
b. Kelompok B (sandlike particles)
Kebanyakan partikel pada kelompok ini memiliki ukuran 150 nm – 500 nm dan densitas
1,4-4 gr/ml. Untuk jenis ini, ketika umf terlewati, gas muncul dalam bentuk gelembung.
Gelembung pada kelompok ini bisa terbentuk dengan ukuran yang besar. Biasanya
material yang tergolong pada kelompok ini adalah glass beads (Ballotini) dan coarse
beads
c. Kelompok C (cohesive atau bubuk sangat halus)
Ukuran kelompok ini kurang dari 20 nm dan sulit untuk terfluidisasi karena gaya
antarpartikel relative besar. Pada unggun dengan diameter partikel kecil mudah membentuk
channeling . Contoh: talk, tepung dan pati.
d. Kelompok D (spoutable)
Ukuran partikel pada kelompok ini sangat besar atau sangat rapat. Partikel ini susah untuk
terfluidisasi pada unggun yang dalam (tinggi). Tidak seperti kelompok B, dengan
peningkatan kecepatan, material dapat terlempar seperti semburan. Jika distribusi gas tidak
rata, sifat menyembur dan sebagian channeling dapat terjadi. Contoh: biji kopi, peluru timbal
dan beberapa bijih logam.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
ulangi prosedur di
siapkan piknometer Masukkan air
atas dengan
yang bersih dan sampai piknometer
menggunakan
kering penuh dan timbang
partikel yang lain.
isi piknometer
timbang
dengan partikel
piknometer kosong
padat yang akan
dengan neraca
digunakan
isikan padatan
masukkan air
hingga setengah
sampai piknometer
volume
penuh dan timbang
piknometer,
dengan neraca
timbang
2) Percobaan Fluidisasi
nyalakan kompresor
dan atur kecepatan isi kolom dengan nyalakan kompresor
udara yang kecil, partikel polipropilen dan catat ΔP unggun
kemudian matikan setinggi 10 cm dan laju alir udara Q
kompresor
Table 4.2 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel Resin diameter 1 mm dengan Tinggi
Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju
H = 6 cm H = 7 cm H = 8 cm
Alir Q
(L/h) ΔP (cmH2O) ΔP (cmH2O) ΔP (cmH2O)
2 1,1 1,5 5,5
4 1,4 1,4 6,5
6 1,5 1,4 6,5
8 1,4 1,45 6,7
10 1,3 1,6 6,8
4.1.3 Fluidisasi Partikel Polipropilen diameter 4 mm, fluida udara
Table 4.3 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel Polipropilen diameter 4 mm dengan Tinggi
Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju
H = 6 cm H = 7 cm H = 8 cm
Alir Q
(L/h) ΔP (cmH2O) ΔP (cmH2O) ΔP (cmH2O)
2 0,85 2,9 1,1
4 2,2 2,4 2,5
6 2,55 2,7 3,1
8 2,6 2,8 2,8
10 2,7 2,8 2,7
4.1.4 Fluidisasi Partikel manik-manik plastik diameter 3,6 mm, fluida udara
Table4.4 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel manik-manik plastik diameter 3,6 mm
dengan Tinggi Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju Alir Q H = 2 cm H = 3 cm
(L/h)
ΔP (cmH2O) ΔP (cmH2O)
2 0,4 0,8
3 1,1 2,4
6 1,1 2,4
8 1 2,4
10 1,2 2,5
4.1.5 Fluidisasi Partikel resin anion diameter 1 mm, fluida penggerak :air
Table4.5 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel Resin diameter 1 mm dengan Tinggi
Unggun Berbeda
H = 9 cm
Laju Alir Q (L/h)
ΔP (cmH2O)
0,5 0,3
1 0,6
1,5 0,8
2 0,85
2,5 0,65
0.2
0.1
0.05
0
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
Log U
0.8
0.78
Log ∆P
0.76
0.74
0.72
0.7
0.68
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
Log U
Log ∆P 0.3
0.2
0.1
0
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
-0.1
Log U
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
Log U
0.4
Log ∆P
0.3
0.2
0.1
0
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
Log U
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
Log U
0.3
0.2
Log ∆P
0.1
0
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
-0.1
-0.2
Log U
-0.1
Log ∆P -0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
Log U
Q Q A U ρ µ Nre
(L/min) (m3/s) (m2) (m/s) (kg/m3) (kg/m.s)
2 3,33 x 10-5 2,38 x 10-3 0,140056 1,17 1,86 x 10-5 31,71591
4 6,67 x 10-5 2,38 x 10-3 0,280112 1,17 1,86 x 10-5 63,43181
6 10 x x 10-5 2,38 x 10-3 0,420168 1,17 1,86 x 10-5 95,14772
8 13 x 10-5 2,38 x 10-3 0,560224 1,17 1,86 x 10-5 126,8636
10 16 x 10-5 2,38 x 10-3 0,70028 1,17 1,86 x 10-5 158,5795
PEMBAHASAN
Pada Praktikum ini, fluidisasi dilakukan dengan cara mengalirkan gas dan cairan
kedalam tabung/kolom berisi padatan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai
minimum umF dan faktor faktor yang mempengaruhi fluida, Fluidisasi terjadi apabila butiran
padatan tersuspensi dalam gas atau cairan sehingga sifat dari padatan berubah menjadi fluida.
Apabila laju alir gas rendah maka butiran padatan akan tetap diam, karena fluida hanya
mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan
partikel. Namun apabila laju alir dinaikkan sedikit demi sedikit akan ada saat dimana
pebedaan penurunan tekanan akan sama dengan gaya berat yang bekerja terhadap butiran-
butiran padatan, penurunan tekanan pada permukaan unggun inilah yang menyebabkan
unggun terangkat.
nilai umF untuk partikel dalam udara nilai umF dalam partikel dalam
Jenis
(m/s) air (m/s)
Partikel
2 cm 3 cm 6 cm 7 cm 8 cm 9 cm
0,050 0,042 0,042
Resin - - -
7 5 5
Polipropile 0,050 0,050 0,050
- - -
n 7 7 7
Manik- 0,042 0,042
- - - 0,03126
manik 5 5
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa semakin kecil volume padatan awal maka
padatan semakin mudah terfluidisasi. Jika volume padatan pada kolom besar maka aliran gas
yang melalui celah-celah partikel semakin sulit untuk menyebabkan pergerakan pada . Jika
volume semakin kecil maka semakin banyak padatan yang tersuspensi dalam aliran gas yang
melaluinya, sehingga butiran satu dengan yang lainnya terpisah dan menyebabkannya mudah
bergerak.
Nilai umF dari perhitungan yang dialiri udara untuk partikel resin anion diameter 1
mm umF nya 0,02363 m/s, untuk partikel manik manik 3.6 mm fluida udara umf adalah
0,7611 m/s, untuk Polipropilen diameter 4mm umf nya 0,9516 m/s dan untuk resin diameter
1mm yang dialiri air umf nya adalah 0,1528 m/s. Menurut teori semakin besar diameter dan
berat jenisnya partikel maka nilai umf semakin besar dan semakin sulit terfluidisasi, data
yang didapatkan sesuai dengan teori.
Untuk nilai Umf dari perhitungan harus ditentukan terlebih dahulu Nre dan
mempengaruhi nilai Umf perhitungan, serta dari data umf grafik dan umf perhitungan yang
sudah didapat terdapat perbedaan nilai umf hal ini disebabkan karena pada nilai umf grafik
percobaan pada saat pengambilan data dapat terjadi penyimpangan pada alat, seperti kondisi
yang dilakukan pada percobaan bisa jadi tidak tepat sehingga data yang diterima tidak valid,
dari hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai umf dari perhitungan lebih akurat dibandingkan
grafik. Kurva karakteristik yang tidak sesuai pada saat praktikum seperti contoh pada partikel
polipropilen dengan tinggi unggun awal 7 cm dibawah ini dapat disebabkan laju alir udara
yang masuk ke kolom belum tentu sebesar yang terbaca pada rotameter, sehingga laju alir
yang masuk kekolomnya lebih kecil dan kurang mampu mengangkat sampel, sehingga
pressure drop pada saat memakai laju aliran yang kecil malah menjadi besar.