KIMIA I
ALIRAN FLUIDA MELALUI BENDA PADAT
Oleh :
Kelompok : II ( DUA )
Gambar 1.1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan (Satriyo, 2008)
Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan dimana
unggun padatan akan tersuspensi didalam aliran gas yang melaluinya. Pada
keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga
dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini,
sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi,
misalnyaadanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan
dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 1.3 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas (Satriyo, 2008)
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:
Gambar 1.4 Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat (Satriyo, 2008)
Adapun kerugian dari fluidized bed untuk operasi industri yaitu sebagai
berikut:
1. Menyebabkan erosi pada pipa dan bejana dari abrasi partikel yang serius
2. Menyebabkan tumpahnya partikel-partikel dalam bejana
3. Sulit untuk menjelaskan aliran gas pada partikel untuk bubbling bed
Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan.
Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu
bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan
melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga
divariasikan dengan mencampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun
berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam
praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi
berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual. Dari
hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula kurva karakteristik
fluidisasi.
Bila kita amati suatu unggun butiran yang disangga oleh pelat kasa dan
dilalukan pada unggun tersebut suatu aliran fluida ke arah atas, maka untuk debit
aliran yang kecil unggun akan tetap diam, fluida hanya akan mengalami kenaikan
hilang tekan dengan peningkatan debit tersebut. Untuk suatu debit tertentu hilang
tekan (dinyatakan dalam tekanan, artinya gaya per satuan permukaan) sampai
pada nilai yang sama dengan berat unggun persatuan permukaan (yang ukurannya
juga sama dengan permukaan untuk hilang tekan), dan unggun mulai terangkat.
Inilah yang disebut awal fluidisasi. Di atas kecepatan ini butiran unggun beberapa
menjadi terpisah dan bergerak secara bervariasi ke segala arah. Akan tetapi untuk
kecepatan tertentu posisi rata-ratanya secara statistik adalah tetap, dalam arti
unggun mempunyai suatu tinggi yang konstan. Tinggi unggun ini meningkat bila
debit cairan meningkat.
Kecepatan Minimum Fluidisasi Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi
(Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai
terjadi.Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik
antara penurunan tekanan (ΔP) dan kecepatan superficial fluida (U).Untuk
keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti terlihat dalam gambar
1.2.
Gambar 1.12 Grafik antara Penurunan Tekanan dan Kecepatan Superficial Fluida
Bila peristiwa tersebut akan kita gambarkan secara grafik, kita ambil sebagai
absis kecepatan atas dasar kolom kosong Um (artinya kecepatan rata-rata fluida
dalam suatu pipa kosong dengan luas permukaan penampangnya sama dengan
penampang unggun) dan sebagai ordinat adalah hilang tekan P. Peristiwa
tersebut dapat kita nyatakan sebagai berikut:
a. Dari O ke A unggun tetap diam dan hilang tekan naik menurut debit aliran.
Bila debit aliran cukup kecil perubahan P terhadap um adalah tetap linier dan
dapat dihitung, misalnya dengan menggunakan persamaan Kozeny Carman.
b. Di A hilang tekan menjadi sedemikian sehingga gaya tekan bersangkutan
dengan awal pengangkatan unggun. Harga hilang tekan ini akan bergantung
terutama pada kondisi pencurahan unggun dan sifat partikel (keadaan
permukaan, sifat dendritik atau tidak dan seterusnya). Kita melihat kenyataan
disini bahwa gaya yang bersangkutan dengan hilang tekan pada titik ini tidak
saja untuk mengangkat berat butiran yang diakibatkan oleh penghimpitan
partikel satu dengan yang lainnya.
c. Sekali unggun ini terberai hilang tekan akan turun kembali ke harga yang lebih
kecil (titik B), lalu bila kecepatan dinaikkan lagi hilang tekan akan tetap
konstan hingga titik C dengan ketinggian unggun yang senantiasa meningkat.
Oleh karena itu, kenyataan bahwa hilang tekan tetap konstan (dan sama dengan
berat unggun persatuan luas) pada saat debit meningkat, menunjukkan bahwa
geometri intern unggun adalah berubah terutama berupa peningkatan
porositasnya yang akan berhubungan erat dengan naiknya tinggi unggun.
Setelah titik C partikel akan berbawa dalam arah aliran gas. Kurva akan
berpotongan dengan kurva hilang tekan fluida dalam tabung kosong ( = 1).
d. Bila kemudian kecepatan kita turunkan, maka tinggi unggun juga akan
menurun, akan tetapi mulai dari titik B sudah tentu kita tidak perlu lagi
mengikuti bekas keadaan A oleh karena partikel meletakkan dirinya secara
perlahan-lahan satu di atas lainnya tanpa pemadatan. Maka kita akan bergerak
dari B ke O dengan melewati D.
e. Alhasil bila kita memulai kembali suatu fluidisasi, tidak akan ada lagi upaya
yang harus dilakukan untuk mengatasi gaya gesekan antara partikel yang
terjadi karena pemadatan dan titik-titik yang menggambarkannya dinyatakan
oleh kurva ODBC naik atau turun akan tetap sama. Hilang tekan (untuk suatu
Umtertentu) dalam zone pertama (bersangkutan dengan OD) adalah lebih kecil
dari pada dalam OA, karena pemadatan unggun lebih berkurang dan tinggi
unggun Zi lebih besar.
Pernyataan tentang unggun terfluidakan di atas sebenarnya terlalu diidealkan.
Fluidisasi inilah yang biasa disebut fluidisasi homogen dimana butiran terdispersi
secara uniform dalam seluruh bagian unggun, artinya porositas lokal unggun
seolah-olah konstan pada setiap titik didalam unggun tersebut.
𝜌
[𝜌 𝑠 ≅ 1]......................................................(1.1)
𝑓
Misalnya dalam hasil fluidisasi butiran kaca dalam air. Akan tetapi kebanyakan
operasi fluidisasi dilakukan dalam fasa gas
𝜌
[𝜌 𝑠 ≫ 1]....................................................(1.2)
𝑓
dimana dalam hal ini fluidisasi menjadi heterogen. Bagian tertentu unggun seolah-
olah tetap diam sementara yang lainnya dilalui oleh gelembung-gelembung gas
yang besar dengan kecepatan Um dan mengandung sedikit butiran sebagai
suspensi di dalamnya, gelembung ini merambat ke arah permukaan unggun
sehingga tidka memungkinkan lagi untuk mendefinisikan suatu permukaan bebas.
Inilah yang disebut peristiwapenggelembungan. Bila gelembung ini sampai
memenuhi seluruh penampang unggun ia akan dapat terangkat selama beberapa
saat, lalu volum tersebut akan jatuh kembali secara tiba-tiba ke atas lapisan paling
rendah. Inilah yang disebut fenomena fluidisasi berpiston (Novandy, 2007).
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan
b. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya
c. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor
d. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup
tinggi
e. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil
Jika suatu fluida melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika
kecepatan supervisial naik (Novandy, 2007).
Pada kecepatan supervisial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kemudian
kecepatan supervisial dinaikkan, maka pada suatu saat gaya seret fluida
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun. Kemudian unggun mulai bergerak dan kondisi ini disebut minimum
fluidization. Kecepatan supervisial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya
fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (v’mf). Sedangkan porositas dari
unggun ketika fluidisasi benar-benar terjadi dinamakan minimum fluidization
porosity (εmf). Sementara itu pressure drop sepanjang unggun akan tetap
walaupun kecepatan supervisial dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun
per satuan luas.
Jika kecepatan fluida diatas v’mf, unggun akan mulai mengembang (bubbling)
dan kondisi ini dinamakan aggregative fluidization. Kenaikan kecepatan
supervisial yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya gelembung yang
sangat besar, memenuhi seluruh tabung dan mendorong terjadinya slugging bed.
Pada saat ini pressure drop mungkin melampaui berat per satuan luas karena
adanya interaksi partikel dengan dinding tabung. Jika densitas fluidanya lebih
besar dan partikel unggun lebih kecil kemungkinan unggun dapat tertahan dalam
keadaan mengembang lebih stabil (particulate fluidzation). Partikel unggun yang
lebih ringan, lebih halus dan bersifat kohesif sangat sukar terfluidisasi karena gaya
tarik antar partikel lebih besar daripada gaya seretnya. Sehingga partikel
cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk
channel.
Untuk menentukan pressure drop yang melalui fixed bed dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:
P
Dp
2
3 Dp
....................(1.3)
Dengan : Dp = Diameter Partikel
µ = Viskositas Fluida
ΔL = Tinggi Bed
ε = Voidage
v’mf = Kecepatan Supervisial
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah : Karbon aktif dan pasir.
2.2 Alat
Alat yang dipakai adalah tabung yang dialiri fluida dilengkapi dengan
flowmeter dan valve untuk mengatur aliran.
6
Pressure Drop (mmH2O)
3 karbon aktif
pasir
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Variasi Tinggi Unggun (cm)
Grafik 3.1 Grafik hubungan antara pressure drop dengan tinggi unggun pada
bahan pasir dan karbon aktif.
Grafik 3.1 diatas dapat diketahui hubungan pressure drop dengan variasi
tinggi unggun setiap bahan semakin meningkat dengan bertambahnya tinggi
unggun. Hal ini sesuai dengan literature bahwa pressure drop berbanding lurus
dengan kenaikan tinggi unggun. Pada setiap bahan pasir dan carbon aktif
pressuredrop tertinggi pada tinggi unggun 5 cm dan terendah pada 1 cm.
Pressure droptertinggi pada karbon aktif sebesar 1.7 mmH2O pada tinggi unggun
5 cm, dan Pressure drop terendah pada karbon aktif sebesar 0.7 mmH2O pada
tinggi unggun 1 cm, sedangkan Pressure drop tertinggi pada pasir sebesar 6.5
mmH2O pada tinggi unggun 5 cm, dan Pressure drop terendah pada karbon aktif
sebesar 2.3 mmH2O pada tinggi unggun 1 cm. Pressure drop tertinggi dari kedua
bahan adalah bahan pasir. Perbedaan pressure drop ini disebabkan karena densitas
dan diameter kedua bahan yang berbeda.
6
Pressure Drop (mmH2O)
5
1
4
2
3
3
2 4
5
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
V (m/s)
Grafik 3.2 Grafik hubungan antara pressure drop dan kecepatan nisbi pada
bahan pasir dengan variasi tinggi unggun 1 cm, 2 cm, 3
cm, 4 cm dan 5 cm.
Pokok pembahasan pada subbab dua ini ialah pengaruh kecepatan nisbi
terhadap pressuredrop yang terjadi pada bahan pasir. Variasi flowrate yang dibuat
berbeda-beda menyebabkan kecepatan nisbi yang terjadi juga berbeda. Variasi
kecepatan yang terjadi ialah mulai dari nilai terkecil 0.167506292 m/s sampai
yang terbesar 0.502518876 m/s. Secara teoritis dengan semakin besarnya
kecepatan nisbi maka pressure drop juga akan semakin besar, hal ini sudah sesuai
dengan literature.
Gambar grafik 3.2 diatas dapat diketahui bahwa pressure drop dan kecepatan
tertinggi pada variasi tinggi unggun ke 5 dan untuk kecepatan dan pressure
terendah pada variasi unggun ke 1. Hal ini sudah sesuai dengan literature bahwa
kecepatan dan pressure drop berbanding lurus dengan tinggi unggun.
3.2.2 Hubungan Pressure Drop dengan Kecepatan Nisbi pada Bahan karbon
aktif.
Hubungan pressure drop dengan kecepatan nisbi pada saat bahan
terfluidisasi disajikan dalam gambar 3.3.
1.8
1.6
1.4
Pressure Drop (mmH2O)
1.2
1
1
2
0.8
3
0.6
4
0.4
5
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
V (m/s)
Grafik 3.3 Grafik hubungan antara pressure drop dan kecepatan nisbi padabahan
karbon aktif dengan variasi tinggi unggun 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm dan 5 cm.
Pokok pembahasan pada subbab dua ini ialah pengaruh kecepatan nisbi
terhadap pressuredrop yang terjadi pada bahan karbon aktif. Variasi flowrate
yang dibuat berbeda-beda menyebabkan kecepatan nisbi yang terjadi juga
berbeda.Variasi kecepatan yang terjadi ialah mulai dari nilai terkecil 0.469017617
m/s sampai yang terbesar 0.938035235 m/s. Secara teoritis dengan semakin
besarnya kecepatan nisbi maka pressure drop juga akan semakin besar, hal ini
sudah sesuai dengan literature.
Gambar grafik 3.3 diatas dapat diketahui bahwa pressure drop dan
kecepatan tertinggi pada variasi tinggi unggun ke 5 sementara untuk kecepatan
dan pressure terendah pada variasi unggun ke 1. Hal ini sudah sesuai dengan
literature bahwa kecepatan dan pressure drop berbanding lurus dengan tinggi
unggun.
0.00005
Cd perhitungan
0.00004
0.00003
karbon aktif
0.00002 pasir
0.00001
0
0 200000 400000 600000 800000
NRe
Grafik 3.4 diatas dapat diketahui bahwa bahan karbon memiliki koefisien
hambatan yang paling besar dari kedua bahan.Hal ini disebabkan hubungan antara
bilangan Reynolds dan koefisien hambatan berbanding terbalik.Nilai bilangan
Reynoldnilai pada bahan pasir lebih besar dari bahan karbon aktif. Cd karbon
aktif pada bilangan reynolds bernilai 687384.0854adalah4.07341E-05, pada
bilangan Reynolds589186.359 Cd bernilai4.07341E-05,pada bilangan
0.00001
0.000008
Stokes (N)
0.000006
karbon aktif
0.000004 pasir
0.000002
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Kecepatan (m/s)
m/s, dan terendah pada nilai 9.08308E-06 N dengan kecepatan 0,804030201 m/s.
Grafik 3.5 ini juga diketahui bahwa gaya stokes pada karbon aktif lebih besar dari
pada pasir,namun ini tidak dapat dijadikan pembanding karena flow rate untuk
kedua percobaan ini tidak sama.
0.25
0.2
Cd grafik karbon aktif
0.15
0.1 Cd grafik pasir
0.05
0
0 1000000 2000000 3000000
Nre
10.Perbedaan yang sangat besar ini juga terjadi karena partikel padat untuk nilai
Cd pada grafik teoritis dianggap berbentuk bola atau bulat, sementara partikel
padat yang digunakan dalam percobaan ini memiliki bentuk yang tidak beraturan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Semakin tinggi unggun yang naik, maka laju alir udara yang dibutuhkan
untuk menaikkan unggun semakin besar, yang juga mempengaruhi
kecepatan fluidisasi semakin besar.
Hubungan pressure drop dengan variasi tinggi unggun setiap bahan semakin
meningkat dengan bertambahnya tinggi unggun.Pressure drop tertinggi
pada karbon aktif sebesar 1.7 mmH2O pada tinggi unggun 5 cm, dan
Pressure drop terendah pada karbon aktif sebesar 0.7 mmH2O pada tinggi
unggun 1 cm, sedangkan Pressure drop tertinggi pada pasir sebesar 6.5
mmH2O pada tinggi unggun 5 cm, dan Pressure drop terendah pada karbon
aktif sebesar 2.3 mmH2O pada tinggi unggun 1 cm.
Semakin besarnya kecepatan nisbi maka pressure drop juga akan semakin
besar. Pada pasirpressure drop dan kecepatan tertinggi pada variasi tinggi
unggun ke 5 sebesar 0.502518876 m/sdan untuk kecepatan dan pressure
dropterendah pada variasi unggun ke 1 sebesar 0.167506292 m/s. Pada
karbon aktif pressure drop dan kecepatan tertinggi pada variasi tinggi
unggun ke 5 sebesar 0.938035235 m/s dan untuk kecepatan dan pressure
drop terendah pada variasi unggun ke 1 sebesar 0.469017617 m/s .
Nilai koefisien hambatan yang diperoleh dari perhitungan berbeda dengan
nilai koefisien hambatan dari pembacaan grafik.
Dari persamaan Hukum Stokes, F = 3𝜋 𝜇 𝑑 𝑉, maka diperoleh semakin
tinggi kenaikan unngun maka nilai F yang diperoleh semakin besar.
4.2 Saran
Dalam melakukan percobaan, praktikan harus lebih teliti lagi dalam
pembacaan ketinggian unggun.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C., J. 1993. Transport Processes and Unit Operations. Third Edition.
Pretince Hall International Edition. University of Minnesota.
Kirk-Othmer. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology, 4th edition, volume
10, John Wiley & Sons, New York.
Novandy. 2007. Penentuan Pressure Drop dan Kecepatan Minimum Proses
Fluidisasi Pada Reactor Fixed Bed dan Regenerator. FORUM IPTEK
Vol 13 No 03. Publikasi Ilmiah Pusdilkat Migas.
Satriyo. 2008. Fluidisasi. Laboratorium Operasi Teknik Kimia. Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Cilegon – Banten.