Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK

KIMIA I
ALIRAN FLUIDA MELALUI BENDA PADAT

Oleh :

Kelompok : II ( DUA )

Nama Kelompok : 1. LEONARDUS WIMPIE .S (1507036210)


2. NADYA EKA PUTRI ( 1507036966)
3. SELVIA BASRIL ( 1507036781)
4. THITA OKTAVIANA H. ( 1507037577 )

LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
Abstrak

Fluidisasi merupakan operasi dimana partikel padat ditransformasikan seperti


partikel fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan. Tujuan dari percobaan
ini adalah mengetahui hubungan antara pressure drop dengan flow rate serta
menghitung pressure drop yang melewati fixed bed dan fluidized bed. Variabel
dalam percobaan ini adalah laju alir, jenis bahan dan tinggi unggun. Diameter
yang digunakan pada kolom I adalah 65 mm, laju alir yang digunakan mulai dari
2000 L/Jam sampai 11000 L/Jam dan bahan yang digunakan adalah pasir halus,
dan carbon aktif. Untuk tinggi unggunnya 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm dan 5 cm.
Unggun dimasukkan ke dalam kolom, kemudian kompressor dihidupkan, dan flow
rate diatur pada kecepatan yang ditentukan, dan saat proses fluidisasi
berlangsung, manometer juga akan menunjukkan berapa ΔP yang digunakan.
Kolom I ID 65 mm tinggi unggun 5 cm, ΔP optimumnya, pasir 6,5 kg/m s2 dan
carbon aktif 1,7 kg/m s2. Dari kedua bahan yang diuji, pressure drop pada bahan
pasir lebih besar dari pada bahan carbon aktif, hal ini disebabkan karena
perbedaan ukuran partikel, diameter, dan juga densitas partikel.Ukuran partikel
pasir yang sangat halus dan seragam menyebabkan porositas unggun mengecil
karena rongga-rongga yang dihasilkan oleh tumpukan partikel cukup kecil
mengakibatkan nilai pressure dropnya tinggi apabila dibandingkan dengan
sampel carbon aktif.Diameter silinder yang lebih besar menyebabkan pressure
drop semakin besar serta partikel yang memiliki densitas lebih besar
membutuhkan flowrate yang lebih besar pula untuk mencapai kondisi
fluidisasi.Untuk setiap variasi umpan yaitu pasir, carbon aktif memperlihatkan
bahwa pressure drop berbanding lurus dengan flow rate. Semakin tinggi flow
rate, maka pressure drop juga akan meningkat.

Kata kunci : flow rate,fluidisasi, preesure drop, unggun


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Fluida merupakan zat – zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri
dengan bentuk wadah tempatnya atau zat yang akan berdeformasi terus menerus
selama dipengaruhi oleh suatu tegangan geser. Bila berada dalam keseimbangan,
fluida tidak dapat menahan gaya tangensial atau gaya geser. Semua fluida
memiliki suatu derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan kecil terhadap
perubahan bentuk.
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan diubah, maka di dalam fluida akan
terbentuk lapisan-lapisan hingga mencapai suatu bentuk baru. Pemahaman tentang
fluida sangat penting untuk dapat menyelesaikan soal-soal pergerakan fluida
melalui pipa, pompa dan peralatan proses atau alat ukur laju alir pada fluida.
Fluida memiliki sifat menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan
untuk mengalir (atau umumnya kemampuan untuk mengambil bentuk wadah
mereka).Sifat ini biasanya dikarenakan sebagai fungsi dari ketidakmampuan
fluida terhadap tegangan geser (shear stress) dalam ekuilibrium
statik.Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan
pentingnya tekanan dalam mengkarakterisasi bentuk fluida.
Fluida dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Fluida tak mampu mampat (incompressible), yaitu fluida dimana densitasnya
hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang besar terhadap tekanan dan
suhu. Contoh : Air
b. Fluida mampu mampat (compressible), yaitu fluida yang apabila diberi gaya
tekanan, maka volume dan suhunya akan mengalami perubahan.Contoh : Gas
Laju alir fluida dalam pipa dapat diukur secara langsung maupun
tidak langsung.Alat ukur laju alir secara umum disebut dengan flowmeter. Jenis-
jenis flowmeter diantaranya: piston, oval-gear disk, rotary-vane type, orifice plate,
venturi tube, flow nozzle, pitot tube, elbow, rotarmeter dan lain-lain.
Sedangkanuntuk mengatur besar kecilnya aliran tersebut digunakan katup atau
valve. Prinsip kerja setiap pengukur aliran tersebut didasari oleh prinsip fisika
yang sama, yaitu peningkatan kecepatan menyebabkan penurunan tekanan.
Perbedaan antara pengukur aliran tersebut hanya masalah harga, keakuratan dan
seberapa dekat bekerjanya alat ini mengikuti asumsi-asumsi aliran yang
diidealkan.
Fluidisasi merupakan operasi transformasi partikel padatan menjadi seperti
fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan. Metode ini banyak digunakan oleh
para ahli teknik kimia dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan
fluidisasi. Dengan metode ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat
seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjauan suatu kolom
berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini
kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah,
butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas.
Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya
mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan
partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed.
Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan (Satriyo, 2008)

Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan dimana
unggun padatan akan tersuspensi didalam aliran gas yang melaluinya. Pada
keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga
dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini,
sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi,
misalnyaadanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Sifat cairan dalam unggun terfluidisasi (Satriyo, 2008)

Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan
dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas (Satriyo, 2008)
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:
Gambar 1.4 Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat (Satriyo, 2008)

Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:


1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Fenomena fixed bed (Satriyo, 2008)

2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida


mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan
pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Fenomena minimum or incipient fluidization (Satriyo, 2008)


3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.7.

Gambar 1.7 Fenomena smooth or homogenously fluidization (Satriyo, 2008)


4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.8.

Gambar 1.8 Fenomena bubbling fluidization (Satriyo, 2008)


5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar
yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat. Pada kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat
seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 1.9.
Gambar 1.9 fenomena slugging fluidization (Satriyo, 2008)

6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan


terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 1.10.

Gambar 1.10 Fenomena chanelling fluidization (Satriyo, 2008)

7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui


kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 1.11.

Gambar 1.11 Fenomena disperse fluidization (Satriyo, 2008)


Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang
akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut.
Kebanyakan operasi di industri menggunakan prinsip fluidisasi ini pada
fluidized beds dengan berbagai alasan tertentu. Adapun keuntungan dari fluidized
beds untuk operasi industri yaitu sebagai berikut:
1. Halus, partikel fluida mengizinkan kontrol operasi secara kontinu otomatis
dengan penanganan yang mudah
2. Pencampuran yang cepat dari padatan pada kondisi isotermal sepanjang reaktor
3. Bisa diterapkan pada operasi skala besar.
4. Laju transfer panas dan massa antara gas dan partikel tinggi ketika
dibandingkan dengan cara lain
5. Sirkulasi padatan antara dua fluidized bed memungkinkan memindahkan (atau
menambah) kuantitas yang besar panas yang diproduksi (atau dibutuhkan)
dalam reaktor yang besar

Adapun kerugian dari fluidized bed untuk operasi industri yaitu sebagai
berikut:
1. Menyebabkan erosi pada pipa dan bejana dari abrasi partikel yang serius
2. Menyebabkan tumpahnya partikel-partikel dalam bejana
3. Sulit untuk menjelaskan aliran gas pada partikel untuk bubbling bed
Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan.
Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu
bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan
melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga
divariasikan dengan mencampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun
berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam
praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi
berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual. Dari
hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula kurva karakteristik
fluidisasi.
Bila kita amati suatu unggun butiran yang disangga oleh pelat kasa dan
dilalukan pada unggun tersebut suatu aliran fluida ke arah atas, maka untuk debit
aliran yang kecil unggun akan tetap diam, fluida hanya akan mengalami kenaikan
hilang tekan dengan peningkatan debit tersebut. Untuk suatu debit tertentu hilang
tekan (dinyatakan dalam tekanan, artinya gaya per satuan permukaan) sampai
pada nilai yang sama dengan berat unggun persatuan permukaan (yang ukurannya
juga sama dengan permukaan untuk hilang tekan), dan unggun mulai terangkat.
Inilah yang disebut awal fluidisasi. Di atas kecepatan ini butiran unggun beberapa
menjadi terpisah dan bergerak secara bervariasi ke segala arah. Akan tetapi untuk
kecepatan tertentu posisi rata-ratanya secara statistik adalah tetap, dalam arti
unggun mempunyai suatu tinggi yang konstan. Tinggi unggun ini meningkat bila
debit cairan meningkat.
Kecepatan Minimum Fluidisasi Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi
(Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai
terjadi.Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik
antara penurunan tekanan (ΔP) dan kecepatan superficial fluida (U).Untuk
keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti terlihat dalam gambar
1.2.
Gambar 1.12 Grafik antara Penurunan Tekanan dan Kecepatan Superficial Fluida

Garis AB : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam


Garis BC : menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan
Garis DE : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam pada
waktu kita menurunkan kecepatan air fluida. Harga penurunan tekanan untuk
kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah daripada harga penurunan
tekanan pada saat awal operasi.
Bila kita naikkan lagi debit aliran kita akan mencapai suatu kecepatan yang
bersamaan seperti bila butiran tersebut jatuh bebas dalam fluida diam. Maka kita
akan mengalami pengaliran butiran padat itu keluar menurut arah aliran.

Gambar 1.13Skema fluidisasi (Novandy, 2007).

Bila peristiwa tersebut akan kita gambarkan secara grafik, kita ambil sebagai
absis kecepatan atas dasar kolom kosong Um (artinya kecepatan rata-rata fluida
dalam suatu pipa kosong dengan luas permukaan penampangnya sama dengan
penampang unggun) dan sebagai ordinat adalah hilang tekan P. Peristiwa
tersebut dapat kita nyatakan sebagai berikut:

a. Dari O ke A unggun tetap diam dan hilang tekan naik menurut debit aliran.
Bila debit aliran cukup kecil perubahan P terhadap um adalah tetap linier dan
dapat dihitung, misalnya dengan menggunakan persamaan Kozeny Carman.
b. Di A hilang tekan menjadi sedemikian sehingga gaya tekan bersangkutan
dengan awal pengangkatan unggun. Harga hilang tekan ini akan bergantung
terutama pada kondisi pencurahan unggun dan sifat partikel (keadaan
permukaan, sifat dendritik atau tidak dan seterusnya). Kita melihat kenyataan
disini bahwa gaya yang bersangkutan dengan hilang tekan pada titik ini tidak
saja untuk mengangkat berat butiran yang diakibatkan oleh penghimpitan
partikel satu dengan yang lainnya.
c. Sekali unggun ini terberai hilang tekan akan turun kembali ke harga yang lebih
kecil (titik B), lalu bila kecepatan dinaikkan lagi hilang tekan akan tetap
konstan hingga titik C dengan ketinggian unggun yang senantiasa meningkat.
Oleh karena itu, kenyataan bahwa hilang tekan tetap konstan (dan sama dengan
berat unggun persatuan luas) pada saat debit meningkat, menunjukkan bahwa
geometri intern unggun adalah berubah terutama berupa peningkatan
porositasnya yang akan berhubungan erat dengan naiknya tinggi unggun.
Setelah titik C partikel akan berbawa dalam arah aliran gas. Kurva akan
berpotongan dengan kurva hilang tekan fluida dalam tabung kosong ( = 1).
d. Bila kemudian kecepatan kita turunkan, maka tinggi unggun juga akan
menurun, akan tetapi mulai dari titik B sudah tentu kita tidak perlu lagi
mengikuti bekas keadaan A oleh karena partikel meletakkan dirinya secara
perlahan-lahan satu di atas lainnya tanpa pemadatan. Maka kita akan bergerak
dari B ke O dengan melewati D.
e. Alhasil bila kita memulai kembali suatu fluidisasi, tidak akan ada lagi upaya
yang harus dilakukan untuk mengatasi gaya gesekan antara partikel yang
terjadi karena pemadatan dan titik-titik yang menggambarkannya dinyatakan
oleh kurva ODBC naik atau turun akan tetap sama. Hilang tekan (untuk suatu
Umtertentu) dalam zone pertama (bersangkutan dengan OD) adalah lebih kecil
dari pada dalam OA, karena pemadatan unggun lebih berkurang dan tinggi
unggun Zi lebih besar.
Pernyataan tentang unggun terfluidakan di atas sebenarnya terlalu diidealkan.
Fluidisasi inilah yang biasa disebut fluidisasi homogen dimana butiran terdispersi
secara uniform dalam seluruh bagian unggun, artinya porositas lokal unggun
seolah-olah konstan pada setiap titik didalam unggun tersebut.

Gambar 1.14Berbagai rezim fluidisasi (Novandy, 2007)

Kita mengamati bahwa fluidisasi homogen terjadi bila densitas fluida f


dan densitas partikel s sedikit saja berbeda

𝜌
[𝜌 𝑠 ≅ 1]......................................................(1.1)
𝑓

Misalnya dalam hasil fluidisasi butiran kaca dalam air. Akan tetapi kebanyakan
operasi fluidisasi dilakukan dalam fasa gas

𝜌
[𝜌 𝑠 ≫ 1]....................................................(1.2)
𝑓

dimana dalam hal ini fluidisasi menjadi heterogen. Bagian tertentu unggun seolah-
olah tetap diam sementara yang lainnya dilalui oleh gelembung-gelembung gas
yang besar dengan kecepatan Um dan mengandung sedikit butiran sebagai
suspensi di dalamnya, gelembung ini merambat ke arah permukaan unggun
sehingga tidka memungkinkan lagi untuk mendefinisikan suatu permukaan bebas.
Inilah yang disebut peristiwapenggelembungan. Bila gelembung ini sampai
memenuhi seluruh penampang unggun ia akan dapat terangkat selama beberapa
saat, lalu volum tersebut akan jatuh kembali secara tiba-tiba ke atas lapisan paling
rendah. Inilah yang disebut fenomena fluidisasi berpiston (Novandy, 2007).
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan
b. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya
c. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor
d. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup
tinggi
e. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil

Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:

a. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga


karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu.
b. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan.
c. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
d. Terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini
terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.

Jika suatu fluida melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika
kecepatan supervisial naik (Novandy, 2007).
Pada kecepatan supervisial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kemudian
kecepatan supervisial dinaikkan, maka pada suatu saat gaya seret fluida
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun. Kemudian unggun mulai bergerak dan kondisi ini disebut minimum
fluidization. Kecepatan supervisial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya
fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (v’mf). Sedangkan porositas dari
unggun ketika fluidisasi benar-benar terjadi dinamakan minimum fluidization
porosity (εmf). Sementara itu pressure drop sepanjang unggun akan tetap
walaupun kecepatan supervisial dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun
per satuan luas.
Jika kecepatan fluida diatas v’mf, unggun akan mulai mengembang (bubbling)
dan kondisi ini dinamakan aggregative fluidization. Kenaikan kecepatan
supervisial yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya gelembung yang
sangat besar, memenuhi seluruh tabung dan mendorong terjadinya slugging bed.
Pada saat ini pressure drop mungkin melampaui berat per satuan luas karena
adanya interaksi partikel dengan dinding tabung. Jika densitas fluidanya lebih
besar dan partikel unggun lebih kecil kemungkinan unggun dapat tertahan dalam
keadaan mengembang lebih stabil (particulate fluidzation). Partikel unggun yang
lebih ringan, lebih halus dan bersifat kohesif sangat sukar terfluidisasi karena gaya
tarik antar partikel lebih besar daripada gaya seretnya. Sehingga partikel
cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk
channel.
Untuk menentukan pressure drop yang melalui fixed bed dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:

150v' mf L 1   1,75 v' mf L 1  


2 2

P    
Dp
2
3 Dp 
....................(1.3)
Dengan : Dp = Diameter Partikel
µ = Viskositas Fluida
ΔL = Tinggi Bed
ε = Voidage
v’mf = Kecepatan Supervisial

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mampu menggunakan persamaan bilangan Reynolds untuk mencari
koefisien hambatan fluida dalam kolom berisi benda padat
2. Mampu menggunakan peralatan fluidisasi untuk menentukan Pressure
Drop
3. Mampu bekerjasama dalam tim dan professional
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah : Karbon aktif dan pasir.

2.2 Alat
Alat yang dipakai adalah tabung yang dialiri fluida dilengkapi dengan
flowmeter dan valve untuk mengatur aliran.

2.3 Gambar Rangkaian Alat


Rangkaian alat dalam percobaan ini terdiri dari: maps switch, water pump
switch, air compressor switch, water flowmeter, air flowmeter, column no 2,
column no 1, water pump, air compressor, dan water sump tank yang dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rangkaian alat fluidized bed


Keterangan Gambar :
1. Maps Switch
2. Water Pump Switch
3. Air Compressor Switch
4. Water Flowmeter
5. Air Flowmeter
6. Column No2
7. Column No1
8. Water Pump
9. Air Compressor
10. Water Sump Tank

2.4 Prosedur Percobaan


1. Salah satu bahan dimasukkan ke dalam kolom dengan ketinggian 1 cm.
2. Kompresor dihidupkan dengan switch
3. Flow regulator valve dibuka dan diatur pada flowrate yang telah ditentukan
oleh asisten
4. Pressure drop dan tinggi unggun untuk setiap flowrate dicatat.
5. Percobaan diiulang dengan tinggi unggun 2cm, 3 cm, 4cmdan 5cm.
6. Lakukan percobaan yang sama untuk bahan yang berbeda.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Pressure Drop dengan Tinggi Unggun


Variasi tinggi unggun diam untuk setiap bahan yang dipercobakan dalam
praktikum adalah 1 cm,2 cm, 3 cm, 4cm dan 5 cm. Setiap unggun dialiri flowrate
yang berbeda untuk bahan pasir dan karbon aktif. Bahan pasir dialiri flowrate
2000 Liter/jam – 6000 Liter/jam,sedangkan bahan karbon aktif dengan flowrate
5600 Liter/jam – 11200 Liter/jam. Variasi dengan tinggi ungun ini menghasilkan
pressure drop pada setiap kenaikan unggun.Hubungan antara pressure drop
dengan tinggi unggun untuk bahan pasir dan karbon aktif disajikan dalam grafik
3.1.
7

6
Pressure Drop (mmH2O)

3 karbon aktif
pasir
2

0
0 1 2 3 4 5 6
Variasi Tinggi Unggun (cm)

Grafik 3.1 Grafik hubungan antara pressure drop dengan tinggi unggun pada
bahan pasir dan karbon aktif.

Grafik 3.1 diatas dapat diketahui hubungan pressure drop dengan variasi
tinggi unggun setiap bahan semakin meningkat dengan bertambahnya tinggi
unggun. Hal ini sesuai dengan literature bahwa pressure drop berbanding lurus
dengan kenaikan tinggi unggun. Pada setiap bahan pasir dan carbon aktif
pressuredrop tertinggi pada tinggi unggun 5 cm dan terendah pada 1 cm.
Pressure droptertinggi pada karbon aktif sebesar 1.7 mmH2O pada tinggi unggun
5 cm, dan Pressure drop terendah pada karbon aktif sebesar 0.7 mmH2O pada
tinggi unggun 1 cm, sedangkan Pressure drop tertinggi pada pasir sebesar 6.5
mmH2O pada tinggi unggun 5 cm, dan Pressure drop terendah pada karbon aktif
sebesar 2.3 mmH2O pada tinggi unggun 1 cm. Pressure drop tertinggi dari kedua
bahan adalah bahan pasir. Perbedaan pressure drop ini disebabkan karena densitas
dan diameter kedua bahan yang berbeda.

3.2 Hubungan Pressure Drop dengan Kecepatan Nisbi.


3.2.1 Hubungan Pressure Drop dengan Kecepatan Nisbi pada Bahan Pasir.
Hubungan pressure drop dengan kecepatan nisbi pada saat bahan
terfluidisasi disajikan dalam grafik 3.2.
7

6
Pressure Drop (mmH2O)

5
1
4
2
3
3
2 4
5
1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
V (m/s)

Grafik 3.2 Grafik hubungan antara pressure drop dan kecepatan nisbi pada
bahan pasir dengan variasi tinggi unggun 1 cm, 2 cm, 3
cm, 4 cm dan 5 cm.

Pokok pembahasan pada subbab dua ini ialah pengaruh kecepatan nisbi
terhadap pressuredrop yang terjadi pada bahan pasir. Variasi flowrate yang dibuat
berbeda-beda menyebabkan kecepatan nisbi yang terjadi juga berbeda. Variasi
kecepatan yang terjadi ialah mulai dari nilai terkecil 0.167506292 m/s sampai
yang terbesar 0.502518876 m/s. Secara teoritis dengan semakin besarnya
kecepatan nisbi maka pressure drop juga akan semakin besar, hal ini sudah sesuai
dengan literature.
Gambar grafik 3.2 diatas dapat diketahui bahwa pressure drop dan kecepatan
tertinggi pada variasi tinggi unggun ke 5 dan untuk kecepatan dan pressure
terendah pada variasi unggun ke 1. Hal ini sudah sesuai dengan literature bahwa
kecepatan dan pressure drop berbanding lurus dengan tinggi unggun.

3.2.2 Hubungan Pressure Drop dengan Kecepatan Nisbi pada Bahan karbon
aktif.
Hubungan pressure drop dengan kecepatan nisbi pada saat bahan
terfluidisasi disajikan dalam gambar 3.3.
1.8
1.6
1.4
Pressure Drop (mmH2O)

1.2
1
1
2
0.8
3
0.6
4
0.4
5
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
V (m/s)

Grafik 3.3 Grafik hubungan antara pressure drop dan kecepatan nisbi padabahan
karbon aktif dengan variasi tinggi unggun 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm dan 5 cm.

Pokok pembahasan pada subbab dua ini ialah pengaruh kecepatan nisbi
terhadap pressuredrop yang terjadi pada bahan karbon aktif. Variasi flowrate
yang dibuat berbeda-beda menyebabkan kecepatan nisbi yang terjadi juga
berbeda.Variasi kecepatan yang terjadi ialah mulai dari nilai terkecil 0.469017617
m/s sampai yang terbesar 0.938035235 m/s. Secara teoritis dengan semakin
besarnya kecepatan nisbi maka pressure drop juga akan semakin besar, hal ini
sudah sesuai dengan literature.
Gambar grafik 3.3 diatas dapat diketahui bahwa pressure drop dan
kecepatan tertinggi pada variasi tinggi unggun ke 5 sementara untuk kecepatan
dan pressure terendah pada variasi unggun ke 1. Hal ini sudah sesuai dengan
literature bahwa kecepatan dan pressure drop berbanding lurus dengan tinggi
unggun.

3.3 Hubungan Cd Perhitungan Dengan Bilangan Reynold.


Nilai koefisien hambatan (Cd) bergantung pada bilangan Reynolds (Nre) dan
tidak terpengaruh oleh tinggi unggun dan juga preesure drop. Setiap bahan yang
dipercobakan memiliki bilangan Reynolds dan harga Cd-nya masing-
masing.Hubungan antara Cd dan NRe hasil percobaan dari kedua bahan disajikan
dalam bentuk grafik 3.4.
0.00006

0.00005
Cd perhitungan

0.00004

0.00003
karbon aktif
0.00002 pasir

0.00001

0
0 200000 400000 600000 800000
NRe

Grafik 3.4 Hubungan bilangan Reynold dengan Cd Perhitungan

Grafik 3.4 diatas dapat diketahui bahwa bahan karbon memiliki koefisien
hambatan yang paling besar dari kedua bahan.Hal ini disebabkan hubungan antara
bilangan Reynolds dan koefisien hambatan berbanding terbalik.Nilai bilangan
Reynoldnilai pada bahan pasir lebih besar dari bahan karbon aktif. Cd karbon
aktif pada bilangan reynolds bernilai 687384.0854adalah4.07341E-05, pada
bilangan Reynolds589186.359 Cd bernilai4.07341E-05,pada bilangan

Reynolds564636.9273 Cd bernilai4.25052E-05,pada bilangan Reynolds

515538.0641 Cd bernilai4.65533E-05, sedangkan padabilangan Reynolds

441889..7692 nilai Cd 5.43122E-05.Nilai Cd untuk bahan pasir pada bilangan

Reynolds bernilai 2647089.675 adalah9.06656E-06, pada bilangan Reynolds

2836167.509Cd bernilai 8.46212E-06, pada bilangan Reynolds 1890778.339 Cd

bernilai 1.26932E-05,pada bilangan Reynolds 1701700.505 Cd bernilai1.41035E-


05
,sedangkan padabilangan Reynolds 1134467.004 Cd bernilai 2.11553E-05.

3.4 Hubungan Persamaan Stokes dengan Kecepatan.


Hubungan persamaan Stokes dengan kecepatan hasil percobaan dari kedua
bahan disajikan dalam bentuk grafik 3.5.
0.000012

0.00001

0.000008
Stokes (N)

0.000006
karbon aktif

0.000004 pasir

0.000002

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Kecepatan (m/s)

Grafik 3.5 Hubungan Persamaan Stokes dengan Kecepatan

Grafik 3.5 dapat diketahui bahwa hubungan kecepatan dengan stokes


adalah berbanding lurus, semakin besar kecepatan maka gaya stokes semakin
besar dan sebaliknya,semakin kecil kecepatan maka gaya stokes semakin kecil
dan ini sudah sesuai dengan literatur. Untuk bahan Pasir gaya Stokes tertinggi
pada nilai 5.67692E-06 N dengan kecepatan 0.502518876 m/s dan terendah pada
nilai 2.27077E-06 N dengan kecepatan 0.20100755 m/s. Untuk bahan karbon aktif

gaya Stokes tertinggi pada nilai 1.05969E-05 N dengan kecepatan 0.938035235

m/s, dan terendah pada nilai 9.08308E-06 N dengan kecepatan 0,804030201 m/s.
Grafik 3.5 ini juga diketahui bahwa gaya stokes pada karbon aktif lebih besar dari
pada pasir,namun ini tidak dapat dijadikan pembanding karena flow rate untuk
kedua percobaan ini tidak sama.

3.5 Perbandingan Cd Perhitungan Dan Cd Grafik dari Bilangan Reynold


untuk bahan Pasir dan Bahan Carbon aktif
Perbandingan antara Cd perhitungan dan Cd grafik dari bilangan
Reynolduntuk bahan pasir dan karbon aktif disajikan dalam bentuk grafik 3.6.
0.5
0.45
0.4
0.35 Cd perhitungan karbon
0.3 aktif
Cd perhitungan pasir
Cd

0.25
0.2
Cd grafik karbon aktif
0.15
0.1 Cd grafik pasir
0.05
0
0 1000000 2000000 3000000
Nre

Grafik 3.6 Hubungan Nre dengan Cd Perhitungan dan Cd Grafik Untuk


Kedua Bahan

Pada Grafik 3.6 dapat diketahui harga Cd perhitungan dengan Cd grafik


sangat jauh berbeda.Harga Cd yang didapat dari perhitungan jauh lebih kecil
dibanding Cd grafik dari literatur.Dimana salah satu harga Cd perhitungan dari
karbon aktif sebesar 3.4915E-05, sedangkan Cd grafik bernilai 0.43. Perbedaan
yang sangat jauh ini disebabkan oleh karena bilangan Reynolds dari percobaan
yang terlalu besar nilainya sedangkan berdasarkan literatur grafik hukum stokes
24
(dimana = 𝑁𝑟𝑒 ) hanya berlaku untuk daerah dengan bilangan Reynolds ≤

10.Perbedaan yang sangat besar ini juga terjadi karena partikel padat untuk nilai
Cd pada grafik teoritis dianggap berbentuk bola atau bulat, sementara partikel
padat yang digunakan dalam percobaan ini memiliki bentuk yang tidak beraturan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
 Semakin tinggi unggun yang naik, maka laju alir udara yang dibutuhkan
untuk menaikkan unggun semakin besar, yang juga mempengaruhi
kecepatan fluidisasi semakin besar.
 Hubungan pressure drop dengan variasi tinggi unggun setiap bahan semakin
meningkat dengan bertambahnya tinggi unggun.Pressure drop tertinggi
pada karbon aktif sebesar 1.7 mmH2O pada tinggi unggun 5 cm, dan
Pressure drop terendah pada karbon aktif sebesar 0.7 mmH2O pada tinggi
unggun 1 cm, sedangkan Pressure drop tertinggi pada pasir sebesar 6.5
mmH2O pada tinggi unggun 5 cm, dan Pressure drop terendah pada karbon
aktif sebesar 2.3 mmH2O pada tinggi unggun 1 cm.
 Semakin besarnya kecepatan nisbi maka pressure drop juga akan semakin
besar. Pada pasirpressure drop dan kecepatan tertinggi pada variasi tinggi
unggun ke 5 sebesar 0.502518876 m/sdan untuk kecepatan dan pressure
dropterendah pada variasi unggun ke 1 sebesar 0.167506292 m/s. Pada
karbon aktif pressure drop dan kecepatan tertinggi pada variasi tinggi
unggun ke 5 sebesar 0.938035235 m/s dan untuk kecepatan dan pressure
drop terendah pada variasi unggun ke 1 sebesar 0.469017617 m/s .
 Nilai koefisien hambatan yang diperoleh dari perhitungan berbeda dengan
nilai koefisien hambatan dari pembacaan grafik.
 Dari persamaan Hukum Stokes, F = 3𝜋 𝜇 𝑑 𝑉, maka diperoleh semakin
tinggi kenaikan unngun maka nilai F yang diperoleh semakin besar.

4.2 Saran
Dalam melakukan percobaan, praktikan harus lebih teliti lagi dalam
pembacaan ketinggian unggun.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C., J. 1993. Transport Processes and Unit Operations. Third Edition.
Pretince Hall International Edition. University of Minnesota.
Kirk-Othmer. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology, 4th edition, volume
10, John Wiley & Sons, New York.
Novandy. 2007. Penentuan Pressure Drop dan Kecepatan Minimum Proses
Fluidisasi Pada Reactor Fixed Bed dan Regenerator. FORUM IPTEK
Vol 13 No 03. Publikasi Ilmiah Pusdilkat Migas.
Satriyo. 2008. Fluidisasi. Laboratorium Operasi Teknik Kimia. Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Cilegon – Banten.

Anda mungkin juga menyukai