DOSEN PENGAMPU:
Sri Helianty, ST.MT
OLEH:
KELOMPOK 8
KELAS C
ANGGOTA:
Dimas Bayu Darmawan (1807124981)
Geta Arianty (1807113625)
Meidillah Harfani (1807125257)
Riska Fadila B.S (1807124329)
Pekanbaru,______________
Dosen Pembimbing Praktikum
(_______________________________)
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRATIKUM
Laboratorium Intruksional Teknik Kimia I
FLUIDISASI
Catatan Tambahan:
Pekanbaru,
Dosen Pengampu
NIP.
ii
ABSTRAK
Kata kunci : fluidisasi, pressure drop, partikel unggun, laju alir fluida
iii
DAFTAR ISI
iv
2.6.2 Hilang Tekan pada Unggun Terfluidakan (Fluidized Bed)................14
2.7 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)...........................................14
2.8 Penggunaan Proses Fluidisasi Dalam Industri...........................................15
2.9 Pasir............................................................................................................15
2.10 Arang Aktif................................................................................................16
2.11 Zeolit..........................................................................................................16
2.12 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi..........................................17
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN..........................................................19
3.1 Bahan-Bahan yang Digunakan...................................................................19
3.2 Alat-Alat yang Digunakan.........................................................................19
3.3 Prosedur Percobaan....................................................................................19
3.3.1 Operasi Menggunakan Kolom...........................................................19
3.4 Rangkaian Alat...........................................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................21
4.1 Hasil Percobaan..........................................................................................21
4.2 Pembahasan................................................................................................21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................23
5.1 Kesimpulan................................................................................................23
5.2 Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
LAMPIRAN A......................................................................................................25
PERHTUNGAN...................................................................................................25
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menghitung pressure drop yang melalui fixed bed dan fluidized bed
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluidisasi
Fluidisasi adalah proses dimana benda partikel padatan diubah menjadi fase
yang berkelakuan seperti fluida cair melalui kontak dengan gas atau cairan (Kunii
dan Levenspiel, 1969). Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran
padat dengan fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-
butiran padat memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai
ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola.
Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju
alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir
dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap
diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan
perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun
diam atau fixed bed (McCabe, 1993).
Fluidisasi merupakan suatu sistem dimana partilkel solid tidak berada dalam
kondisi diam didalam aliran fasa gas atau liquid, sehingga partikel solid tersebut
berperilaku seperti aliran fluida. Sistem fluidisasi ini mulanya dikembangkan
untuk proses pencairan atau hidrogenasi batubara. Selanjutnya dalam skala
komersial dikembangkan untuk industri lainnya, baik yang melibatkan proses
fisika, kimia, petrokimia, elektrokimia, biokimia dan pada unit instalasi
pengolahan limbah (Zenz dan Othmer, 1996).
2
3
Proses fluidisasi terjadi ketika gaya drag dari partikel sebagai akibat dari
aliran fluida yang mengalir ke atas melebihi gaya gravitasi dan gaya antar partikel.
Menurut Zenz dan Othmer (1996) secara prinsip ada 4 aspek keunggulan yang
dimiliki oleh fluidized bed jika dibanding dengan teknologi kontak yang lainnya
yaitu:
1. Pada aspek kemampuan untuk mengontrol temperatur
2. Kemampuan beroperasi secara kontinu
3. Keunggulan dalam persoalan perpindahan kalor
4. Keunggulan dalam proses katalisis.
A
B
Gambar 2. 2 (A) Keadaan Saat Unggun Diam (B)
Unggun Terfluidakan
3
Gambar 2. 3 Fenomena Fixed Bed
b. Fenomena minimum (incipient fluidization) yang terjadi ketika laju alir
fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi.
Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.
4
Gambar 2. 5 Fenomena Homogenously
d. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak
homogen.
5
f. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun
partikel padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.
6
partikel itu adalah laminar, persamaan yang berlaku untuk hamparan yang
mengalami ekspansi adalah:
…………………....(2.1)
7
8
a. Laju Alir
Semakin besar laju alir yang diberikan tinggi unggun bergerak semakin
bertambah karena tekanan yang diberikan semakin besar.
b. Diameter Kolom Fluidisasi
Semakin besar diameter kolom fluidisasi maka harga NRe nya semakin
besar pula.
c. Berat jenis partikel
Berat jenis partikel mempengaruhi gerak tinggi unggun.
d. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi gerak tinggi unggun.
e. Putaran kran
Semakin besar putaran kran maka laju alir juga akan semakin besar
sehingga tingggi unggun yang bergerak akan semakin bertambah.
……………………………(2.2)
Keterangan:
dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk desain
dsv = diameter dari suatu bidang
9
densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh dengan
membagi dua densitas bulk.
………….…….……….(2.3)
Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang
terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat
sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa
memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung.
Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung
berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh
Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang
tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh
pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat
semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi.
Untuk aliran laminer dengan kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya
viscous, Blake memberikan hubungan :
..........................................(2.4)
keterangan:
ΔP/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
Gc = faktor gravitasi
m = viskositas fluida
10
ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang
kosong didalam unggun dengan volume unggun
u = kecepatan alir superfisial fluida
S = luas permukaan spesifik partikel
2.5.4 Sphericity
Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area
permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan
area permukaan partikel. Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat
memiliki nilai sphericity sebesar 0.9 atau lebih.
……………………………...(2.5)
…………………...(2.8)
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan
suku kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari
grafik D P vs Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar
seperti yang digambarkan pada gambar 2.10.
11
2.5.6 Kecepatan terminal
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang
dibutuhkan untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas.
Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:
……………………...(2.9)
Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:
…………………………(2.10)
………………………….(2.11)
Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah:
…………………..(2.12)
…………………..(2.13)
Kekosongan f(e ) dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang
terjadi oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman
berikut:
f(ε ) = 0.1 ε 2/(1- ε )………………………....(2.15)
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson- Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
12
U/Ut = ε n………………………………...(2.16)
n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7
(Kirk Othmer, 1994).
13
berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh
Balke, Kozeny, Carman, dan lain-lain.
14
∆P k ' . μ .(1−ε )2
g= u…………………………………
L c d p2 ε 3
(2.20)
dimana k adalah konstanta fludisasi dan k’=36k (lihat Tabel 1).
Persamaan ini kemudian diturunkan lagi oleh Kozeny (1927) dengan
mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu
kumpulan saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan
dalam total dan volume dalam total masing-masing sama dengan luas permukaan
luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta k’ diperoleh beberapa
peneliti berbeda-beda seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:
2
∆P μ(1−ε ) ( 1−ε ) ρ g 2
gc =k 1 2 3
.u+ k 2 3 . .u ……………….(2.21)
L dp ε ε dp
dimana k1 = 150 dan k2 = 1,75
Pada keadaan ekstrem, yaitu bila:
a. aliran laminer (Re<20), kinetic energy losses dapat diabaikan, sehingga:
2
∆P μ (1−ε)
gc =150 2 3
. u……………………(2.22)
L ❑ dp ε
15
2.6.2 Hilang Tekan pada Unggun Terfluidakan (Fluidized Bed)
Pada unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan hubungan p/l
dan u yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun, yaitu:
2
∆P μ(1−ε f ) ( 1−ε f ) ρ g 2
gc =k 1 2 3
. u+k 2 3
. . u ……………(2.24)
L dp ε f εf dp
dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini,
dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida sehingga
terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya seret dan gaya apung dari
fluida di sekelilingnya:
g
∆ P . A=( A . L ) ( 1−ε f ) (ρ p−ρ f ) ………………….(2.25)
gc
16
2.8 Penggunaan Proses Fluidisasi Dalam Industri
Menurut Widayati (2010), beberapa penggunaan proses fluidisasi dalam
industri adalah sebagai berikut:
1. Operasi Secara Fisik (Physical Operation), seperti:
a. Transportasi: Sifat fluidisasi pada fluidized bed juga merupakan sifat
yang sama dengan cairan dan sifat ini sangat efektif digunakan untuk alat
transportasi dari bubuk padatan.
b. Heat Exchanger (HE): Fluidized bed dapat digunakan untuk HE operasi
fisik dan kimia kareana kemampuannya untuk mempercepat perpindahan
panas dan menjaga suhu menjadi konstan dengan ditunjukkan sebagian
kecil dari bermacam penggunaan dalam lingkup ini.
c. Adsorpsi: Proses adsorpsi multistages fluid chart untuk pemisahan dan
pemurnian kembali komponen gas.
2. Operasi Secara Kimia
Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.
a. Gasifikasi: batubara .
b. Transportasi: Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan,
sifat ini digunakan untuk transportasi padat berupa serbuk. Pencampuran
bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan).
2.9 Pasir
Pasir merupakan contoh bahan material yang berbentuk butiran. Butiran
pada pasir, berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir
adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis dibentuk
dari batu kapur. Rongga pasir cukup besar, jadi sedikit tanaman yang bisa tumbuh
di atasnya.
Gambar 2. 12 Pasir
17
2.10 Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada
suhu tinggi. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume poripori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat
besar, yaitu 25-100% terhadap berat arang aktif..
2.11 Zeolit
Zeolit adalah senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation
natrium, kalium dan barium. Secara umum, zeolit memiliki melekular sruktur
yang unik, di mana atom silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga
membentuk semacam jaringan dengan pola yang teratur. Di beberapa tempat di
jaringan ini, atom silicon digantikan dengan atom aluminium, yang hanya
terkoordinasi dengan 3 atom Oksigen. Atom aluminium ini hanya memiliki
muatan 3+, sedangkan Silicon sendiri memiliki muatan 4+. Keberadaan atom
Aluminium ini akan menyebababkan Zeolit memiliki muatan negatif. Muatan
negatif inilah yang dapat menyebabkan Zeolit mampu mengikat kation. Zeolit
sering disebut sebagai 'molecular sieve' / 'molecular mesh' karena zeolit memiliki
pori-pori berukuran melekuler sehingga mampu memisahkan molekul dengan
ukuran tertentu.
18
Gambar 2. 14 Zeolit
19
Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
20
4. Bed
5. Valve
6. Flow Regulator valve
21
3.4 Rangkaian Alat
22
BAB IV
4.2 Pembahasan
Dalam percobaan yang telah dilakukan, hal yang dapat dipelajari adalah
bagaimana mengetahui besarnya pressure drop (∆ P) dalam unggun padatan yang
terfluidakan. Prosedur percobaan yang dilakukan pertama, tentukan densitas dan
ukur butiran padat. Kemudian diameter kolom dan tinggin unggun diam diukur.
Operasi ini dilakukan dengan mengalirkan air dari dasar kolom dan pressure
drop dalam kolom yang berisi padatan di ukur untuk mengetahui laju alir yang
dihasilkan.
Penurunana tekanan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik dalam pipa atau tabung ke hilir titik. Penurunan
tekanan meningkat sebanding dengan gaya gesek dalam jaringan pipa. Penurunan
tekanan dipengaruhi oleh sebuah jaringan pipa yang berisi rating kekerasan relatif
tinggi serta banyak pipa fitting dan sendi, konvergensi tabung, divergensi,
keksaran permukaan dan sifat fisik lainnya. Selain itu, perubahan energi kinetik
dan perhitungan penurunn tekanan yang disebebkan oleh gesekan pipa melingkar
juga berpengaruh terhadap pressure drop (Hakim dkk, 2019).
Menurut Hakim dkk (2019), fluidisasi merupakan metode pengontakan
butiran padat dengan fluida baik cair maupun gas. Pada percobaan ini
menggunakan proses fluidisasi dengan persamaan Ergun dan persamaan
manometer pipa U untuk menghitung pressure drop, juga alat yang digunakan
berupa fluidized bed.
23
Pada percobaan ini, operasi fluidisasi dilakukan dengan menggunakan
fluida proses berupa air dan kerosene, sedangkan fluida manometer berupa
merkuri dan tetraklorida. Hasil pressure drop yang didapat pada percobaan
pertama sebesar 2168.25 N/m2, percobaan kedua sebesar 3441.75 N/m2,
percobaan ketiga sebesar -138.26 N/m2, dan percobaan keempat sebesar 4532.96
N/m2. Pengaruh yang diasilkan pressure drop dari hasil percobaan terhadap tinggi
unggun adalah semakin besar perubahan tinggi unggun maka semakin besar pula
pressure drop yang dihasilkan. Ketika perbedaan tekanan sama dengan berat
unggun dibagi luas penampang, pada saat tersebut unggun bergerak dan
melayang-layang ke atas. Partikel dengan diameter terkecil mendapatkan
kecepatan partikel tertinggi, dengan kecepatan partikel yang tinggi maka
kumpulan partikel tersebut akan lebih mudah terfluidisasi (Yates, J.G. 1983).
Sama halnya dengan berat jenis partikel dengan tinggi unggun, dimana berat
jenis partikel dapat mempengaruhi gerak tinggi unggun.sedangkan ukuran partikel
mempengaruhi gerak tinggi unggun.
BAB V
24
5.1 Kesimpulan
1. Kemampuan suatu partikel untuk terfluidisasi dipengaruhi oleh tinggi unggun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya fenomena-fenomena yang berbeda
2. Berdasarkan percobaan pengaruh pressure drop terhadap diameter kolom
adalah semakin kecil diameter kolom maka semakin besar pressure drop
yang dihasilkan.
3. Pada percobaan memperlihatkan bahwa pressure drop berbanding terbalik
dengan diameter partikel. Semakin tinggi diameter partikel, maka pressure
drop akan menurun.
4. Berdasarkan percobaan pengaruh pressure drop terhadap perubahan tinggi
unggun adalah semakin besar perubahan tinggi unggun maka semakin besar
pressure drop yang dihasilkan.
5.2 Saran
1. Praktikan harus memperhatikan setiap langkah-langkah pada percobaan agar
tidak keliru dalam melihat hasil.
2. Dalam percobaan menaikkan flowrate harus teliti karena akan
mempengaruhi pressure drop yang akan terbaca pada alat fluidisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G. 1973. Unit Operation. New York: John Willey and Sons,inc.
25
Chand, Bansal, Roop, and Meenakshi G. 2005. Activated Carbon Adsorpsion.
United States of America (USA): Lewis Publisher.
Gunawan, E. R and D. Suhendra. 2010. Pembuatan Arang Aktif dari Batang
Jagung Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan Penggunaannya pada
Penjerapan Ion Tembaga (II). Makara Sains, 14 (1): 22—26.
Hakim, L, Zikri,A.M dan Zulnazri. 2019. Menghitung Pressure Drop Pada
Fluidized Bed dengan Bahan Ketumbar. Jurnal Teknik Kimia. Universitas
Malikussaleh. Aceh.
Kirk, R.E and Othmer, D.F. 1993. Encyclopedia of Chemical Technology Vol. 5,
Fourth Edition. New York: A willey Interscience Publication, John Willey
and Sons Co.
26
LAMPIRAN A
PERHTUNGAN
27
Luas Alas Kolom (A)
A ¿ π × rb2= 3.14×0.01272= 5.06 x 10-4
Kecepatan (v)
Q 6.25 x 10−5
v= = = 0.1235 m/s
A 5.06 x 10−4
Kecepatan superficial V’mf
V’mf= v× ε= 0.1235 × 0.6098 = 0.0753 m/s
Pressure Drop (∆P)
150 × µ ×V ' mf × ∆ L (1−ε )3 1,75 × ρ× V 'mf 2 × ∆ L 1−ε
∆ P= + + ×
Dp 2 ε2 Dp ε
3 2
150 × 0.00215× 0.0753× 1.035 (1−0.6098) 1,75 ×1000 ×(0.0753) ×1.035 1−0.609
∆ P= + + ×
0,0062 0.6098 2 0,006 0.6098
∆ P = 2168.25 N/m2
28
L 1menit 10−3 m 3
= 14 x x
menit 60 s 1L
= 2.3 x 10-4 m3/s
1
Volume Unggun= π (D)2 x ∆ L
4
1
= ×3.14 ×(0.0381)2 × 0.1.427
4
= 1.626 x 10-3 m3
Porositas Unggun (ε)
V unggun−V partikel 1.626 x 10−3−0,00024579
(ε) = = = 0.848
Vunggun 1.626 x 10−3
Luas Alas Kolom (A)
A ¿ π × rb2= 3,14×(0.01905)2= 1.1395 x 10-3
Kecepatan (v)
Q 2.3 x 10−4
v= = = 0.2018 m/s
A 1.1395 x 10−3
Kecepatan superficial V’mf
V’mf = v× ε=0.2018 × 0.848 = 0.1711 m/s
29
1 1
Jari-jari partikel (rp) = x Dp= x 6 x10-3 m = 3×10 -3m
2 2
Diameter bed (Db) = 2.5 in = 0.0635 m
1 1
Jari-jari bed (rb) = x Db= x 0.0635 m = 0.03175 m
2 2
Densitas partikel (ρ p) = 1600 kg/m3
Volume partikel (Vp) = 725.59 mL = 0,00072559 m3
Tinggi unggun awal (La) = 50 cm = 0.5 m
Tinggi unggun akhir (Lb) = 57.2 cm = 0.572 m
∆L = Lb – La = 0.572 m – 0.5 m = 0.072 m
Densitas air (ρ a) = 820 kg/m3
Viskositas air (µ a) = 0.00215 kg/ms
Laju alir (Q) = 17 L/menit
L 1 menit 10−3 m3
= 17 x x
menit 60 s 1L
= 2.833 x 10-4 m3/s
1
Volume Unggun= π (D)2 x ∆ L
4
1
= ×3.14 ×(0.0635)2 × 0.072
4
= 2.279 x 10-4 m3
Porositas Unggun (ε)
V unggun−V partikel 2.279 x 10−4 −0,00072559
(ε) = = = -2.1838
V unggun 2.279 x 10−4
Luas Alas Kolom (A)
A ¿ π × rb2= 3.14×(0.03175)2= 31.65 x 10-4
Kecepatan (v)
Q 2.833 x 10−4
v= = = 0.0895 m/s
A 31.65 x 10−4
Kecepatan superficial V’mf
V’mf= v× ε= 0.0895 × -2.1838 = -0.195 m/s
Pressure Drop (∆P)
30
150 × µ × V ' mf × ∆ L ( 1−ε )3 1,75 × ρ ×V ' mf 2 ×∆ L 1−ε
∆ P= + + ×
Dp 2 ε2 Dp ε
3 2
150 × 0.00215×−0.195× 0.072 (1−(−2.1838)) 1.75× 820 ×(−0.195) × 0.072 1−(−
∆ P= + + ×
0,0062 −2.18382 0,006 −2
∆ P = -138.26 N/m2
31
V unggun−V partikel 4.858 x 10−3−0,00099422
(ε) = = = 0.795
V unggun 4.858 x 10−3
Luas Alas Kolom (A)
A ¿ π × rb2= 3.14×(0.03175 )2= 3.165 x 10-3
Kecepatan (v)
Q 4 x 10− 4
v= = = 0.1263 m/s
A 3.165 x 10−3
Kecepatan superficial V’mf
V’mf = v× ε= 0.1263 × 0.795 = 0.1004 m/s
Pressure Drop (∆P)
150 × µ × V ' mf × ∆ L ( 1−ε )3 1,75 × ρ ×V ' mf 2 ×∆ L 1−ε
∆ P= + + ×
Dp 2 ε2 Dp ε
3 2
150 × 0.00215× 0.1004 ×1.535 (1−0.795) 1,75 ×820 ×(0.1004) ×1,2 1−0.795
∆ P= + + ×
0,004 2 0.7952 0,004 0.795
∆ P =4532.96 N/m2
32